Anda di halaman 1dari 9

OPTIMASI KONDISI LINGKUNGAN KIMIA TERHADAP LAJU KOROSI AUSTENITIC

STAINLESS STEEL TYPE SARAMET DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESPON


PERMUKAAN

Revy Dwi Cahyo, Femiana Gapsari M.F,


Pratikto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: revydcst@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi Konsentrasi Natrium Klorida,
Temperatur, dan Waktu Terhadap Laju Korosi Saramet Dengan Metode Respon Permukaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental nyata (true
experimental research). Untuk mengetahui laju korosi umumnya menggunakan dua metode,
metode kehilangan berat (weight loss) dan metode elektrokimia. Pada penelitian ini menggunakan
metode kehilangan berat (weight loss) didasarkan pada perbedaan berat awal sebelum pengujian
korosi dengan berat akhir setelah pengujian korosi. Laju korosi biasanya dinyatakan dalam mils per
years (mpy). Untuk mendapatkan optimasi dari Saramet digunkan sofware minitab dengan metode
respon permukaan memakai rancangan CCD (Central Composite Design). Didapatkan nilai optimal
untuk mendapatkan laju korosi minimum pada variasi konsentrasi sebesar 83,30% dikarenakan
semakin kecil konsentrasi maka menurunkan mobilitas ion ion korosif dari material saramet yang
mengakibatkan nilai laju korosi menurun, variasi waktu untuk mendapatkan laju optimal adalah
2,152 jam dikarenakan semakin lama waktu perendaman maka dapat membentuk lapisan pasif yang
relatif banyak juga yang akan menghalangi ion-ion korosif ke permukaan baja, sehingga laju korosi
akan turun, dan variasi temperatur sendiri didapatkan pada 46,60C dikarenakan silikon pada
material saramet sangat berpengaruh pada material ini.
Kata kunci: Korosi, Saramet, Natrium Klorida, Response Surface Methodology

PENDAHULUAN
Laju korosi merupakan suatu besaran
yang menyatakan mudah atau tidaknya suatu
material bereaksi dengan lingkungannya.
Proses terjadinya korosi itu sendiri
disebabkan
3
faktor
utama,
yaitu:
Lingkungan, Material, dan Reaksi. Tiga
faktor tersebut yang akan mengakibatkan
terjadinya korosi. Faktor Material disebabkan
adanya potensial standar masing-masing
material itu sendiri. Perbedaan beda potensial
akan menyebabkan terjadinya korosi. Faktor
Reaksi disebabkan oleh adanya reaksi
oksidasi dan reduksi akibat perbedaan
potensial
standar.
Faktor
lingkungan
disebabkan oleh adanya perbedaan Ph,
konsentrasi, kelembaban, tekanan, dan lainlain.
Dua tahun belakang ini sering
digunakan material Sulphuric Acid Resistant
Alloyed Metal (Saramet) untuk menggantikan
tipe austenitik 304 dan 316L. Saramet
digunakan karena tahan pada korosi
temperatur tinggi dan biasa digunakan pada
larutan Natrium Klorida.
Parameter yang sering dikendalikan
terhadap laju korosi adalah Konsentrasi,
Temperatur, dan Waktu. Untuk mengetahui
kegunaan aplikasi saramet yang optimal pada
ketiga parameter ini. Metode optimasi dalam
penelitian ini, dengan Response Surface
Methodology (RSM). Rancangan percobaan
ini menggunakan Central Composite Design
(CCD). Diharapkan pada penelitian ini
diketahui kombinasi ketiga parameter di atas
(Konsentrasi, Temperatur, dan Waktu) untuk
meminimalisasi laju korosi.
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi
Korosi adalah penurunan mutu
material akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungan sekitar. Menurut jenis reaksinya,
korosi dapat digolongkan sebagai korosi
kimia (chemical corrosion) dan korosi
elektrokimia (electrochemical corrosion).

