Anda di halaman 1dari 27

1

1. Perencanaan Audit
1.1.
Rencana Audit
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. Sebelum melaksanakan
pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana
audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai :
1) Pedoman pelaksanaan audit
2) Dasar untuk menyusun anggaran
3) Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen
4) Alat untuk menetapkan standar
5) Alat pengendalian
6) Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh
perusahaan.
Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan.
Yang dimaksud dengan auditee adalah entitas organisasi, atau ; bagian/unit
organisasi, atau ; operasi dan program termasuk proses, aktivitas dan
kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian audit dapat dilakukan dengan 3
(tiga) metode, yaitu :
1) Systematic selection
Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan
yang berkenaan dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan.
Secara

tipikal

jadwal

tersebut

dikembangkan

dengan

mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan


tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih.

2) Ad Hoc Audits
Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa
operasi tidak selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan.
Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal
untuk mengaudit bidang/area fungsional tertentu yang dipandang
bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris
memilih auditee bagi auditror internal.
3) Auditee Requests
Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input
dari auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan
pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap operasi yang berada
di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan
permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap
harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya.
Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik
dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit
Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk
membantu

manajemen

dalam

mencapai

akuntabilitasnya

dan

memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian


manajemen.

Secara

individual,

tujuan

audit

internal

dapat

diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit.


2) Review atas file audit
Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali
laporan-laporan dan informasi dari file audit yang telah dilakaukan
sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi
sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.
3) Menyeleksi tim audit
Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban
tanggungjawab yang akan dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan
keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-bidang tertentu.
4) Komunikasi pendahuluan dengan auditee dan pihak lain yang
berkepentingan
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang
berkenaan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan
akses terhadap fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh
informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait.
5) Mempersiapkan program audit pendahuluan
Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti
sasaran dan tujuan, serta ruang lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan

khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur audit


yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji.
6) Merencanakan laporan audit
Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan
hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.
Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir mengenai bagaimana
laporan akan disusun, kapan akan diberikan/dikirimkan, dan siapa
yang akan menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk
mengantisipasi detail (rincian) yang akan disajikan dalam laporan dan
untuk mengembangkan beberapa parameter dasar.
7) Persetujuan atas program audit dari kepala bagian audit internal
Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa
prosedur kerja mendukung tujuan, sasaran, dan ruang lingkup audit.
Hal-hal

yang

harus

dipertimbangkan

oleh

auditor

dalam

perencanaan audit adalah :


a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan
industri dimana satuan usaha tsb beroperasi di dalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tsb.
c. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tsb dalam mengolah
d.
e.
f.
g.

informasi akuntansi.
Penetapan tingkat resiko pengendalian yang di rencanakan.
Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas umtuk tujuan audit.
Pos laporan keuangan yang mungin memerlukan penyesuaian.
Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit. seperti risiko kekeliruan atau kecurangan material atau

adanya transaksi antar pihak pihak yang mempunyai hubungan


istimewa.
h. Sifat laporan audit yang di harapkan akan di serahkan kepada pemberi
tugas.

Contoh

laporan Auditor

tentang

laporan

keuangan

konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,


laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap
kontrak perjanjian ).
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan
sifat, lingkup, dan pada saat pekerjaan harus dilaksanakan, yaitu membuat
suatu program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis) untuk
setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur
audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan
audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi
sesuai dengan keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi
dapat menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah
direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus
diperlukan, seperti dalam mempertimbangkan dampak pengolahan
komputer terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern,
kebijakan dan prosedur atau untuk merancang dan melaksakan prosedur
audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau
tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari
staf kantor akuntannya atau ahli dari luar.

Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor


harus memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan
computer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut,
untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut
mencapai tujuan auditor dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit yang
diterapkan berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain
yang direncanakan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan
tugasnya dengan sebaik baiknya, yakni sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi
saat itu
b. Untuk membantu menekan biaya audit
c. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien
Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

1.2.

