Ujian PBL TB Scribd
Ujian PBL TB Scribd
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular bakterial yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis), yang sebagian besar menyerang paru-paru. TB
ditularkan melalui udara dalam bentuk droplet dari tenggorokan dan paru-paru penderita
TB paru aktif. Seseorang hanya perlu menghirup beberapa bakteri tersebut untuk
terinfeksi. Pada orang sehat, infeksi dengan mycobacterium tuberculosis tidak
menimbulkan gejala. Gejala TB paru aktif adalah batuk, terkadang disertai sputum dan
darah, nyeri dada, kelemahan, berkurangnya berat badan, demam, dan keringat pada
malam hari.1
TB merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah HIV/AIDS yang
disebabkan agen infeksius singuler. Tahun 2013, 9 juta orang telah terinfeksi TB dan 1,5
juta meninggal karena TB. Diperkirakan sebanyak 95% kasus kematian karena TB terjadi
pada Negara dengan penghasilan rendah-menengah. Pada tahun 2013, 550.000 anak
terinfeksi TB, dan 80.000 anak meninggal karena TB. Jumlah orang yang terinfeksi
penyakit telah mengalami penurunan. Death rate TB menurun 45% dari 1990-2013. 37
juta orang selamat dari TB karena diagnosis dan pengobatan dari 2000-2013.1
Menurut WHO (World Health Organization), prevalensi TB paru tahun 2013
sebesar 297 per 100.000 penduduk. Sedangkan target MDGs 2015 untuk TB sebesar 222
per 100.000 penduduk. Indonesia menduduki peringkat ke empat dengan tingkat TB
tertinggi di dunia setelah China, India dan Afrika Selatan. 1
Pada tahun 2013 di Indonesia ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+)
sebanyak 196.310 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan
tahun 2012 yang sebesar 202.301 kasus. Provinsi dengan prevalensi Tb paru berdasarkan
diagnosis tertinggi yaitu Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing
sebesar 0,6%..3
Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan. Sejak tahun 1990, WHO dan IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal
sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan di
seluruh fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terutama puskesmas yang di
1
integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. WHO
memperluas strategi DOTS menjadi 6 strategi sebagai berikut: 1) Mencapai,
mengoptimalkan, dan mempertahankan mutu DOTS, 2) Merespon masalah TB-HIV,
MDR-TB dan tantangan lainnya, 3) Berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, 4)
Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, 5)
Memberdayakan pasien dan masyarakat, 6) Melaksanakan dan mengembangkan
penelitian.2
Adapun Program Strategi Nasional STOP TB dengan Visi Menuju Masyarakat
Bebas Masalah TB, Mandiri dan Berkeadilan, dengan Misi 1) Meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian
TB, 2) Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan, 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian TB, 4)
Menciptakan tata kelola program TB yang baik. Program ini bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sasaran strategi nasional
pengendalian TB adalah mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan dari
tahun 2009 sampai tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000
penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Prevalensi TB di DKI Jakarta sebesar
1.032 per 100.000 penduduk. Sasaran keluarannya adalah meningkatkan persentase kasus
baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; meningkatkan
persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif) mencapai 88%;
meningkatkan persentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai 50%; dan
meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di atas 85% dari 80%
menjadi 88%.4
Dalam laporan evaluasi ini, kinerja Puskesmas Kelurahan (PKL) Pluit akan
dievaluasi mengenai upaya penanggulangan TB berdasarkan program nasional yang
sudah ditetapkan.
1.2. Tujuan Evaluasi Program Penanggulangan TB
1.2.1
Tujuan umum:
Untuk
menilai
kinerja
Puskesmas
Kelurahan
Pluit
dalam
program
1.2.2
Tujuan Khusus
SUSPEK PENDERITA TB
Pencatatan di form
TB.06
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Dewasa
Anak ( 15 tahun)
Melakukan skoring
Form
TB.0555
Mulai Pengobatan
Intensif dan Lanjutan
BTA (+)
BTA (-)
Pemeriksaan Penunjang:
-
Radiografi
PCR
BUKAN TB
Dewasa :
BTA (+) atau
BTA (-) Penunjang (+)
Anak : skoring 6
DIAGNOSIS TB
Mulai pengobatan TB
Form TB. 02
sebagai Kartu
Pasien
Tersangka Penderita TB
(Suspek TB)
Tahap Intensif
- -
Penderita baru BTA + Penderita Kambuh, gagal, putus berobat dengan BTA +
atau BTA dengan RO +
Kategori
Kategori
1:
2:
2 bulan HRZE
2 bulan
setiap HRZES