dilingkungan air (aqueos media) dimana


terdapat zat organik dan zat mineral yang
agresif. Sifat tahan karat diperoleh dari
lapisan oksidasi (terutama krom) yang sangat
stabil yang melekat pada permukaan dan
melindungi baja terhadap lingkungan yang
korosif. Penggolongan baja tahan karat :
- Martensitic Stainless Steel
- Ferritic Stainless Steel
- Austenitic Stainless Steel
Saramet
Saramet
adalahSulphuric
Acid
Resistance Alloyed Metal.Dibandingkan
denganbajastainlesslainnya,ketahanan
korosisaramet pada temperatur tinggi lebih
baik karena adanya kandungan silikon yang
tinggi.
Komposisi saramet antara lain :
- Kromium
: 17-18 %
- Nikel
: 17-18 %
- Silikon
: 1-5.8 %
- Besi dan paduan lainnya : seimbang
Natrium Klorida
Natrium klorida yang di kenal juga
sebagai garam meja atau garam karang,
merupakan senyawan ion dengan rumus
kimia NaCl. Natrium klorida (NaCl)
merupakan salah satu bahan yang banyak
digunakan oleh masyarakat dalam pengolahan
makanan dan bahan baku dalam berbagai
industri kimia. Industri kimia yang paling
banyak menggunakan natrium klorida (NaCl)
sebagai bahan bakunya adalah industri klor
alkali.
Menghitung Laju Korosi
Laju korosi merupakan suatu besaran
yang menyatakan mudah atau tidaknya suatu
material bereaksi dengan lingkungannya.
Untuk mengetahui laju korosi umumnya
menggunakan
dua
metode,
metode
kehilangan berat (weight loss) dan metode
elektrokimia.
-

Baja Tahan Karat (stainless steel)


Baja Tahan Karat (stainless steel)
adalah baja paduan dengan kadar paduan
tinggi (high alloy steel), dengan sifat
istimewa yaitu tahan terhadap korosi

Metode Kehilangan Berat


=

()
()

Keterangan :
CR : Laju korosi mils per year (mpy)
K : Konstanta (mpy=534)
W : Kehilangan berat (mg)
D : Rapat jenis spesimen (g/cm3)
A : Luas spesimen (inch2)
t : Lama pengujian (jam)
-

Metode elektrokimia
=

Keterangan :
: berat atom logam yang terkorosi
(gram/mol)
i : icorr = kerapatan arus (A/cm2)
k : Konstanta (0,129 untuk satuan mpy
dan 0,00327 untuk satuan mmpy)
n : Jumlah elektron yang dilepas pada
logam terkorosi
D : Massa jenis logam terkorosi
(gram/cm3)
Faktor Lingkungan
Ada tiga faktor lingkungan yang
mempengaruhi laju korosi yaitu: konsentrasi,
waktu perendaman, temperatur perendaman,
dan kekasaran permukaan.
Semakin tinggi konsentrasi media
korosif maka laju korosi juga semakin tinggi.
Hal ini karena semakin tinggi konsentrasi
maka akan meningkatkan mobilitas ion-ion
korosifnya.
Waktu
perendaman
berbanding
terbalik dengan laju korosi. Semakin lama
waktu perendaman maka laju korosi akan
semakin turun. Hal ini bisa terjadi karena ada
cukup waktu bagi logam untuk membuat
lapisan pasif sehingga ion-ion korosif tidak
bisa masuk.
Temperatur berbanding lurus dengan
laju korosi. Semakin tinggi temperatur maka
laju korosi juga semakin tinggi. Hal ini bisa
terjadi karena dengan tingginya temperatur
akan mempercepat difusi oksigen melalui
lapisan katodik dari oksida yang terbentuk
sehingga akan terjadi reaksi oksidasi di dalam
anoda dan akan memungkinkan terjadinya
korosi.
Kekasaran material juga berpengaruh
terhadap proses korosi. Jika material
berlubang ataupun terkena goresan yang
membuat permukaan material tidak mulus

lagi maka permukaan tersebut akan mudah


dimasuki kotoran yang nantinya dapat
memicu terjadinya korosi.
Metode Response Surface
Untuk pengolahan data sendiri
menggunakan
perancangan
eksperimen
statistika. Salah satu metode perancangan
eksperimen
yang
digunakan
untuk
mengetahui kondisi optimal adalah Metode
Response Surface. Metode Response Surface
digunakan untuk menentukan titik optimal
dari penggunaan saramet, sehingga dapat
diketahui kondisi yang tepat untuk
penggunaan saramet.
Central Composite Design (CCD)
adalah sebuah rancangan percobaan yang
terdiri dari rancangan 2k faktorial dengan
ditambahkan beberapa center run dan
axialrun (star runs)
Fungsi desirability merupakan suatu
transformasi dari geometri respon ke nilai nol
sampai satu. Respon-respon yang berada
didalam batas yang ditentukan bernilai antara
nol sampai dengan satu.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental nyata (true experimental
research). Dengan pengolahan data statisik
menggunakan response surface methodology
(RSM) atau metode respon permukaan.
Rancangan percobaan yang digunakan
menggunakan Central Composite Design
(CCD). Untuk itu perlu ditentukan variable
dan level dari variable tersebut.