Perencanaan awal audit


Memperoleh informasi mengenai latar belakang
Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Menentukan materialitas dan risiko
Memahami struktur pengendalian intern
Mengembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh

Penilaian Resiko
Perencanaan audit harus disusun dengan mempertimbangkan risiko
yang dihadapi organisasi yang akan diauditnya. Dalam hal ini, auditor

internal harus memanfaatkan output dari hasil penilaian risiko dalam


perancangan program audit. Oleh karena itu, auditor perlu memahami
proses berikut alat yang digunakan dalam penilaian risiko tersebut.
Yang dimaksud dengan penilaian risiko adalah kegiatan identifikasi
dan analisis terhadap risiko yang relevan dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi sebagai dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko
tersebut. Penilaian risiko tersebut penting untuk dilakukan sebab kondisi
perekonomian, industri, regulasi, dan operasional organisasi terus berubah
misalnya, adanya regulasi yang baru pada bidang perpajakan, ketenagakerjaan, ekspor-import, masuknya kompetitor baru ke industri dimana
perusahaan berada, kompetitor mengenalkan produk baru, penggunaan
teknologi baru, dll. Dalam kerangka pengendalian internal, manajemen
harus melakukan penilaian risiko yang dihadapi organisasinya, sehingga
dapat menerapkan bentuk/prosedur pengendalian yang tepat.
Auditor internal berkepentingan untuk menilai pengendalian yang
ada

pada

aktivitas/operasional

organisasi,

sehingga

bila

risiko

teridentifikasi, maka auditor dapat menentukan prosedur pengendalian


yang seharusnya ada untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat
tercapai, dan bila risiko tersebut tidak tertangani dengan baik, maka
auditor dapat menentukan rekomendasi yang tepat bagi manajemen untuk
memperbaiki pengendalian/operasionalnya. Lebih spesifik, dalam konteks
audit keuangan, penilaian risiko berguna untuk menentukan risiko audit

yang terdiri atas risiko inheren/bawaan, risiko pengendalian, dan risiko


pendeteksian.
Risiko audit diartikan sebagai tingkat ketidakpastian tertentu yang
dapat diterima auditor dalam pelaksanaan auditnya, Risiko yang timbul
karena

auditor

tanpa

disadari

tidak

memodifikasi

pendapatnya

sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung


salah saji material, misalnya: ketidakpastian validitas dan reliabilitas bukti
audit, ketidakpastian mengenai efektivitas pengendalian internal, dll.
Umumnya risiko tersebut sulit diukur, oleh karena itu perlu penanganan
yang hati-hati dan seksama agar kualitas pekerjaan audit dapat terjaga.
Resiko Audit Diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang
tanggung jawab dan fungsi auditor independen,Karena sifat bukti audit
dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan
memadai, bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.
Risiko inheren berkenaan dengan kemungkinan adanya kekeliruan
dalam

segmen

audit

yang

melampaui

batas

toleransi

sebelum

memperhitungkan faktor efektivitas pengendalian internal. Risiko inheren


adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang
material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal. Oleh karena
itu bila risiko inheren tinggi, maka auditor harus mengumpulkan bukti
audit yang lebih banyak.

Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko


inheren antara lain :
1) Sifat bidang usaha organisasi.
2) Integritas manajemen.
3) Motivasi manajemen.
4) Hasil audit sebelumnya
5) Hubungan istimewa.
6) Transaksi non rutin.
7) Kerentanan terhadap fraud, dll.

Risiko pengendalian berkenaan dengan kemungkinan adanya


kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak
terdeteksi atau tidak dapat dicegah oleh pengendalian internal. Risiko
pengendalian dipengaruhi oleh faktor efektivitas pengendalian internal,
dan keandalan penetapan risiko yang direncanakan (penetapan di bawah
100%), oleh karena itu bila risiko pengendalian ditetapkan tinggi, maka
auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak.
Risiko pendeteksian berkenaan dengan kemungkinan terjadinya
kekeliruan dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak
terdeteksi karena pengujian menggunakan uji petik, prosedur audit yang
tidak tepat/salah aplikasi, kekeliruan interpretasi atas hasil implementasi
prosedur audit. Guna meminimalkan risiko pendeteksian, auditor harus

