Anda di halaman 1dari 37

SPM NEURO

PENANGANAN STROKE

Definisi
Suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologist (deficit neurologik fokal
atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena
berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan
(stroke perdarahan)
Anamnesa
Defisit neurologist yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas/istirahat
Kesadaran baik/terganggu
Nyeri kepala/tidak
Muntah/tidak
Riwayat hipertensi (factor resiko stroke lainnya)
Lamanya (onset)
Serangan pertama/ulang
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum)
Ada deficit neurologist
Hipertensi/hipotensi/normotensi
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium

Darah perifer lengkap, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan asam
urat), fungsi hati (SGOT dan SGPT), protein darah (albium globulin), hemostasis,
profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan

Elektrolit. Jika pemeriksaan cairan serebrospinal

Radiologis

Pemeriksaan roentgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun kelainan
jantung

Brain CT-scan tanpa kontras (golden standard)

MRI kepala

Diagonisa Banding
Ensefalopati toksik atau metabolic
Kelainan neurologist / fungsional (contoh kelainan jiwa)
Bangkitkan epilepsy yang disertai paresis Todds
Migren hemiplegik
Lesi structural intracranial (hematon subdural, tumor otak, AVM)
Infeksi encephalitis, abses otak
Trauma kepala
Ensefalopati hipertensif
Sklerosis multiple
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
1. Umum
Ditujukkan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektroit
cairan, gizi, hygiene
2. Khusus
Pecegahan dan pengobatan promotif, primer dan sekunder
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik/infark :

Anti agregasi platelet : aspirin, tiklopidin, clopidogrel

Antikoagulan : heparin, LMWH, heparonoid (untuk stroke emboli)

2. Perdarahan subarakhnoid :

Anti vasospasme : Nimodipin

Neuroptotektan

3. Perdarahan intra serebral

Konservatif
o Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hermostasis)

o Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan


o Nimodipine
o Neuroprotektan

Operatif
o Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa posterior
o Letal lobar dan kortikal dangan tanda-tanda peninggian TIK akut dan ancaman
herniasi otak
o Perdarahan serebellum
o Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
o GCS > 7

Terapi Komplikasi
o Anti edema : larutan manitol 20%
o Antibiotika, anti depresan, anti konvulsan : atas indikasi
o Anti trombosis vena dalam dan emboli paru

Konsultasi
Diperlukan bila dilakukan parasintesis
Lama Perawatan
Dokter spesialis penyakit dalam (ginjal/hipertensi, endoktrin), kardiologi bila ada
kelainan organ terkait
Dokter spesialis bedah saraf untuk kasus hemoragis yang perlu dioperasi (aneurisma,
AVM, evakuasi hematon)
Gizi
Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur neurorestorasi dalam 3 bulan pertama
pasca onset)
Perawatan RS
Ruang rawat inap
Tenaga Standar
Dokter spesialis saraf, dokter umum

Lama Perawatan
Stroke perdarahan : rata-rata 3 4 minggu
Stroke iskemik : 2 minggu lebih bila tidak ada penyulit
MENINGITIS TUBERKOLOSIS

Definisi
Meningitis Tuberkolosis adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang
disebabkan oleh kuman tuberkolosis
Kiteria Diagnosa
Anamnesa
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anorexia, mual/muntah, demam
subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset sub
akut, riwayat penderita TB atau adanya focus infeksi sangat mendukung
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kuku kuduk dan tanda laseque dan kerning
Kelimpulan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK), pemeriksaan darah rutin, kimia, elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)
Pemeriksaan radiologik

Foto polos paru

CT-scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan

Fungsi lumbal bila dijumpai peningkatan tekanan intracranial


Pada pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan LCS :
-

Pleiositosis 50-500/mm3, dominant sel mononuclear, protein meningkat 100-200


mg%, glukosa menurun <50%-60% dari GDS, kadar laktat, kadar asam amino,
bakteriologis Ziehl Nielsen (+), kultur BTA (+)

