Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN
Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen farmakologik
untuk

menghasilkan

depresi

tingkat

kesadaran

secara

cukup

sehingga

menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan


komunikasi verbal. Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi
susunan saraf pusat (SSP). Indikasi penggunaan obat-obatan sedasi antara lain
pramedikasi, pseudoanalgesia, prosedur radiologi, endoskopi, terapi intensif, dan
suplementasi

terhadap

anestesi

umum.

Obat-obatan

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni

sedatif

hipnotik

benzodiazepine, barbiturat,

nonbarbiturat nonbenzodiazepin. Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima


efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot
melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Preparat benzodiazepine antara lain midazolam, lorazepam, oxazepam,
dan alprazolam. Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan
struktur cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat.
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki durasi
kerja yang lebih panjang dibanding midazolam. Lorazepam memiliki struktur
yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida ekstra pada
posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia
dibanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama. Oxazepam
merupakan metabolit aktif dari diazepam. Durasi kerjanya lebih pendek dibanding
diazepam karena di sirkulasi akan dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi
metabolit inaktif. Alprazolam memiliki efek mengurangi kecemasan pada pasien
dengan kecemasan atau serangan panik. Alprazolam merupakan alternatif untuk
premedikasi pengganti midazolam.
Preparat barbiturat salah satunya adalah thipental, merupakan obat
terlazim yang dipergunakan untuk induksi anestesi dan banyak dipergunakan
dalam bentuk kombinasi dengan anestetik inhalasi lainnya. Pada pemberian dosis

42

tinggi, thiopental akan menyebabkan penurunan tekanan arteri, curah balik, dan
curah jantung.
Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin adalah propofol, zat
subsitusi

isopropylphenol (2,6 diisopropylphenol) yang digunakan secara

intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10%
minyak kedele, 2,25% gliserol, dan 1,2% purified egg phosphatide. Propofol
adalah larutan yang tidak larut dalam air sehingga membutuhkan pelarut untuk
larut dalam lemak sehingga terjadi emulsifikasi. Ketamin adalah derivat
phencyclidine yang menyebabkan disosiative anesthesia yang ditandai dengan
disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik. Disosiative anesthesia ini
menyerupai kedaan kataleptik dimana mata pasien terbuka dan diikuti nistagmus
yang lambat. Ketamin adalah obat yang memiliki efek analgesia pada pemberian
dengan dosis subanestesia dan menimbulkan induksi pada pemberian intravena
dan dosis yang lebih besar. Ketamin juga memiliki efek menurunkan refleks
batuk, laringospasm yang disebabkan ketamine induced salivary secretions.
Obat-obatan opioid adalah obat-obatan yang berasal dari opium yang
menunjukkan semua substansi eksogen, alami atau buatan, yang mengikat secara
spesifik reseptor opioid dan menimbulkan beberapa gejala agonis seperti morfin.
Opioid bekerja pada reseptor opioid di presinaps dan postsinaps di sistem saraf
pusat, medula spinalis, dan pada jaringan perifer. Di presinaps, opioid
menurunkan sekresi neurotransmiter penginhibisi sehingga mencegah aktivasi
reseptor (asetilkolin, dopamin, norefinefrin, substansi P). Pada jaringan perifer
opioid berikatan dengan reseptor opioid endogen (endorfin, enkefalin, dan
dinorfin) kemudian mengaktifkan sistem antinosiseptif. Terdapat tiga jenis
reseptor opioid, yakni reseptor mu, kappa, dan delta yang memiliki fungsi
berbeda. Contoh preparat opioid adalah morfin, meperidin, fentanil, sulfenatanil,
codein, dan tramadol. Keuntungan penggunaan opioid premedikasi antara lain
opioid tidak memiliki efek depresi pada otot jantung, mengurangi nyeri
preoperatif, tatalaksana terkait tindakan insersi monitor invasif, dan tatalaksana
nyeri yang dapat berhubungan dengan pemberian anestesi regional. Preparat
Opioid antara lain morfin, miperidine, dan fentanyl.

43

Anda mungkin juga menyukai