Anda di halaman 1dari 87

INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN

BAB VIII
INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN
A.

INDUSTRI
1. Pendahuluan

Selama Repelita I sektor industri berhasil mencapai kemajuan yang cukup berarti. Beberapa bidang industri dapat
meletakkan landasan yang kuat untuk perkembangan selanjutnya.
Kemajuan berusaha banyak berkembang, effisiensi meningkat,
daya saing semakin bertambah. Tambahan pula kesadaran atas
manfaat berorganisasi serta kesediaan menerima
hal-hal yang
serba baru, termasuk mesin/peralatan, tehnologi,
dan metodemetode yang baru, semakin bertambah. Dengan landasan yang
telah diletakkan selama lima tahun itu sektor industri mampu
menanggulangi pengaruh krisis moneter internasional dan krisis
energi yang memuncak pada semester kedua 1973/74. Selama
tahun-tahun 1973/74 dan 1974/75 perkembangan produksi
industri pada umumnya cukup menggembirakan.
Hasil produksi beberapa jenis industri, seperti pupuk, kaca
polos, bahan-bahan kimia, dan beberapa industri peralatan dan
pipa baja, menunjukkan kenaikan. Nilai ekspor hasil industri
juga meningkat. Sebaliknya beberapa industri yang menggunakan kelapa segar atau kopra sebagai bahan baku, seperti minyak kelapa, minyak goreng, dan sabun cuci mengalami kemunduran. Hal ini terutama, disebabkan karena kekurangan ataupun kurang lancarnya persediaan bahan baku. Di samping itu
timbulnya produk baru juga merupakan hambatan terhadap
perkembangan beberapa jenis industri. Sabun cuci, misalnya
terdesak oleh deterjen yang lebih memenuhi selera pemakai.
329

Salah satu akibat daripada pelbagai krisis ekonomi dunia


yaitu adanya peningkatan dalam impor barang-barang tertentu yang relatif murah sehingga secara tidak langsung menempatkan berbagai jenis industri dalam keadaan yang sulit.
Gambaran mengenai perkembangan berbagai sektor industri selama tahun 1974/75 dapat diikuti dalam uraian di bawah
ini.
2. Industri Pangan, Kulit, Pengolahan Kayu dan Aneka.
Industri lainnya
Sejak Repelita I industri pangan menunjukkan kemajuankemajuan. Hal ini antara lain dicerminkan oleh perkembangan produksi barang-barang baru yang semula harus diimpor,
seperti berbagai macam makanan, minuman dan buah-buahan
yang diawetkan, glukose, dan sebagainya. Peningkatan produksi
dan mutu telah memungkinkan beberapa jenis industri makanan
memperluas pemasaran ke luar negeri. Ekspor barang-barang
hasil industri pangan sebagian besar berupa barang-barang hasil
pengolahan dari bahan mentah, seperti makanan ternak, minyak
kacang, daging dalam kaleng, dan kerupuk udang. Disamping itu
adanya kebijaksanaan larangan ekspor kopra menyebabkan
produksi margarine, yang dalam
tahun 1973
mengalami
kemunduran, meningkat dengan menyolok dalam tahun 1974.
Gambaran perkembangan produksi industri pangan dan beberapa
aneka industri lainnya sejak tahun 1972/1973 disajikan dalam
Tabel VIII 1.
Larangan ekspor kulit mentah telah menurunkan harga
pasaran kulit mentah dalam negeri. Hal memberikan dorongan bagi pengusaha-pengusaha penyamakan kulit untuk
mengusahakan kulit samak sempurna serta kulit yang diolah
menjadi "pickled atau wet blue hide". Produksi kulit samak
ditujukan untuk pasaran dalam negeri dan yang lain untuk
ekspor. Namun demikian dalam tahun 1974/1975 industri kulit
belum menunjukkan perkembangan yang berarti.

330

Bidang industri pengolahan kayu, seperti "corrugated


cardbox", penggergajian kayu, "plywood", dan beberapa aneka
industri, seperti pellet tapioka, menghadapi permintaan yang
menurun karena resesi dunia. Karenanya penanaman modal
di bidang industri ini mengalami kelesuan dalam tahun 1974/75.
3. Industri Tekstil
Resesi dunia telah menimbulkan beberapa persoalan dalam
industri pertekstilan. Dengan mengalirnya benang tenun dan
bahan jadi tekstil impor pada tingkat harga yang amat rendah,
maka industri dalam negeri, yang dalam tahun 1974/75 bekerja dengan menggunakan kapas yang diperoleh dalam tahun 1973
dengan harga yang tinggi, menghadapi persaingan yang berat.
Karenanya Pemerintah telah turun tangan dengan memberikan subsidi atas harga kapas kepada patal-patal dalam negeri. Di samping itu ditentukan bahwa impor benang tenun serta
penjualannya di pasaran dikuasakan kepada satu P.T. yang
akan melaksanakan impor dan penjualan hanya atas petunjuk
Pemerintah. Tambahan pula telah diadakan penyesuaian-penyesuaian dalam pemungutan tarif dan bea masuk. Sementara itu
usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dilakukan terus.
Demikianlah maka, walaupun ada resesi dunia, pada akhir
tahun pertama Repelita I I terdapat peningkatan jumlah produksi, pertambahan jenis, dan peningkatan mutu di bidang
pertekstilan. Dalam tahun 1974/75 produksi tekstil mencapai
974 juta meter, yang berarti mencapai kenaikan sebesar 5,1%
dibanding dengan produksi tahun sebelumnya sebesar 926,7
juta meter.
Produksi benang tenun dalam tahun 1974/75 mencapai
366,8 ribu bales atau 16% lebih tinggi daripada produksi tahun
sebelumnya yang besarnya 316,2 ribu bales. Gambaran perkembangan industri tekstil sejak tahun 1972/73 dapat dilihat dalam Tabel VIII 2.

331

TABEL VIII - 1
PRODUKSI INDUSTRI PANGAN DAN ANEKA INDUSTRI, .
1972/73 - 1974/75

No. Jenis Produksi

Satuan

1972/73

1973/74

1974/75 1)

1.

Sabun Cuci

Ribu ton

132,0

131,3

131,0

2.

Minyak Kelapa

Ribu ton

264,5

264,5

265,0

3.

Minyak Goreng

Ribu ton

28,7

28,7

29,4

4.

Margarine

Ribu ton

7,4

7,0

11',3

5.

Rokok kretek

Juta batang

23.680,0

30.221,0

30.600,0

6.

Rokok putih

Juta batang

16.785,0

20.376,0

21.865,0

7.

Deterjen

Ribu ton

8.

Tapal Gigi

Juta tube

9.

Korek Api

Juta kotak

5,2

6,6

2)

30,0

32,0
556,0

475,3

7,0

)
)

46,0

707,0

1) Angka perkiraan.
2) Angka diperbaiki.

TABEL VIII 2.
PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL
1972/73 - 1974/75
No.

Jenis Produksi

Satuan

1972/73

1973/74

1.

Benang Tenun

Ribu bales

262,1

316,2

2.

Teksti1

Juta meter

852,0

926,7

1) Angka diperbaiki.
2) Angka perkiraan.

332

1974/75 2)
366,8

1)

974,0

GRAFIK VIII 1
PRODUKSI INDUSTRI PANGAN DAN ANEKA INDUSTRI
1972/73 1974/75
(ribuan ton)

333

SABUN CUCI

(ribuan ton)

MINYAK KELAPA

(lanjutan Grafik VIII 1)


(Jutaan batang)

334

ROKOK KRETEK

(lanjutan Grafik VIII 1)

335

GRAFIK VIII 2
PRODUKSI INDUSTRI TEKSTIL
1972/73 1974/1975

336

Dalam tahun-tahun terakhir ini terjadi suatu perkembangan yang menarik di dalam industri tekstil. Selama tahun-tahun
itu industri pakaian jadi, khususnya pakaian jadi untuk ekspor,
tampak berkembang secara berarti. Demikianlah maka dalam
tahun 1974/75 terdapat penambahan 796 set mesin jahit.
Sebagai akibat perkembangan yang terjadi dalam industri tekstil dan benang tenun maka akhir-akhir ini semakin terasa adanya masalah pengadaan bahan baku.
Untuk mengatasi hal ini telah dilakukan usaha-usaha
untuk mendorong penanaman modal dalam industri-industri serat buatan dan bahan dasar untuk pembuatan serat-serat tersebut. Produksi bahan baku kapas dalam negeri dalam tahun
1974 mencapai sekitar 6.000 ton. Untuk semakin mengurangi
kebutuhan akan kapas impor usaha untuk menambah produksi
bahan itu terus ditingkatkan.
4. Industri Kertas
Tahun 1974 merupakan tahun kemantapan bagi pabrikpabrik kertas yang ada. Dalam tahun itu kebutuhan meningkat,
padahal persediaan di pasaran dunia sedang mengalami kelangkaan sehingga sukar untuk meningkatkan impor. Sementara
itu produksi pabrik-pabrik kertas telah mendekati kapasitas
yang direncanakan.
Pelaksanaan usaha-usaha untuk mengembangkan pabrikpabrik kertas Goa, Banyuwangi, dan Laces semakin dipergiat.
Rencana-rencana untuk meningkatkan produksi pabrik-pabrik
tersebut sedang ditelaah dan diharapkan segera dapat dilaksanakan.
Dalam rangka peningkatan produksi dewasa ini sedang
dibangun unit produksi kertas sigaret di Padalarang, sedangkan
di Medan telah dapat diselesaikan sebuah pabrik kertas sigaret
dengan kapasitas produksi 1.500 ton setahun. Disamping itu
disektor swasta juga sedang dibangun pabrik kertas khusus
lainnya.
337