10

mengembangkan perencanaan audit secara tepat, dan melakukan supervisi


atas pelaksanaan audit.
Konsep audit berbasis risiko menempatkan kegiatan observasi dan
analisis terhadap pengendalian sebagai

starting point, kemudian

mengembangkan auditnya pada bidang/area yang memerlukan pengujian


dan evaluasi lebih lanjut. Bila pengendalian internal lemah (artinya risiko
pengendalian tinggi), maka auditor cenderung untuk memperluas ruang
lingkup

auditnya,

sehingga

dia

memperoleh

kayakinan

bahwa

tanggungjawab auditnya dapat dilaksanakan sesuai dengan standar


profesional yang berlaku.
Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif dan
kualitatif . Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit
terdiri dari beberapa atau seluruh saldo akun atau golongan transaksi yang
mempengaruhi risiko bawaan (lihat SA Seksi 316, PSA No.32 dan PSA
No. 70 Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan,
paragraf 10).
1.3.

Program Audit
Program audit atau audit program merupakan kumpulan prosedur
audit (dibuat tertulis) yang rinci dan dijalankan untuk mencapai tujuan
audit (akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk
Compliance Test dan Substantive Test). Program audit adalah rangkaian
yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.

10

11

Dengan demikian program audit merupakan rencana langkah kerja yang


harus dilaksanakan berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya program audit merupakan rencana tertulis untuk
mengarahkan audit, dan oleh karena itu merupakan salah satu alat
pengendalian audit (Secara singkat program audit digunakan untuk
menjawab : what is to be done, when it is to be done, how it is to be done,
who will do it, dan how long it will take)
Penyusunan program audit harus disesuaikan dengan kondisi
organisasi/bidang/ area fungsional yang akan diaudit. Pendekatan yang
dapat digunakan dalam mengembangkan program audit adalah :
1) Menyusun program audit selama tahap persiapan audit
2) Menyusun program audit setelah melaksanakan survai pendahuluan
3) Menggunakan program audit standar untuk operasi yang spesifik.
Tujuan Audit Program untuk mengetahui apakah penyajian laporan
keuangan oleh manajemen dari sisi eksistensi atau keterjadian,
kelengkapan, hak dan kewajiban, pemilaian atau alokasi serta penyajian
dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidk menyesatkan terhadap
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Manfaat Audit Program :
a. Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan instruksi
bagaimana harus menyelesaikan

11

12

b. Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan, dan pengendalian


pemeriksaan
c. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien
Berdasarkan kepada sifat operasi yang akan diaudit, program audit
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1) Program audit individual (tailored/individual audit program)
Yaitu program audit yang disusun tersendiri untuk masingmasing audit, dan tidak menggunakan bentuk standar, serta disusun
setelah melaksanakan survai pendahuluan.
2) Program audit proforma,
Yaitu program audit yang dikembangkan untuk berbagai tujuan
dan disiapkan guna mengumpulkan informasi yang sama dari beberapa
periode

untuk

melihat

kecenderungan/trend

dan

perubahan-

perubahannya.Program audit proforma disiapkan sebelum survai


pendahuluan dilaksanakan, dan dapat direvisi bila hasil survai
pendahuluan

menunjukkan

adanya

perubahan-perubahan

dari

kegiatan-kegiatan yang diaudit.


Program audit disiapkan oleh Ketua Tim Audit Internal dan
disetujui oleh Kepala Bagian Audit Internal. Program audit yang baik
harus memuat informasi mengenai :
1) Tujuan audit

12

13

Tujuan audit yang dimaksud dalam program audit adalah tujuan


yang bersifat khusus (bukan tujuan umum seperti yang terdapat pada
batasan dan ruang lingkup audit internal). Tujuan audit yang bersifat
khusus tersebut dikaitkan dengan tujuan operasi yang akan diauditnya,
dimana tujuan audit ditetapkan untuk menentukan apakan sistem
operasi yang dirancang dan diimplementasikan dapat mencapai
tujuannya atau tidak.
2) Daftar Pengendalian yang ada atau yang diperlukan.
Daftar pengendalian yang ada/diperlukan/semestinya ada pada
operasi