hari
setiap hari dan dilanjutkan dengan 1 bulan HRZE setiap hari
Hasil BTA:
BTA +
BTA -
BTA -
Hasil
BTA
+ BTA:
+++
++-
Tahap Lanjutan
MDR TB
Kategori 1:
4 bulan 3x HR per minggu/
4 bulan HR per minggu /
4 bulan HE per minggu
Kategori 2:
5 bulan 3x HRE per minggu /
5 bulan 1x HRE per minggu
andatangani formulir persetujuan pengobatan TB paru yang berisi persetujuan tertulis dari pasien u
PMO yang dipilih harus disetujui oleh petugas, pasien dan calon PMO
(form persetujuan PMO)
Data PMO
(nama, alamat, nomor yang dapat dihubungi)
Form TB 01
Persiapan konseling
(Register pengobatan)
Pelaksanaan konseling
Desain penyuluhan
(jadwal, metode, lokasi, sasaran , alat bantu)
Laporan perencanaan kegiatan
Pelaksanaan penyuluhan
(via telepon, daftar hadir, notulen)
Pengisian checklist kunjungan rumah DO dan penyuluhan kepada pasien beserta PMO dan keluarg
Suspek
TB pasien
akan mengikuti alur diagno
Checklist kunjungan rumah DO, form
TB 01
10
11
BAB II
KERANGKA EVALUASI
2.1. Kerangka Evaluasi
LINGKUNGA
MASUKA
PROSES
KELUARA
DAMPAK
UMPAN
Keterangan
1. Input
Variabel
Tenaga
Indikator
1. Dokter umum
2. Bidan
3. Perawat/Petugas TB
pukul 07.00-16.00
Terdapat
minimal
07.00-16.00
Terdapat minimal 1 orang petugas
administrasi dan jadwal pelayanan
jadwal pelayanan hari Senin-Sabtu,
5. Kader TB
pukul 07.00-16.00
Ada kader TB yang bertanggung
jawab atas pasien TB di wilayah
Dana
1. Medis
Inventaris:
Termometer
Stetoskop
Masker
Timbangan
OAT
2. Non Medis:
TB.03,
TB.04,
TB.05,
TB.06,
TB.09,
TB.10)
Sarana penyuluhan
edukasi TB
o Materi penyuluhan
o Pamflet TB
o Poster TB
o Tempat penyuluhan
Ruangan Poli TB
dan
Metode
1. Medis:
Penemuan
kasus
menurut
dini
baik.
Metode medis dijalankan:
Dilaksanakan
Pedoman
Nasional Penanggulangan
TB
Pengobatan TB menurut
Pedoman
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Nasional
Penanggulan TB
Rujukan medis menurut
Pedoman
Nasional
Penanggulangan TB
2. Non medis:
Penyuluhan mengenai TB
TB sesuai pedoman
Konseling
pasien
sesuai pedoman
Pencatatan dan pelaporan
TB
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Dilaksanakan
2. Proses:
Variabel
Perencanaan
Indikator
Penyuluhan
pengobatan
terhadap
penyakit
TBC,
minum
pengobatan,
mungkin
obat,
keluhan
timbul
mengatasi,
evaluasi
cara
yang
dan
cara
pencegahan
penular.
o Kelompok: 2 kali/tahun terhadap
kelompok
penderita
PMO/
kesembuhan
penderia,
umum:
1x/bulan
terhadap masyarakat
Direncanakan
yang
merupakan
tanggung
jadwal
pengambilan
obatnya.
Konseling TB Paru
Direncanakan
terlatih.
Seluruh kegiatan program TB
an
Pelaksanaan
puskesmas di BPU
Penemuan TB dilakukan secara
pasif
dengan
promosi
aktif.
pelayanan
didukung
kesehatan,
dengan
penyuluhan
maupun
masyarakat,
meningkatkan
cakupan
dahak
SPS
atau
mengikuti
sistem
skoring.
(Mengikuti
Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis)
Diagnosis
TB
mengikuti
International
Standard
for
15
Tuberculosis Care.
Pengadaan PMO
pasien TB
Dilakukan
perencanaan.
Dilakukan pelacakan kasus sesuai
perencanaan.
Dilakukan
konseling
perencanaan.
Pengobatan rawat jalan TB sesuai
bagi
penyuluhan
Pedoman
Pencatatan dan
Pelaporan
setiap
sesuai
sesuai
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis
Rujukan Medis
Pencatatan dan pelaporan form
Pengawasan
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis
Monitoring dan supervisi
Indikator
Indikator Program TB UPK
Angka Keberhasilan
65%
Tercatat/Diobati
Proporsi Pasien TB anak
Angka Konversi
(Conversion Rate)
Angka Kesembuhan (Cure
15%
80%
85%
Rate)
4. Lingkungan:
Variabel
Lingkungan
Indikator
Lokasi
Fisik
Lingkungan
Transportasi
kendaraan umum
Transportasi
Non-fisik
mudah
faktor penghambat
Sosial ekonomi
terlaksananya program
Sosial ekonomi tidak
menjadi faktor penghambat
Agama
terlaksananya program
Agama tidak menjadi
faktor penghambat
terlaksananya program.
5. Umpan Balik:
Variabel
Umpan
Balik
Indikator
Tolak Ukur Keberhasilan
1. Pertemuan 1x/bulan (mini lokakarya) Ada dan dilakukan
dengan Puskesmas mengenai laporan
kegiatan.
- Menganalisis jalannya kegiatan TB
- Menentukan prioritas masalah tidak
17
terpenuhinya target
- Menentukan solusi yang mampu
dilaksanakan.
2.2. Kerangka Konsep
Alur pemikiran dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari data mengenai indikator kegiatan program (keluaran) yang ditemukan di
Puskesmas Kelurahan Pluit Periode November 2013-Oktober 2014. Data-data ini
kemudian akan dibandingkan dengan target atau indikator menurut standar yang
ada.
2. Mencari data-data primer dan sekunder yang diambil dari form TB01, TB02,
TB03, TB04, TB05, TB06, TB09 dan wawancara dengan penanggung jawab
Program Penanggulangan TB.