Pabrik-pabrik yang pembangunan ataupun rencana pembangunannya diutarakan di atas kebanyakan mempergunakan bahan bukan kayu. Bahan kayu merupakan bahan yang
dapat diandalkan untuk pabrik-pabrik kertas yang besar dan
minat terhadap pembangunan pabrik kertas yang besar ada
pada pihak swasta. Akan tetapi sampai pada waktu ini rencanarencana yang ada masih dalam taraf penelaahan. Keengganan untuk membangun pabrik-pabrik yang menggunakan bahan
kayu itu terutama disebabkan oleh (1) biaya investasi yang
amat besar, dan (2) keadaan infrastruktur di daerah-daerah
perkayuan yang kurang mencukupi sehingga tidak menjamin
keuntungan yang memadai.
Produksi kertas dalam tahun 1974/75 berjumlah 48,4 ribu
ton atau 2,5% lebih tinggi dari produksi tahun sebelumnya
(Tabel VIII 3).
5. Industri Kimia, Parmasi, dan Karet
Perusahaan-perusahaan di dalam industri kimia pada
umumnya menggunakan tehnologi tinggi dan karenanya memerlukan tenaga kerja yang terlatih dan trampil. Di samping
itu
skala produksi perusahaan-perusahaan tersebut masingmasing
perlu cukup besar untuk dapat diusahakan secara ekonomis.
Sebagai akibat dari ketiga hal itu maka perusahaanperusahaan
tersebut pada umumnya mempunyai ciri padat modal. Karena
sifatnya yang padat modal, maka jumlah pabrik/ unit produksi
dalam industri kimia tidak dapat bertambah dengan cepat. Setiap
pabrik baru yang dibangun atau perluasan pabrik lama yang
terjadi pada umumnya menghasilkan tambahan kapasitas
produksi yang relatif besar.
Perkembangan beberapa jenis industri kimia sejak tahun
1972/73 dapat dilihat dalam Tabel VIII 3. Atas dasar data
yang terdapat dalam tabel tersebut, di bawah ini disajikan

338

dengan singkat gambaran mengenai perkembangan beberapa


jenis industri kimia.

TABEL VIII

3.

PRODUKSI INDUSTRI KERTAS, KIMIA, FARMASI, DAN KARET


1972/73
No.
1.
2.

Jenis Produksi
Kertas

Satuan
Ribu ton

1974/75

1972/73
39,6 1)

1973/74

1)

1974/75 2)

47,2

48,4

Pupuk: a. Urea

Ribu ton

120,1

115,7

209,1

b. Z.A.

Ribu ton

49,6

122,8

129,1

3.

Ban Kendaraan
Bermotor

Ribu ton

857,5

1.351,5

1.704,0

4.

Ban sepeda

Ribu ton

2.631,507

2.307,1

2.528,5

5.

Crumb Rubber

Ribu ton

352,7

364,7
70,0

278,6 1)

6.

Garam

Ribu ton

180,0

86,0

7.

Soda

Ribu ton

2,8

2,9

4,2

8.

Aluminium
Sulfat

Ribu ton

11,6

17,2

14,3

Asam Sulfat

Ribu ton

11,2

17,7

8,6

10.

Ammonia

Ribu ton

8,6

3,9

11.

Insectisida :
Ribu kg

148,8

202,1

309,04

9.

a. Serbuk
12.

b. Cair

Ribu liter

60,8

199,9

303,3

Zat Asam

Ribu m3

3.742,3

4.635,1

4.784,5

2,1

0,8

99,2

13.

Asam Arang

Ribu ton

0,9

14.

Acetylen

Ribu m3

11,9

1) Angka diperbaiki.
2) Angka perkiraan.

339

GRAFIK VIII 3
PRODUKSI INDUSTRI KERTAS, KARET DAN KIMIA
1972/73 1974/75
(ribuan ton)

340

Pada waktu ini industri pupuk di Indonesia baru dapat


memprodusir pupuk urea dan pupuk Z.A. Pupuk Urea dihasilkan oleh pabrik-pabrik Pusri dan Petrokimia Gresik.
Dalam tahun 1974/75 produksi urea mencapai 209,1 ribu
ton. Hal ini berarti bahwa produksi urea dalam tahun 1974/
75 telah meningkat dengan 80,7% dibanding dengan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut merupakan hasil daripada
pembangunan pabrik Pusri 1I yang dapat diselesaikan dalam
pertengahan tahun 1974. Pabrik baru ini mempunyai kapasitas
produksi 380 ribu ton setahun.
Produksi pupuk Z.A. yang dihasilkan oleh Petrokimia Gresik, dalam tahun 1974/75 juga meningkat. Dalam tahun 1973/
74 produksi Z.A. mencapai 122,8 ribu ton, dan dalam tahun
1974/75 meningkat menjadi 129,1 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa antara tahun 1973/74 1974/75 terjadi kenaikan
produksi sebesar 5,1%.
Pada waktu ini di Palembang sedang dilaksanakan pembangunan pabrik Pusri III dan sedang dipersiapkan pembangunan pabrik Pusri IV. Kedua pabrik itu masing-masing mempunyai kapasitas produksi 560.000 ton setahun. Menurut rencana
pembangunan Pusri III akan selesai dalam pertengahan tahun
1977 dan pembangunan Pusri IV akan selesai pada akhir tahun
1977.
Dengan demikian maka pada akhir Repelita II kapasitas
produksi PT. Pusri akan mencapai 1,5 juta ton setahunnya.
Adanya produksi sebanyak itu setiap tahun akan menimbulkan masalah-masalah pengangkutan dan penyaluran ke
daerah-daerah konsumen. Untuk menghadapi masalah-masalah
itu sejak beberapa waktu yang lalu telah dipersiapkan pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk memperlancar
distribusi pupuk ke daerah-daerah konsumen. Fasilitas-fasilitas
itu meliputi kapal-kapal pengangkut dan terminal di pelabuhan-pelabuhan Surabaya., Cilacap, Jakarta, Padang, dan Medan.
341

Terminal-terminal di Surabaya dan di Cilacap, yang masingmasing mempunyai unit dipengantongan yang berkapasitas 245
ribu dan 100 ribu ton setahun, sudah digunakan.
Selain pabrik-pabrik Pusri, di Kalimantan Timur juga sedang dilaksanakan pembangunan pabrik pupuk urea. Di samping itu juga telah ada persiapan-persiapan untuk membangun
pabrik pupuk urea di Jawa Barat, Kedua pabrik itu masingmasing berkapasitas 560 ribu tan setahun.
Pabrik polypropylene di Plaju telah mulai berproduksi sejak
bulan Juli 1973. Pabrik ini berkapasitas 20.000 ton setahun.
Polypropylene merupakan bahan baku bagi industri plastik dan
industri serat-serat buatan. Disamping itu juga sedang dibangun di
Jakarta 2 buah pabrik polyvinylchoride (PVC) yang masing-masing
berkapasitas 18.000 ton dan 24.000 ton setahun.
Bidang industri aneka kimia meliputi banyak cabang industri. Sejak akhir Repelita I dalam industri ini telah selesai
dibangun beberapa unit produksi baru. Peningkatan kapasitas
produksi dalam industri ini terutama terjadi dalam industri
karet, khususnya dalam industri ban kendaraan bermotor.
Sejak akhir Repelita I produksi ban kendaraan bermotor
telah meningkat dengan 26,1%, yaitu dari 1.351,5 ribu buah
dalam tahun 1973/74 menjadi 1.704 ribu buah dalam tahun 1974/75.
Jenis industri karet lainnya adalah Crumb rubber. Kurang
lebih 90% dari bahan ini diprodusir untuk ekspor. Demikianlah maka para pengusaha Crumb rubber sering menghadapi
dua masalah yaitu persaingan yang tajam dan fluktuasi harga yang
besar di pasaran dunia.
Sebagai tampak dari Tabel VIII 3 produksi Crumb rubber dalam tahun 1973/74 mencapai 352,7 ribu ton, dan dalam
tahun 1974/75 mencapai 364,7 ribu ton. Dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 3,4% dalam tahun 1974/75.
342

Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi di bidang industri aneka kimia terus dilakukan. Pada waktu ini sedang
dilakukan pembangunan pabrik-pabrik ban mobil/truk, ban
sepeda motor, dan acetylene dan juga perluasan pabrik asam
sulfat, alumunium sulfat, dan bahan-bahan kimia pertanian.
Perkembangan di bidang industri farmasi sampai saat ini
cukup menggembirakan. Dewasa ini 80% sampai 90% daripada obat-obatan yang beredar di pasaran telah dapat di
assembling di dalam negeri. Obat-obatan yang diimpor hanya
merupakan obat-obatan pelengkap bagi obat-obatan yang diprodusir dalam negeri. Penyetopan impor obat-obatan jadi
yang
sudah dapat di assemblir dalam negeri telah berhasil mendorong
perkembangan perusahaan swasta nasional. Jumlah
pabrik
farmasi yang memenuhi syarat makin meningkat. Dengan
demikian, produksi dalam negeri juga semakin meningkat.
Dalam tahun 1974/75 telah diberikan izin kepada 4 buah
perusahaan farmasi yang dibangun dengan modal dalam negeri dan 7 perusahaan yang dibangun dengan modal asing.
6. Industri Galian Bukan Logam
Kelompok industri ini terutama meliputi industri-industri
semen, galas, kaca, barang keramik, dan asbes semen. Dengan
meningkatnya usaha pembangunan, pemakaian semen di Indonesia selama Repelita I bertambah dengan pesat. Untuk mengimbangi perkembangan itu produksi semen terus ditingkatkan,
demikian juga mutunya.
Pabrik semen Padang telah selesai direhabilitir dalam tahun 1973. Pabrik ini kemudian diperluas dan peralatannya dimodernisir sehingga kapasitasnya sejak awal 1975 meningkat
menjadi 330.000 ton setahun.
Sejak tahun 1972 pabrik semen Gresik mempunyai kapasitas produksi 500.000 ton setahun. Pada waktu ini sedang dimulai usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitasnya. Diharapkan mulai tahun 1977 pabrik ini akan mampu memprodusir
1,5 juta ton semen setiap tahun.

