INDUSTRI TAHU
(Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten)
EMAWATI
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan,
Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Jurusan,
Sosek Pertanian/Agribisnis
ii
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi
Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten).
Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa
tanggal 6 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis.
Tim Penguji
Penguji I
Penguji II
DR. Elphawati, MM
Mengetahui,
Dekan,
Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Jurusan,
Sosek Pertanian/Agribisnis
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Emawati
102092026373
iv
RINGKASAN
EMAWATI. 102092026373. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi
Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten).
(Dibawah bimbingan SETYO ADHIE dan ENY DWININGSIH).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke
tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan
hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami pertumbuhan (BPS,
2005). Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu
adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini
sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan (Sarwono
dan Saragih, 2004: 2).
Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM DARI
WARNET) akhir-akhir ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka
usaha tahu tidak lagi menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut justru menjadi
tantangan bagi produsen untuk menghasilkan produk tahu yang terbuat dari bahan
alami tanpa bahan pengawet sesuai dengan keinginan konsumen.
Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial industri tahu
pada UD. Tahu Bintaro, dan menganalisis tingkat sensitivitasnya terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
karena perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang
menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang
cukup besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Sedangkan sumber datanya berasal dari data primer, dan
sekunder.
Analisis kualitatif meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek
dampak lingkungan, sedangkan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pada
aspek finansial seperti cash flow, NPV, IRR, Payback Period (PP), Net B/C Ratio,
BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.
Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya
adalah berasal dari modal sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini, penulis
menggunakan simulasi dengan menggunakan modal pinjaman sebesar 40 persen.
Hasil kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak
dengan nilai NPV sebesar 605,670 juta, nilai IRR adalah sebesar 28,52%, Net
B/C Ratio sebesar 1,51, payback period-nya 3 tahun 2 bulan 11 hari, ROI untuk
tahun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 sebesar 11,49, sedangkan untuk tahun ke-5 dan 10
sebesar 20,43, dan 30,63, BEP volume produksi 22.617 bungkus atau penerimaan
sebesar total biaya produksinya yaitu Rp 90.288.893,- per bulan dan BEP harga
jual sebesar Rp 2.850,- per bungkus. Hasil analisis kelayakan finansial dengan
40% modal pinjaman juga dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 105,828
juta, nilai IRR sebesar 17,94%, nilai Net B/C Ratio sebesar 1,09, payback periodnya 5 tahun 3 bulan 25 hari, ROI pada tahun ke 1, 2, 3, 4 sebesar 9,53, untuk
tahun ke-6, 7, 8, 9 sebesar 22,49, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 adalah
sebesar 7,73 dan 30,63.
Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan
keemapat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga
kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%,
sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%,
harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan
penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan
penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis
sensitivitas dengan 40% modal pinjaman sensitiv terhadap perubahan penurunan
penerimaan sebesar 10%, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal
penurunan penerimaannya adalah sebesar 1%. Selain itu, kenaikkan harga kedelai
sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan
usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi
kenaikkan harga solar sebesar 10%.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Alhamdulillaahirabbilaalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial
Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang
telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang diridhoi
oleh-NYA.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan
keterbatasan
dalam
hal
persiapan,
penyusunan
maupun
dalam
tahap
vii
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
RINGKASAN ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
2.1. Landasan Teoritis ...................................................................... 6
2.1.1. Gambaran Umum Tahu.................................................. 6
2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu....................................... 7
2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu ..................................... 9
2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK) ........................ 12
2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil ..................................... 12
2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil ................................. 13
2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis ................................................ 13
2.1.3.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ................... 13
2.1.3.2. Aspek-aspek dalam Studi kelayakan Bisnis...... 14
2.1.3.3. Analisis Sensitivitas ...........................................20
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
2.3. Kerangka Pemikiran................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 26
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 26
3.2. Jenis Dan Sumber Data ........................................................... 26
3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 26
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 27
3.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................. 28
3.4.2. Internal Rate Of Return (IRR) ..................................... 28
3.4.3. Payback Period (PP) .................................................... 29
3.4.4. Net B/C Ratio ............................................................... 30
3.4.5. Break Even Point (BEP)............................................... 31
3.4.6. Return of Invesment (ROI) ........................................... 31
3.4.7. Analisis sensitivitas...................................................... 31
3.5. Definisi Operasional ............................................................... 33
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 19902004 ... 2
2. Nilai Gizi Tahu Dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) ........................... 3
3. Komponen Biaya UD. TB Per Bulan............................................................ 49
4. Pemasukan UD. TB Per Bulan...................................................................... 50
5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) ......................... 51
6. Break Event Point (BEP) UD. TB................................................................. 52
7. Return On Investment (ROI) UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 53
8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal................................................................. 54
9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......... 55
10. Return On Investment (ROI) UD. TB (40% Modal Pinjaman) .................... 56
11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. TB ............................................ 57
12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 58
13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 59
14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 60
15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 61
16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 61
17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 62
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 25
2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro ..................................................... 36
3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro ......................................................... 39
4. Sistem Aerodinamis .................................................................................. 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Pertanyaan...................................................................................... 80
2. Layout Perusahaan .................................................................................... 86
3. Proses Produksi Tahu Line ....................................................................... 87
4. Proses Produksi Tofu Line ........................................................................ 88
5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. TB..................................... 89
6. Volume Penjualan Per Hari Dan Harga Produk Natura Tofu ................... 90
7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006................ 91
8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006 ................................................. 92
9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi Dan Terendah
Rupiah Terhadap Dollar............................................................................ 93
10. Perhitungan BEP Per Bulan ...................................................................... 94
11. Perhitungan Kombinator ........................................................................... 95
12. Klasifikasi Biaya Tetap UD. TB ............................................................... 96
13. Klasifikasi Biaya Tidak Tetap UD. TB..................................................... 97
14. Biaya Penyusutan UD. TB ........................................................................ 98
15. Klasifikasi Manfaat UD. TB ..................................................................... 99
16. Rekapitulasi Biaya Dan Manfaat UD. TB (100% Modal Sendiri).......... 100
17. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (100% Modal Sendiri)............................... 100
18. Aliran Kas UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................ 101
19. Aliran Kas UD. TB (10% Modal Pinjaman)........................................... 102
20. Aliran Kas UD. TB (20% Modal Pinjaman)........................................... 103
xv
xvi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait satu sama
lain, dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah
hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah.
Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap roda
perekonomian suatu negara. Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko
(2002: 244), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas,
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sarwono dan
Saragih (2004: v), kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB)
baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk
meningkatkan usahanya.
Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahan
terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu
alternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini (Anoraga
dan Sudantoko, 2002: 244). Selain dapat menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan nilai tambah bagi produk
pertanian khususnya pangan.
Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah pabrik
pembuatan tahu, hal ini terjadi karena konsumen tahu sangat luas, mencakup
semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah
xviii
dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk
tahu di pasar swalayan.
Menurut Sarwono (2001: 12), sekitar 38 % kedelai di Indonesia
dikonsumsi dalam bentuk tahu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk
pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami
pertumbuhan (BPS, 2005). Pertumbuhan konsumsi tahu perkapita di Indonesia
dari tahun 1990 sampai dengan 2004, terlihat pada Tabel 1.
Konsumsi
1990
1993
1996
1999
2000
2004
4,42
5,04
5,36
6,08
7,70
6,71
xix
Tahu
Kedelai
0,49
0,27
0,14
0,00
0,04
9,13
0,38
6,56
0,11
0,001
0,001
0,03
0.39
0.20
0.36
0.05
0.06
2.53
0.00
6.51
0.09
0.01 (sebagai B kompleks)
-
1.2.
Perumusan Masalah
Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan akses terhadap
xx
pada UD. Tahu Bintaro, perusahaan ini memiliki modal yang cukup kuat dan
tidak perlu membayar angsuran ataupun bunga pinjaman karena modal
keseluruhan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang diterima atas biaya yang
dikeluarkan pada perusahaan ini belum mencapai hasil yang maksimal, karena
modal awal yang cukup besar untuk bangunan, serta pembelian mesin dan
peralatan.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro?
2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?
1.3.
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian
adalah:
1. Menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro.
2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.
1.4.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan
xxi
2. Bagi investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha tahu.
3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan
yang berguna tentang kelayakan finansial usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro
dan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
manfaat dan biaya.
4. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan memperkaya bahan acuan (pustaka) dalam rangka penelitian lanjutan atau
peneliti sejenisnya.
xxii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu
dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd
atau juga tofu (Supriatna, 2005: 6).
Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyarian
kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih, 2004:
2). Pengertian tahu menurut Adisarwanto (2005: 90), tahu adalah produk
koagulasi protein kedelai.
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 5-7), tahu diperdagangkan dengan
berbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain tahu putih atau tahu biasa,
dipasar juga dikenal berbagai tahu komersil yang sudah memiliki nama dan berciri
khas diantaranya yaitu:
1. Tahu Sumedang
Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini
merupakan lembaran-lembaran tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur
lunak dan kenyal.
2. Tahu Cina
Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal
dibandingkan tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm.
xxiii
3. Tahu Kuning
Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning
dkarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit.
4. Tahu Sutera
Tahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, tahu yang berasal dari
Jepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan penutup (dessert).
xxiv
xxv
c. Antibusa
Bahan ini berfungsi untuk mencegah timbulnya busa sewaktu memasak
bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakan dalam
pembuatan tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dan silicone
defoamer. Adanya busa atau gelembung-gelembung udara yang terkait dalam
tahu dapat menurunkan umur simpan tahu.
d. Air
Air sangat berpengaruh pada mutu tahu, oleh karena itu air yang
digunakan harus memenuhi persyaratan untuk industri pangan, seperti tidak
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan
mangan, serta bebas dari jasad renik patogen.
xxvi
xxvii
xxviii
atau hingga air tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai dengan
ukuran yang diinginkan.
xxix
xxx
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7).
xxxi
xxxii
yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20).
5. Aspek Sosial
Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesarbesarnya, namun perusahaan tidak dapat hidup sendirian. Perusahaan hidup
bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan kehidupan yang
kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga
dalam rangka keseimbangan tadi, hendaknya perusahaan memiliki tanggung
jawab sosial.
Bisnis hendaknya memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat diterima
oleh masyarakat, seperti:
a. Membuka lapangan kerja baru
Maksudnya dengan dibukanya proyek bisnis akan menarik masyarakat
sekitar untuk turut membuka lapangan kerja baru.
b. Melaksanakan alih teknologi
Dilakukannya alih teknologi kepada pekerja dengan berbagai cara
pelatihan terprogram dengan baik, maka diharapkan tidak hanya
meningkatkan skill pekerja tetapi juga sikap mental tenaga kerja yang
andal semakin kokoh.
c. Meningkatkan mutu hidup
Adanya proyek bisnis turut serta mengurangi angka pengangguran,
sehingga dapat meningkatkan mutu hidup mereka (Umar, 2003: 252-254).
xxxiii
xxxiv
xxxv
Umar
(2003:
202),
pendapatan
perusahaan
merupakan
xxxvi
2.1.3.3.Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa
pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung sebagai akibat dari ketidakpastian
proyek. Menurut Fatah (1994: 96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji
sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang
dipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi,
menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadap bunga
pinjaman.
Perubahan yang terjadi dalam tingkat penerimaan dan biaya akan
mempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Net B/C Ratio, Break
Even Value (BEP), serta Return Of Investment (ROI) setelah terjadi perubahan.
xxxvii
2.2.
Penelitian Terdahulu
Dananjoyo, A. (2005), melakukan penelitian di Kota Bogor, Provinsi Jawa
xxxviii
xxxix
2.3.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial, sehingga
dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Dalam
mengembangkan usaha tahu pada perusahaan ini, maka terlebih dahulu
diidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspekaspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi:
aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek
hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk
diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung
oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow
sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria
kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk
mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period,
kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dianalisis dengan BEP. Selain itu,
alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya
terhadap kelayakan usaha tersebut.
xl
xli
Aspek
Pemasaran
Aspek
Teknik &
Produksi
Aspek
Manajemen
& SDM
Aspek
Aspek
Aspek
Finansial
Hukum
Sosial
Aspek
Dampak
Lingkungan
1. Cash Flow
Inflow
Outflow
2. Kriteria Kelayakan Investasi:
NPV
IRR
PP
Net B/C Ratio
BEP
ROI
3. Analisis Sensitivitas:
Penerimaan Turun 10%
Harga Kedelai Naik 12%
Harga Solar Naik 10%
Biaya Operasional Naik 10%
Layak
Tidak layak
xlii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
beralamat di JL. Kampung Rawa Barat No. 11, Bintaro Sektor IX. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena
perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang
menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang
cukup besar. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan
September sampai bulan Oktober 2006.
4.2.
data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan
berbagai pihak terkait dalam topik penelitian, sedangkan data skunder diperoleh
dari berbagai literatur.
4.3.
xliii
4.4.
mengetahui
apakah
pelaksanaan
suatu
proyek
tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara
menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
xliv
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka baru
dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi.
Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
NPV =
t=1
(1 + K)
- Io
Dimana:
CFt = Aliran kas pertahun pada periode t
Io
xlv
positif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan
sebaliknya apabila NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount faktor yang
kedua berada di bawah SOCC atau discount faktor.
Menurut Ibrahim (2003: 147), formula untuk IRR dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IRR = i1 +
NPV1
(NPV1 NPV2)
x (i2 i1)
Dimana:
i1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:
xlvi
=
=
=
=
=
dst
xxx
xxx xxx
xxx xxx
t=n
t=1
Bt Ct
(1 + i)t
NPV Positif
=
t=n
-
t=1
Bt Ct
NPV Negatif
(1 + i)t
Dimana:
NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.
NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga
terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
xlvii
Total biaya
BEP Harga
=
Total produksi
x 100%
Total Assets
xlviii
xlix
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
li
lii
Direktur utama
Manajer Operasional
Administrasi
Marketing
Keuangan
Bagian umum
Distribusi
Keamanan
Salesman
Kebersihan
Kepala Produksi
Pelaksana Produksi
Pelaksana Produksi
liii
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
liv
yang tertera pada brosur promosi (Lampiran 6), akan tetapi untuk pelanggan tetap
dengan pembelian skala besar diberikan diskon sebesar 10 persen. Hal tersebut
dilakukan selain untuk mempertahankan pelanggan juga supaya mark-up harga
yang akan diberikan kepada konsumen akhir tidak terlalu tinggi (melebihi harga
yang tertera pada brosur promosi).
3. Promosi
Promosi yang dilakukan adalah dengan melalui penyebaran brosur di
lingkungan sekitar perusahaan, di pusat perbelanjaan, dan di perumahan.
Penyebaran brosur dilakukan oleh bagian distribusi pada saat pengantaran dan
penjualan produk Natura Tofu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta
Barat, Tanggerang, dan Depok. Penyebaran brosur juga dilakukan dalam
perusahaan itu sendiri yang langsung diberikan kepada setiap konsumen baru
yang datang langsung ke Perusahaan.
Promosi juga dilakukan melalui kata-kata yang tertera pada kemasan
produk (label), diantaranya: merek dagang yang dipakai yaitu Natura Tofu,
komposisinya terbuat dari cioko, ningari, GDL, dan garam tanpa bahan pengawet.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk promosi adalah sebesar Rp 350.000,- per
tiga bulan dengan penggunaan 5 rim (2500 lembar).
4. Distribusi
Produk yang dihasilkan didistribusikan untuk supermarket seperti Cosmo
yang merupakan induk perusahaan, dan Tip-Top. Selain itu, juga untuk restauran
Jepang seperti Hoka-Hoka Bento dan restauran Jepang lainnya termasuk cabang
dari restauran tersebut, dengan harga diskon sebesar 10%. Biaya untuk
lv
pendistribusian ditanggung oleh UD. Tahu Bintaro yaitu sebesar Rp 85.000,per hari.
Penjualan produk juga dilakukan dengan cara directselling (penjualan
langsung dengan cara menawarkan kepada pelanggan), telemarketing (penjualan
melalui telepon), retailling (penjualan dengan cara eceran), dan canvasing
(penjualan melalui alat peraga). Penjualan melalui telemarketing mempunyai
batas minimum order, yaitu sebesar Rp 15.000,- untuk wilayah Bintaro sektor I
sampai dengan IX dan Rp 35.000,- untuk wilayah diluar komplek Bintaro, selain
itu, perusahaan juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa
adanya batas minimum pembelian dengan harga sesuai brosur. Adapun rantai
distribusinya terdapat pada Bagan 3.
Supermarket
Konsumen akhir
lvi
2. Bahan baku
Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku utama berupa kacang kedelai.
Dalam memproduksi tahu, perusahaan menggunakan kacang kedelai impor dari
Amerika, dengan alasan penggunaan kacang kedelai impor lebih berkualitas,
harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan
dengan kacang kedelai lokal.
Pemenuhan kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara membeli kacang
kedelai dari pasar Cileduk dengan harga rata-rata Rp. 4000,- per kg. Dalam jurnal
keuangan harian perusahaan dapat diketahui bahwa biaya pembelian kacang
kedelai, yaitu sebesar 37,2 persen dari total biaya operasional.
Rata-rata penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi adalah
sebesar 200 kg per hari untuk tahu line, sedangkan untuk tofu line sebesar 60 kg
per hari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 6,24 ton kedelai
sebagai bahan baku utama.
Pembuatan tahu juga membutuhkan bahan pembantu berupa antifoam,
bahan penggumpal (ningari, GDL, cioko, dan garam), serta bahan tambahan rasa
(kunyit, telur, kemiri dan bawang putih). Biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan bahan pembantu dalam proses produksi terdapat dalam Lampiran 10.
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk tahu line dan
tofu line masing-masing adalah 5 orang, dan satu diantaranya termasuk
supervisor. Supervisor bertanggung jawab penuh terhadap proses produksi yang
dilakukan oleh timnya (pelaksana produksi).
lvii
4. Teknologi
Teknologi yang digunakan pada tahu line masih tergolong semi
tradisional, karena meskipun dalam proses penghancuran kacang sudah
menggunakan mesin penggiling dan juga menggunakan mesin boiller untuk
merebus bubur kacang, pada tahu line ini dalam proses selanjutnya masih
menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang
masih menggunakan tanggok, kain, dan tahang (digedog), pencetakan yang masih
menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk memotong tahu yang telah melalui
tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada proses
pengemasannya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia secara
langsung, akan tetapi untuk penyimpanan produk jadinya tahu line menggunakan
chiller.
Lain halnya dengan tofu, pada proses pembuatannya teknologi yang
digunakan pada tofu line ini memiliki tingkat teknologi yang modern. Hal ini
dapat dilihat mulai dari proses pengupasan kedelai yang menggunakan mesin
pengupas kacang, penggilingan kacang yang menggunakan mesin giling,
pemasakan yang menggunakan mesin boiller, proses penyaringan awal yang
menggunakan bantuan mesin penyaring, kemudian untuk produk tofu kotak
pengemasannya menggunakan mesin sill, sedangkan untuk tofu tube proses
pengemasannya menggunakan mesin vakum dan untuk proses pasteurisasi
selanjutnya untuk tofu tube menggunakan mesin water chiller. Untuk
penyimpanan produk jadi tofu line sama dengan tahu line yaitu menggunakan
chiller.
lviii
lix
6. Layout
Tanah seluas 4000 m yang dimiliki dimanfaatkan untuk bangunan pabrik
tahu lokal berukuran 4x6, pabrik tofu berukuran 16x6 yang termasuk didalamnya
adalah gudang bahan pembantu, untuk gudang bahan baku berukuran 8x5 yang
digunakan juga untuk proses pengupasan kedelai, kamar tidur pekerja (mess)
berukuran 8x6, gudang peralatan berukuran 3x3, tempat pengolahan limbah
berukuran 3x3, kantor berukuran 2,5x5, dan untuk pos security berukuran 2x2,
serta pendopo yang merupakan tempat peristirahatan (tempat pribadi) berukuran
20x10. Sisa lahannya dimanfaatkan untuk tanaman organik, kolam ikan, dan
kandang hewan ternak. Adapun layout UD. Tahu Bintaro terdapat dalam
Lampiran 2.
lx
lxi
lxii
lxiii
Kolam 2
Kolam 3
mesin
mesin
Kolam 1
Kolam
penyaringan
Keterangan:
= ijuk
= pasir
= batu koral
= tutup
= saringan kawat
R. Produksi
lxiv
delapan ribu enam puluh delapan rupiah). Digunakan untuk biaya aktiva adalah
sebesar Rp 1.081.455.000, untuk modal kerja selama satu bulan sebesar Rp
81.613.068, dan sisanya sebesar Rp 20.000.000 digunakan untuk biaya perizinan
perusahaan.
Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya
adalah berasal dari modal sendiri (induk perusahaan). Dalam penelitian ini,
digunakan simulasi dengan modal pinjaman sebesar 40%.
5.7.2. Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak
tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar
Rp 14.600.000 per bulan (Lampiran 12), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya
operasional yaitu sebesar Rp 67.013.068 per bulan. Biaya tidak tetap ini
digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan, batu es, bahan bakar, biaya
listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, promosi, serta biaya lain-lain
(Lampiran 13), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp 8.675.825 per
bulan (Lampiran 14). Adapun biaya UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 3.
lxv
Komponen biaya
Biaya gaji tetap
Biaya tidak tetap
a. bahan baku utama
b. bahan penunjang
c. bahan kemasan
d. biaya batu es
e. biaya bahan bakar
f. biaya listrik
g. biaya telepon
h. biaya tenaga kerja langsung
i. biaya transportasi
j. biaya promosi
k. biaya lain-lain
Biaya penyusutan
Total biaya
Jumlah (Rp)
14.600.000
24.960.000
3.244.092
8.914.176
4.800.000
10.800.000
3.600.000
384.000
8.000.000
2.040.000
100.800
170.000
8.675.825
90.288.893
5.7.3. Manfaat
Manfaat usaha ini diperoleh dari nilai penjualan hasil produksi yang terdiri
dari manfaat utama dan manfaat tambahan. Manfaat utama adalah hasil penjualan
tahu, sedangkan manfaat tambahannya adalah hasil penjualan ampas tahu
(Lampiran 15).
Volume penjualan tahu dan ampas tahu diperkirakan mencapai 90% dari
total penjualan berdasarkan pertimbangan kerusakan dalam proses produksi serta
produk yang kembali (tidak terjual) sebesar 10%. Harga jual diasumsikan 70%
dari harga diskon dan 30% dari harga brosur, karena sebagian besar penjualannya
dilakukan dengan skala besar sehingga harga yang diberikan sebagain besar juga
merupakan harga diskon. Penjualan tahu lokal diasumsikan 24 kali dalam satu
lxvi
bulan, sedangkan penjualan tofu tube dan tofu kotak masing-masing 12 kali dalam
satu bulan. Pemasukan UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 4.
Komponen
Manfaat Utama
Manfaat Tambahan
Total
Jumlah (Rp)
114.007.608
1.080.000
115.087.608
lxvii
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 605.670.078
28,52 %
1,51
3 thn 2 bln 11 hr
Layak
Layak
Layak
28,52% yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).
Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di
Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi.
lxviii
Nilai Net B/C Ratio sebesar 1,51 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya yang
dikeluarkan, akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,51 (Lampiran 18).
Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 5, dimana NPV bernilai positif,
Net B/C lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan.
Hasil analisis payback period menunjukkan bahwa untuk mengembalikan
nilai investasi sebesar Rp 1.183.068.068,- memerlukan waktu 3 tahun 2 bulan 11
hari (Lampiran 39).
Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat
(penerimaan penjualan) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya),
dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan keuntungan dan
juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau
berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break
Event Point (BEP) terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Break Event Point (BEP) UD. Tahu Bintaro
No
1
2
3
4
5
Keterangan
Total Biaya Produksi (Rp)/bulan
Total Produksi (bks)/bulan
BEP Harga jual (Rp)/bks
Harga Jual produk (Rp)/bks
BEP Volume Produksi (bks)/bulan
Jumlah
90.288.893
31.680
2.850
3.992
22.617
Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa usaha
ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan
mencapai 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu
lxix
Rp 90.288.893,- per bulan dan dengan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per
bungkus (Lampiran 10).
Metode ROI menunjukkan pengembalian atas modal investasi dimana
besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal
investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada Tabel 7.
Uraian
Manfaat Bersih (Rp)
Investasi (Rp)
Reinvestasi (Rp)
ROI (%)
1,2,3,4,6,7,8,9
266.026.122
1.183.068.068
22,49
Tahun
5
246.622.572
1.183.068.068
23.955.000
20,43
10
362.412.072
1.183.068.068
30,63
lxx
ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaanya mampu
mengembalikan investasi secara cepat.
Investasi (Kredit)
Proporsi Jumlah (Rp)
10%
20%
30%
40%
50%
118.306.807 480.709.698
236.613.614 355.749.315
354.920.420 230.788.934
473.227.227 105.828.554
591.534.034 (19.131.829)
25,50
22,93
20,36
17,94
15,61
1,41
1,30
1,20
1,09
0,98
Layak
Layak
Layak
Layak
Tidak Layak
modal
pinjaman
40%
dari
investasi
sebesar
Rp
lxxi
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 105.828.554
17,94 %
1,09
5 thn 3 bln 25 hr
Layak
Layak
Layak
lxxii
Tabel 10. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)
Tahun
Uraian
1,2,3,4,
6,7,8,9
10
Manfaat Bersih
Investasi
Reinvestasi
ROI (%)
112.700.501
1.183.068.068
9,53
93.296.951
1.183.068.068
23.955.000
7,73
266.026.122
1.183.068.068
22,49
362.412.072
1.183.068.068
30,63
lxxiii
Tabel 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. Tahu Bintaro
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Komponen Biaya
Kacang kedelai
Bahan penunjang
Kemasan
Batu es
Solar
Listrik
Telepon
Tenaga kerja langsung
Transportasi
Promosi
Lain-lain
Total
Besarnya (%)
37,2
4,8
13,4
7,1
16,1
5,4
0,6
11,9
3,0
0,2
0,3
100
lxxiv
Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 9.055.918
16,19 %
1,01
4 thn 10 bln 17 hr
Layak
Layak
Layak
lxxv
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 24). Akan
tetapi, apabila dilihat dari nilai Net B/C Ratio pada hasil analisis diatas yaitu
sebesar 1,01 dapat diperkirakan bahwa perubahan yang terjadi pada penurunan
penerimaan sebesar 10% akan menyebabkan usaha ini rentan terhadap kelayakan
apabila dibarengi dengan perubahan pada variabel lain. Hal tersebut terlihat dari
minimnya angka yang diperoleh pada hasil analisis bila dibandingkan dengan
standart penilaian kelayakan. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 10
bulan 17 hari. Untuk hasil perhitungan Payback Period Analisis Sensitivitas
dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 40.
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 450.398.910
25,27 %
1,38
3thn 6bln 1hr
Layak
Layak
Layak
lxxvi
naik sebesar 12% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada
penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 25.
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 549.682.878
27,44 %
1,46
3thn 3bln 18hr
Layak
Layak
Layak
lxxvii
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 258.274.332
21,47 %
1,22
3thn 11bln 20hr
Layak
Layak
Layak
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (146.215.250)
12,77 %
0,88
5thn 7bln 18hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxviii
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (46.931.282)
14,90 %
0,96
5thn 1bln 19hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxix
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (338.339.828)
8,16 %
0,71
6thn 11bln 6hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 394.411.710
24,33 %
1,33
3thn 7bln 16hr
Layak
Layak
Layak
lxxx
kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha
ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 7 bulan 16 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai
naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan
dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, biaya
operasional naik 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga
kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
perhitungan terdapat pada Lampiran 31.
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 103.003.164
18,18 %
1,09
4thn 5bln 28hr
Layak
Layak
Layak
lxxxi
naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%,
dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,
harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, serta harga kedelai naik 12%
yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
perhitungan terdapat pada Lampiran 32.
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 202.287.132
20,26 %
1,17
4thn 1bln 22hr
Layak
Layak
Layak
lxxxii
naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi
denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 33.
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro
(100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (202.202.450)
11,49 %
0,83
5thn 11bln 15hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (493.610.996)
4,11 %
0,58
8thn 6bln 8hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxxiii
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (394.327.028)
6,85 %
0,67
7thn 5bln 5hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxxiv
dalam waktu 7 tahun 5 bulan 5 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
terdapat pada Lampiran 36.
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 47.015.964
17,01 %
1,04
4thn 8bln 18hr
Layak
Layak
Layak
lxxxv
biaya operasional naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 37.
Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional
Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (549.598.196)
2,89 %
0,54
9thn 1bln 30hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxxvi
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (490.785.606)
6,19 %
0,59
8 thn 3 hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (49.442.614)
15,01 %
0,96
5 thn 9 bln 29 hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxxvii
Tabel 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp 49.841.354
16,87 %
1,04
5 thn 5 bln 27 hr
Layak
Layak
Layak
lxxxviii
Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No
Alat Analisis
Hasil Analisis
Keterangan
1
2
3
4
Rp (241.567.192)
11,38 %
0,80
6 thn 7 bln 11 hr
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
lxxxix
Komponen Perubahan
a. Penerimaan turun 10%
b. Harga kedelai naik 12%
c. Harga solar naik 10%
d. Biaya operasional naik 10%
a+b
a+c
a+d
b+c
b+d
c+d
a+b+c
a+b+d
a+c+d
b+c+d
a+b+c+d
Keterangan
Layak
Layak
Layak
Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Layak
Layak
Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Tidak Layak
Layak
Tidak Layak
bila
dibarengi
dengan
penurunan
penerimaan
10%
akan
xc
Komponen Perubahan
Penerimaan turun 10%
Harga kedelai naik 12%
Harga solar naik 10%
Biaya operasional naik 10%
Kelayakan
Tidak Layak
Tidak Layak
Layak
Tidak Layak
xci
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis kelayakan finansial pada UD. Tahu Bintaro dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 3 tahun 2 bulan
11 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume
produksi mencapai 22.617 bungkus per bulan, atau dengan harga jual
sebesar Rp 2.850 per bungkus. Penggunaan modal investasi pada usaha ini
telah efisien, ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar 22,49% untuk tahun
ke-1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, sedangkan tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar
20,43% dan 30,63%.
b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 5 tahun 3 bulan
25 hari. Nilai ROI sebesar 9,53% pada tahun ke-1, 2, 3, 4, untuk tahun ke6, 7, 8, 9 nilainya sebesar 22,49%, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 nilai
xcii
4.2. Saran
Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan
UD. Tahu Bintaro, penulis memberikan saran seperti berikut ini:
1. Apabila pinjamannya lebih besar dari 40 persen, maka usaha ini tidak layak
untuk dikembangkan.
2. Sebaiknya produk yang dihasilkan langsung habis terjual, karena bila ada
stock maka akan menambah biaya operasional sehingga akan mengurangi
keuntungan.
xciii
3. Pemanfaatan mesin pada proses tofu line belum optimal, sehingga volume
produksinya masih dapat ditingkatkan lagi.
4. Mengingat jenis produk yang dihasilkan bermacam-macam, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek teknik dan produksi khususnya
mengoptimalkan produksi dan pemasaran.
xciv
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada
Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi;
2006.
Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia
Tahun 1990-2004. BPS. Jakarta
. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 20012006. BPS. Jakarta
Dananjoyo, Aryo. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe: Studi Kasus Di
Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. Fakultas Pertanian; 2005.
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,
1994).
Gittinger, J. Price. 1928. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. dari
Economic Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet
Mangiri., Ed ke-2 (Jakarta: UI Press, 1986).
Google. Search Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006. Jakarta
.Kurs Dollar Periode 2001-2006. Jakarata
Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.
(Jakarta: PPM, 2003).
Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP.
AMP YKPN, 2000).
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004)
Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang
Berinvestasi. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004).
xcv
xcvi
xcvii
dalam
penyerapan
tenaga
kerja,
perusahaan
melibatkan
masyarakat sekitar?
d. Berapa dana yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar?
5. Aspek Lingkungan
a. Apakah perusahaan mencemari lingkungan pabrik?
b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan?(baik
limbah padat maupun limbah cair)
c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penanganan limbah dan lingkungan?
xcviii
xcix
ci
cii
ciii
Kedelai
Penjemuran
Perendaman (selama 2-3 jam)
Penggilingan
Pemasakan (100C selama 15 menit)
Penyaringan (digedog)
Pengukuran kadar (4%)
Pencampuran bahan pembantu
Pencetakan (cetakan kayu)
Pengepresan
Pengemasan (plastik, kain belacu)
Penyimpanan di chiller (suhu 4-6C)
civ
Kedelai
Penjemuran
Pengupasan (mesin)
Perendaman (2-3 jam)
Penggilingan
Pemasakan (100C selama 15 menit)
Penyaringan (mesin)
Pengukuran kadar (12%)
Penyaringan (kain sutra)
Pendinginan
Kotak
Tube
Divakum (tube)
Pemasakan (100-105C)
Pemasakan (80C)
Pengemasan (sill)
cv
Nama Jabatan
Direktur utama
Manajer operasional
Bagian keuangan
Bagian administrasi
Marketing
Bagian umum
Kepala produksi
Supervisor
Salesmen
Distribusi
Keamanan
Kebersihan
Pelaksana produksi
Jumlah
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
8
Tingkat Pendidikan
S-2
S-1
S-1
SLTA
SLTA
SLTA
SLTA
SLTA
SLTA
SD
70% SD & SLTP, 30% SLTA
cvi
Lampiran 6. Volume Penjualan Per Hari dan Harga Produk (Brosur) Natura
Tofu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis Tahu
Natura Kinu Tofu Kotak
Natura Kinu Egg Tofu
Natura Kinu Tofu Tube
Natura Tahu Potong
Natura Tahu Pong
Natura Tahu Pong Sumedang
Natura Tahu Kunyit
Natura Kinu Tofu Kotak Ningari
Natura Kinu Tofu Tube Ningari
Natura Tahu Potong Ningari
Natura Tahu Pong Ningari
Natura Tahu Kunyit Ningari
Natura Tahu Kain (China) Ningari
Natura Momen Tofu Ningari
Jumlah
(kemasan)
448
200
436
84
24
24
24
192
60
336
84
24
24
56
Harga
(Rp/kemasan)
5000
4000
3500
3500
3500
4500
3500
6000
4000
4200
4200
4200
4500
5500
cvii
Tahun
Nilai (%)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Rata-rata
17,11
18,03
17,04
14,67
13,87
15,50
16,04% dibulatkan (16%)
cviii
Tahun
Nilai (%)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Rata-rata
12,06
11,41
6,25
6,15
8,80
14,55
9,87 dibulatkan (10%)
cix
Tahun
Nilai tertinggi
Nilai terendah
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Rata-rata
Selisih nilai tertinggi dan
terendah
Pendekatan (%)
11.675
10.320
8.908
9.415
9.570
9.410
9.883
8.865
8.730
8.279
8.441
9.165
8.915
8.733
1.150
cx
= 14.976 +
= 3863,57
Rumus: X. n1 + X. n2
n1 + n2
= (4292,85 x 30) + (3863,57 x 70)
30 + 70
= 3.992
BEP Produksi
= 90.288.893
= 22.617
3.992
BEP Harga
= 90.288.893
= 2.850
31.680
cxi
n
r
n!
r ! x (n r)!
4 =
4!
=
1
1! x (4-1)!
4x3x2x1
1x(3x2x1)
= 4
2.
4
2
4!
=
2! x (4-2)!
4x3x2x1 = 6
2x1x(2x1)
3.
4
3
4!
=
3! x (4-3)!
4x3x2x1 = 4
3x2x1x(1)
4.
4 =
4!
= 4x3x2x1 = 1
4
4! x (4-4)!
4x3x2x1x(0)
cxii