Diagnosis Banding
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bacterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus neoformans atau toxoplasma
gondii), Sarkoid meningitis
Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, lifoma, leukemia,
glioma, melanoma dan
Meduloblastoma
Tatalaksana
Umum
Terapi kausal : kombinasi obat anti tuberkolusa (OAT)

INH

Pyrazinamida

Rifampisin

Etambutol

Kortikosteroid
Penyulit/Komplikasi
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf cranial
Iskemi dan infark pda otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus

Konsultasi
Bedah saraf
Tenaga Standar
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat

Lama Perawatan
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan
MENINGITIS BAKTERIAL

Definisi
Adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses peradangan yang melibatkan
piameter, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan medula
spinalis
Kiteria Diagnosis
Anamnesa
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga sub akut antara 1-7 hari. Gejala
berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang,
perubahan status mental sampai penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologist fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala lain :infeksi ekstrakranial misalnya sinuisitis, oitis media, mastoiditis, pneumonia,
infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Lumbal fungsi mutlak dilakuakn bila tiak ada kontraindikasi


Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor : tekanan meningkat > 180 mmH2O,
Pleiositosis > 1000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN, protein
meningkatn lebih dari 150 mg.dl dapat > mg/dl, glukosa menurut < 40% dari
GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan garam

Pemeriksaan likuor

Pemeriksaan kultur likuor dand arah

Pemeriksaan darah rutin : leukosit, LED meningkat

Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan eletrolit darah

Radiologis

Foto polos paru

CT-scan kepala

Diagnosis Banding
Meningitis virus, perdarahan subrakhnoid. Meningitis khemikal, meningitis TB,
meningitis leptospira, meningoesefalitis fungal
Tatalaksana
Perawatan umum
Kausal : lama pemberian 10-14 hari

TETANUS

Penyakit system saraf yang berlangsungnya akut dengan karakteristik spasmetonik


persisten dan eksaserbasi singkat
Kriteria Diagnosis
Hipertoni dan spasme otot
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, epistotonus, dinding perut tegang,
anggota gerak spastic
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus local
Pemeriskaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. Tetani
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung
Foto thoraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru
Diagnosis Banding
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses, gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsy/kejang tonik klonik umum

Tatalaksana
IVFD Dektrose 5% RL = 1 : 1/6 jam
Kausal

Anti toksin tetanus diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama 3-5 hari. Tes
kulit sebelum atau

Human tetanus immunogbulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/i.m. tergantung beratnya


penyakit. Diberikan single dose

Antibiotik

Metronidazole 500 mg/8jam drips i.v.

Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam (tes kulit sebelumnya)

Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan :

Eritromisin 500 mg.6 jam/oral atau

Tetrasklin 500 mg/6 jam/oral

Penanganan luka

Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2

Simptomatis dan supportif

Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg i.v.
perlahan 2-3 menit. Dapat diulang bila diperlukan

Dosis maintenance: 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan dikosok setiap 30 menit

Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul/IV perlahan selama 3-5 menit, dapat
diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila takteratasi segera raat di ICU.

Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan
secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah frekuensi
peroral memungkinkan maka diapzepam diberikan peroral dengan frekuensi
pemberian setiap 3 jam

Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distress pernapasan sianosis

Nutrisi, diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring atau cair. Bila perlu diberikan
melalui pipa naso gastric

Menghidnari tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang suara dan cahaya yang


intensitasnya bersifat intermitten

Mempertahankan/membebaskan jalan nafas pengisapan lender oro/nasofaring secara


bekala

Posisi/letak penderita diubah-uban sebcara periodic

Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin

Penyulit
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan nafas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
Tanaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
Lama Perawatan
2 minggu 1 bulan
Prognosis/luaran
Angka kematian tinggi bila :

Usia tua

Masa inkubasi singkat

Onset periode yang singkat

Demam tinggi

Spasme yang tidak cepat diatasi

PENANGANAN CEDERA KEPALA

Cedera Kepala (Cedera Otak)


Adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Cedera otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat
kekerasan, karena kecelakaan lalulintas, dan sebagian besar menjalani terapi konservatif dan
sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan operatif
Kriteria Diagnosis
Klinis
Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
Minimal = simple head injury (SHI)

Nilai skala koma Glasgow 15 (normal)

Kesadaran baik

Tidak ada amnesia

Cedera otak ringan (COR)

Nilai skala koma Glasgow 14 atau

Nilai skala koma Glasgow 15 dengan


Amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
Hilang kesadaran < 10 menit
Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepala

Cedera otak sedang (COS)

Nilai skala koma Glasgow 9-13

Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam

Dapat atau tidak ditemukan adanya deficit neurologist

Amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negative)

Cedera otak berat (COB)

Nilai skala koma Glasgow 5-8

Hilang kesadaran > 6 jam

Ditemukan deficit neurologist

Amnesia pasca cedera > 7 hari

Kondisi Kritis

Nilai skala koma Glasgow 3-4

Hilang kesadaran > 6 jam

Ditemukan deficit neurologis

Perdarahan epidural

Lusid interval

Anisokor pupil

Hemiparesis yang terjadi kemudian

Fraktur basis Kranii

Keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telinga (otorea)

Hematoma kacamata atau hematoma retroaurikular (battles sign)

Laboratorium
Darah perifer lengkap
Gula darah sewaktu
Ureum / kreatinin
Analisa gas darah (ASTRUP)
Elektrolit
Radiologi
Foto kepala polos, posisi AP/lat/Tangensial (sesuai indikasi)

Scanning kepala (standar baku), gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema,
fraktur tulang kepala

Tatalaksana
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Istirahat dirumah
Diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan epidural,
seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai turun gejala lucid
interval)
2. Cedera otak ringan (komosio serebri)
Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
Observasi di rumah sakit 2 hari
Keluhan hilang, mobilisasi
Simptomatis : anti vertigo, aemetik, analgetika
Antibiotika (atas indikasi)
3. Cedera otak sedang dan berat (kontusio serebri)
A. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
Lakukan resusitasi
Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing), circulation
(tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg, nadi,
suhu (tidak boleh sampai terjadi pireksia)
Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori 50%
lebih normal
Jaga keseimbangan gas darah
Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter
Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
Rubah-rubah posisi untuk cegah dekubitus
Posisi kepala ditinggikan 30 derajat

Pasang selang nasogatik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi yaitu pada fraktur
basis Kranii
Infuse cairan isotonis
Berikan oksigen sesuai indikasi
B. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
Mengatasi tekanan tinggi intra kranial, berikan manitol 20%
Simptomatis : analgetik, antipiretik
Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsy pasca cidera
Antibiotika diberikan atas indikasi
Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
Berikan oksigen sesuai indikasi
C. Rehabilitasi
Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan kebutuhan
Penyulit
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat menimbulkan
gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi kerusakan otak
Konsultasi
Bedah saraf/bedah lainnya sesuai indikasi
Neuroemergensi
Neurobehavior
Neurorestorasi/neurorehabilitasi
Tenaga
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf, terapis
Lama Perawatan
Tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan

Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat

PENANGANAN CEDERA MEDULA SPINALIS

Cedera pada tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada medulla spinalis
sehingga menimbulkan myelopati dan merupakan keadaan darurat neurology yang
memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi kecacatan.
Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a. Beratnya deficit neurologist yang timbul dan
b. Lamanya deficit neurologist sebelum dilakukan tindakan dekompresi
CMS merupakan kasus emergensi neurology dan perlu mendapat perhatian lebih karena
satu kali medulla spinalis rusak, sebagian besar fungsinya tidak dapat kembali normal
Gejala Tanda Klinis
Cedera medulla spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda tergantung letak dan
luas seni, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 keompok, yaitu
1. Sindroma hemcord (Brown Sequard syndrome)

Kausa utama : cedera tembus, kompresi ekstrinsik

Gejala dan tanda klinis : gangguan sensorik kontralateral, parese ipsilateral, ggn
propioseptif, rasa raba normal