343

Selanjutnya dalam tahun 1975/76 nanti, pembangunan pabrik


Cibinong I dan II diharapkan akan selesai. Kedua pa brik ini
masing-masing berkapasitas 500 ribu ton setahun.
Sementara itu telah mulai juga diusahakan perluasan pa brik Cibinong I. Diharapkan pada akhir tahun 1977 Cibinong I
akan mampu memprodusir 1.200 ribu ton setahun.
Di samping itu juga telah ada rencana untuk memperluas
pabrik semen Tonasa dan pabrik semen Indarung, masing masing
dengan tambahan satu unit yang berkapasitas 500 ribu ton
setahun.
Akhirnya perlu disebutkan juga bahwa telah dipersiapkan rencana pembangunan pabrik semen Baturaja, yang juga
direncanakan berkapasitas 500 ribu ton setahun.
Dalam Tabel VIII 4 dapat dilihat perkembangan pro duksi beberapa jenis bahan galian bukan logam dalam tahun tahun 1972/73 1974/75. Dari tabel tersebut tampak bahwa
produksi semen dalam tahun 1974/75 mencapai 828,9 ribu ton.
TABEL VIII 4.
PRODUKSI INDUSTRI GALIAN BUKAN LOGAM,
1.972/73 1974/75

No.

Jenis Produksi

1.

Semen

2.

Gelas
a. Botol
b. Kaca

3.

Primixed
Concrete

1) Angka
diperbaiki.
2) Angka
perkiraan.

344

Satuan
Ribu ton
Ribu ton
Ribu kaki
persegi
Ribu ma

1972/73

1973/74

1974/75 2)

722,3

819,0 1)

828,9

16,5

37,2
49,5 1)

34,8
60,25

39,9

51,2

GRAFIK VIII 4
PRODUKSI INDUSTRI GALIAN BUKAN LOGAM,
1972/73 1974/75

345

Dibanding dengan produksi tahun 1973/74 yang mencapai


819,0 ribu ton, maka produksi semen tahun 1974/75 meningkat dengan 1,2%.
Menjelang akhir Repelita I, di samping menghasilkan boto1, industri gelas telah berhasil memprodusir kaca polos dan
premixed concrete. Dari Tabel VIII 5 tampak bahwa produksi botol tahun 1974/75 diperkirakan sedikit berkurang dari
tahun 1973/74. Sebaliknya dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa produksi kaca dan produksi premixed concrete dalam tahun 1974/75 ternyata lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Produksi kaca telah meningkat dengan 21,7%, yaitu dari
49,5 ribu kaki persegi dalam tahun 1973/74 menjadi 60,25 ribu
kaki persegi dalam tahun 1974/75. Sedang produksi premixed
concrete telah meningkat dengan 28,3% yaitu dari 39,9 ribu
M3 dalam tahun 1973/74 menjadi 51,2 ribu M 3 dalam tahun
1974/75.
7. Industri Logam
Dalam kelompok ini termasuk industri bahan logam besi/
baja dan industri bahan logam bukan besi.
Produksi industri baja primer/besi beton dalam tahun
1974/75 sedikit lebih rendah dari tahun 1973/74. Produksi kawat baja dalam tahun 1974/75 sama dengan tahun 1973/74.
Sebagai tampak dalam Tabel VIII - 5 produksi besi beton,
besi
siku dan besi strip, secara keseluruhan turun dari 120 ribu ton
dalam tahun 1973/74 menjadi 115 ribu ton dalam tahun
1974/75. Sedang produksi kawat baja baik dalam tahun 1973/
74, maupun dalam tahun 1974/75 mencapai 30 ribu ton.
Daripada perkembangan produksi kedua jenis bahan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tahun 1974/75
kedua jenis industri logam berada dalam keadaan agak lesu.
Hal ini antara lain disebabkan karena adanya resesi di negaranegara industri menyebabkan mengalirnya besi beton impor
pada tingkat harga yang rendah. Hal ini mengurangi pasaran
346

besi beton produksi dalam negeri.

Rupa-rupanya industri-industri besi beton memperoleh


gangguan yang terberat dari kedua hal tersebut sehingga pro duksinya menurun. Gangguan yang dialami oleh industri baja
sekunder ternyata tidak seberapa. Produksi kawat baja tidak
menurun walaupun juga tidak meningkat. Produksi pipa baja
bahkan meningkat dengan 17,5%; dari 80 ribu ton dalam ta hun 1973/74 menjadi 94 ribu ton dalam tahun 1974/75.
Usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi da lam industri besi baja primer/besi beton masih terus dijalankan.
Sampai sekarang 50 perusahaan telah memperoleh izin usaha
dalam industri ini, yang secara keseluruhan mempunyai jumlah
kapasitas 1,5 juta ton setahun. Di antara 50 perusahaan ter sebut 16 buah telah berproduksi, 4 buah telah mengadakan
percobaan produksi, 10 buah telah mulai melaksanakan pem bangunan pabriknya, dan 20 buah masih dalam taraf persiapan.
Dalam Tabel VIII 5 juga terlihat bahwa produksi seng
dalam tahun 1974/75 ternyata lama. dengan produksi tahun
1973/74. Rupa-rupanya industri ini juga tidak seberapa ter ganggu oleh terjadinya resesi dunia. Dapat dikemukakan bahwa di antara 14 perusahaan yang telah mendapat izin usaha
dalam industri ini, 12 buah telah berproduksi, dan 2 buah lain nya telah melaksanakan pembangunan pabriknya.
Di samping perkembangan-perkembangan yang diuraikan
di atas, dapat dikemukakan juga bahwa pembangunan Pusat
Pengecoran Besi Baja di Pulogadung di Jakarta telah selesai.
Pabrik ini menghasilkan bagian-bagian (parts dan komponen)
mesin untuk industri-industri mesin di Indonesia, seperti indus tri penggilas jalan, rolling mill, dan mesin diesel. Adanya pa brik pengecoran ini diharapkan dapat mendorong perkembang an industri permesinan di Indonesia.
Dalam kelompok logam bukan besi antara lain termasuk
industri barang-barang alumunium. Dalam industri ini ter dapat sebuah pabrik yang dalam tahun 1974/75 telah meng hasilkan alumunium extrusion sebanyak 4 ribu ton, Sekarang
pabrik tersebut mempunyai kemampuan produksi, sebesar 14 ribu
ton setahun.
347

TABEL VIII 5.
PRODUKSI INDUSTRI LOGAM, 1972/73 1974/75

No.
1.

Jenis Produksi

Satuan

1972/73 1973/7 1974/75


4
*)
75
120
115

Ribu ton

2.

BesiBeton, Besi siku,


BesiStrip
Seng

Ribu ton

69

70

70

3.

Pipa baja

80

94

Kawat baja

Ribu ton
Ribu ton

34

4.