3. Membandingkan data yang didapat dengan indikator yang telah ditetapkan. Jika
terdapat perbedaan maka akan diangkat sebagai masalah.
4. Merumuskan masalah-masalah yang ada dan mengurutkan prioritas masalah
dengan memberikan pembobotan pada tiap masalah lalu mencari akar penyebab
masalah tersebut.
5. Mencari pemecahan masalah yang sesuai, konkrit dan realistis untuk dapat
disarankan dan dilakukan oleh puskesmas.
2.3. Definisi Operasional
Adapun definisi-definisi yang perlu diketahui untuk menyamakan persepsi dalam
penegakan diagnosis dan hasil pengobatan pasien TB adalah sebagai berikut 2:
A. Klasifikasi Pasien Berdasarkan Riwayat Pengobatan Pasien
1. Baru
Pasien yang belum diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang
dari satu bulan (4 minggu)
2. Kambuh (relapse)
Pasien
tuberkulosis
yang
sebelumnya
pernah
mendapatkan
pengobatan
18
Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
4. Gagal (failure)
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
2. Pengobatan lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada
hasil pemeriksaan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
3. Meninggal
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
5. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
6. Pindah
Pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
2.4. Indikator
19
x 100%
Persentase pasien BTA (+) yang ditemukan di antara seluruh suspek yang diperiksa
dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis pasien, serta
kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka ini berkisar 5 15%.Jika < 5% dapat
disebabkan oleh penjaringan suspek terlalu longgar atau ada masalah dalam
pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Bila angka > 15%bisa disebabkan karena
penjaringan terlalu ketat atau hasil pemeriksaan laboratorium positif palsu.
3. Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru tercatat/diobati
jumlah TB BTA (+) (baru & kambuh
jumlah semua diagnosis TB
x 100%
Persentase pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru yang tercatat.
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular. Angka ini
sebaiknya 65%. Bila angka rendah, dapat disebabkan oleh mutu diagnosis rendah
atau kurang memberikan prioritas penemuan pasien yang menular.
4. Proporsi Pasien TB Paru yang mendapatkan pengobatan
jumlah pasien TB yang berobat
jumlah semua diagnosis TB
x 100%
20
21
x100%
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan presentase pasien baru TB paru
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dengan demikian
angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan
lengkap.
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Data Umum
3.1.1
Data Demografis
Pada tahun 2013, Jumlah penduduk Jakarta Utara sekitar 1.687.672 jiwa, dan
Jumlah penduduk di Kecamatan Penjaringan adalah 289.928 jiwa.
5.6
Kecamatan
Penjaringan memiliki luas wilayah 45,41 km2 dan terdiri dari lima kelurahan, yaitu
Kelurahan Penjaringan, Pejagalan, Pluit, Kapuk Muara, dan Kamal Muara.7
Kelurahan Pluit luasnya 771,19 Ha seluruhnya merupakan tanah negara yang
dikelola oleh PT. Jakarta Propertindo ( D / h PT. Pembangunan Pluit Jaya ) dan Dinas
Perikanan Peternakan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. 7
Kelurahan Pluit terdiri dari 20 RW, 245 RT dengan total jumlah penduduk pada
tahun 2013 adalah 47.128 jiwa. Jumlah KK di Kelurahan Pluit sebanyak 16.297 KK.
Jumlah ini merupakan 16.2% dari penduduk Kecamatan Penjaringan dan 2.79% dari
penduduk Jakarta Utara. Jumlah penduduk miskin yang dicakup jaminan kesehatan
(GAKIN) di wilayah Puskesmas Kelurahan Pluit pada tahun 2013 sebesar 662 jiwa
(1.4%). Dari 20 RW, RW 1, RW11, dan RW 21 masuk dalam kategori RW kumuh.
Puskesmas Kelurahan Pluit berada di RW 21 sehingga berada di RW kumuh
kelurahan Pluit. 7
22
3.1.2
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Status Pendidikan di Kelurahan Pluit 2013
Status Pendidikan
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi
Total
Jumlah
1,016
1,747
9,790
15,330
15,836
6,007
47.083
penduduk. Puskesmas ini terletak didepan SD Negri Pluit 03, dan keadaan didepan
Puskesmas selalu ramai. Akses relatif mudah dan transportasi mudah didapatkan.
Sebagian besar pasien yang berobat datang dengan menggunakan angkutan umum seperti
becak, ojek, angkot atau kopaja dan berjalan kaki. Hanya sebagian kecil yang membawa
kendaraan pribadi.
3.2 Data Khusus
3.2.1
Banyaknya
0
1
8
5
2
54
6
1
5
23
10
11
12
13
14
15
16
Akupunktur
PPKB
BKIA
Klinik KB
Taman Gizi
Kursus
Lain-lain
Jumlah
3
18
1
1
1
8
0
114
Pekerjaan
Tani
Karyawan Swasta/Pemerintah/ABRI
Pedagang/Wiraswasta
Nelayan
Buruh Tani
Pensiunan
Pertukangan
Pengangguran
Fakir Miskin
Lain-lain
Jumlah
17124
14118
2907
1013
156
1227
873
11236
3.2.3
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
Lahir
Lk
6
10
14
16
13
18
14
13
17
Pr
12
14
12
14
12
17
13
12
13
Datang
Lk
61
75
66
73
56
66
64
20
74
Pr
62
70
56
61
50
55
60
44
65
Meninggal
Lk
Pr
9
5
8
10
12
11
13
11
9
8
5
3
11
10
10
9
13
10
Pindah
Lk
20
47
52
55
43
62
48
38
71
Pr
31
49
45
47
35
53
40
35
61
r
Oktober
November
Desember
Jumlah
16
21
15
173
14
21
19
173
98
36
43
732
84
39
60
706
11
6
4
111
92
46
29
603
79
55
41
571
9
6
2
94
25
Tidak ada kader khusus TB di Kelurahan Pluit. Ada satu penanggung jawab Program
Penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Pluit yaitu perawat puskesmas. Perawat
tersebut juga bertanggung jawab atas program-program lain seperti kusta, dan BIAS.