Variabel Penelitian
- Variabel Bebas
Tabel 1
Nama
Variabel
Level
Rendah (-1)
Level
Tengah (0)
Level
Tinggi (1)

Konsentrasi
NaCl (%)

Waktu
(Jam)

Temperatur
(0C)

70

50

75

55

80

60

Variabel Terikat
Variabel terikat yang diamati dalam
penelitian ini adalah laju korosi.

Variabel Terkontrol
Dalam hal ini yang menjadi variabel
terkontrol adalah:
a. Volume asam sufat yaitu 100 ml pada
setiap perendaman
b. Material yang digunakan Saramet
(Sulphuric Acid Resistant Alloyed
Metal).
c. Tekanan dan kelembaban dianggap
konstan.

Peralatan dan Bahan Penelitian


Peralatan:
1. Gelas beker
2. Timbangan digital
3. Sarung tangan
4. Kertas gosok
5. Power hacksaw
6. Kain pembersih
7. Centrifugal sand paper mesin
8. Kompor listrik
9. Pengatur suhu
10. Penjepit kayu
11. Mikroskop optik
Bahan:
1. Material Saramet, 20 spesimen dengan
dimensi 4 25 10

Karbon (C)
Mangan (Mn)
Kromium (Cr)
Nikel (Ni)
Molibdenum (Mo)
Silikon
Besi dan paduan lain

:0,08 %
: 0,8 % (max)
: 21 %
: 11 %
:23%
: 1,6 %
: Seimbang

1. Larutan
Natrium
Klorida
dengan
konsentrasi 66,6%, 70%, 75%, 80%, dan
83,3%.
3. Larutan Aquades
Langkah Percobaan
2. Persiapan peralatan dan spesimen
saramet.
3. Bersihkan dan haluskan permukaan
spesimen dengan menggunakan amplas.
4. Spesimen dicuci dengan air suling
(aquades) dan bersihkan dengan kain
5. Timbang setiap spesimen dengan
menggunakan timbangan digital dan catat
sebagai berat awal.
6. Pisahkan dan tandai setiap spesimen
berdasarkan perlakuan yang akan
diberikan, yaitu direndam pada Natrium
Klorida 66,6%, 70%, 75%, 80%, dan
83,3%.
7. Panaskan larutan Natrium Klorida
(66,6%, 70%, 75%, 80%, dan 83,3%.)
dalam gelas beker sejumlah 100 ml
sampai temperatur yang ditentukan.
8. Masukkan spesimen kedalam gelas beker
yang telah dipanaskan selama waktu yang
ditentukan. Kemudian angkat dan rendam
ke air suling lalu tiriskan.
9. Timbang setiap spesimen dan catat
sebagai berat akhir dari masing-masing
spesimen.
10. Untuk mendapatkan foto mikrostruktur
dari spesimen setelah perendaman dalam
Natrium Klorida, bersihkan dan haluskan
permukaan spesimen sebelum akhirnya
dilakukan foto Mikro.
11. Analisa data hasil penelitian dan
simpulkan.

Gambar 1 Dimensi Spesimen

2. Material saramet yang digunakan yaitu


Sandvik 253 MA (UNS S30815) dengan
densitas 7,8 /3 dan komposisi kimia
sebagai berikut:

Tahap Pengambilan Data


1. Berat awal, diperoleh dari penimbangan
spesimen sebelum dilakukan perendaman

2. Berat akhir, diperoleh dari penimbangan


spesimen setelah dilakukan perendaman
3. Berat yang hilang (W), diperoleh dari
selisih antara berat awal dikurangi berat
akhir
4. Perhitungan laju korosi didasarkan pada
kehilangan berat logam selama pengujian
dengan menggunakan rumus kehilangan
berat.