30

30

Kebel listrik/telpon

Ribu ton

12

Ribu ton

Ribu ton

6.
7

Aluminium
Extrusion
Plat Aluminium

*) Angka perkiraan.
Di samping pabrik alumunium extrusion tersebut terdapat
juga 3 buah pabrik plat alumunium. Secara keseluruhan pabrikpabrik itu dalam tahun 1974/75 telah mampu memprodusir plat
alumunium sebanyak 3 ribu ton,
8. Industri Peralatan
Kelompok ini meliputi industri barang logam alat-alat mekanis, industri mesin alat-alat listrik serta elektronika, dan industri alat-alat transport.
Industri barang logam menghasilkan barang-barang konstruksi baja berat dan barang-barang konstruksi baja ringan.
Produksi konstruksi baja berat dalam tahun 1974/75 sama dengan tahun 1973/74, yaitu 40 ribu ton.
Barang-barang konstruksi baja ringan meliputi tangkitangki baja, container baja, konstruksi bangunan ringan, lemari baja, alat-alat kantor, dan lain-lain. Kelompok industri
ini dalam tahun 1974/75 telah mulai menghasilkan lemari baja
dan alat-alat kantor serta alat keperluan rumah sakit.
348

GRAFIK VIII 5
PRODUKSI INDUSTRI LOGAM , 1972/73 1974/75

349

(Sambungan Grafik VIII 5)

350

Perkembangan industri logam sejak tahun 1972/73 dapat


dilihat dalam Tabel VIII 6.
Perhatian para penanam modal terhadap industri mesin
alat-alat mekanis masih kurang. Hal ini antara lain disebabkan
karena kebutuhan dalam negeri akan masing-masing jenis
mesin masih belum mencapai volume yang dapat diprodusir seCara ekonomis. Walaupun demikian dalam tahun 1973/74 mesin
diesel telah dihasilkan dengan produksi sebesar 2 ribu buah.
Dalam tahun 1974/75 produksi meningkat dengan 300% menjadi 8 ribu buah.
Produksi alat penyemprot hama tahun 1974/75 menurun.
Dalam tahun 1973/74 produksi alat-alat ini mencapai 40 ribu
buah, sedang dalam tahun 1974/75 hanya mencapai 20 ribu
buah.
Dalam tahun 1974 telah mulai dihasilkan mesin pengaduk
beton sebanyak 500 buah oleh 2 buah perusahaan.
Produksi mesin jahit dalam tahun 1974/75 mencapai 400
ribu buah, Dalam tahun 1973 / 74 produksi mesin ini mencapai
500 ribu buah. Jadi dalam tahun 1974/75 terjadi penurunan
sebesar 20%. Mungkin sekali hal disebabkan oleh adanya
persaingan dari mesin-mesin impor.
Persaingan itu juga dihadapi oleh industri barang-barang
elektronika, terutama selama triwulan terakhir 1974/75.
Namun dalam tahun 1974/75 secara keseluruhan produksi
mesin-mesin alat listrik serta elektronika ternyata meningkat.
Hal ini tampak dari Tabel VIII 6.
Dalam tahun 1974/75 produksi refrigerator mencapai 25
ribu buah. Produksi dalam tahun 1973/74 mencapai 10 ribu
buah. Ini berarti bahwa dalam tahun 1974/75 ada peningkatan
sebesar 150% dalam produksi refrigerator. Dalam tahun tersebut produksi televisi juga meningkat dengan 92,9%.
Dalam tahun 1974/75 di lingkungan industri ini mulai dihasilkan sikat arang sebanyak 70 ribu buah. Ini merupakan
hasil baru dari industri alat-alat mesin di Indonesia.

351

TABEL VIII 6.
PRODUKSI INDUSTRI PERALATAN, 1972/73 1974/75
No.

Jenis Industr i

Satuan

Barang-barang Logam :
Konstruksi baja berat

Ribu ton

2.

Industri mesin alat-alat mekanis :


a. Alat penyemprot hama
b. Mesin Diesel

Ribu buah
Ribu buah

3.

Mesin alat-alat listrik dan elektronika :


a. Sikat Arang
b. Accu

1.

c. Baterai kering
d. Radio
e. Televisi
f.

A. C.

g. Refrigerator
h. Lampu pijar, TL
i. Assembling mesin jahit
4. Alat-alat transpor :
a. Assembling mobil
1) Angka diperbaiki.
2) Angka perkiraan.

Ribu
Ribu
Ribu
Ribu
Ribu
Ribu
Ribu
Ribu
Ribu

1972/73

1973/74

1974/75 2)

40

40

40
2

20
8

buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah

130
72.000
700
60
20
10
12.300
340

Ribu buah
Ribu buah
buah

23
100
200

140
132.000
900
70
20
10
18.000
500
36,71)
150 1)
360

70
180
144.000
1.000
135
24
25
18.900
400
65
251
575

GRAFIK VIII 6
PRODUKSI INDUSTRI PERALATAN, 1972/73 1974/75

353

Lanjutan Grafik VIII 6)

354

Lanjutan Grafik VIII 6)

355

Lanjutan Grafik VIII 6)

356

Perhatian para penanam modal terhadap industri alat-alat


transpor tetap besar. Produksi kendaraan bermotor roda 4
dalam tahun 1973/74 mencapai 36,7 ribu buah. Dalam tahun
1974/75 mencapai 65,6 ribu buah. Jadi produksi tahun 1974/75
adalah 78,7% lebih tinggi dari tahun 1973/74.
Peningkatan yang berarti juga terjadi dalam produksi
kendaraan bermotor roda 2. Produksi tahun 1973/74 mencapai
150 ribu buah, sedang dalam tahun 1974/75 produksi mencapai
251 ribu buah. Jadi produksi tahun 1974/75 adalah 67,3% lebih
besar dari tahun 1973/74.
Produksi mesin penggiling jalan dalam tahun 1974/75
mencapai 575 buah, yang berarti ada kenaikan sebesar 59,7%
jika dibanding dengan produksi tahun sebelumnya yang besarnya 360 buah.
Bersamaan dengan peningkatan produksi alat-alat transpor, industri komponen juga berkembang. Dalam tahun 1974/
75 juga mulai diprodusir barang-barang seperti piston, shockabsorber, container accu, cable hoist untuk clutch dan brake,
sedang sebelumnya telah dihasilkan brake lining dan pegas.
Alat-alat itu merupakan hasil-hasil baru dari industri kita.
Data yang menunjukkan perkembangan industri alat transpor disajikan dalam Tabel VIII 6.
Di samping perkembangan-perkembangan yang disebutkan di
atas perlu juga dikemukakan beberapa hal mengenai industri
perkapalan.
Industri perkapalan mulai berkembang sejak tahun 1973.
Pada waktu ini terdapat 22 buah galangan kapal baja, 46
buah
galangan kapal kayu, dan 87 buah perbengkelan kapal.
Perusahaan-perusahaan itu secara keseluruhan mampu membuat komponen kapal baja dan kapal kayu serta melaksanakan
reparasi terapung. Galangan-galangan kapal baja yang berjumlah
22 buah itu secara keseluruhan mempunyai kapasitas potensil
untuk pembuatan kapal baja baru sebesar 44 ribu
dwt
357

setahun, dan kapasitas mereparasi sebesar 1 juta dwt setahun. Tetapi kapasitas nyata perusahaan-perusahaan itu

hanya 22 ribu dwt setahun untuk pembuatan kapal baru dan


750 ribu dwt setahun untuk reparasi kapal. Adanya perbedaan
antara kapasitas potensil dan kapasitas nyata sebesar itu terutama disebabkan karena sebagian besar dari peralatan dan
fasilitas produksi yang ada sudah tua.
Dalam tahun 1974 produksi kapal baja mencapai 17 ribu
dwt. Sedang reparasi kapal mencapai 650 ribu dwt.
B.

PERTAMBANGAN
1. Pendahuluan

Dengan meningkatnya nilai ekspor berbagai bahan tambang, khususnya minyak bumi dan timah pada akhir tahun
1973 dan awal 1974, maka peranan sektor pertambangan
dalam pembangunan juga meningkat.
Tindakan-tindakan negara-negara industri untuk mengurangi kebutuhan dan mengadakan penyimpanan (stock), serta
berlangsungnya resesi di negara-negara tersebut menyebabkan
penurunan dalam permintaan mereka akan bahan-bahan
mentah. Demikianlah maka akhir-akhir ini pasaran minyak
bumi dan timah agak melemah. Diperkirakan bahwa keadaan
ini akan berlangsung untuk beberapa waktu. Karena itu diperlukan adanya kewaspadaan dalam menghadapi keadaan
tersebut.
Dalam tahun 1974/75, baik produksi maupun volume
ekspor dan nilai ekspor berbagai bahan tambang pada umumnya masih meningkat, biarpun peningkatannya lebih rendah
daripada yang diperkirakan semula. Tetapi produksi bahan
tambang terpenting, minyak bumi, tahun 1974/75 menurun.
Demikian pula volume ekspornya. Namun demikian kedudukan
minyak bumi sebagai hasil tambang terpenting masih tetap
dapat dipertahankan. Diharapkan bahwa bahan-bahan tambang
baru seperti ferro-niekel, nickel matte, konsetrat tembaga, dan
sebagainya dalam tahun-tahun yang akan datang akan memberikan sumbangan yang lebih besar.

358
Dibawah ini diuraikan secara terperinci perkembangan
pelbagai jenis bahan tambang dalam tahun 1974/75 dengan
menitik beratkan pada hasil-hasil utama.
2. Perkembangan Hasil Pertambangan
a.

Minyak Bumi

Produksi minyak bumi dalam tahun 1974/75 menunjukkan


suatu penurunan sebesar 4,5% apabila dibandingkan dengan
produksi tahun 1973/74. Penurunan produksi ini disebabkan
karena dalam triwulan ke I tahun 1975 ekspor minyak menurun
sedangkan tempat penyimpanan minyak bumi sudah penuh
sehingga produksi terpaksa diturunkan di bawah tingkat yang
normal. Perkembangan produksi minyak bumi dari 1972/73
1974/75 dapat dilihat pada Tabel VIII 7.
TABLE VIII 7.
PRODUKSI MINYAK BUMI, 1972/73 1974/75

Tahun

PRODUKSI
(Juta Barrel)

1972/73

412,3

1973/74

508,4

1974/75

485,5

Ekspor minyak bumi dalam tahun 1974/75 menurun


dengan 2,7% apabila dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/
74. Penurunan ekspor minyak bumi ini disebabkan karena
dalam tahun 1974 Jepang (negara pengimpor minyak bumi
Indonesia yang terbesar) mengurangi impornya. Perkembangan

511120

ekspor minyak bumi tahun 1972/73 1974/75 dapat dilihat


dalam Tabel VIII 8.