Perawat tersebut yang melakukan semua pengobatan, pelaporan dan pencatatan dari
pasien TB menurut Pedoman Penanggulangan Nasional TB. Pada Puskesmas Kelurahan
Pluit terdapat poli khusus untuk TB-Kusta yang dikoordinir oleh Perawat (Petugas TBKusta). Pasien yang berobat ke Poli TB sebagian besar dirujuk dari poli Balai
Pengobatan Umum (BPU). Penyuluhan individual dilaksanakan pada pasien dan PMO
setiap hari jumat saat pasien mengambil obat oleh Penanggung jawab Program
Penanggulangan TB. Namun, tidak ada susunan materi yang jelas seperti pada indikator.
Pada penyuluhan individual pasien juga tidak ada materi mengenai bagaimana cara
berobat ke layanan pengobatan TB di daerah lain bilamana Ia pindah tempat, mengingat
banyak penduduk Wilayah Kelurahan Pluit merupakan penduduk musiman. Penyuluhan
kelompok direncanakan untuk 1x/bulan terhadap seluruh pasien dan PMO, namun tidak
ada susunan materi yang jelas seperti pada indikator. Penyuluhan ini juga tidak
dilaksanakan dengan baik. Karena hanya ada satu petugas TB yang sibuk, penyuluhan
kelompok hanya dilaksanakan sekitar 2 kali/tahun dengan topik yang tidak menentu.
Tidak ada perencanaan untuk diadakan penyuluhan kepada masyarakat, namun terkadang
dilakukan penyuluhan kepada masyarakat pasien di Puskesmas Kelurahan Pluit di ruang
tunggu oleh dokter muda dengan topik yang tidak menentu, sekitas 2x/tahun. Pelacakan
kasus berupa kunjungan rumah dilakukan oleh Penanggung jawab Program
Penanggulangan TB yang direncanakan 3 hari setelah pasien tidak datang untuk
mengambil obatnya, namun karena kesibukan petugas TB, seringkali kunjungan pasien
baru dilaksanakan 2-3 minggu setelah pasien tersebut tidak datang berobat.
3.2.5
Kecamatan
DKI Jakarta
Nasional
Penjaringan
127
327
0,78%
112
97
1,03%
189
213
1,14%
26
3.2.6
85,4%
83,5%
82,4%
Hasil
Jumlah
BTA (+)
BTA (-)
6
17
22
13.33%
37.78%
48.89%
45
100%
Diagnosis TB
Jumlah
%
27
Pasien
Pasien
Baru
BTA (+)
75%
0%
25%
0
8
0%
100%
Jumla
h
Selesai fase intensif
-
Konversi
Tidak Konversi
83.33%
0
1
6
0%
16.67%
100%
mengalami konversi setelah fase intensif dan tidak ada pasien yang tidak mengalami
konversi setelah fase intensif. Sedangkan ada satu pasien yang belum melewati fase
intensif.
3.2.9
100%
0%
Total
100%
Suspek TB Anak
Kontak TB
Tidak Jelas
serumah
Laporan keluarga:
Laporan keluarga:
BTA positif
tidak jelas
Uji tuberculin
Negatif
Positif (indurasi
(Mantoux test)
10mm, atau
5mm pada
imunosupresi)
Berat Badan /
KMS: dibawah
Status Gizi
garis merah
Usia <60%)
Demam tanpa
3 minggu
Pembesaran
kelenjar getah
tidak nyeri
bening
Pembengkakan
Terdapat
sendi
Foto toraks
pembengkakan
Kesan TB
Normal / Tidak
jelas
29
Jumlah seluruh suspek TB anak adalah 6 orang dan pada semua suspek
dilakukan perhitungan dengan sistem skoring. Pada seluruh anak yang dicurigai
menderita TB dilakukan tes Mantoux dan pemeriksaan pencitraan untuk menentukan
besarnya skor penderita. Terdapat 6 orang (100%) anak yang memiliki skor 6 dan
mendapatkan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Pluit.
3.2.10 Hasil pengobatan pasien TB paru di Puskesmas Kelurahan Pluit periode
November 2013 Oktober 2014
Tabel 3.10a Hasil Pengobatan TB Paru Dewasa di Puskesmas Kelurahan Pluit
periode November 2013-Oktober 2014
Diagnosis TB
Hasil
Jumlah
1
0
2
1
0
0
4
25%
0%
50%
25%
%
0%
100%
Sembuh
Lengkap
0
0
0%
0%
Default
Pindah
Meninggal
Gagal
0
0
0
0
0
0%
0%
0%
0%
100%
Pengobatan
Sembuh
Lengkap
Default
Pindah
Meninggal
Gagal
BTA (+)
Dari total 8 pasien dengan BTA (+), terdapat 1 pasien yang sembuh (25%)
setelah menyelesaikan pengobatan, dan 2 pasien yang default (50%), dan 1 pasien
yang pindah (25%).