2. Sindroma spinalis anterior

Kausa utama : inra a. spinalis anterior watershed (T4-T6) iskemik akut, HNP

Gejala dan tanda klinis : Ggn sensorik bilateral, propioseptif normal, parese UMN
dibawah lesi, parese LMN setinggi lesi, disfungsi sphincter

3. Sindroma spinalis sentral

Kausa utama : siringomyelia, hypotensice spinal cord ischemic, trauma spinal


(fleksi-ekstensi), tumor spiral

Gejala dan tanda klinis : parese LMN pada lengan, parese tungkai (bervariasi tk
kelimpuannya), dan spastisitas. Nyeri hebat dan hiperpati, ggn sensorik pada
lengan, disfungsi sphincter atau retensio urin

Ggn propioseptif bilateral, nyeri dan parestesi pada leher, punggung dan bokong
parese ringan

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah perifer lengkap
b. Gula darah sewaktu, ureum dan kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/lat dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT semua atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. Neurofisiologi klinik EMG, NCV, SSEP
Penatalaksanaan
1. Umum
a. Jika ada fraktur atau dilokasi kolumna vertebralis servikalis, segera pasang kearah
fiksasi leher, jangan kepala atau leher.
b. Jika ada fiksasi kolumna vertebralis torakalis,a ngkut pasien dalam keadaan
tertelungkup, lakukan spinalis torakal (pakai korset)
c. Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun
karena paralysis fungsi system saraf ortosimpatik dengan akibat menurutnnya tekanan
darah. Beri infuse, bila mungkin plasma atau darah dextran, -40 atau ekspafusin.

Sebaiknya jangan diberi cairan isotonic seperti NaCL 0,9% atau glukosa 5%. Bila
perlu diberikan 0,2 mg adrenalin s.k. boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi
< 44 kali.menit berikan sulfas atropine 0,25 mg i.v.
d. Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga
jalan nafas tetap lapang.
e. Jika lesi diatas c-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan
suhu badan tetap normal.
f. Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada
gangguan defekasi, berikan laksan/klisma
2. Medikamentosa
a. Berikan metilprednisolon 30 mg/kgBB i.v perlahan-lahan selama 15 menit, kemudian
per infuse 5 mg/kgBB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan
peningkatan sekunder asam arakidonat
b. Bila terjadi spastisitas otot :

Diazepam 3x5-10 mg/hari

Baklofen 3x5 mg hingga 3x20 mg/hari

c. Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :

Analgetika

Antidepresan : amitriptilin 3x10 mg/hari

Antikonvulsan : neurontin 3x300 mg/hari

Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi .180/100 mmHg),
pertimbangkan pemberian obat antihipertensi

3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :

Ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis

Gambaran neurologist progresif memburuk

Fraktur, dislokasi yang labil

Terjadi herniasi discus intervertebralis yang menekan medulla spinalis

Penyulit
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat waktu emas), tidak dapat
sembuh sempurna

Konsultasi
Bedah saraf/bedah lainnya tergantung indikasi
Neuroemergensi
Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
Tenaga
Perawat, dokter umum, dokter specialis saraf, terapis
Lama Perawatan
Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan, biasanya 7 hari sampai
1 bulan
Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat.

PENANGANAN MIELOPATI

Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi
komplit atau inkomplit
Etilogi
-

Vaskuler

Obat-obatan

Radiasi

Infeksi

Degenerasi

Tumor

Demielinisasi

Trauma

Tidak diketahui

Kriteria diagnosis

Anamnesis
Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air besar, gangguan
sensibilitas
Pemeriksaan Fisis
Parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai UMN atau campuran
UMN dan LMN), hipertensi/anestesi segmental, gangguan fungsi otonom
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat: kokain heroin

Likuor serebrospinalis

Pemeriksaan Radiologik

Foto polos vertebra Ap/lateral/oblik

Mielografi

VT-mielografi

Pemeriksaan penunjang lain :

EMNG

Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia :

SSEP/VEP

MRI

Diagnosis
Polineuropati
Tatalaksana
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif

Penyulit
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran kemih
Konsultasi
Bedah saraf
Bedah ortopedi
Bagian lain yang terkait
Tenaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
Lama Perawatan
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam hitungan
minggu hingga bulan
Prognosis
Tergantung etiologi dan berat penyakit
PENANGANAN PERIODIK PARALISIS

Kriteria Diagnosis
Familial periodic paralysis hipokalemi :
Penyakit periodek otosomal dominant. Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur
saluran ion kalium ditandai dengan : awitan akut dengan gejala kumpulan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin menurun, tidak
ada gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan bila tidak diterapi dapat
menetap sampai 36 jam
Pemeriksaan Penunjang
Makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin, kadar kalium darah 2-3 mEq.
Laboratorium lain dalam batas normal. Pria lebih banyak daripada wanita
Diagnonsa Banding

Laboratorium : kalium darah


EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
Diagnosa Banding
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
Terapi
Terapi farmaka :

Fase akut : Pemberian K secara peroral atau parenteral

Prokfilaksis : Diet tinggi kalium, rendah Na, rendah karbohidrat

Aldakton 100 mg po/hari

Tiamin HCL 50 mg/hari

Terapi hipertiroidisme

Penyulit
Gangguan jantung
Konsultasi
Ilmu penyakit dalam
Jenis Pelayanan
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang

SINDROMA GUILLAIN BARRE

Kriteria Diagnosis
Klinis :
Kelemahan ascenden dan simetris
Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan otot
proksimal lebih dulu dari otot distal kelemahan otot trunkal, bulbar dan otot pernafasan
juga terjadi
Kelemahan terjadi akut dan progresif biasa ringan sampai tetraplegi dan gangguan nafas
Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
Gangguan sensorik biasanya ringan
Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
Gangguan N. Cranialis bisa terjadi: facial drop, diplopia, disartria, disfagi
Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai

Gangguan otonom dari takikardi, bradikardi, flushing paroxysmal, hipertensi ortostatik


dan anhidrosis
Retensio urin dan ileus paralitik
Gangguan pernafasan

Dyspnoe

Nafas pendek

Sulit menelan

Bicara serak

Gagal nafas

Pemeriksaan fisik
Kelemahan N.Cranialis VII, VI, III,V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper
Extremitas, facial
Reflex : absent atau hiporefleksi
Reflex patologi
Penunjang
Laboratorium
LCS :

Disosiasi sitoalbumin

Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS >0,5 g/l, tanpa peningatakan dari sel <
10 lymposit / mm3

Hitung jenis panel metabolic

Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV/micoplasma membantu

Antibody glycolipid

Antibiotic GMI

Ro :

CT/MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain sepertu myelopati

EMG

Diagnosa Banding
Polineuropati terutama karena defisiensi metabolic

Tetraparesis penyebab lain


Hipokalemi
Myasthenia gravis
Tatalaksana
Tidak ada drug of choice
Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
Roborantia saraf parenteral
Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/minelan
Kortikosteroid masih kontnroversial, bila terjadi paralis otot berat maka perlu
kortikosteroid dosis tinggi
Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama kasus akut
Plasma 200-250 ml/kgBB dalam 4-6 x pemberian sehingga waktu sehari diganti cairan
kombinasi garam +5% albium
Imunoglobulin intravena (exper consensu) : IVG direkomendasikan untuk terapi GBS
0,4/kgBB/tiah hari untuk 5 hari berturut-turut ternyata sama efektifnya dengan
penggantian plasma

Penyulit
Gangguan otot pernapasan respiratory failure
Konsultasi : IPD, anestesi, paru
Jenis pelayanan : urgent & emergency
Lama perawatan : 2-4 minggu

PENANGANAN VERTIGO

Adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan
alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit
Klasifiakasi
Vestibulogenik :
a. Primer : motion vertebrobasiler, benign paroxysmal positional vertigo, Meniere
disease, nunoritis vestibuler, drud-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik
Nonvestibuler :
Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik dll