359

GRAFIK VIII 7
PRODUKSI MINYAK BUMI, 1972/73 1974/75

(Jutaan Barrel)

360

508,4

TABEL VIII 8.
EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK,
1972/73 1974/75
(Jutaan barrel)

Ta h u n

Minyak Bumi

Hasil Minyak Bumi

Jumlah

1972/73

*)

312,7

47,0

359,7

1973/74

*)

380,0

59,1

439,1

369,6

37,3

406,9

1974/75
*) Angka diperbaiki.

Ekspor hasil minyak bumi (migas, minyak bakar, sisa melilin,


LPG, dan paraffin) dalam tahun 1974/75 juga menurun dengan
36,9% apabila dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/74. Hal
inipun terutama disebabkan karena Jepang mengurangi impornya.
Perkembangan ekspor hasil minyak dapat dilihat pula dalam Tabel
VIII 8 tersebut di atas.
Pengilangan minyak bumi yang menghasilkan bahan
bakar minyak untuk kebutuhan dalam negeri serta beberapa
bahan lainnya yang diekspor dilakukan di kilang-kilang minyak
Pertamina sendiri. Jumlah minyak bumi (termasuk minyak
bumi impor dan "freedstock") yang dikilang di dalam negeri
dalam tahun 1974 adalah sebanyak 125,5 juta barrel. Bila
dibandingkan dengan angka pengilangan tahun 1973 terdapat
kenaikan sebesar 6,5%. Perkembangan pengilangan minyak bumi
tahun 1972 1974 dapat dilihat dalam Tabel VIII 9.
Dengan meningkatnya kegiatan di segala bidang pembangunan maka peningkatan pemasaran dalam negeri berlangsung secara merata dan meliputi hampir semua jenis hasil
pengilangan. Pemasaran hasil-hasil minyak bumi di dalam
negeri tahun 1972
. 1974 dapat dilihat pada Tabel VIII 10.

361

GRAFIK VIII 8
EKSPOR MINYAK BUMI DAN HASIL MINYAK,
1972/73 1974/75
(jutaan barrel)

362

TABEL VIII 9.
PENGILANGAN MINYAK BUMI, 1972 1974
(jutaan barrel)

Tahun

In - take

1972

100,5

1973

117,8 * )

1974

125,5

* ) Angka diperbaiki.

TABEL VIII 10.


PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI
1972 1974 (jutaan barrel)

Jenis
Bahan bakar minyak
Bahan pelumas
Hasil-hasil khusus dan bahan kimia
J u m 1 a h:

1972

1973

1974

50.077

60.293

67.377

535

631

634

894

953

1.139

51.506

61.877

69.150

Untuk meningkatkan produksi minyak bumi, Pertamina


bersama kontraktor-kontraktor berdasarkan perjanjian karya
dan perjanjian bagi hasil terus melakukan penyelidikan geologi,
geofisika, dan pemboran eksplorasi di wilayah kerja masing363

masing. Perkembangan kegiatan eksplorasi tahun 19721974


dapat dilihat dalam Tabel VIII 11.

GRAFIK VIII 9
PENGILANGAN MINYAK BUMI,
1972 1974

(jutaan barrel)

125,5

1972

364

1973

GRAFIK VIII 10
PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,
1972 1974
(jutaan barrel) 7

365

TAB EL VIII - 1 1 .
K E G I A T A N EKSPLORASI, 1972 1974

Jenis kegiatan

Uraian

1972

1973

1974

Gravity

Lokasi
Kemajuan (Km)

5
2.495

Seismic

Lokasi
Kemajuan (Km)

43
51.861

4
1.548
54
58.675

Pemboran

Lokasi
Sumur minyak
Sumur gas

110
17
12

1.52
30
17

2
1.662
63
60.152
294
77
29

220.969

466.765

546.932

Jumlah kedalaman (m)

Armada Angkutan Laut Pertamina meningkat terus.


Dalam tahun 1974 jumlah tanker yang dikusainya meliputi
144 buah dengan total DWT 3.771.520 dan terdiri atas milik
Pertamina sebanyak 51 buah dengan jumlah DWT 608.416,
Hire Purchase 51 buah dengan jumlah DWT 2.366.795, dan
Time Charter 42 buah dengan jumlah DWT 796.309. Apabila
dibandingkan dengan keadaan akhir tahun 1973, jumlah tanker
tahun 1974 naik dengan 24,1% dan tonasenya naik dengan
102,7%.
D a l a m tahun 1974 telah diselesaikan pembangunan tankitanki penimbunan dan pondasi untuk kilang Cilacap. Pembangunan kilang Cilacap diharapkan dapat selesai seluruhnya
dalam pertengahan tahun 1976.
Di samping itu dalam tahun 1974 telah diselesaikan pembangunan installasi depot penyalur bahan bakar minyak yang
modern di Labuan Deli (Medan) dengan kapasitas total kirakira 70.000 kiloliter.
b.

Gas Bumi

Dalam tahun 1974 produksi gas bumi mencapai 202,3 juta


MCF, sedang dalam tahun 1973 sebesar 186,1 juta MCF. Jadi
366

produksi dalam tahun 1974 telah naik dengan 8,7%. Gas bumi

diprodusir oleh Pertamina dan tiga kontraktornya (ILAPCO, Union


Oil, dan Arco), PT Stanvac, PT Caltex, dan Lembaga Minyak dan
Gas Bumi. Perkembangan produksi gas bumi se-lama tahun 1972
1974 dapat dilihat pada Tabel VIII 12.
Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan dasar produksi
masih sangat kecil, terbatas pada penggunaan untuk Pupuk
Sriwijaya, gas minyak bumi cair (LPG) dan jelaga gas. Perkembangan pemanfaatan tersebut selama tahun-tahun 1972
1974 juga dapat dilihat dalam Tabel VIII 12.
TABEL VIII 12.
PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,
1972 1974
[jutaan MCF *)]
Tahun

Produksi

Pemanfaatan

1972

146,5

12,2

1973

186,1

11,7

1974

202,3

15,7

*) "Million Cubic Feet".

Penyaluran gas bumi dari Pertamina Unit II ke Pusri II


telah mulai beroperasi dalam tahun 1974. Fasilitas penyalurannya selesai dibangun tahun 1973 dan mempunyai kapasitas
penuh sebanyak 12 MCF/hari.
Disamping itu dalam tahun 1974 sudah dipersiapkan
pembangunan proyek pipa penyalur gas bumi dari lapangan
lepas pantai Arco ke Cilegon, panjangnya kira-kira 250 km.
c.

Timah

Dalam tahun 1974/75 kegiatan produksi timah, selain dilakukan oleh PN Timah juga dilaksanakan oleh suatu perusahaan swasta nasional dan oleh suatu perusahaan asing. PN
367
Timah beroperasi di Bangka Belitung dan Singkep. Perusahaan

GRAFIK VIII 11
PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,
1972 1974

368

swasta nasional di Bangkinang, Riau Daratan. Sedangkan


perusahaan asing di Bangka. Di samping itu ada dua perusahaan lain yang sedang mengadakan eksplorasi di Belitung dan
di lepas pantai pulau Tujuh.
Produksi bijih timah dalam tahun 1974/75 mencapai kenaikan sebesar 2.200 ton, atau 9,7% dibanding dengan produksi
tahun 1973/74. Kenaikan produksi itu dimungkinkan oleh adanya rehabilitasi dan modernisasi sarana produksi yang dilaksanakan selama Repelita I, yang antara lain terwujudkan dalam
tersedianya kapal keruk dan pusat tenaga listrik. Sesungguhnya kemampuan peningkatan produksi adalah lebih tinggi, tetapi mengingat adanya ketentuan quota ekspor maka produksi
harus disesuaikan dengan batas-batas ekspor yang telah ditentukan. Dalam tahun 1973 swasta asing yang beroperasi di
Pulau Bangka mencapai produksi 155,90 metrik ton. Dalam
tahun 1974 produksinya meningkat menjadi 686,45 metrik ton.
Proyek perluasan peleburan bijih timah baru diselesaikan pada
akhir tahun 1974. Karena itu produksi logam timah dalam tahun 1974/75 meningkat dengan 200 ton, atau 1,4%, dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74. Perkembangan produksi bijih
dan logam timah dapat dilihat dalam Tabel VIII 13.
TABEL VIII - 1 3 .
PRODUKSI BIJIH DAN LOGAM TIMAH,
1972/73 1974/75
(ribuan metrik ton)

Tahun

Bijih Timah

Logam Timah

Jumlah

1972/73

21,5

12,8

34,3

1973/74

22,6

14,8

37,4

1974/75

24,8

15,0

39,8

369

Jumlah ekspor timah tahun 1974/75 dapat dilihat dari


Tabel VIII - 14. Dibandingkan dengan angka ekspor tahun
1973/74 maka terdapat kenaikan sebesar 12,4%, Jika diperbandingkan dengan rencana ekspor untuk tahun 1974/75, maka
ekspor yang telah direalisir mencapai 106,4%.
T A B E L VIII 14.
EKSPOR BIJIH D A N LOGAM TIMAH, 1972/73 1974/75
(ribuan metrik ton)

Bijih Timah

Logam Timah

1972/73

8.2

12.6

20.8 *)

1973/74

6.4

14.6

21.0

1974/75

8.8

14.8

23.6

Tahun

Jumlah

* ) Angka diperbaiki.