30
Jumlah
Lengkap
Pindah
4
1
100%
Total
100%
Hasil Pengobatan
0%
Cara
Variabel
pengambilan
DATA PRIMER
Observasi lapangan
Melakukan
pengamatan
dan
pencatatan
Pengorganisasian
sekitar puskesmas
Jumlah pasien baru TB paru BTA +
Kategori obat yang dipilih
Hasil pemeriksaan dahak masing-
masing pasien
Jumlah pasien yang diobati
Jumlah pasien TB paru kambuh,
dokumen
Pemeriksaan
melakukan
pencatatan
dan
tahun)
Koordinator
Program Wawancara
kegiatannya di Puskesmas
Sumber daya manusia
penanggulangan TB
Metode medis, pelaksanaan medis,
Penanggulangan TB (Sr.
Diana)
program
TB
Paru
di
Puskesmas Kecamatan
Struktur organisasi, sistem pencatatan
dan
pelaporan
serta
pengawasan
progam TB
Pemantauan dan evaluasi progam TB
Evaluasi dan motivasi yang diberikan
berobat
PMO dan Kader
Lingkungan fisik dan non fisik
Masalah yang dihadapi dalam
program
DATA SEKUNDER
Data umum
Laporan Tahunan
Melihat
dokumen
dan
melakukan
pencatatan
Data Khusus
Form
Register
Kabupaten/
(TB.03)
TB Melihat
Kota dokumen
dan
melakukan
pencatatan
Form
Daftar
Suspek
(TB.06)
pindah, meninggal
Kecocokan pendataan
Kecocokan pendataan
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
Tabel 4.1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah diambil berdasarkan indikator di Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Berikut hasil perbandingan antara keluaran dan target:
Keluaran
Rincian
Tidak
dapat
diukur
Hasil
Target
Masalah
26,09%
5-15%
(+)
karena
33
diperiksa dahaknya
Proporsi Pasien TB Paru BTA = 6
+ di antara Semua Pasien TB
Paru Tercatat
Proporsi pasien
TB
x 100%
75%
65%
(-)
42,86
Berkisar
(+)
anak = 6 x 100%
14
= 5 x 100%
%
100%
15%
80%
(-)
Rate
Angka Kesembuhan (Cure
5
= 1 x 100%
25%
85%
(+)
50%
10%
16.67%
Tidak ada
Rate)
Perlu diperhatikan
Angka default
= 2 x 100%
4
Angka pindah
= 1 x 100%
Angka Keberhasilan
Pengobatan
4
=1 x100%
4
tolak ukur
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan data keluaran, masalah program TBC di Puskesmas Kelurahan Pluit adalah
sebagai berikut:
1. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya
adalah 26.09% (A) (target 5-15%)
2. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah 42.86% (B) (target
15%)
3. Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah 25% (C) (target 85%) dengan
memperhatikan angka default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah
25% (tidak ada target)
5.2 Prioritas Masalah
34
target :
- Skor 1 : 0-19,99%
-
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
: 20-39,99%
: 40-59,99%
: 60-79,99%
: 80-100%
Besarnya masalah dihitung dengan rumus
G =(kesenjangan)
EO
G = Gap
E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Output (data yang diperoleh di lapangan)
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
3. Kemampuan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) untuk mengatasi masalah tersebut:
-
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
Skor 1
Skor 2
Skor 3
Skor 4
Skor 5
35
C. Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah 25% (C) (target 85%) dengan
memperhatikan angka default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah
25% (tidak ada target)
36
peningkatan angka resistensi obat TB dan merugikan pasien akibat konsumsi OAT
yang rutin dan dapat menimbulkan berbagai efek samping. (Skor 5).
B. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah 42.86% (target 15%)
Proporsi pasien TB anak menjadi salah satu indikator untuk menggambarkan
ketepatan diagnosis TB pada anak. Gejala TB pada anak yang seringkali tidak
khas, tergantung sistem imun anak dan kesulitan atau keterbatasan untuk
memeriksa seorang anak, sehingga diagnosis TB pada anak lebih sulit
dibandingkan pada orang dewasa.
Pada Puskesmas Kelurahan Pluit, proporsi pasien TB melebihi target. Hal ini
dapat menjadi masalah karena mencerminkan keadaan overdiagnosis. Pelayan
kesehatan pada Puskesmas Kelurahan Pluit mendiagnosa TB pada anak
menggunakan sistem skoring yang dilaksanakan dengan baik. Angka tinggi pada
indikator ini kemungkinan tinggi karena memang tingginya angka TB anak di
Puskesmas Kelurahan Pluit. Ada kemungkinan terjadi overdiagnosis karena
mantoux dapat memberikan hasil positif pada pasien tidak TB yang telah
mendapatkan vaksin BCG saat bayi. Overdiagnosis apat menyebabkan peningkatan
angka resistensi obat TB, terutama pada ank dan merugikan pasien akibat
konsumsi OAT yang rutin dan dapat menimbulkan berbagai efek samping. (skor:4)
C. Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah 25% (target 85%) dengan memperhatikan
angka default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah 25% (tidak ada target)
Indikator ini dipakai untuk mengetahui hasil pengobatan pasien dengan TB
Paru BTA positif. Dengan tidak tercapainya target juga meningkatkan risiko TBMulti Resistant Drug (MDR) yang akan lebih sulit untuk diobati. Angka
kesembuhan yang rendah dapat dipengaruhi oleh banyaknya default atau pasien
yang gagal atau pasien yang meninggal ataupun pindah.