Gambar 2 Cara Weight Loss

Tahap pengolahan Data


Untuk
mendapatkan
model
empiris orde pertama dan orde kedua
dilakukan rancangan percobaan faktorial 2k
ditambah dengan pengamatan beberapa kali
di titik pusat dan titik-titik di sumbu aksialnya
dengan = 2k/4 dalam bentuk Centrifugal
Composite Design (CCD).
Rancangan faktorial 2k CCD
digunakan untuk percobaan yang terdiri dari k
faktorial dengan masing-masing faktor
mempunyai level rendah (diberi kode -1),
level tengah (diberi kode 0), level tinggi
(diberi kode +1), dan level pada sumbu aksial
(diberi kode dan +). Untuk k=3, nilai
=1,682. Tabel 2 menunjukkan rancangan
percobaan orde kedua untuk k=3 dengan
CCD.

Tabel 2 Rancangan Percobaan Orde Kedua Untuk k=3


dengan CCD

No

X1

X2

X3

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1,682

10

1,682

11

-1,682

12

1,682

13

-1,682

14

1,682

15

16

17

18

19

20

Dalam penelitian ini level variabel telah di


tunjukkan pada tabel 1
Analisa dan Kesimpulan
Tahapan terakhir berisi kegiatan
menganalisa hasil hitungan dan pengamatan
korosi yang terjadi. Semua variable akan
dicari dengan Metode Response Surface
Methodology dengan pendekatan Desirability
Function. Untuk itu dibantu dengan software
Minitab
16,
sehingga
mempermudah
penarikan kesimpulan dan model matematika.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 3 Hasil Penelitian

FAKTOR
NO

LAJU
KOROSI
(mpy)

Natrium
Waktu Temperatur
Klorida
Celcius
Konsentrasi
Jam
(%)
(C)

70

50

64,9507

80

50

72,1696

70

50

80,1920

80

50

83,8856

70

60

69,8422

80

60

75,4832

70

60

91,1177

80

60

96,9691

66,6

10

Berdasarkan pengujian model linier diketahui


bahwa hasil penelitian tidak sesuai dengan
model orde pertama (linier). Oleh karena itu
dilakukan pengujian model orde kedua (full
quadratic).
A) Pengujian Model Full Quadratic
Berdasarkan
rancangan
CCD
didapatkan output ANOVA full quadratic
response surface seperti tabel 4.
Tabel 5. ANOVA Untuk model Full Quadratic
Source

55

59,3097

83,3

55

80,5325

11

75

0.318

55

88,3232

12

75

3.682

55

86,6746

13

75

46,60

35,1657

14

75

63,30

36,0651

15

75

55

40,9862

16

75

55

38,3531

17

75

55

41,3314

18

75

55

39,5759

19

75

55

38,3531

20

75

55

36,5976

Hasil penelitian diatas dianalisis dengan


menggunakan Minitab 16 dan didapat hasil
desain response surface dengan Central
Composite Design (CCD).
Tabel 4 Hasil Desain Response Surface
Central Composite Design
Factors:
3
Replicates:
Base runs:
20
Total runs:
Base blocks:
1
TOTAL BLOCKS:
TWO-LEVEL FACTORIAL: FULL FACTORIAL
CUBE POINTS:
8
CENTER POINTS IN CUBE:
6
AXIAL POINTS:
6
Center points in axial: 0
Alpha: 1.68179

1
20
1

Df

Seq SS

Adj SS

Adj MS

Regressio
n

8453,09

8453,09

939,23

9,88

Linier

659,82

2401,39

800,46

8,42

Square

7760,63

7760,63

2586,88

27,2
1

32,64

32,64

10,88

0,11

Interactio
n
Residual
Error

10

950,73

950,73

95,07

Lack of Fit

934,65

934,65

186,93

Total

19

9403,81

58,1
2

P
0.00
1
0.00
4
0,00
0
0,95
0

0,00
0

1) Uji Koefisien Regresi Serempak


Dari tabel 5 terlihat bahwa pada level
pengujian = 0,05 dan P-value dari regresi
adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05 sehingga
hipotesis awal ditolak. Hasil ANOVA untuk
model menunjukkan linier (P=value 0,004)
dan model quadratic (P=value 0,001)
signifikan karena p-value keduanya kurang
dari =0,05 (penelitian ini menggunakan level
signifikansi 5%). Sebaliknya model linier
yang mengikut sertakan interaksi antar faktor
tidak signifikan. Artinya model yang tepat
untuk kass ini adalah model kuadratik.
2) Uji Lack of Fit
Hasil analisis yang ditunjukkan tabel 5
menunjukkan pula hasil uji Lack of Fit yang
dapat digunakan untuk menguji kecukupan
model, dengan hipotesis:
a.Hipotesis awal (H0): tidak ada lack of fit
b.Hipotesis alternative (H1): ada lack of fit
Berdasarkan tabel ANOVA didapatkan lack
of fit memiliki P-value sebesar 0,000 lebih
besar dari 0,05 artinya gagal tolak H0. Hal ini
menunjukkan bahwa model yang telah dibuat
sesuai dengan data.
3) Uji Kenormalan

