PENANGANAN STROKE
Definisi
Suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologist (deficit neurologik fokal
atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena
berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan
(stroke perdarahan)
Anamnesa
Defisit neurologist yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas/istirahat
Kesadaran baik/terganggu
Nyeri kepala/tidak
Muntah/tidak
Riwayat hipertensi (factor resiko stroke lainnya)
Lamanya (onset)
Serangan pertama/ulang
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum)
Ada deficit neurologist
Hipertensi/hipotensi/normotensi
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
Darah perifer lengkap, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan asam
urat), fungsi hati (SGOT dan SGPT), protein darah (albium globulin), hemostasis,
profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan
Radiologis
Pemeriksaan roentgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun kelainan
jantung
MRI kepala
Diagonisa Banding
Ensefalopati toksik atau metabolic
Kelainan neurologist / fungsional (contoh kelainan jiwa)
Bangkitkan epilepsy yang disertai paresis Todds
Migren hemiplegik
Lesi structural intracranial (hematon subdural, tumor otak, AVM)
Infeksi encephalitis, abses otak
Trauma kepala
Ensefalopati hipertensif
Sklerosis multiple
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
1. Umum
Ditujukkan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektroit
cairan, gizi, hygiene
2. Khusus
Pecegahan dan pengobatan promotif, primer dan sekunder
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik/infark :
2. Perdarahan subarakhnoid :
Neuroptotektan
Konservatif
o Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hermostasis)
Operatif
o Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa posterior
o Letal lobar dan kortikal dangan tanda-tanda peninggian TIK akut dan ancaman
herniasi otak
o Perdarahan serebellum
o Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
o GCS > 7
Terapi Komplikasi
o Anti edema : larutan manitol 20%
o Antibiotika, anti depresan, anti konvulsan : atas indikasi
o Anti trombosis vena dalam dan emboli paru
Konsultasi
Diperlukan bila dilakukan parasintesis
Lama Perawatan
Dokter spesialis penyakit dalam (ginjal/hipertensi, endoktrin), kardiologi bila ada
kelainan organ terkait
Dokter spesialis bedah saraf untuk kasus hemoragis yang perlu dioperasi (aneurisma,
AVM, evakuasi hematon)
Gizi
Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur neurorestorasi dalam 3 bulan pertama
pasca onset)
Perawatan RS
Ruang rawat inap
Tenaga Standar
Dokter spesialis saraf, dokter umum
Lama Perawatan
Stroke perdarahan : rata-rata 3 4 minggu
Stroke iskemik : 2 minggu lebih bila tidak ada penyulit
MENINGITIS TUBERKOLOSIS
Definisi
Meningitis Tuberkolosis adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang
disebabkan oleh kuman tuberkolosis
Kiteria Diagnosa
Anamnesa
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anorexia, mual/muntah, demam
subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset sub
akut, riwayat penderita TB atau adanya focus infeksi sangat mendukung
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kuku kuduk dan tanda laseque dan kerning
Kelimpulan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK), pemeriksaan darah rutin, kimia, elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)
Pemeriksaan radiologik
Diagnosis Banding
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bacterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus neoformans atau toxoplasma
gondii), Sarkoid meningitis
Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, lifoma, leukemia,
glioma, melanoma dan
Meduloblastoma
Tatalaksana
Umum
Terapi kausal : kombinasi obat anti tuberkolusa (OAT)
INH
Pyrazinamida
Rifampisin
Etambutol
Kortikosteroid
Penyulit/Komplikasi
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf cranial
Iskemi dan infark pda otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus
Konsultasi
Bedah saraf
Tenaga Standar
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
Lama Perawatan
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan
MENINGITIS BAKTERIAL
Definisi
Adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses peradangan yang melibatkan
piameter, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan medula
spinalis
Kiteria Diagnosis
Anamnesa
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga sub akut antara 1-7 hari. Gejala
berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang,
perubahan status mental sampai penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologist fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala lain :infeksi ekstrakranial misalnya sinuisitis, oitis media, mastoiditis, pneumonia,
infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan likuor
Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan eletrolit darah
Radiologis
CT-scan kepala
Diagnosis Banding
Meningitis virus, perdarahan subrakhnoid. Meningitis khemikal, meningitis TB,
meningitis leptospira, meningoesefalitis fungal
Tatalaksana
Perawatan umum
Kausal : lama pemberian 10-14 hari
TETANUS
Tatalaksana
IVFD Dektrose 5% RL = 1 : 1/6 jam
Kausal
Anti toksin tetanus diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama 3-5 hari. Tes
kulit sebelum atau
Antibiotik
Penanganan luka
Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg i.v.
perlahan 2-3 menit. Dapat diulang bila diperlukan
Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul/IV perlahan selama 3-5 menit, dapat
diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila takteratasi segera raat di ICU.
Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan
secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah frekuensi
peroral memungkinkan maka diapzepam diberikan peroral dengan frekuensi
pemberian setiap 3 jam
Nutrisi, diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring atau cair. Bila perlu diberikan
melalui pipa naso gastric
Penyulit
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan nafas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
Tanaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
Lama Perawatan
2 minggu 1 bulan
Prognosis/luaran
Angka kematian tinggi bila :
Usia tua
Demam tinggi
Kesadaran baik
Amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negative)
Kondisi Kritis
Perdarahan epidural
Lusid interval
Anisokor pupil
Laboratorium
Darah perifer lengkap
Gula darah sewaktu
Ureum / kreatinin
Analisa gas darah (ASTRUP)
Elektrolit
Radiologi
Foto kepala polos, posisi AP/lat/Tangensial (sesuai indikasi)
Scanning kepala (standar baku), gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema,
fraktur tulang kepala
Tatalaksana
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Istirahat dirumah
Diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan epidural,
seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai turun gejala lucid
interval)
2. Cedera otak ringan (komosio serebri)
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Observasi di rumah sakit 2 hari
Keluhan hilang, mobilisasi
Simptomatis : anti vertigo, aemetik, analgetika
Antibiotika (atas indikasi)
3. Cedera otak sedang dan berat (kontusio serebri)
A. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
Lakukan resusitasi
Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing), circulation
(tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg, nadi,
suhu (tidak boleh sampai terjadi pireksia)
Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori 50%
lebih normal
Jaga keseimbangan gas darah
Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter
Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
Rubah-rubah posisi untuk cegah dekubitus
Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
Pasang selang nasogatik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi yaitu pada fraktur
basis Kranii
Infuse cairan isotonis
Berikan oksigen sesuai indikasi
B. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
Mengatasi tekanan tinggi intra kranial, berikan manitol 20%
Simptomatis : analgetik, antipiretik
Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsy pasca cidera
Antibiotika diberikan atas indikasi
Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
Berikan oksigen sesuai indikasi
C. Rehabilitasi
Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan kebutuhan
Penyulit
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat menimbulkan
gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi kerusakan otak
Konsultasi
Bedah saraf/bedah lainnya sesuai indikasi
Neuroemergensi
Neurobehavior
Neurorestorasi/neurorehabilitasi
Tenaga
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf, terapis
Lama Perawatan
Tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat
Cedera pada tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada medulla spinalis
sehingga menimbulkan myelopati dan merupakan keadaan darurat neurology yang
memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi kecacatan.
Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a. Beratnya deficit neurologist yang timbul dan
b. Lamanya deficit neurologist sebelum dilakukan tindakan dekompresi
CMS merupakan kasus emergensi neurology dan perlu mendapat perhatian lebih karena
satu kali medulla spinalis rusak, sebagian besar fungsinya tidak dapat kembali normal
Gejala Tanda Klinis
Cedera medulla spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda tergantung letak dan
luas seni, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 keompok, yaitu
1. Sindroma hemcord (Brown Sequard syndrome)
Gejala dan tanda klinis : gangguan sensorik kontralateral, parese ipsilateral, ggn
propioseptif, rasa raba normal
Kausa utama : inra a. spinalis anterior watershed (T4-T6) iskemik akut, HNP
Gejala dan tanda klinis : Ggn sensorik bilateral, propioseptif normal, parese UMN
dibawah lesi, parese LMN setinggi lesi, disfungsi sphincter
Gejala dan tanda klinis : parese LMN pada lengan, parese tungkai (bervariasi tk
kelimpuannya), dan spastisitas. Nyeri hebat dan hiperpati, ggn sensorik pada
lengan, disfungsi sphincter atau retensio urin
Ggn propioseptif bilateral, nyeri dan parestesi pada leher, punggung dan bokong
parese ringan
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah perifer lengkap
b. Gula darah sewaktu, ureum dan kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/lat dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT semua atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. Neurofisiologi klinik EMG, NCV, SSEP
Penatalaksanaan
1. Umum
a. Jika ada fraktur atau dilokasi kolumna vertebralis servikalis, segera pasang kearah
fiksasi leher, jangan kepala atau leher.