Di Puskesmas Kelurahan Pluit, terdapat 1 pasien yang kembali memeriksakan
dahaknya pada akhir pengobatan dan dinyatakan sembuh (25%), sedangkan 1
pasien masuk dalam kategori pindah (25%) karena pasien pindah rumah namun
mengaku akan meneruskan pengobatan di wilayah baru. Ada juga 2 pasien masuk
dalam kategori default karena setelah fase intensif selesai (50%), pasien tersebut
waktu
dilakukuan
kunjungan
kerumahnya
tidak
ada
di
tempat
tanpa
38
C. Angka kesembuhan (Cure Rate) adalah 25% (target 85%) dengan memperhatikan
angka default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah 25% (tidak ada target)
Kesembuhan pasien TB ditentukan oleh pemeriksaan dahak dengan hasil
negatif pada akhir pengobatan dan satu pemeriksaan sebelumnya. Permasalahn
yang timbul pada wilayah Puskesmas Pluit adalah bahwa banyak dari penduduknya
merupakan penduduk musiman. Sehingga banyak yang datang dan pergi tanpa
pemberitahuan. Hal ini terjadi pada pasien TB sehingga angka default menjadi
tinggi (50%), yang akhirnya mengakibatkan angka kesembuhan yang menurun.
Angka kesembuhan yang rendah dapat berdampak buruk karena meningkatkan
jumlah TB MDR, yang dapat ditularkan ke masyarakat yang lebih luas.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasukan kedalam
modul penyuluhan untuk mengedukasi pasien pada saat dengan baik apabila Ia
akan pindah tempat, Ia bisa diberikan obat dengan jumlah selama Ia pergi, atau Ia
dapat meregister di tempat yang memberikan pelayanan bagi pasien TB di wilayah
barunya. Edukasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan rumah,ataupun
edukasi individual saat pasien datang ke Puskesmas untuk mengambil obat.
Edukasi ini juga dapat diberikan kepada PMO dari pasien. (Skor 4)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh
A. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya
adalah 26.09% (target 5-15%)
Salah satu penyebab dari angka proporsi yang besar di Puskesmas
Kelurahan Pluit adalah banyaknya suspek yang tidak melakukan pemeriksaan
dahak dan kembali membawa hasil dahaknya. Pada umumnya, penyebab tidak
kembalinya pasien tersebut tidak diselidiki oleh penanggunga jawab program
penanggulangan TB. Jika suspek TB yang diperiksa dahaknya lebih banyak,
maka penyakit TB yang dapat terdeteksi lebih banyak dan risiko penularan dapat
dicegah. (Skor 4)
B. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB adalah 42.86% (target 15%)
Bila memang terjadi overdiagnosis pada anak-anak yang didiagnosa
dengan TB anak pada Puskesmas Kelurahan Pluit. Dengan menurunkan angka
overdiagnosis, dapat diturunkan angka resistensi obat TB dan efek samping dari
OAT jangka panjang pada anak. Namun ada kemungkinan angka ini memang
39
A
1
B
2
C
4
5
4
4
3
5
4
yang ada
Keuntungan sosial
Total Skoring
5
15
5
14
5
18
Besarnya
Parameter
masalah
dihitung
Dari penentuan prioritas maka masalah yang mendapat prioritas utama adalah angka
kesembuhan (Cure Rate) lebih rendah dari target, yakni 25% (target 85%) dengan
memperhatikan angka default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah 25% (tidak
ada target)
40
Kendala
INPUT
Petugas TB
Kader TB
namun
merangkap
sebagai
perawat
puskesmas
serta
Penyuluhan
individual
Penyuluhan
kelompok
ada rancangan materi seperti tertera di indikator. Karena hanya ada satu
petugas TB yang sibuk, penyuluhan kelompok hanya dilaksanakan
Penyuluhan
masyarakat
Pelacakan kasus
(kunjungan
rumah)
41
Penanggung jawab
membuat jadwal
kunjungan rumah yang
lebih efisien sehingga
dapat membagi waktu
dengan tugas lain.
Penanggung jawab
program TB terlambat
melakukan kunjungan
Mengadakan
ke rumah penderita TB
Pelatihan Kader untuk
karena sibuk
membantu
meningkatkan
program pelacakan
kasus dan
penyuluhan TB
Tidak adaTidak
Kaderada
Khusus
susunan
TB materi
yang dapatkhusus
membantu
yangdalam
jelas untuk
melakukan pelacakan
penyuluhan
kasus
individu
dan maupun
Menyusun materi yang
penyuluhan
kelompok,
jelas untuk penyuluhan
individu dan kelompok
pasien dan PMO TB, dan
mengikutsertakan
materi bagaimana cara
untuk meneruskan
pengobatan walapun
pindah wilayah.