yang

diaudit

digunakan

sebagai

kriteria

untuk

menguji/mengevaluasi bidang/area yang diaudit. Dalam hal ini


prosedur audit dikembangkan berdasarkan kriteria tersebut.
3) Prosedur audit.
Prosedur audit merupakan suatu teknik yang digunakan auditor
untuk memperoleh bukti audit yang akan digunakan untuk menentukan
(melalui uji dan evaluasi) apakah tujuan operasi yang diaudit dapat
tercapai atau tidak.
4) Staf pelaksana.
5) Komentar atas hasil pengujian.
Agar efektif, program audit harus terfokus kepada apa yang
esensial (terpenting) dari suatu operasi yang diaudit guna mencapai
tujuannya, dan bukan terfokus kepada apa yang menarik dari suatu operasi

13

14

yang diaudit. Sebagai contoh : pada aktivitas pembelian bahan baku, salah
satu tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh barang dengan harga
yang benar.
Oleh karena itu yang terpenting dari aktivitas pembelian untuk
mencapai tujuan tersebut adalah apakah ada mekanisme penawaran yang
terbuka dan kompetitif ?, dan bila ada apakah mekanisme tersebut
dilaksanakan ?, Itulah yang harus menjadi fokus dalam program audit, dan
bukan kondisi yang mungkin menarik misalnya bahwa salah satu dari
supliernya memiliki hubungan keluarga dengan manajer logistik.

Beberapa aktifitas/kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka


penyusunan program audit antara lain :
1) Review atas laporan audit, program audit, dan kertas kerja audit
periode sebelumnya, serta dokumen lain dari audit sebelumnya
termasuk hal-hal yang masih memerlukan tindak lanjut audit. Hal
tersebut bermanfaat sebagai dasar untuk menentukan ruang lingkup
audit yang akan dilaksanakan.
2) Melaksanakan survey pendahuluan untuk mengetahui tujuan dan
pelaksanaan dari operasi/kegiatan, tingkat risiko (aktual dan atau
potensi), serta pengendaliannya.
3) Review atas kebijakan dan prosedur dari fungsi yang diaudit guna
menentukan area/bidang yang memungkinkan dapat diukur dan dinilai,

14

15

dan menentukan apakah fungsi tersebut berjalan/beroperasi sesuai


dengan yang diharapkan oleh manajemen.
4) Review atas literatur audit internal yang berkenaan dengan area yang
diaudit. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi terbaru
mengenai teknik pengujian yang dapat diterapkan pada aktivitas yang
diaudit.
5) Menyusun bagan arus dari operasi/aktivitas yang diaudit untuk
mengidentifikasi kelemahan sistem, dan untuk melakukan analisis
visual atas proses transaksi.
6) Review atas standar kinerja (internal atau eksternal/industri (bila ada))
untuk memperoleh tolok ukur guna menguji dan mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas operasi yang diaudit dan menentukan apakah
operasi yang dimaksud mengacu kepada standar yang telah ditetapkan.
7) Melakukan interview dengan auditee dan menyampaikan tujuan dan
ruang lingkup audit untuk memperoleh kesepahaman (menghindari
kesalahpahaman) dengan auditee.
8) Menyusun anggaran yang merinci sumber daya yang diperlukan, guna
menggambarkan estimasi mengenai jumlah staf dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan audit.
9) Melakukan interview dengan pihak-pihak tertentu yang berhubungan
dengan fungsi yang diaudit untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
baik mengenai operasi dan mengidentifikasi masalah yang mungkin

15

16

ada, serta untuk menjalin koordinasi dengan pihak-pihak yang


berhubungan dengan fungsi yang diaudit.
10) Membuat daftar mengenai risiko yang material yang harus
dipertimbangkan untuk memastikan bahwa bidang/area yang paling
rentan

terhadap

ancaman

(terjadinya

kesalahan/penyimpangan)

mendapat perhatian yang tepat/khusus.