Uji kenormalan dari residual dari data


nilai laju korosi yang dilakukan di Minitab 16
ditunjukkan pada gambar 3.
Normal Probability Plot
(response is Laju Korosi)

99

95
90

Percent

80
70
60
50
40
30
20
10
5

-20

-10

0
Residual

10

20

Gambar 3 Uji Distribusi Normal Residual Hipotesis Model


Full Quadratic

Y = 3378,61 82,46 (X1) 90,09 (X2) 7,61


(X3) + 0,56 (X1)2 + 19,87 (X2)2 0,06 (X3)2
0,08 (X1X2) + 0,00 (X1X3) 0,40 (X2X3)
Keterangan :
Y : Laju Korosi
X1 : Konsentrasi
X2 : Waktu
X3 : Temperatur
Surface plot dan Counter Plot Model Full
Quadratic
Berdasarkan hasil analisis response
surface model full quadraticakan ditunjukkan
surface plot dan countour plot dari laju
korosi, seperti ditunjukkan gambar 4 dan 5.
Surface Plots of Laju Korosi
Hold Values
Konsentrasi 74,95
Waktu
2
Temperatur 54,95

H : Residual terdistribusi normal


H1 : Residual tidak terdistribusi normal

100

150
Laju Korosi

Laju Korosi

100
50
70

Nilai P-Value lebih besar dari 0.05 yaitu 0.15


yang artinya bahwa residual telah terdistribusi
normal. Asumsi kenormalan residual pada
suatu model regresi telah dipenuhi oleh model
regresi yang telah dibuat sehingga bisa
digunakan.
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi dari regresi
model full kuadratik ditunjukkan oleh tabel 6.
Tabel 6 Uji Regresi Full Quadratic
The analysis was done using uncoded units.
Estimated Regression Coefficients for laju korosi
Term
Coef SE Coef
T
P
Constant
3378,61 902,215
3,745 0,004
Konsentrasi
-82,46
17,383 -4,743 0,001
Waktu
-90,09
64,994 -1,386 0,196
Temperatur
-7,61
15,476 -0,492 0,633
Konsentrasi*Konsentrasi
0,56
0,104
5,350 0,000
Waktu*Waktu
19,87
2,566
7,742 0,000
Temperatur*Temperatur
0,06
0,104
0,622 0,548
Konsentrasi*Waktu
-0,08
0,689 -0,120 0,907
Konsentrasi*Temperatur
0,00
0,138
0,021 0,984
Waktu*Temperatur
0,40
0,689
0,573 0,579
S = 9,75054
PRESS = 7101,05
R-Sq = 89,89% R-Sq(pred) = 24,49% R-Sq(adj) = 80,79%

Berdasarkan tabel 6 prosentase dari total


variasi yang dapat diterangkan oleh model
(R2) sebesar 80,79%. Nilai ini cukup besar,
yang berarti bahwa pendugaan model
polinomial orde kedua memenuhi.
Model Empiris Pengujian Model Full
Quadratic
Model empiris pengujian model Full
Quadraticdari laju korosi berdasarkan model
analisis response surface maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:

40

2 Waktu
75

Konsentrasi

80
60

70

80

75

Konsentrasi

50

60
55
Temperatur

80

125
Laju Korosi

100
75
50
0

50

60
55
Temperatur

Waktu

Gambar 4. Surface plot dari laju korosi


Contour Plots of Laju Korosi
Waktu*Konsentrasi

Temperatur*Konsentrasi

60

55

50

70
75
80
Temperatur*Waktu

70

75

80

Laju Korosi
<
40
40
60
60
80
80 100
100 120
120 140
> 140
Hold Values
Konsentrasi 74,95
Waktu
2
Temperatur 54,95