Kriteria Diagnosis
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektik (symptoms) dan
objektif (sign) dari gangguan alat keseimbangan tubuh

Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual

Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Smpoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus

Gejala tersebut diatas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi kepala

Dapat disertai gejala berikut


Kelainan TKT
Kelainan mata
Kelainan saraf
Kelainan kardiovaskuler
Kelainan penyakit dalam lainnya
Kelainan psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik

Anamnesis
Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb
Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan ketegangan
Profil waktu, akut, paroksismal, kronik
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kenamisi, salisitas

Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi,


penyakit paru
Adanya nyeri kepala
Adanya kelemahan anggota gerak
Pemeriksaan Fisik
Umum : keadaan umum, animea, tekanand arah berbaring dan tegak, nadi, jantung, paru,
abdomen
Pemeriksaan neurologist umum :

Kesadaran

Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori dimuka, otot wajah,


pendengaran, menelan

Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestensi, parestesi)

Kasus oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral perifer


Fungsi vestibuler / serebelar
1. Tes nylen barany atau diz hallpike
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, post pointing test, tes fukuda dll
Fungsi pendengaran
1. Tes garputala
2. Audiometri

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : darah, rutin, kimia darah, urin dan pemriksaan lain sesuai
indikasi
Pemeriksaan radiology : foto tulang tengkorak leher, srenvers (pada neurinoma akustik
Pemeriksaan neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan Neuro-imaging : CT-scan kepala, pneumoensefalografi, transcranial Doppler
Tatalaksana
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simpotomatik

Pengobatan simpotomatik vertigo :

Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan


glutamate, menekan aktivitas N/MDA special channel, bekerja langsung sebagai
depressor labirin)
Flunarisin (sibelium) 3 x 5-10 mg/hr

Antihistamin : cinnarizene 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrina (Dramamine) 3 x 100 mg/hr


(bila ada tanda kelainan epilepsy dan kelainan EEG)

Campuran obat-obat diatas

Pengobatan simptomatik otonom (mis : muntah:

Metoclopramide (primperan, raclonid) 3 x 10 mg/hr

Terapi rehabilitasi

Latihan visual-certibular, metode Brandt-Darrof, Gait ecercise

Penyulit
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
Konsultasi
THT unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi
Jenis Pelayanan
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
Tenaga Standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
Lama Perawatan
Minimal 1 minggu

PENANGANAN EPILEPSI

Epilepsi
Suatu keadaan neurologist yang ditandai oleh bangkitan epilepsy yang berulang, yang
timbul tanpa provokaso. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah suatu manifestasi
klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron,
dari neuron yang (terutama) terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal
ini umumnya timbul ontermitten dan self limited
Sindrom epilepsy

Adalah penyakit epilepsy yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul bersamaan
(termasuk tipe bangkitan, teiologi, anatomi, factor presipitat usia saat awitan, beratnya
panyakit, siklus harian dan prognosa)
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi
I. Bangkitan Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala psikis
4. Disertai gejala autonomik
B. Parsial kompleks
Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa automatism
C. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa automatism
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
II. Bangkitan Umum
a. Bangkitan lena
b. Bangkitan mioklonik
c. Bangkitan klonik
d. Bangkitan Tonik
e. Bangkitan tonik-tonik
f. Bangkitan antonik
III. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan
Laboratorium : (atas indikasi)
EEG
Laboratorium : (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolic
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium

Atas indikasi

a. Penapisan dini racun/toksik


b. Pemeriksaan serologic
c. Kadar vitamin dan nutrient lainnya

Perlu diperiksa pada sindroma tertentu


a. Asam amino
b. Asam organic
c. NH3
d. Enzim lysosomal
e. Serum lakak
f. Serum piruvat

B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut


EEG iktal dengan subdural atau depth EEG

Radiologi

CT-scan kepala dengan kontras

MRI kepala

Gold Standar

EEG iktal dengan subdural atau dept EEG

Diagnosis Banding
1. Bangkitan psychogenic
2. Gerak involunter
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, TIA, narkolepsi)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Ganggguan perilaku
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala)
7. keadaan episodic dari penyakit tertentu
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pemilihan obat inti epilepsy bergantung :

1. Bentuk bangkitan dan sindroma epilepsy


2. Kemudahan pemakaiannya
3. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama
4. harga obat
5. efek samping OAE yang timbul
Antikonvulsan utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamazepin : 20 mg/kgBB/hari
Volproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama dibagi dalam 3 kategori :
1.

