ENSELOPATI METABOLIK
Oleh:
Priskila Madelyn Primauli
03011233
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny.SA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 60 tahun 4 bulan
Pekerjaan
Pendidikan
: Tamat SLTP
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Janda
Alamat
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada 11 Juli 2015
A. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 12 jam SMRS.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran tiba-tiba saat sedang duduk. Penurunan
kesadaran diawali dengan kejang. Kejangnya 1x selama <5 menit. Mata mendelik ke
atas. Kejang dimulai dari lengan kanan lalu ke seluruh tubuh. Kejangnya kaku. Pasien
tidak sadar selama kejang, mulut tidak berbusa. Kejangnya terjadi pada hari ketiga
demam. Setelah kejang pasien sadar dan bisa minum. Setelah itu pasien mengalami
penurunan kesadaran tiba-tiba, lalu dibawa ke RS Aminah dan langsung dirujuk ke RS
Fatmawati karena HCU penuh. Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi naik turun.
Perubahan perilaku tidak ada. Tidak ada kelemahan pada ekstremitas. Mual muntah
disangkal. Kejang, tremor, demensia disangkal
Kesadaran
Sikap
: Berbaring
Koperasi
: Kooperatif
Tekanan Darah
: 190/100
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 37,2 0C
Pernapasan
: 16 x/menit
B. Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Leher
Pemeriksaan jantung
Inspeksi
Auskultasi
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas
Bawah
Kaku kuduk
: -
Laseque
: >700 / >700
Kernig
: >1350/ >1350
Brudzinsky I
: -
Brudzinsky II
: -/-
B. Saraf-saraf Kranialis
N.I (olfaktorius)
: TVD
N.II (optikus)
Acies visus
: baik/baik
Funduskopi
: tidak dilakukan
: -/-
Nystagmus
: -/-
Pupil
Bentuk
: +/+
: Baik / baik
Cabang sensorik
Opthalmikus : baik / baik
Maksilaris
: baik / baik
Pengecapan lidah
: tidak dilakukan
N.VIII (Vestibulocochlearis)
TVD
N.XI (Accesorius)
Mengangkat bahu
: baik/baik
Menoleh
: baik / baik
N.XII (Hypoglossus)
Atrofi
:-
Fasikulasi
:-
Tremor
:-
C. Sistem Motorik
Kesan hemiparese tidak ada
D. Gerakan Involunter
Tremor
: -/-
Chorea
: -/-
Athetose
: -/-
Miokloni
: -/-
E. Trofik
: eutrofik +/+
F. Tonus
: Normotonus +/+
G. Sistem sensorik
Propioseptif
: TVD
Eksteroseptif : TVD
H. Fungsi Serebelar
Ataxia
: tidak dilakukan
Tes Romberg
: tidak dilakukan
Disdiadokokinesia
: -/-
Jari-jari
: tidak dilakukan
Jari-hidung
: tidak dilakukan
Tumit-lutut
: tidak dilakukan
I. Fungsi Luhur
Astereognosia
:-
Apraxia
:-
Afasia
:-
J. Fungsi Otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekret Keringat
: baik
L. Refleks-refleks Fisiologis
Bisep
: +2/+2
Trisep
: +2/+2
Lutut
: +2/+2
Tumit
: +2/+2
M. Refleks Patologis
Hoffman Tromer
: -/-
Babinsky
: -/-
Chaddok
: -/-
Gordon
: -/-
Schaefer
: -/-
Klonus lutut
: -/-
Klonus tumit
: -/-
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
4 Juli 2015
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
: 82,9 gr/dl
HER
: 28,1 gr/dl
KHER
: 33,9 gr/dl
RDW
: 15,5 gr/dl
: 71 U/I (0-34)
SGPT
: 38 U/I (0-40)
FUNGSI GINJAL
Ureum darah : 45 mg/dl (20 40)
Kreatinin
DIABETES
Glukosa darah sewaktu
: 22 (70-140)
ELEKTROLIT DARAH
Natrium
Kalium
Klorida
VII. RESUME
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran tiba-tiba saat sedang duduk. Penurunan
kesadaran diawali dengan kejang. Kejangnya 1x selama <5 menit. Mata mendelik ke
atas. Kejang dimulai dari lengan kanan lalu ke seluruh tubuh. Kejangnya kaku. Pasien
tidak sadar selama kejang, mulut tidak berbusa. Kejangnya terjadi pada hari ketiga
demam. Setelah kejang pasien sadar dan bisa minum. Setelah itu pasien mengalami
penurunan kesadaran tiba-tiba, lalu dibawa ke RS Aminah dan langsung dirujuk ke RS
Fatmawati karena HCU penuh. Sejak 3 hari SMRS pasien demam tinggi naik turun.
Perubahan perilaku tidak ada. Tidak ada kelemahan pada ekstremitas. Mual muntah
disangkal. Kejang, tremor, demensia disangkal
Empat tahun lalu pasien pernah mengalami stroke iskemik dengan kelemahan
sebelah kanan. Post stroke masih ada kelemahan pada tungkai kanan dan jalan diseret.
Terdapat riwayat hipertensi. Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, dan kolesterol
disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran
Tekanan Darah
: 190/100
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 37,2 0C
Pernapasan
: 16 x/menit
Pemeriksaan neurologis:
TRM : KK (-), L: >700/>700, K: >1350/>1350
N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)
Pergerakan bola mata : pergerakan mata baik
Pupil isokor 3mm/3mm, RCL: +/+, RCTL: +/+
Motorik: kesan hemiparese tidak ada
Refleks Fisiologis
: ++/++
Refleks Patologis
: -/-
Sensorik
: TVD
Otonom
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekret Keringat
: baik
Pemeriksaan lab
Glukosa darah sewaktu
: 22 (70-140)
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thorax :
Aorta elongasi dan kalsifikasi
Jantung dan paru dalam batas normal
Suspek skoliosis vertebra torakal dengan konveksitas kanan
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis etiologis
Diagnosa topis
Diagnosa patologi
Diagnosis kerja
IX. PENATALAKSANAAN
- Dextros 5% 3x5 cc iv
- Perdipine 0,25 mg/1 kgBB
- Citicolin 2x500 mg po
- Noperten 1x10 mg po
- Ascardia 1x80 mg po
- CPC 1X75 mg
- Ceftriaxon 1x2 gram
X. PROGNOSA
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Ensefalopati Metabolik merupakan gangguan neuropsikiatrik akibat penyakit metabolik otak.
Ensefalopati Metabolik adalah pengertian umum keadaan klinis yang ditandai dengan :
1. Penurunan kesadaran sedang sampai berat
2. Gangguan neuropsikiatrik : kejang, lateralisasi
3. Kelainan fungsi neurotransmitter otak
4. Tanpa di sertai tanda tanda infeksi bacterial yang jelas
Penyebab hipoglikemia
1. Pada pasien DM
Defisiensi insulin endogen, yang sekaligus menandakan bahwa telah terjadi penurunan
respon glukagon.
-Terapi DM secara agresif, yang terlihat dari rendahnya target terapi, baik glukosa darah,
HbA1c, atau keduanya.
-Riwayat hipoglikemia
-Latihan jasmani dengan intensitas menengah hingga berat
-Tidur
-Gagal ginjal
-Gagal hati
-Pasca persalinan pada ibu yang menggunakan terapi insulin saat hamil
-Asupan makan tidak adekuat
2. Pada pasien non DM
- Pasien yang sakit atau dalam pengobatan
- Alkohol
-Penyakit kritis
- Gagal hati, ginjal, atau jantung
- Sepsis
-Kurang asupan nutrisi
- Alergi obat-obatan
- Defisiensi hormonal
ENCEFALOPATI UREMIK
Pendahuluan
Ensefalopati uremik adalah gangguan otak organik. Penyakit ini berkembang pada pasien dengan
gagal ginjal akut atau kronis, biasanya ketika kadar bersihan kreatinin (CrCl) rendah dan tetap di
bawah 15 mL / menit. Manifestasi dari sindrom ini bervariasi dari gejala ringan (e.g. kelesuan,
kelelahan) hingga gejala yang parah (e.g. kejang, koma). Keparahan dan perkembangan
tergantung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
Gejala Klinis
1. Gejala awal
a. Anoreksia
b. Nausea
c. Gelisah
d. Mengantuk
e. Hilangnya kemampuan untuk konsentrasi
f. Fungsi kognitif terlambat
2. Gejala lebih parah
a. Muntah
b. Emosional votalitas
c. Penurunan fungsi kognitif
d. Disorientasi
e. Kebingungan
f. Perilaku aneh
3. Dengan berlangsungnya ensefalopati uremik, dapat timbul gejala myoclonus, asterixis,
kejang, stupor dan koma.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan jumlah sel darah lengkap untuk mendeteksi leukositosis, yang mungkin
menunjukkan penyebab infeksi dan menentukan apakah terdapat anemia.
2. Pemeriksaan kalsium serum, fosfat, dan kadar PTH untuk menentukan adanya
hiperkalsemia, hipofosfatemia, dan hiperparatiroidisme yang parah, yang menyebabkan
ensefalopati metabolik.
3. Kadar magnesium serum mungkin meningkat pada pasien dengan insufisiensi ginjal,
terutama
jika
pasien
mengkonsumsi
magnesium
yang
mengandung
antasida.
a. Menentukan kadar obat karena obat dapat terakumulasi pada pasien dengan gagal
ginjal dan berkontribusi untuk ensefalopati (misalnya, digoxin, lithium).
b. Beberapa obat tidak dapat dideteksi dan diekskresikan oleh ginjal. Ini juga dapat
terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal, sehingga terjadinya ensefalopati
(misalnya, penisilin, cimetidine, meperidin, baclofen).
Pemeriksaan Radiologi
1. Pasien dengan gejala ringan, awalnya pasien diobati dengan dialisis dan diamati untuk
perbaikan neurologis.
2. Pasien dengan gejala parah
a. Pemeriksaan MRI atau CT scan kepala untuk pasien uremik dengan gejala
neurologis yang parah untuk menyingkirkan kelainan struktural (misalnya, trauma
serebrovaskular, massa intrakranial).
b. CT scan tidak menunjukkan adanya temuan karakteristik ensefalopati uremik.
Pemeriksaan Lain
1. Elektroensefalogram
a. Pemeriksaan EEG biasanya dilakukan pada pasien dengan ensefalopati metabolik.
Temuan biasanya meliputi:
i. Perlambatan dan hilangnya gelombang frekuensi alpha
ii. Disorganisasi
iii. Semburan intermiten gelombang theta dan delta dengan aktivitas latar
belakang lambat.
b. Pengurangan frekuensi gelombang EEG berkorelasi dengan penurunan fungsi
ginjal dan perubahan dalam fungsi otak. Setelah periode awal dialisis, stabilisasi
klinis mungkin terjadi saat temuan EEG tidak membaik. Akhirnya, hasil EEG
bergerak ke arah normal.
2. Tes fungsi kognitif: Beberapa tes fungsi kognitif yang digunakan untuk mengevaluasi
ensefalopati uremik.
a. Uremia dapat mengakibatkan hasil buruk pada tes membuat-keputusan, yang
mengukur kecepatan psikomotor, tes memori terus menerus, yang mengukur
rekognisi jangka pendek, dan tes waktu reaksi pilihan, yang mengukur membuat
keputusan sederhana.
b. Perubahan dalam waktu reaksi pilihan tampaknya berkorelasi baik dengan gagal
ginjal.
Penatalaksanaan
1. Tidak ada obat yang spesifik untuk pengobatan ensefalopati.
2. Esefalopati uremik pada pasien dengan gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis
merupakan indikasi untuk inisiasi terapi dialisis Setelah mulai dialisis, pasien umumnya
membaik secara klinis, meskipun temuan EEG tidak segera membaik.
3. Pada pasien dengan stadium akhir penyakit ginjal (ESRD), kelainan EEG umumnya
membaik setelah beberapa bulan tetapi mungkin tidak normal sepenuhnya.
4. Mengatasi faktor-faktor berikut ketika merawat ensefalopati uremik, yang juga termasuk
dalam perawatan standar dari setiap pasien dengan ESRD:
a. Kecukupan dialisis
b. Koreksi anemia
c. Pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat
5. Diet Untuk menghindari malnutrisi pada pasien dengan ESRD, asupan protein dijaga
tetap cukup (>1g/kgBB/h) dan memulai dialisis (meskipun adanya ensefalopati).
6. Tirah baring
Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Kematian
Prognosis
Dengan terapi dialisis yang cepat, kadar mortalitas adalah rendah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifputera,A.
Jakarta.2014.
2. Lohr
JW.
Uremic
Encephalopathy.
http://emedicine.medscape.com/article/239191-overview.
Available
at