b. Jika ada fiksasi kolumna vertebralis torakalis,a ngkut pasien dalam keadaan
tertelungkup, lakukan spinalis torakal (pakai korset)
c. Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun
karena paralysis fungsi system saraf ortosimpatik dengan akibat menurutnnya tekanan
darah. Beri infuse, bila mungkin plasma atau darah dextran, -40 atau ekspafusin.
Sebaiknya jangan diberi cairan isotonic seperti NaCL 0,9% atau glukosa 5%. Bila
perlu diberikan 0,2 mg adrenalin s.k. boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi
< 44 kali.menit berikan sulfas atropine 0,25 mg i.v.
d. Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga
jalan nafas tetap lapang.
e. Jika lesi diatas c-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan
suhu badan tetap normal.
f. Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada
gangguan defekasi, berikan laksan/klisma
2. Medikamentosa
a. Berikan metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v perlahan-lahan selama 15 menit, kemudian
per infuse 5 mg/kgBB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan
peningkatan sekunder asam arakidonat
b. Bila terjadi spastisitas otot :
Analgetika
Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi .180/100 mmHg),
pertimbangkan pemberian obat antihipertensi
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
Penyulit
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat waktu emas), tidak dapat
sembuh sempurna
Konsultasi
Bedah saraf/bedah lainnya tergantung indikasi
Neuroemergensi
Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
Tenaga
Perawat, dokter umum, dokter specialis saraf, terapis
Lama Perawatan
Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan, biasanya 7 hari sampai
1 bulan
Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat.
PENANGANAN MIELOPATI
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi
komplit atau inkomplit
Etilogi
-
Vaskuler
Obat-obatan
Radiasi
Infeksi
Degenerasi
Tumor
Demielinisasi
Trauma
Tidak diketahui
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air besar, gangguan
sensibilitas
Pemeriksaan Fisis
Parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai UMN atau campuran
UMN dan LMN), hipertensi/anestesi segmental, gangguan fungsi otonom
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat: kokain heroin
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik
Mielografi
VT-mielografi
EMNG
Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia :
SSEP/VEP
MRI
Diagnosis
Polineuropati
Tatalaksana
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif
Penyulit
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran kemih
Konsultasi
Bedah saraf
Bedah ortopedi
Bagian lain yang terkait
Tenaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
Lama Perawatan
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam hitungan
minggu hingga bulan
Prognosis
Tergantung etiologi dan berat penyakit
PENANGANAN PERIODIK PARALISIS
Kriteria Diagnosis
Familial periodic paralysis hipokalemi :
Penyakit periodek otosomal dominant. Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur
saluran ion kalium ditandai dengan : awitan akut dengan gejala kumpulan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin menurun, tidak
ada gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan bila tidak diterapi dapat
menetap sampai 36 jam
Pemeriksaan Penunjang
Makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin, kadar kalium darah 2-3 mEq.