Definiety treat
(pengobatan perlu dilakukan segera)
Bila terdapat lesi structural, seperti :

Tumor otak

AVM

Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes

Tanpa lesi structural :

Terjadinya riwayat epilepsy pada saudara sekandung (bukan orang tua)

EEG dengan gambaran epileptic yang jelas

Riwayat bangkitan simptomatik

Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP

Status epileptikus pada awitan kejang

2.

Possibility
treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai factor resiko
diatas.

3.

Probably
treat (pengobatan jangka pendek mungkin diperlukan)

Kecanduan alcohol

Ketergantungan obat-obatan

Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemia)

Bangkitan segera setelah benturan di kepala

not

Sindroma epilepsy spesifik yang ringan, seperi kejang deman, BECT

Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur

Pemilihan OEA berdasarkan tipe bangkitan epilepsy


1. Bangkitan parsial
Fenition, karbamazepin (trauma untuk CPS), asam valproat
2. Bangkitan umum sekunder
Karbamasepin, phenytoin, asam valproat
3. Bangkitan umum tonik klonik
Karbamazepin, phenytoin, asam valproat, phenobarbital
4. Bangkitan lena
Asam valproat, ethosuximide (tidak tersedia di Indonesia)
5. Bangkitan mioklonik
Asam valproat
Penghentian OEA :
Dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang
Tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsy yang diderita pasien
Penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan

PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS

Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan,
dimana dinatara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang harus
dimulai dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi
Stadium I (10-10 menit) :

Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik

Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi

Stadium II (0-60 menit) :

Memasang infuse pada pembuluh darah besar

Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab

Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20 mg IC (kecepatan pemberian 2-5 mg


intravena

Menangani asidosis

Stadium III (0-60-90 menit) :

Menentukan etiologi

Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah pemberian diazepam pertama, beri
phenitoin IV 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit

Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan

Mengoreksi komplikasi

Stadium IV (30-90 menit) :

Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien ke ICU, beri profol
(2 mg/kgBB bolus IV, diulang bila perlu) atau thipentone (100-250 mg/menit),
dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan EEG terakhir, lalu dilakukan tapering
off

Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan inrakranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance

Tindakan
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilepsy yang intraktabel terhadap obat-obatan

b. Sindroma epilepsy fokal dan somptomatik


Kontra indikasi absolute :
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolic maupun degeratif)
b. Sindroma epilepsy yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi dikemudian hari
Kontraindikasi relative :
a. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
Jenis-jenis operasi
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : kolosotom, multiple supial transaction
c. hemispherektomi
2. Stimulasi Nervus Vagus
Penyulit

Pada kasus baru umumnya baik

Memburuk bila terdapat


a. Lesi structural otak
b. Bangkitakan epilepsy parsial
c. Sindroma epilepsy parsial
d. Sindoma epilepsy dalam keluarga
e. Frekuensi bengkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologist maupun psikoatris

Konstultasi (atas indikasi)

Bagian psikiatri

Bagian interna

Bagian anak

Bagian bedah saraf

Bagian anestesi (ICU)

Jenis Rawat Jalan

Rawat jalan

Rawat inap

Indikasi Rawat

Status epileptikus

Bangkitan berulang

Kasus bangkitan pertama

Epilepsy intraktabel

Tenaga

Spesialis saraf

Epiloptogist

Elektro encephalographer

Psychologist

Teknisi EEG

Lama Perawatan

Tanda kasus bukan status epileptikus : pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan

Pada status epileptikus : pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan pasien
kembali ke keadaan sebelum status

Anda mungkin juga menyukai