1. Perencanaan Audit
1.1.
Rencana Audit
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. Sebelum melaksanakan
pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana
audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai :
1) Pedoman pelaksanaan audit
2) Dasar untuk menyusun anggaran
3) Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen
4) Alat untuk menetapkan standar
5) Alat pengendalian
6) Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh
perusahaan.
Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan.
Yang dimaksud dengan auditee adalah entitas organisasi, atau ; bagian/unit
organisasi, atau ; operasi dan program termasuk proses, aktivitas dan
kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian audit dapat dilakukan dengan 3
(tiga) metode, yaitu :
1) Systematic selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan
yang berkenaan dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan.
Secara
tipikal
jadwal
tersebut
dikembangkan
dengan
2) Ad Hoc Audits
Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa
operasi tidak selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan.
Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal
untuk mengaudit bidang/area fungsional tertentu yang dipandang
bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris
memilih auditee bagi auditror internal.
3) Auditee Requests
Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input
dari auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan
pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap operasi yang berada
di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan
permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap
harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya.
Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik
dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit
Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk
membantu
manajemen
dalam
mencapai
akuntabilitasnya
dan
Secara
individual,
tujuan
audit
internal
dapat
yang
harus
dipertimbangkan
oleh
auditor
dalam
informasi akuntansi.
Penetapan tingkat resiko pengendalian yang di rencanakan.
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas umtuk tujuan audit.
Pos laporan keuangan yang mungin memerlukan penyesuaian.
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit. seperti risiko kekeliruan atau kecurangan material atau
Contoh
laporan Auditor
tentang
laporan
keuangan
1.2.
Penilaian Resiko
Perencanaan audit harus disusun dengan mempertimbangkan risiko
yang dihadapi organisasi yang akan diauditnya. Dalam hal ini, auditor
pada
aktivitas/operasional
organisasi,
sehingga
bila
risiko
auditor
tanpa
disadari
tidak
memodifikasi
pendapatnya
segmen
audit
yang
melampaui
batas
toleransi
sebelum
10
auditnya,
sehingga
dia
memperoleh
kayakinan
bahwa
Program Audit
Program audit atau audit program merupakan kumpulan prosedur
audit (dibuat tertulis) yang rinci dan dijalankan untuk mencapai tujuan
audit (akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk
Compliance Test dan Substantive Test). Program audit adalah rangkaian
yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.
10
11
11
12
untuk
melihat
kecenderungan/trend
dan
perubahan-
menunjukkan
adanya
perubahan-perubahan
dari
12
13
yang
diaudit
digunakan
sebagai
kriteria
untuk
13
14
yang diaudit. Sebagai contoh : pada aktivitas pembelian bahan baku, salah
satu tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh barang dengan harga
yang benar.
Oleh karena itu yang terpenting dari aktivitas pembelian untuk
mencapai tujuan tersebut adalah apakah ada mekanisme penawaran yang
terbuka dan kompetitif ?, dan bila ada apakah mekanisme tersebut
dilaksanakan ?, Itulah yang harus menjadi fokus dalam program audit, dan
bukan kondisi yang mungkin menarik misalnya bahwa salah satu dari
supliernya memiliki hubungan keluarga dengan manajer logistik.
14
15
15
16
terhadap
ancaman
(terjadinya
kesalahan/penyimpangan)
16
17
2. Prosedur Analitis
2.1.
Pendahuluan
Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit
dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data
nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling
sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan
dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa
17
18
hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan
berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu
yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup
antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi,
perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman
hubungan
keuangan
adalah
pent
ing
dalam
jumlah
yang
tercatat
dengan
yang
diharapkan,
18
19
harapan
tersebut
dengan
mengidentifikasi
dan
19
20
menggunakan
data
gabungan
yang
digunakan
untuk
kedua
keadaan
tersebut,
prosedur
analitik
yang
20
21
2.3.
21
22
22
23
lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun
neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu
periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu
titik waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung
pada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga.
Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan
biaya pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap atau mereka
mungkin menunda suatu pengeluaran klien.
c. Ketersediaan
dan
keandalan
data
yang
digunakan
untuk
mengembangkan harapan.
Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk
mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk
menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha
tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau
ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan
untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia
dan mungkin akan lebih efektif clan efisien untuk menggunakan
catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi tersebut.
Auditor
memperoleh
keyakinan
dari
prosedur
analitik
23
24
analitik.
Auditor
harus
menilai
keandalan
data
dengan
24
25
25
26
2.4.
merencanakan
prosedur
analitik
sebagai
pengujian
26
27
27