60

55

50

Gambar 5. Countour plot dari laju korosi

B) Analisis Pendekatan dengan Desirability


Function
Dari model yang telah diketahui dapat
ditentukan laju korosi yang akan diperoleh.
Metode optimasi yang digunakan adalah
pendekatan
desirability
functiondengan
minitab 16.
Kriteria desirability function yang
digunakan adalah smaller the better. Kriteria
ini dilakukan untuk mengetahui laju korosi
dengan konsentrasi, waktu, dan suhu yang
berbeda-beda. Untuk melakukan analisis
menggunakan
pendekatan
desirability

function, maka dimasukkan nilai batas dari


respon. Target yang ingin dicapai adalah laju
korosi yang dihasilkan nol. Berdasarkan hasil
percobaan dimasukkan laju korosi terkecil
yang didapat. Analisis desirability function
sebagai hasil dari kombinasi variabel proses
yang
menghasilkan
respon
minimal
ditunjukkan gambar 6.
Optimal
High
D
Cur
1,0000 Low

suhu
63,30
[46,60]
46,60

waktu
3,6820
[2,1529]
0,3180

konsentr
83,30
[83,30]
66,60

Composite
Desirability
1,0000

https://onlinecourses.science.psu.edu/stat503/
node/59
Axtell, B and Fellows, P. 1998. Training in
Food Processing. London, UK
Fontana, Mars G. 1986. Corrosion Resistant
Materials. Gramedia Pustaka Utama.
Indonesia.
Gadang. 2008. Kamus saku korosi material.
Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI, Serpong.
Iriawan, Nur dan Septin Puji Astuti. 2006.
Mengolah Data Statistik Dengan
Mudah Menggunakan Minitab 14,
Yogyakarta.

laju kor
Minimum
y = -27,1060
d = 1,0000

Gambar 6. Response Optmization


Berdasarkan gambar 6 nilai composite
desirability adalah 1.0000 berarti nilai
terendah yang dikehendaki sudah tercapai.
Sedangkan laju korosi yang akan didapatkan
adalah minimal apabila konsentrasi 83,30%,
waktu 2,152 jam, dan temperatur 46,60C.
KESIMPULAN
Berdasarkan pendekatan optimasi
dengan response surface maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Didapatkan nilai optimal untuk
mendapatkan laju korosi minimum
pada variasi konsentrasi sebesar
83,30%, variasi waktu 2,152 jam, dan
variasi temperatur 46,60C.
2. Berdasarkan analisis desirability function
didapatkan nilai optimasi 1.0000 dengan
laju korosi rata-rata 27.1060 mpy.
3. Response Surface Methodology sangat
efektif
digunakan
pada
optimasi
konsentrasi,
temperatur,
dan
waktu.Response Surface Methodology

sangat efektif digunakan pada


optimasi konsentrasi, temperatur, dan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a.
https://id.scribed.com/doc/17226684/korosiAnonymous
b.

Komarudin. 2004. analisis Korosi Pada Baja


SS 400 C dengan Fasa Martensit Serta
Fasa Campuran Martensit dan
Austenit
[skripsi].
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang.
Montgomery, DC. 2001. Design adn Analysis
of Experimenrs 5th edition. New York:
John Wiley & Sons, Inc
Oxtoby David W and Gilis. 2001. Principle
of Modern Chemistry. The University
of Chicago, Chicago.
Roger Francis. 2009. The Performance of
Stainless Steels in Concentrated
Sulphuric Acid. John Wiley and Sons.
Inc. Singapore
R. T. Lotto, C. A. Loto, A. P. I. Popoola and
M. Ranyaoa. 2012. Corrosion
Resistance Of Austenitic Stainless
Steel In Sulphuric Acid. Tshwane
University of Technology, Pretoria,
South Africa.
Sulung budi G, Wuryanto. 1996. Korosi
Bahan Logam dan Nonlogam. Pusat
Penelitian Sains Materi-BATAN,
Serpong.
Trethewey,K.R. and Chamberlin, J. 1991.
Korosi Untuk Mahasiswa dan
Rekayasawan, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Tri S. dan Ari P. 2004. Optimalisasi Sealants
Dengan Metode Anova Klasifikasi Dua Arah
Terhadap Korosi Atmosfer Lingkungan aram

Pada Pelat Logam Mobil, Tugas Akhir,


Teknik Fisika ITS, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai