GCS
REFLEKS FISIOLOGI
Refleks Fisiologis
Refleks superfisial
Refleks dinding
abdomen
Refleks kremaster
REFLEKS SUPERFISIAL:
Refleks dinding abdomen
Cara
pemeriksaan
:
menggores kulit abdomen
dengan
goresan yang
membentuk segi empat
dengan titik-titik sudut di
bawah xifoid, di atas
simfisis dan di kanan kiri
umbilikus.
Positif apabila : umbilikus
akan bergerak pada setiap
goresan
Fisiologis Positif.
Negatif pada bayi < 1
tahun.
REFLEKS SUPERFISIAL:
Refleks kremaster
Cara
pemeriksaan
:
Menggores
kulit
paha
bagian dalam.
Positif apabila : testis akan
naik.
Fisiologis Positif.
Negatif pada bayi < 6
bulan dan anak > 12
tahun.
Patologis Negatif.
Biasanya pada anak
dengan lesi medula
spinalis (poliomielitis).
Jendrassik Mannuver
Adalah suatu cara untuk mengalihkan perhatian
pasien, sehingga pasien dapat rileks.
Cara : pasien diminta untuk saling tarik menarik
antar kedua tangannya sendiri.
12
Deep Tendon
Reflexes:
A) Biceps,
B) Brachioradial,
C) Triceps,
D) Patellar,
E) Achilles,
F) Evaluation of
ankle clonus
Penilaian meliputi:
Kekuatan kinetik
(gerakan pasien)
Kekuatan statis
(tahanan pasien)
17
N
G
F
P
T
O
:
:
:
:
:
:
normal
good
fair
poor
trace
zero
Kode angka
1. Paralisis, tidak ada
kontraksi
2. Ada kontraksi, tidak ada
gerakan
3. Dapat bergerak, tidak bisa
melawan tahanan
4. Melawan tahanan ringan
5. Normal
UJI SENSIBILITAS
Uji sentuhan
Menggunakan
sepotong kain atau
kapas
Pasin menutup
mata
Terasa ada
sentuhan atau
tidak
19
UJI SENSIBILITAS
Uji perasaan
vibrasi
Garpu tala
Pasien menutup
mata
Tempelkan garpu
tala pada sendi
jari, ibu jari kaki,
maleolus lateral &
medial
20
Uji posisi
Pasien menutup
mata
Jari tangan & kaki
digerakan oleh
pemeriksa
Ps menebak
kemana arah
gerakan tersebut
UJI SENSIBILITAS
Uji koordinasi
Terlihat pada gerakan
sehari-hari anak
Meraih mainan
Ikat tali sepatu, dll
1. Berikan contoh
2. Perintahkan pasien
melakukan sendiri
dengan mata
terbuka
3. Ulangi dengan mata
tertutup
Gangguan koordinasi
. Ringan : gagal tahap 3
. Berat : gagal tahap 2
Koordinasi halus
berkembang baik 4-6 th
UJI SENSIBILITAS
REFLEKS PATOLOGIS
REFLEKS BABINSKI
Cara
Menggores
plantar
kaki bagian lateral,
mulai dari tumit
pangkal jari
Interpretasi
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
REFLEKS OPPENHEIM
Cara
Mengurut (ke arah
distal)
dg
kuat
tibia & otot tibialis
anterior
Interpretasi
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
REFLEKS GORDON
Cara
Memencet/mencub
it otot betis
Interpretasi
(+): dorsofleksi ibu
jari
disertai
pengembangan
jari-jari lainnya
1.
2.
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
REFLEKS SCHAEFER
Cara
Memencet/mencu
bit tendon achilles
Interpretasi
(+): dorsofleksi ibu
jari disertai
pengembangan
jari-jari lainnya
1.
2.
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
REFLEKS CHADDOCK
Cara
Menggoreskan
bagian
lateral
maleolus (posterior
anterior)
Interpretasi
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
Cara
REFLEKS HOFFMANTROMMER
Pegang
pergelangan
tangan pasien & jarijarinya
di
fleksientengkan jepit jari
tengah
pasien
dg
telunjuk & jari tengah
pemeriksa gores
kuat (snap) ujung jari
Interpretasi
tengah
pasien
menggunakan ibu jari.
(+): fleksi jari telunjuk,
serta fleksi & adduksi
ibu jari.
Kadang juga disertai
fleksi jari lainnya.
KLONUS PERGELANGAN
KAKI
Cara
Tangan
pemeriksa
di
telapak kaki pasien
sementara
sendi
lutut
diluruskan dg tangan lain
pemeriksa yg diletakkan
pada fossa poplitea
dorsofleksi kaki dg cepat &
kuat terjadi dorsofleksi
sambil seterusnya diberi
tahanan
enteng
1.
2.
KLONUS PATELLA
Cara
Tungkai
dalam
keadaan ekstensi &
lemas
patela
didorong dg cepat
ke
arah
distal
sambil
diberikan
Interpretasi
tahanan ringan
1.
2.
Matondang Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai
TANDA RANGSANG
MENINGEAL
Interpreta
si
Keadaan
PERASAT BRUDZINSKI I
(BRUDZINSKIS NECK SIGN)
Cara
sebaiknya
tangan
satunya
ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan.
Interpreta
si
Cara
Interpreta
si
PERASAT LASEGUE
Cara
Interpreta
si
PERASAT KERNIG
Cara
Interpreta
si
NERVUS KRANIALIS
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Motorik
Pasien disuruh merapatkan
giginya sekuat mungkin
dan kemudian kita meraba
m. maseter dan m.
temporalis
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sensorik
Uji pengecapan
(meminta pasien
menyebut bahan uji
yang digunakkan
dengan mata tertutup)
Baehr M dan Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologis DUUS. Jakarta : EGC
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Lesi perifer
Kedipan mata sisi lumpuh lambat
(lagoftalmus), sudut mulut sisi lumpuh
letaknya
lebih
rendah,
lipatan
nasolabialis sisi lumpuh lebih datar,
tidak dapat mengerutkan dahi ke atas.
Bila tersenyum atau tertawa, sudut
mulut sehat yg terangkat.
Lesi sentral
Asimetri dapat dijumpai pada
bagian bawah wajah, yaitu sudut
mulut turun ke bawah dan lipatan
nasolabialis
mengurang
atau
menghilang,
fisura
palpebra
bertambah, sensori lidah di 2/3
terganggu.
Bila tertawa, asimetri tadi
tampak.
Tes Rinne
membandingkan konduksi
tulang dan konduksi udara.
Normalnya konduksi udara
lebih baik
Tes Weber
membandingkan
hantaran tulang kanan
dan kiri. Normalnya
sama kanan dan kiri
DAFTAR PUSTAKA
1. Matondang
Corry,
dkk.
2003.
Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2.
Jakarta: CV Sagung Seto.
2. Lumbantobing, S.M. 2005. Neurologi
Klinik,
Pemeriksaan
Fisik
dan
mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Baehr M dan Frotscher. 2010.
Diagnosis Topik Neurologis DUUS.
Jakarta : EGC
TERIMA KASIH