Laboratorium lain dalam batas normal. Pria lebih banyak daripada wanita
Diagnonsa Banding
Terapi hipertiroidisme
Penyulit
Gangguan jantung
Konsultasi
Ilmu penyakit dalam
Jenis Pelayanan
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
Kriteria Diagnosis
Klinis :
Kelemahan ascenden dan simetris
Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan otot
proksimal lebih dulu dari otot distal kelemahan otot trunkal, bulbar dan otot pernafasan
juga terjadi
Kelemahan terjadi akut dan progresif biasa ringan sampai tetraplegi dan gangguan nafas
Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
Gangguan sensorik biasanya ringan
Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
Gangguan N. Cranialis bisa terjadi: facial drop, diplopia, disartria, disfagi
Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
Dyspnoe
Nafas pendek
Sulit menelan
Bicara serak
Gagal nafas
Pemeriksaan fisik
Kelemahan N.Cranialis VII, VI, III,V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper
Extremitas, facial
Reflex : absent atau hiporefleksi
Reflex patologi
Penunjang
Laboratorium
LCS :
Disosiasi sitoalbumin
Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS >0,5 g/l, tanpa peningatakan dari sel <
10 lymposit / mm3
Antibody glycolipid
Antibiotic GMI
Ro :
EMG
Diagnosa Banding
Polineuropati terutama karena defisiensi metabolic
Penyulit
Gangguan otot pernapasan respiratory failure
Konsultasi : IPD, anestesi, paru
Jenis pelayanan : urgent & emergency
Lama perawatan : 2-4 minggu
PENANGANAN VERTIGO
Adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan
alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit
Klasifiakasi
Vestibulogenik :
a. Primer : motion vertebrobasiler, benign paroxysmal positional vertigo, Meniere
disease, nunoritis vestibuler, drud-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik
Nonvestibuler :
Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik dll
Kriteria Diagnosis
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektik (symptoms) dan
objektif (sign) dari gangguan alat keseimbangan tubuh
Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual
Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Smpoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus
Anamnesis
Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb
Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan ketegangan
Profil waktu, akut, paroksismal, kronik
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kenamisi, salisitas
Kesadaran
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : darah, rutin, kimia darah, urin dan pemriksaan lain sesuai
indikasi
Pemeriksaan radiology : foto tulang tengkorak leher, srenvers (pada neurinoma akustik
Pemeriksaan neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan Neuro-imaging : CT-scan kepala, pneumoensefalografi, transcranial Doppler
Tatalaksana
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simpotomatik
Terapi rehabilitasi
Penyulit
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
Konsultasi
THT unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi
Jenis Pelayanan
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
Tenaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
Lama Perawatan
Minimal 1 minggu
PENANGANAN EPILEPSI
Epilepsi
Suatu keadaan neurologist yang ditandai oleh bangkitan epilepsy yang berulang, yang
timbul tanpa provokaso. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah suatu manifestasi
klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron,
dari neuron yang (terutama) terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal
ini umumnya timbul ontermitten dan self limited
Sindrom epilepsy
Adalah penyakit epilepsy yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul bersamaan
(termasuk tipe bangkitan, teiologi, anatomi, factor presipitat usia saat awitan, beratnya
panyakit, siklus harian dan prognosa)
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi
I. Bangkitan Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala psikis
4. Disertai gejala autonomik
B. Parsial kompleks
Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa automatism
C. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa automatism
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
II. Bangkitan Umum
a. Bangkitan lena
b. Bangkitan mioklonik
c. Bangkitan klonik
d. Bangkitan Tonik
e. Bangkitan tonik-tonik
f. Bangkitan antonik
III. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan
Laboratorium : (atas indikasi)
EEG
Laboratorium : (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolic
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
Radiologi
MRI kepala
Gold Standar
Diagnosis Banding
1. Bangkitan psychogenic
2. Gerak involunter
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, TIA, narkolepsi)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Ganggguan perilaku
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala)
7. keadaan episodic dari penyakit tertentu
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pemilihan obat inti epilepsy bergantung :
Definiety treat
(pengobatan perlu dilakukan segera)
Bila terdapat lesi structural, seperti :
Tumor otak
AVM
2.
Possibility
treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai factor resiko
diatas.
3.
Probably
treat (pengobatan jangka pendek mungkin diperlukan)
Kecanduan alcohol
Ketergantungan obat-obatan
not
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan,
dimana dinatara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang harus
dimulai dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi
Stadium I (10-10 menit) :
Menangani asidosis
Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah pemberian diazepam pertama, beri
phenitoin IV 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit
Mengoreksi komplikasi
Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien ke ICU, beri profol
(2 mg/kgBB bolus IV, diulang bila perlu) atau thipentone (100-250 mg/menit),
dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan EEG terakhir, lalu dilakukan tapering
off
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan inrakranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance
Tindakan
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilepsy yang intraktabel terhadap obat-obatan
Bagian psikiatri
Bagian interna
Bagian anak
Rawat jalan
Rawat inap
Indikasi Rawat
Status epileptikus
Bangkitan berulang
Epilepsy intraktabel
Tenaga
Spesialis saraf
Epiloptogist
Elektro encephalographer
Psychologist
Teknisi EEG
Lama Perawatan
Tanda kasus bukan status epileptikus : pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
Pada status epileptikus : pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan pasien
kembali ke keadaan sebelum status