Masalah
Akar
masalah
Penyeselai
an
masalah
Pelaksana
Waktu
Pluit
3 kali fase pelatihan intensif untuk menjelaskan seluruh materi,
Tempat
Materi
puskesmas wilayahnya
b) Melakukan penyuluhan atau diskusi TB berkala baik
individual maupun kelompok
dengan masyarakat di
dalam pelatihan
Role play / simulasi edukasi kesembuhan berobat dan motivasi
Sasaran
Tujuan
Cara
penanggulangan TB
- Petugas TB bekerja sama dengan Kelurahan dalam membuat
-
kepada kader
Membuat penilaian dan evaluasi acara pelatihan kader
Waktu
Tempat
Materi
Masyarakat: 2x/tahun
Poli TB dan aula/ruang tunggu Puskesmas Kelurahan Pluit
Materi tentang TB:
Penyebab TB
Cara penularan TB
43
Bahaya TB
Gambaran TB di Indonesia
Sasaran
Tujuan
Cara
tempat
terlaksananya
promosi/penyuluhan
kesehatan TB
Petugas TB, kader TB dan dokter Puskesmas Kelurahan Pluit
menyiapkan berbagai media komunikasi untuk membantu
penyampaian materi seperti PowerPoint slideshow, flipchart,
Sasaran
Tujuan
Cara
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil keluaran evaluasi kinerja Program Penanggulangan TB di Puskesmas
Kelurahan Pluit periode November 2013-Oktober 2014, masih ditemukan beberapa
indikator keluaran yang tidak memenuhi target.
Dari sistem skoring didapatkan masalah yang diprioritaskan adalah rendahnya
angka kesembuhan (Cure Rate) yaitu 25% (target 85%) dengan memperhatikan angka
default adalah 50%, (target 10%), dan angka pindah 25% (tidak ada target). Hal ini
dapat disebabkan oleh kurangnya pelaksanaan pelacakan kasus berupa kunjungan rumah
kepada pasien yang terlambat mengambil obat TB sesuai jadwal yang ditentukan untuk
memeriksa kepatuan berobat, edukasi, dan motivasi kesembuhan penderita. Selain itu
juga karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien dan PMO tentang pentingnya
pengobatan TB yang tuntas karena tidak adanya susunan materi khusus yang jelas untuk
penyuluhan individu maupun kelompok, dan pelaksanaan dari penyuluhan yang kurang
baik. Kedua hal ini dapat terjadi karena kurangnya bantuan peran serta masyarakat
berupa kader khusus TB yang dapat membantu penanggung jawab program TB untuk
melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan individu maupun kelompok.
46
6.2. Saran
Beberapa saran yang diajukan untuk meningkatkan angka kesembuhan antara lain:
1. Pembentukan dan pelatihan kader TB
2. Merencanakan materi penyuluhan
dan
menjalankan
penyuluhan TB
DAFTAR PUSTAKA
1. "Tuberculosis." WHO. World Health Organization, Oct. 2014. Web. 14 Nov. 2014.
<http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/>.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta; 2011. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013. Jakarta; 2013.
3. Profil Kesehatan Indonesia 2013
4. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014
5. Seksi PMKES SUDINKES JAKUT. Jumlah Kasus TB paru dan Angka Penemuan
Kasus menurut Kecammatan Kabupaten Jakarta Utara. Jakarta;2012.
6. Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Penjaringan. Jakarta;2012.
7. Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Pluit
8. International Standard for Tuberculosis Care. 3rd ed. N.p.: World Health
Organisation, 2014. TB CARE 1 USAID, 2014. Web.
9. Model Intervensi Untuk Menurunkan Drop Out TBC. 2nd ed. Vol. 1. N.p.: Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005. Print. Pedoman Penanggulangan Drop Out
TBC Di Puskesmas.
47
Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan Sr. Diana selaku koordinator Program Penanggulangan TB
Puskesmas Kelurahan Pluit
Program penanggulangan TB serta kegiatannya
Program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan Pluit sebagai berikut:
Untuk menjaring suspek, dilakukan dengan pasif dengan promosi aktif oleh petugas di
Balai Pengobatan Umum. Kemudian pasien yang dianggap suspek yang ditandai dengan
gejala klinis, dilakukan rujukan pemeriksaan laboratorium (dahak SPS) atau pencitraan di
Puskesmas Kecamatan Penjaringan untuk menunjang penegakkan diagnosis. Untuk pasien
anak, akan di lakukan penilaian skoring TB anak dan membuat rujukan test Mantoux ke
Puskesmas Kecamat Penjaringan atau Rumah Sakit. Pasien akan diminta kembali ke BPU
membawa hasil labnya untuk ditegakkan suatu diagnosis. Setelah diagnosis tegak, pasien
diberikan pengobatan TB dan jadwal kontrol untuk mengambil obat yang biasanya adalah
setiap minggu hari jumat. Pasien diminta memeriksa dahak ulang setelah pengobatan masa
intensif, bulan ke-5 dan setelah selesai pengobatan. Kategori pengobatan yang diberikan
telah disesuaikan dengan pedoman nasional.
Sumber daya manusia pada program penanggulangan TB
Dalam Puskesmas Kelurahan Pluit, penanggung jawab program penanggulangan TB
adalah perawat yang merangkap sebagai petugas penanggulangan Kusta dan UKS. Jam kerja
rutin setiap Senin sampai Sabtu pukul 07.00-16.00 WIB
48
medis,
pelaksanaan
medis
dan
pelatihan
dokter
dalam
program
penanggulangan TB
Untuk metode medis, pelaksanaan medis sesuai dengan Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Pelatihan dokter dan petugas kesehatan setiap tahun ada,
tetapi sifatnya bergilir. Pelatihan oleh Puskesmas Kecamatan tidak rutin, tetapi hanya sesuai
kebutuhan.
Pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB
Rapat pemantauan dan evaluasi sebenarnya rutin di lakukan oleh Puskesmas Kelurahan Pluit
setiap bulan, tetapi tidak selalu membahas tentang penanggulangan TB.
Data mengenai strategi PMO dan kader
Setiap pasien didampingi oleh PMO yang merupakan kerabat paling dekat dan berpengaruh
dengan pasien. PMO juga mendapatkan penyuluhan mengenai TB. Kader belum ada yang
aktif untuk membantu penanggulangan TB.
Masalah dan kendala dalam program
Kendala yang dihadapi adalah masyarakat banyak yang merupakan penduduk musiman dan
kurang peka terhadap pentingnya tuntas pengobatan TB, sehingga seringkali terjadi kasus
default, dimana saat dilakukan kunjungan kerumah pasien, pasien sudah tidak ada di tempat
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
49
Lampiran 2
Data yang diperoleh dari Puskesmas Kelurahan Pluit
Tabel 1: data masukan yang didapatkan dari Puskesmas Kelurahan Pluit
Variabel
Indikator
Tenaga
5. Dokter umum
6. Bidan
7. Perawat/Petugas TB
8. Petugas Administrasi
5. Kader TB
Dana
Sarana
3. Medis
jadwal
Sarana medis tersedia:
Inventaris
Termometer
Stetoskop
Masker
Timbangan
OAT
4. Non Medis:
Inventaris:
TB.02,
TB.03,
TB.04,
TB.05,
TB.06,
TB.09,
TB.10)
Sarana
07.00-16.00
Tidak terdapat Kader Khusus TB di wilayah
penyuluhan
dan
edukasi TB
o Materi penyuluhan
o Pamflet TB
o Poster TB
Metode
o Tempat penyuluhan
Ruangan Poli TB
3. Medis:
Penemuan
kasus
dini
Penanggulangan TB
Pengobatan TB menurut
Pedoman
Nasional
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Penanggulan TB
Rujukan medis menurut
Pedoman
Nasional
Penanggulangan TB
4. Non medis:
Penyuluhan mengenai TB
TB
Konseling pasien TB
Pencatatan dan pelaporan
pasien TB
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Indikator
Penyuluhan
pengobatan
terhadap
individual,
penyuluhan
namun
tidak
ada
saat
penularan,
penderita/PMO
pada
gejala-gejala
51
evaluasi
pengobatan,
cara
mengatasi,
cara
pencegahan penular.
o Kelompok: 1x/bulan terhadap o Direncanakan
penyuluhan
penyuluhan
individu
&
dan
pencegahan
penyebaran TBC.
o Masyarakat: 2x/tahun terhadap o Tidak
masyarakat umum mengenai TB
direncanakan
penyuluhan
penanggulangan
/perawat
puskesmas,
pasien
TBC
yang
TB
pada
tidak
Konseling TB Paru
o Direncanakan konseling
o Direncanakan
Pengorganisasi
an
Seluruh
kegiatan
program
TB
Pelaksanaan
puskesmas di BPU
Penemuan kasus TB paru dewasa
dahak
SPS
atau
mengikuti
sistem
skoring.
(Mengikuti
Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis)
Diagnosis
TB
mengikuti
International
Standard
for
Tuberculosis Care.
Pengadaan PMO bagi setiap pasien
TB
Dilakukan
perencanaan.
penyuluhan
sesuai
Direncanakan
penyuluhan
saat
pasien
mengambil
untuk
membantu
petugas
TB
penyuluhan
yang
sibuk,
kelompok
hanya
ada
diadakan
perencanaan.
masyarakat,
perencanaan
penyuluhan
dilakukan
namun
penyuluhan
untuk
kepada
terkadang
kepada
Dilakukan
perencanaan.
Pengobatan rawat jalan TB sesuai
konseling
Pedoman
sesuai
Nasional
tidak
menentu,
sekitar
2x/tahun.
Penanggulangan Tuberkulosis
Rujukan Medis
yang
tidak
kembali
Pencatatan dan
Pelaporan
yang ditentukan.
Ada dan dilakukan
TB.05,
TB.06,
TB.09,
Penanggulangan
54
Pengawasan
Tuberkulosis
Monitoring dan supervisi laporan-
Indikator
Lokasi
Transportasi
murah
Fasilitas kesehatan lainnya bisa bekerja
sama
Masih
Keadaan
Pendidikan
terdapat
rumah-rumah
perumahan
penduduk
Lingkungan Non-
banyak
fisik
di daerah empang
Pasien yang berkunjung ke Puskesmas
Kelurahan Pluit kebanyakan yang
berpendidikan rendah (dibawah tingkat
Sosial ekonomi
SMA)
Kebanyakan pasien yang berkunjung ke
Puskesmas Kelurahan Pluit tingkat sosial
ekonomi menengah-rendah, dan banyak
Agama
55
Tabel 4: Data umpan balik yang didapatkan dari Puskesmas Kelurahan Pluit
Variabel
Umpan Balik
Indikator
2. Pertemuan 1x/bulan dengan
56
57