Dalam Tabel VIII 14 dapat dilihat bahwa ekspor logam


timah terus meningkat. Diharapkan mulai tahun 1976 seluruh
ekspor timah akan berbentuk logam. Di samping itu konsumsi
dalam negeri yang pada waktu ini hanya berkisar di sekitar
500 ton/tahun, juga diharapkan akan meningkat mulai tahun
tersebut.
Kegiatan-kegiatan eksplorasi yang telah dimulai semenjak Repelita I terus ditingkatkan. Pemboran rutin di daerah
pantai (near-shore) dan di darat seluruhnya dilakukan oleh
PN Timah. Dewasa ini kekuatan pemboran terdiri atas 51 regu
darat, 9 regu laut, 1 pemboran mekanis, dan 1 kapal bor
Pelatuk.
Untuk melaksanakan inventarisasi potensi timah di seluruh Indonesia telah dillakukan penyelidikan umum di daerah
Jambi dan Riau. Selain itu telah dilakukan juga penyelidikan
geofisika di daerah lepas pantai di sekitar pulau Bangka dan
Belitung.
370

GRAFIK VIII 12
PRODUKSI DAN EKSPOR BIJI DAN LOGAM TIMAH,
1972/73 1974/75

371

23,6

Disamping usaha-usaha tersebut di atas, untuk melaksanakan pengembangan di bidang pertambangan timah maka telah
dilaksanakan berbagai kegiatan.
Dalam rangka diversifikasi usaha horizontal telah diusahakan untuk memperoleh mineral-mineral sampingan dari bijih timah, seperti monazite, sircon, zenotim, ilmenete, dan
wolframite. Selain daripada itu dalam usaha diversifikasi vertikal, telah dilaksanakan berbagai penelitian. Di antaranya, penelitian mengenai endapan mineral kaolin di pulau Bangka
yang akan digunakan, sebagai campuran untuk industri kertas,
dan feasibility studies mengenai kemungkinan pembuatan tin
plate, babbit, dan soldir. Di sampling itu jugs telah diadakan
penelitian mengenai kemungkinan penggunaan terak-terak timah
yang tidak dipakai sebagai bahan baku pembuatan mineral
wool (untuk akustik dan insulasi), penelitian mengenai
pengolahan timah sebagai bahan untuk pembuatan obat-obatan,
insektisida, dan campuran untuk pembuatan nylon. Selanjutnya,
akhir-akhir ini telah diadakan penjajagan mengenai pembuatan
bahan bangunan modern (tegel, bata) dari bahan tanah liat
dan pasir kwarsa yang terdapat di pulau Bangka dan Belitung.
d.

Nikel

Penambangan bijih nikel dilaksanakan oleh Unit Pertambangan Nike). P.T. Aneka Tambang di daerah Pomala Utara,
Pomala Selatan, dan di Sulawesi Tenggara. Penambangan yang
berlangsung dewasa ini dilakukan secara tambang terbuka dengan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Tenaga manusia terutama digunakan apabila terdapat bongkah-bongkah
yang tercampur dalam laterit yang menyulitkan bekerjanya
bulldozer.
Penambangan bersifat selektif karena endapan yang tidak
teratur. Karena itu diadakan pencampuran antara bijih-bijih yang
berasal dari berbagai tempat penggalian. Untuk mengatasi masalah
bijih ketul (lumpore), maka sejak tahun 1973 telah
372

digunakan perangkat pemecah batu (crusher). Dengan mempergunakan alat tersebut dapat dihasilkan pencampuran yang
lebih sempurna antara bijih-bijih yang mutunya berbeda-beda.
Produksi bijih nikel dalam tahun 1974/75 ternyata lebih
kecil dari tahun sebelumnya. Dari Tabel VIII 15 dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74
produksi tahun 1974/75 menurun dengan 21,1%. Penurunan
produksi ini disebabkan karena produksi triwulan I tahun 1975
dengan sengaja dikurangi, mengingat bahwa kenaikan ekspor
adalah kecil sedang persediaan masih besar. Perkembangan
produksi dan ekspor bijih nikel selama tahun-tahun 1972/73
1974/75 dapat dilihat dari Tabel VIII 15.
TABEL VIII 15.
PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL,
1972/73 1974/75
(ribuan ton)

Tahun

Produksi

Volume Ekspor

1972/73

971,5

1973/74

989,9

830,4 *)

781,1

831,2

1974/75

737,5

*) Angka diperbaiki.

Ekspor bijih nikel dalam tahun 1974/75 naik dengan lebih


kurang 0,1% jika dibandingkan dengan ekspor tahun 1973/74.
Kenaikan ekspor yang kecil ini disebabkan oleh goncangan
situasi moneter dunia dan resesi di negara-negara industri.
Pada akhir tahun 1974 telah diketemukan cadangan di
Sulawesi Selatan bijih (proven ore) dengan kadar Ni yang
cukup tinggi untuk diekspor, sehingga penambangan bijih khusus untuk ekspor diperkirakan akan dapat berlangsung lebih
lama dari pada yang diperkirakan semula.
373

GRAFIK VI II 13
PRODUKSI DAN EKSPOR NIKEL, 1972/73 1974/75

(ribuan ton)

PRODU KSI

37 4

VOLUME EKSPOR

Untuk memperoleh cadangan bijih nikel dengan kadar


1,8%
Ni + Co untuk keperluan pabrik ferronikel telah dilakukan
eksplorasi secara detail dan dari hasil eksplorasi terse-but dapat
diharapkan bahwa, apabila pabrik-pabrik yang ada membutuhkan
bijih nikel sebanyak 350.000 ton/tahun, maka ada persediaan
bahan untuk jangka waktu 100 tahun.
Sementara itu, pembangunan pabrik ferronikel berjalan
dengan lancar dan diharapkan akan selesai pada akhir tahun
1975.
Perusahaan-perusahaan swasta asing yang melakukan persiapan penambangan mengalami kelambatan karena banyaknya
hujan turun dan karena kesulitan alokasi peralatan. Pekerjaan
konstruksi secara keseluruhan berjalan dengan lancar.
Penanam modal yang mendapat konsesi di pulau Gag melakukan penyelidikan yang lebih mendalam mengenai cara
pengolahan dengan tujuan memperoleh optimasi energi. Pekerjaan pembangunan sipil serta pemboran lobang-lobang bor
tetap diteruskan.
Penanam modal yang melakukan penyelidikan lapangan
di pulau Gabe (Halmaheira) telah mengapalkan 1.530 ton bulk
sample ke Jepang untuk penyelidikan metallurgis.
e.

Bauksit

Penambangan bauksit oleh Unit Pertambangan Bauksit


PT Aneka Tambang dilakukan di pulau Kijang, Angkut, Tembeling, Kelong dan Koyang, Penambangan di daerah-daerah
tersebut dilakukan dengan cara terbuka.
Dengan bertambahnya alat-alat produksi seperti dumptrucks, maka produksi tahun 1974/75 naik dengan 3,5% dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74. Perkembangan produksi dan ekspor bauksit selama tahun tahun 1972/73
1974/75 dapat dilihat dalam Tabel VIII 16.

375
511120

TABEL VIII 1 6 .
PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT, 1972/73 1974/75
(ribuan ton)

Tahun

Produksi

Volume Ekspor

1972/73

1.240,2

1.255,0

1973/74

1.240,7 *)

1.266,4 *)

1974/75

1.284,2

1.267,3

*) Angka diperbaiki.

Dari Tabel VIII 16 dapat dilihat bahwa ekspor bauksit


tahun 1974/75 hanya meningkat sedikit sekali dibanding dengan ekspor tahun 1973/74. Hal ini terutama disebabkan karena perkembangan ekonomi dunia yang kurang menguntungkan. Ekspor bauksit terutama ditujukan ke Jepang (99,8%)
dan selebihnya ke Kanada (0,2%).
Dari hasil eksplorasi PT Aneka Tambang dapat, diketahui
bahwa cadangan bijih yang tersedia untuk ekspor akan memenuhi kebutuhan ekspor salama 12 tahun kalau ekspor akan
tetap sebanyak 1,2 juta ton setahunnya. Dalam usaha menambah jumlah cadangan bijih yang dapat diekspor maka dalam
tahun 1974 daerah penyelidikan umum seluas 26.000 ha ditetapkan menjadi daerah penyelidikan eksplorasi.
Eksplorasi sistematis yang diusahakan oleh perusahaan
swasta asing di Kalimantan Barat diperluas ke utara sampai
sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara dan ke Selatan sampai
Simpang Dua. Kegiatannya dipusatkan di. sekitar daerah Tayan, sehingga tidak ada kegiatan di daerah lain seperti diMunggu Pasir. Selanjutnya akan diadakan penyelidikan di daerah Pantas. Di samping itu telah dikirim 120 ton bijih bauksit
dari daerah Tayan ke Laboratorium di Amerika Serikat untuk
diolah di "pilot plant". Dari hasil penyelidikan ternyata bahwa
pencocokan yang lebih cermat akan meningkatkan recovery
376

GRAFIK VIII 14
PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT, 1972/73 1974/75
(ribuan ton)

377

bauksit. Sementara itu feasibility study tentang kemungkinan


pendirian pabrik Alumina di pulau Kijang akan selesai pada
permulaan kwartal ke III tahun 1975.
f.

Pasir Best.

Pertambangan pasir besi di pantai Cilacap dilakukan oleh


Unit Pertambangan Pasir Besi PT Aneka Tambang. Penambangannya dilaksanakan secara terbuka dengan menyemprot air.
Perkembangan produksi dan ekspor pasir besi selama tahuntahun 1972/73 1974/75 dapat dilihat dalam Tabel
VIII
17. Dalam tabel itu terlihat bahwa baik produksi mau- pun
ekspor hasil tambang tersebut terus meningkat.
TABEL VIII 17.
PRODYTKSI DAN EKSPOR PASIR BESI
1972/73 1974/75
(ribuan ton)

Tahun

Produksi

Volume Ekspor

1972/73

237,6

276,2

1973/74

323,7 *)
349,2

283,6

1974/75

348,0

*) Angka diperbaiki.

Peningkatan produksi antara lain disebabkan karena dengan diperlengkapinya alat-alat pemisah maknit dengan pengayak-pengayak tromol, kandungan besi dalam konsentrat dapat
ditingkatkan. Dalam tahun 1974/75 terdapat kenaikan produksi sebesar 7,9% dan ekspor sebesar 22,7% dibanding dengan tahun 1973/74. Seluruh ekspor pasir besi ditujukan ke
Jepang.

378

GRAFIK VIII 15
PRODUKSI DAN EKSPOR PASIR BESI,
1972/73 1974/75.

(ribuan ton)

344,2 348,0

Produksl

Volume Ekspor

379

Masalah yang dewasa ini dihadapi oleh Unit Pertambangan Pasir Besi Cilacap terutama berhubungan dengan pengangkutan konsentrat dari daerah penambangan ke tempat pengumpulan di pelabuhan. Konsentrat yang telah ada di tempat penimbunan tepi Timur sungai Serayu masih harus dipompa ke
timbunan tepi Barat sungai tersebut. Masalah pengangkutan
ialah pengangkutan ke luar dari pelabuhan oleh karena
hanya
kapal yang berukuran maksimal 22.000 ton saja yang dapat ke
luar masuk pelabuhan.
Dalam tahun 1974 telah diselesaikan penelitian proses
pembuatan besi baja dari pasir besi Yogyakarta dalam skala
yang besar di Balai-balai Penelitian di luar negeri. Dari berbagai percobaan-percobaan tersebut ternyata bahwa pembuatan besi baja secara proses reduksi langsung adalah ekonomis.
Pasir besi merupakan bahan yang diperlukan untuk memprodusir billet. Pabrik billet yang akan dibangun direncanakan
berkapasitas lebih kurang 450 ribu ton billet setahun. Untuk
itu persediaan cadangan pasir besi yang ada diperkirakan
cukup memenuhi kebutuhan selama lebih kurang 28 tahun.
Sampai kini belum ada tanda-tanda bahwa di sekitar daerah itu akan ditemukan gas. Oleh karena itu maka percobaanpercobaan akan diteruskan dengan menggunakan batu bara
atau minyak bumi sebagai reduktor.
g.

Emas dan Perak

Unit Pertambangan Emas Cikotok dari PT Aneka Tambang adalah satu-satunya perusahaan yang dewasa ini melakukan kegiatan pertambangan di Cikotok dan Cirotan, Banten
Selatan. Produksi logam emas dan perak dalam tahun 1974/75
masing-masing menurun dengan 20,6% dan 28,2%. Penurunan
produksi disebabkan karena penurunan kadar emas dan
perak sesuai dengan sifat genesanya.
Selain dari Unit Pertambangan Emas Cikotok juga ada
emas yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan kecil/per380

tambangan rakyat yang tidak teratur dan sederhana.

Dalam tahun 1974/75 di dalam negeri telah dijual emas


sebanyak 262,5 kg dan perak sebanyak 2,1 ton. Di samping itu
sebanyak 4,0 ton perak telah diekspor ke Jepang. Perkembangan
produksi dan penjualan dalam negeri dari logam mulia
emas,
serta perkembangan produksi, volume ekspor, dan penjualan
dalam negeri dari logam mulia perak selama tahun-tahun
1972/73 1974/75 dapat dilihat dari Tabel VIII 18 dan Tabel
VIII 19.
T A B E L VIII 18.
PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI EMAS,
1972/73 1974/75
(kg)
Tahun

Produksi

Penjualan Dalam Negeri

1972/73

332,3

288,4

1973/74

327,3

324,0

1974/75

260,0

262,5

T A B E L VIII 18.
PRODUKSI, VOLUME EKSPOR DAN PENJUALAN
D A L A M NEGERI PERAK,
1972/73 1974/75
(ton)
Tahun

Produksi

Volume Ekspor

Penjualan Dalam
Negeri

1972/73

9,2

6,7

2,6

1973/74

8,5

7,3

3,8

1974/75

6,1

4,0

2,1

381

GRAFIK VIII 16.


PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI EMAS,
1972/73 1974/75
(kg)
400

Produksi

382

Penjualan dalam Negeri

GRAFIK VIII 17
PRODUKSI, VOLUME EKSPOR DAN PENJUALAN DALAM NEGERI PERAK,
1972/73 1974/75

383

Dalam tahun 1974 Unit Pengolahan dan Pemurnian


Logam Mulia PT Aneka Tambang di Jakarta telah memurnikan 4.575,7197 kg emas, 7.724,718 kg perak dan 2,9463 kg
platina dari Unit Pertambangan Emas Cikotok dan dari fihak
lain.
Dalam rangka mendapatkan cadangan baru sejak tahun
1973 dilakukan pemboran di Cirotan. Sampai kini usaha-usaha
ini belum memberikan hasil.
h.

Batubara

Dewasa ini hanya ada 2 buah tambang batubara yang


masih bekerja, yaitu Unit Pertambangan Ombilin (Sumatera
Barat) dan Unit Pertambangan Bukit Asam (Sumatera
Selatan).
Unit Tambang Batubara Ombilin mempunyai wilayah
kuasa pertambangan eksploitasi seluas 2.331,4 ha dan kuasa
pertambangan eksplorasi seluas 20.647,2 ha yang terbagi atas
lima lapangan. Dewasa ini penambangan berlangsung dengan
cara tambang bawah tanah, yaitu dengan cara pengisian pasir
(hydraulic sand stowing). Sebagian kecil dari batubara ditambang secara terbuka.
Unit Tambang Batubara Bukit Asam mempunyai wilayah
kuasa pertambangan seluas 3.018 ha. Penambangan dilakukan
secara terbuka; mula-mula tanah dikupas dengan mesin dan
bulldozer dan kemudian dikerjakan dengan mesin keruk besar.
Produksi Batubara selama tahun-tahun 1972/73 - 1974/75
berkisar antara 145.000 dan 178.000 ton per tahun (lihat
Tabel VIII 20). Jumlah itu jauh berada di bawah skala
ekonomis. Dalam beberapa tahun ini Pabrik Semen Indarung
akan diperluas, dan keperluan tenaga listrik di Sumatera
Barat akan bertambah. Di samping itu di Sumatera Selatan akan
dibangun pabrik Semen Baturaja. Dengan adanya perkembangan-perkembangan tersebut, permintaan akan Batu-

bara diperkirakan meningkat sehingga produksi Batubara di


kedua tambang Batubara tersebut dalam tahun-tahun yang
akan datang dapat ditingkatkan.

384

TABEL VIII 20.


PRODUKSI BATU BABA, 1972/73 1974/75
(ribuan ton)

Tahun

Produksi

1972/73

177,2

1973/74

145,9

1974/75

171,6

Berhubung dengan krisis energi serta meningkatnya harga minyak bumi maka dianggap perlu untuk mengadakan
penyelidikan serta eksplorasi di Sumatera Barat dan di Sumatera Selatan. Penelitian itu telah diselesaikan dalam pertengahan bulan Juli 1974.
Atas dasar hasil penelitian tersebut telah diadakan pemboran di Kandi, Sapan Dalam, Sawah Resen VI, dan Tanah
Hitam. Pekerjaan pemboran itu semuanya diperkirakan akan
selesai pada akhir triwulan pertama tahun 1976. Pekerjaan
eksplorasi dan pemboran dilakukan dengan bantuan Direktorat Geologi di Bandung.
Di samping itu suatu perusahaan swasta asing dalam
rangka penanaman modal telah mengadakan penyelidikan eksplorasi di Gunung Meraksa, Kepayang, dan Bukit Asam di
Sumatera Selatan, dan berhasil menemukan endapan yang
cukup besar. Pemetaan udara daerah tersebut yang meliputi
areal seluas 2.375 km2, telah dilaksanakan.
Suatu perusahaan swasta asing yang lain telah mengadakan kegiatan yang sama di Sinamar, Sumatera Barat dan dewasa ini sedang dilakukan interpretasi mengenai hasil pem385
boran yang diperoleh.

GRAFIK VIll 18
PRODUKSI BATU - BARA, 1972/73 1974/75
(ribuan ton)

386

i.

Tembaga

Dalam tahun 1974 telah dapat diselesaikan semua pekerjaan-pekerjaan konstruksi, dan perbaikan-perbaiikan instalasi
yang berhubungan dengan seluruh operasi. Demikianlah maka
produksi tembaga yang baru dimulai dalam tahun 1973, dapat
ditingkatkan dengan memuaskan dalam tahun 1974.
Produksi konsentrat tembaga kering dalam tahun 1974/75
tercatat sebesar 208,1 ribu DMT (metrik ton kering) sedang
produksi tahun 1973/74 adalah sebesar 162,7 ribu DMT. Selanjutnya konsentrat yang diekspor dalam tahun 1974/75 mencapai 230,0 ribu DMT sedang dalam tahun 1973 jumlah yang
diekspor hanya sebesar 133,5 ribu ton (lihat Tabel VIII 21).
TABEL VIII 21.
PRODUKSI DAN VOLUME EKSPOR TEMBAGA (KONSENTRAT)
1973 1974
[ribuan DMT 1)]

Tahun

Produksi

1972/73
1973/74

2)

1974/75
1)
2)

j.

Volume Ekspor

29,3

27,0

162,7

133,5

208,1

230,0

Dry Metric Ton.


Angka diperbaiki.

Intan

Unit Pertambangan intan dari PT Aneka Tambang telah


melakukan penelitian dengan menggunakan cara-cara geofisika (antara lain tahanan jenis) di wilayah kerjanya. Dengan
cara ini, pencarian bagian lapisan-lapisan kerikil berintan yang
387
diperkirakan berkadar intan tinggi dapat lebih terarah.

GRAFIK VIII 19
PRODUKSI DAN VOLUME EKSPOR TEMBAGA (KONSENTRAT)
1972/73 1974/79

( ribuan DMT )

230,0

1972/73
Produksi

388

1973/74

1974/75
Volume Ekspor

Dari hasil penelitian tersebut dalam tahun 1974 telah dihasilkan lebih dari 4.081 butir kerikil berintan yang mengandung
lebih dari 586,5490 karat intan. Penjualan intan di dalam negeri
dalam tahun 1974 mencapai 665,388 karat.
k.

Granit

PT Karimun Granit telah dapat menyelesaikan pembangunan bagian pertama dari pabrik yang kelak bersama-sama
dengan bagiannya yang kedua per tahun akan dapat menghasilkan 400.000 ton batu yang berukuran kurang dari 1,5"
dan 1.500.000 ton batu yang berukuran 1,5" - 8".
Produksi batu granit tahun 1974 mencapai 428.000 ton.
Dalam tahun 1973 produksi adalah sebesar 415.015 ton. Ekspor tahun 1974 meliputi 36.847 ton dan penjualan dalam negeri
sebanyak 264.605 ton. Sedangkan dalam tahun 1973 ekspor
mencapai 148.651 ton dan penjualan dalam negeri mencapai
138.768 ton.
1.

Mangaan

Pada waktu ini penambangan mangaan dilakukan oleh


PD Pertambangan Jawa Barat (Karangnunggal, Pasir Bentang, Maruyung, dan Cigunung), PD Pertambangan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Kliripan dan Penggung), dan PT
Panca
Ubaya Paksi (Kecamatan Gombong dan Kecamatan Salaman).
Penambangan dilakukan dengan cara tambang terbuka dan
padat karya.
Jumlah produksi yang dihasilkan dalam tahun 1974 adalah 18.227,8 ton, sedang produksi tahun 1973 mencapai
16.087,4 ton. Ekspor dan penjualan dalam negeri dalam tahun
1974 masing-masing mencapai 16.096,8 ton dan 863,3 ton.
m. Aspal
Penambangan aspal terdapat di Lapangan Kabungka
(Pulau Buton) dan dilaksanakan oleh Perusahaan Aspal Negara (PAN). Penambangan dilakukan dengan cara tambang

389

terbuka. Pembuatan undak-undak dilakukan dengan singkup


mesin dan bulldozer.
Produksi aspal dalam tahun 1973 mencapai jumlah 95.149
ton tetapi dalam tahun 1974 hanya mencapai jumlah 75.170 ton
atau suatu penurunan sebesar 21,0%. Seluruh produksi aspal
Buton digunakan di dalam negeri.
n.

Lain-lain

Penggalian bahan galian industri dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan-perusahaan swasta nasional. Dalam Tabel VIII 22 di bawah ini disajikan
besarnya produksi dan penjualan berbagai hasil tambang serta
bahan galian yang lain dalam tahun 1974.
TABEL VIII -- 22.
PRODUKSI, EKSPOR DAN PENJUALAN BAHAN GALIAN
INDUSTRI OLEH PERUSAHAAN DAERAH DAN
PERUSAHAAN SWASTA NASIONAL, 1974
(ton)

No.

Mineral/Bahan Galian
Bahan jadi

Produksi

Penjualan
Dalam negeri

Ekspor

1.

Gamping

2.

Lempung

3.

Marmer (Dalam M2 Slabs)

13.519,951

4.

Jodium

25.933,157

13.059

4.704

5.

Belerang

2.193 *)

2.193

6.

Fosfat

5.562,728

7.

Asbes

283,250

8.

Kaolin

25.971,86

(*)

9.

Pasir Kwarsa

62.687,95

(*)

390

1.114.078,75
Bahan Semen

219.065,97

3.876

14.264,2.57

5.660,728
125,700
19.043,23
52.408,468

*) Beberapa perusahaan belum menyampaikan laporan produksi.

3. Masalah-masalah Penunjang

a.

Perkembangan Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan


pertambangan

Inventarisasi kekayaan mineral perlu sekali dipergiat.


Demikian pula kegiatan-kegiatan penelitian mengenai pertambangan, pengolahan, pemurnian, pengembangan, dan pemasaran. Berkat data yang diperoleh dari hasil inventarisasi
kekayaan alam Indonesia dan penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini maka sektor pertambangan dapat berkembang hingga sekarang ini.
Inventarisasi kekayaan alam dilakukan secara sistimatis
dan terus menerus dalam bentuk pemetaan geologi, geokimia,
geoiogiteknik, hidrogeologi, geofisika, dan lain-lain. Semua pekerjaan ini dikerjakan secara terintegrasi. Dengan demikian
dapat tercapai daya guna yang setinggi-tingginya dalam pemakaian tenaga, peralatan, dan biaya yang tersedia.
Hasil-hasil pelaksanaan penelitian di bidang geologi dan
pertambangan dalam tahun 1974/75 akan diuraikan dalam
Bab Pengembangan Ilmu dan Teknologi, Penelitian, dan Statistik.
b.

Pembinaan Usaha Pertambangan Nasional

Dalam proyek pemetaan dan penyelidikan mineral yang


dilaksanakan dalam Repelita I telah ditemukan beberapa daerah prospektif. Selanjutnya di daerah-derah tersebut dapat
diadakan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi meliputi kegiatankegiatan pengolahan bahan galian serta pertambangan, dan
pemasarannya.
Setelah melalui eksplorasi ternyata bahwa pembukaan
tambang baru
secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, maka pengembangannya lebih lanjut diserahkan
391

kepada Perusahaan Negara atau Perusahaan Swasta Nasional.

Mengingat bahwa kemampuan perusahaan-perusahaan Swasta


Nasional pada umumnya masih terbatas, maka perusahaanperusahaan tersebut pada umumnya diserahi untuk mengelola
pertambangan mineral industri dan mineral lain yang mudah
pertambangannya dan hasilnya dapat dipasarkan di dalam
negeri. Untuk sementara usaha-usaha pertambangan yang
memerlukan modal yang agak besar dan kemampuan teknik yang
tinggi, pengusahaannya diserahkan kepada perusahaanperusahaan negara.
Penyediaan hasil eksplorasi kepada perusahaan-perusahaan Swasta Nasional merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana bantuan teknik kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Bantuan ini di dalam tahun 1974/75 meliputi bidangbidang penyelidikan geologi, pengolahan bahan galian, penelitian
pertambangan, dan pemasaran.
c.

Pengembangan Daerah

Mengingat adanya proyek-proyek pertambangan di daerahdaerah, maka perhatian khusus diberikan kepada perencanaan
pengembangan daerah. Proyek pertambangan baru di suatu
daerah dapat dijadikan titik mula bagi pengembangan sumbersumber alam lainnya di daerah yang bersangkutan.
Penyelidikan-penyelidikan yang erat hubungannya dengan
perencanaan pengembangan daerah antara lain meliputi penyelidikan-penyelidikan vulkanologi, geologi teknik, air tanah,
tanah longsor, dan masalah-masalah lain yang mempunyai
hubungan dengan masalah-masalah kekuatan tanah, pengadaan air tanah, dan bencana alam. Selain itu dlakukan juga
penyelidikan mengenai pengaruh kegiatan pertambangan terhadap kelestarian lingkungan hidup.
d.

Pembinaan Lembaga

Mengingat makin meningkatnya peranan pertambangan


dalam perkembangan ekonomi Indonesia, maka pembinaan
392

lembaga yang akan melaksanakan tugas di bidang pertam-

bangan perlu memperoleh prioritas yang tinggi. Sehubungan


dengan hal ini perhatian khusus diberikan kepada pendidikan.
dan penempatan kader-kader yang baru. Mengingat bahwa
pertambangan mempergunakan teknologi yang tinggi, maka
pendidikan dan pembentukan kader dalam bidang pertambangan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tinggi.

393

Anda mungkin juga menyukai