11) Untuk setiap risiko yang teridentifikasi, ditetapkan pengendaliannya
dan dipastikan apakah pengendalian yang dimaksud memadai.
Haltersebut dilakukan untuk mengetahui apakah pengendalian yang
ada dapat mengurangi/menekan risiko yang teridentifikasi tersebut
atau tidak.
12) Menentukan substansi dari masalah untuk mengidentifikasi tingkat
kesulitan dalam pelaksanaan audit.
Program audit perlu memperhatikan kriteria tertentu agar tujuan
audit yang ditetapkan dapat tercapai. Kriteria yang dimaksud antara lain :
1) Tujuan dari suatu operasi yang diaudit harus dinyatakan secara hatihati dan disetujui oleh auditee, sehingga tujuan audit atas operasi yang
dimaksud dapat ditetapkan dengan tepat.
2) Program audit harus disesuaikan dengan penugasan auditnya, dan tidak
bersifat memaksakan/mendikte.
3) Setiap langkah kerja yang diprogram harus memperlihatkan alasan
yang kuat (yaitu berdasarkan tujuan operasi yang diaudit dan
pengendalian yang diuji).

16

17

4) Langkah kerja diungkapkan dalam bentuk instruksi (bukan dalam


bentuk pertanyaan ya atau tidak atau dangkal serta bias).
5) Program audit harus mengindikasikan skala prioritas dari langkah kerja
(upaya untuk memperoleh bukti audit utama harus didahulukan).
6) Program Audit harus fleksibel.
7) Program audit harus fisibel untuk dilaksanakan, baik dari aspek
anggaran, staf pelaksana, maupun (rentang) waktunya.
8) Program audit hanya memuat informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan audit (ringkas, jelas, dan fokus).
9) Program audit harus memuat bukti persetujuan Pimpinan Bagian Auidt
Internal sebelum dilaksanakan, termasuk perubahannya.

2. Prosedur Analitis
2.1.
Pendahuluan
Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit
dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data
nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling
sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan
dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa

17

18

hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan
berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu
yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup
antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi,
perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman

hubungan

keuangan

adalah

pent

ing

dalam

merencanakan dan mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum


juga menuntut dimilikinya pengetahuan tentang klien dan industri yang
menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan
keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan
jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil apabila
membandingkan

jumlah

yang

tercatat

dengan

yang

diharapkan,

membutuhkan pertimbangan auditor.


Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit lainnya.
b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review
akhir audit.
Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan
pada butir a dan c di atas untuk semua audit laporan keuangan yang
dilakukan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Sebagai tambahan, dalam beberapa hal, prosedur analitik lebih

18

19

efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk mencapai tujuan


pengujian substantif.
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang
tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat,
dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor
mengembangkan

harapan

tersebut

dengan

mengidentifikasi

dan

menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan


terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya.
Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam
mengembangkan harapan:
a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan
dengan memperhatikan perubahan yang diketahui.
b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk
ekstrapolasi dari data interim atau tahunan.
c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.
d. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang
relevan.
2.2.

Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit


Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk
membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan
transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit
harus ditujukan untuk:

19

20

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau


peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko
tertentu yang bersangkutan dengan audit.
Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal
seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio
serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan
laporan keuangan dan perencanaan audit.
Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit
umumnya

menggunakan

data

gabungan

yang

digunakan

untuk

pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup,


dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda
tergantung atas ukuran dan kerumitan klien.
Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review
atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan,
dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap
awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain,
prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan
yang ekstensif.
Pada

kedua

keadaan

tersebut,

prosedur

analitik

yang

dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar


dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan
yang efektif. Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam
perencanaan audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi

20

21

kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan.


Misalnya, jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah barang yang
diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam
mencapai tujuan prosedur.

2.3.

Prosedur Analitik yang digunakan untuk Pengujian Substantif


Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai
tujuan audit yang berhubungan dengan suatu asersi1 dapat berasal dari
pengujian rinci, dari prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya.
Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan
audit tertentu didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas
dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada.
Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang
diinginkannya dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan
memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur
mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi
tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat
keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik mungkin
tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat
keyakinan yang diinginkan. Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari
suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji
tergantung atas, antara lain:
a. Sifat asersi.

21

22

Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan


efisien atas asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak
dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung
tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji yang
dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran
yang tidak sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi
individual. Perbedaan dari hubungan yang diharapkan dapat juga
menunjukkan kemungkinan penghilangan dari catatan akuntansi
bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang
seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia.

b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.


Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat
hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti
berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat
mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Di
samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan dapat
memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai. Karena
tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik
dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan.
Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih
dapat diduga daripada hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis
atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi cenderung

22

23

lebih dapat diduga dari pada hubungan yang melibatkan hanya akun
neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu
periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu
titik waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung
pada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga.
Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan
biaya pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap atau mereka
mungkin menunda suatu pengeluaran klien.
c. Ketersediaan

dan

keandalan

data

yang

digunakan

untuk

mengembangkan harapan.
Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk
mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk
menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha
tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau
ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan
untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia
dan mungkin akan lebih efektif clan efisien untuk menggunakan
catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi tersebut.
Auditor

memperoleh

keyakinan

dari

prosedur

analitik

berdasarkan atas konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang


dikembangkan dari data yang diperoleh dari sumber lainnya.
Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus
sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur

23

24

analitik.

Auditor

harus

menilai

keandalan

data

dengan

mempertimbangkan sumber data dan kondisi yang melingkupi


pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin dimiliki
auditor mengenai data itu. Faktor berikut ini mempengaruhi
pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan
audit:
a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau
dari sumber di dalam entitas.
b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang
bertanggung jawab atas jumlah yang diaudit.
c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan
dengan pengendalian memadai.
d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau
tahun sebelumnya.
e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari
berbagai sumber.
d. Ketepatan Harapan
Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat
keyakinan yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin
merupakan salah saji yang material, baik secara individu atau secara
kelompok, dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk diaudit
oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan menjadi lebih tepat,
toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga
jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur analitik

24

25

dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan besar


karena salah saji.
Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan
pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan
mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang
digunakan untuk mengembangkan harapan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai contoh, penjualan
dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk. Sebaliknya,
masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan faktor
yang bertentangan dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih
efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi
hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya
keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik.
Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya
mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah
saji jumlah tertentu daripada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan
biasanya akan lebih efektif dari pada jumlah tahunan dan perbandingan
berdasarkan lokasi atau jalur usaha biasanya akan lebih efektif dari
pada membandingkan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat
kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan
kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang material menjadi kabur
akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi klien

25

26

menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan


membantu mengurangi risiko ini.

2.4.

Penyelidikan dan Evaluasi Perbedaan yang Signifikan


Dalam

merencanakan

prosedur

analitik

sebagai

pengujian

substantif, auditor harus mempertimbangkan jumlah perbedaan yang


diharapkan yang dapat diterima tanpa penyelidikan lebih lanjut.
Pertimbangan ini dipengaruhi terutama oleh materialitas dan harus
konsisten dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur ini.
Penentuan jumlah ini melibatkan pertimbangan kemungkinan bahwa
kombinasi dari salah saji dalam saldo akun tertentu, atau golongan
transaksi tertentu, atau saldo atau golongan transaksi lainnya, dapat
terhimpun menjadi suatu jumlah yang tidak dapat diterima.
Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak
diharapkan. Dengan mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang
digunakan dalam mengembangkan harapan dan permintaan keterangan
dari manajemen dapat membantu auditor dalam hal ini Namun, tanggapan
manajemen biasanya harus didukung dengan bukti lain. Dalam keadaan
tersebut, bila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, auditor
harus mendapatkan bukti yang cukup mengenai asersi yang bersangkutan

26

27

dengan melakukan prosedur audit lainnya untuk meyakinkan dirinya


apakah perbedaan tersebut kemungkinan merupakan salah saji Dalam
mendesain prosedur audit lainnya itu, auditor harus mempertimbangkan
perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, yang mungkin menunjukkan risiko
yang meningkat dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA
No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.)
2.5.

Prosedur Analitik yang digunakan dalam Review yang


Menyeluruh
Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review
menyeluruh adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan
yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur analitik mungkin
bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi
pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:
Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang
tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu
perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan
Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang
sebelumnya tidak diidentifikasi.

27

Anda mungkin juga menyukai