BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan juga dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6
bulan, tiwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan, menurut
Prawiroharjo (2008 : 89).
b. Konsep Kehamilan
Menurut Manuaba (2009 : 81), konsep kehamilan normal yaitu
peningkatan tekanan terjadi setelah folikel de graaf matang dengan
mengeluarkan estrogen dan atas pengaruh FSH yang menurun dan
merangsang LH sehingga terjadi pula ruptur dengan melemparkan ovum
yang dibungkus oleh cumulus ooforus dan korona radiate. Semakin
meningkatnya estrogen akan mengakibatkan terjadinya gerakan putar
balik ovarium pada sumbunya dan fimbria tuba makin mendekati
ovarium yang kedua. Gerakan tersebut selalu dapat mengelilingi
ovarium. Dengan demikian, seluruh permukaan ovarium seolah-olah
tertutup oleh fimbria sehingga saat terjadi ovulasi, ovum selalu dapat
ditangkap oleh fimbria. Estrogen yang dikeluarkan oleh vilinya sehingga
menimbulkan aliran cairannya menuju uterus.
Karena pengaruh LH, komolus ooforus dan sel korona radiate ikut
mengeluarkan progesteron yang dapat meningkatkan gerak sepertiga dari
tuba sampai ismus, untuk mempercepat jalannya ovum. Ovum akan
berada pada tuba fallopi selama 80 jam, khususnya di ampula tuba,
sebagai tempat terluas dan kemungkinan akan terjadinya konsepsi.
Saat puncak masa subur, lendir serviks sangat jernih sehingga
mudah ditembus oleh spermatozoa. Dalam perjalanan menuju tuba,
spermatozoa mengalami kapasitasi dengan melepaskan sebagian
pembungkus kepala yang terdiri glikoprotein dan mampu melakukan
tugas menembus ovum melalui stomata yang telah siap. Hasil konsepsi
meneruskan perjalanannya dan masuk kavum uteri dalam bentuk
blastostista serta masih memerlukan kesiapan endometrium sekitar 90150 jam.
c. Tanda-tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Hidayati (2009 : 33-37), sebagai berikut
1) Tanda mungkin hamil
a) Amenorrhea (berhentinya haid)
b) Mual dan muntah
c) Mastodinia yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara mambesar.
10
11
12
4) Teori kortisol
Pemberi tanda untuk memulainnya persalinan adalah janin,
diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin seperti anasefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan, menurut Prawiroharjo (2009 : 687).
5) Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser
akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak
ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi diduga itu sebagai
penyebabnya.
c. Patofisiologi Kehamilan Serotinus
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan serotinus
meliputi bayi yang sangat besar dan akan mengakibatkan trauma lahir
atau apabila bayinya kecil karena pada saat kehamilannya kekurangan
nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau disfungsi plasenta dan
penurunan cairan amnion.
13
14
15
16
dibanding servik yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks
adalah :
a) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama
kerja.
b) Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher
rahim.
c) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin
kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung,
yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm)
sebagai tonjolan tulang.
d) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan,
seperti sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh
lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang
lebih tua
e) Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior
lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan
peningkatan kelahiran spontan.
17
U
n
t
Pembukaan
Pendataran
Station
Konsistensi
Posisi Os
0
0
0-30%
-3
Keras
Posterior
1
1
40-50%
-2
Sedang
Tengah
2
3-4
60-70%
-1
Lunak
Anterior
3
5-6
80%
+1+2
Sangat lunak
Anterior
Dosis rendah
Dosis tinggi
Dosis awal
(mU/menit)
0,5-1
1-2
6
Peningkatan
incremental
(mU/menit)
1
2
6,3, 1
Interval
dosis
(menit)
30-40
15
15-40
Dosis
maksimal
(mU/ml)
20
40
42
18
selama
30
menit
yaitu
untuk
mengatasi
19
20
2) JANIN
a) Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30 %
sebelum partus, 55 % intrapartum, 15 % post natal.
b) Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali
pusat
c) Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu,
trauma kepala janin.
d) Gangguan pembekuan darah.
e) Oligohidramnion adalah air ketuban normal pada kehamilan 34-37
minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu
400 cc. akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental
karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine
(gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai APGAR
rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga
menimbulkan atelektasis).
f) Makrosomia apabila plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh
kembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia.
Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukan tindakan
operatif seksio caesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena
operasi vagina, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi
atau trauma jalan lahir ibu.
21
yang
baik
terhadap
ibu
(aktivitas
uterus)
dan
kesejahteraan janin.
2) Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
3) Awasi jalannya persalinan.
4) Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu waktu terjadi
kegawatan janin.
5) Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap
neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin
dengan cairan ketuban bercampur mekoneum.
6) Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap
kemungkinan hipoglikimia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
7) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda tanda serotinus.
8) Hati hati kemungkinan terjadinya distosia bahu
9) Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin serotinus sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus
dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah
sakit.
22
Pemeriksaan :
Faktor penyebab:
1.
2.
3.
4.
Oksitosin menurun
Saraf uterus
Estrogen menurun
Hereditas
USG
Amnioskopi
NST (Nonstress Test)
HPHT
Kehamilan serotinus
Air ketuban
NST (Nonstress Test)
Non reaktif
Sectio saesarea
Reaktif
Keadaan janin baik
Induksi persalinan
Bishop skor < 5
Induksi persalinan
Pematangan
serviks
Non reaktif
Induksi persalinan
Persalinan pervaginam
Secsio saesaria
Persalinan pervaginam
23
masalah
yang
digunakan
sebagai
metode
untuk
manajemen
adalah
proses
pemecahan
masalah
yang
24
a) Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau
dari keluarga dan tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34)
adalah
(1) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
(2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan.
(3) Keluhan utama
Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
(4) Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang,
dan riwayat kesehatan keluarga.
(5) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien
saat menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama
pasien menikah dan berapa jumlah anaknya.
(6) Riwayat obstetric
(a) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi (menarce), siklus, lama menstruasi, banyak
25
26
27
(b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang
mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi
tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang
diberikan atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap
cahaya tidak ada).
(c) Tanda-tanda vital
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan
darah. suhu, nadi, respirasi.
(d) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram
(Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
(e) Tinggi badan
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan
sentimeter, menurut Saminem (2009 : 23).
(f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
(2) Pemeriksaan fisik/Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen,
genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus.
28
adalah
proses
pengamatan
dilakukan
untuk
29
Diagnosis
atau
masalah
potensial
diidentifikasi
30
(4) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah
ini sebagai cerminan keseimbangan dari proses manajemen
kebidanan.
3) Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa /
diidentifikasi.
4) Langkah keempat yaitu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera.
Bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera atau
konsultasi atau penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan
mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.
5) Langkah kelima yaitu perencanaan.
Setelah
beberapa
kebutuhan
pasien
ditetapkan,
diperluakan
31
Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lain, menurut Purwandari (2008 : 79-82).
7) Langkah ketujuh yaitu evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
3. Data Perkembangan (SOAP)
Menurut Wildan (2009 : 24), Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana
asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan
SOAP yang meliputi :
S : Subyektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung.
O : Obyektif
Data yang mendapatkan hasil onservasi melalui pemeriksaan fisik.
A : Assessment
Berdasarkan data yang terkumpulkan kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera.
32
P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut.
33
Nama pengkaji
NIM
a. Data Subyektif
1) Identitas Pasien
a) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari
adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan pasien lainnya.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun maka alat reproduksinya belum matang,
mental dan psikisnya belum siap.
c) Agama
Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama
yang dianut.
d) Suku/ bangsa
Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
34
e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual pasien sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi pasien
karena mempengaruhi gizi pasien tersebut.
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah menghubungi apabila ada
keadaan yang mendesak.
2) Alasan datang ke klinik
Untuk mengetahui tujuan pasien datang ke rumah sakit.
3) Keluhan Utama
Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri. Pada kasus ibu hamil dengan
serotinus yang dikeluhkan meliputi ibu merasa khawatir pada
kehamilannya karena belum adanya tanda-tanda persalinan yaitu
(kontraksinya teratur apa tidak, sudah keluar lendir darah belum, air
ketubannya sudah pecah belum) padahal di dalam perkiraan sudah
waktunya untuk melahirkan.
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit menurun seperti Diabetes
35
36
37
38
terdapat masalah dalam pola eliminasi ibu. Hal ini dikaji untuk
mengetahui apakah terdapat gangguan saat BAB dan BAK.
c) Pola Aktivitas Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana aktivitas pasien selama hamil
mengganggu aktivitas pekerjaannya atau tidak.
d) Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa lama ibu beristirahat dalam sehari
apakah terdapat gangguan dalam pola istirahat ibu.
e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu mandi, menggosok gigi
dan mengganti pakaian dalam sehari, berapa kali ibu mencuci
rambut dalam seminggu
f) Pola Seksual
Dikaji untuk mengetahui saat hamil berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam seminggu. Ibu harus sering melakukan
hubungan seksual supaya untuk merangsang pada kehamilannya,
karena didalam sperma mengandung hormon prostaglandin yang
bisa bisa menyebabkan kontraksi.
10) Psikososial Spiritual
a) Tanggapan dan dukungan keluarga
Ditanyakan apakah pasien sudah dapat menerima kondisinya saat
ini dan bagaimana harapan pasien terhadap kondisinya sekarang,
39
40
c) Vital sign
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah yang dialami ibu selama
masa hamil apakah tekanan darahnya tinggi atau normal.
(2) Temperatur/ suhu
Untuk mengetahui suhu badan yang dialami ibu selama masa
hamil.
(3) Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit.
(4) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit.
d) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram. Berat
badan dikaji untuk memudahkan penghitungan dosis obat tertentu
yang harus diberikan berdasarkan berat badan ibu.
e) Tinggi badan
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter.
Untuk mengetahui apakah tinggi ibu kurang atau lebih dari 145 cm.
apabila kurang dari 145 cm maka termasuk resiko tinggi.
f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien, apakah masuk dalam
kekurangan energi kronik atau tidak yaitu lilanya < 23,5 cm.
41
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau
tidak.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui kelopak mata pucat atau tidak, warna
sklera ikterik atau tidak.
d) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga
Untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.
f) Mulut
Untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis
atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau
tidak, pembesaran getah bening atau tidak, pembesaran kelenjar
vena jugularis atau tidak.
42
h) Ketiak
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran getah bening atau tidak.
i) Dada
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak.
j) Abdomen
Dikaji untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU) > 40 cm atau
tidak.
k) Genetalia
Dikaji untuk mengetahui ada pengeluaran lendir atau darah tidak,
adanya luka atau tidak, adanya varises atau tidak.
l) Ekstermitas atas
Untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau
tidak, sianosis atau tidak.
m) Ekstermitas bawah
Untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau
tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.
n) Anus
Untuk mengetahui apakah ada hemorhoid atu tidak.
43
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
(1) Muka
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ada cloasma
gravidarum atau tidak, apakah terjadi oedem atau tidak.
(2) Payudara
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah payudara
simetris atau tidak, apakah ada retraksi payudara atau tidak,
apakah putting susu menonjol atau tenggelam.
(3) Abdomen
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ada bekas
operasi obstetrik atau tidak.
(4) Ekstermitas
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ekstermitas
atas turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau
tidak dan ekstermitas bawah turgor baik atau tidak, sianosis
atau tidak, oedem atau tidak.
b) Palpasi
(1) Payudara
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada benjolan
abnormal atau tidak, apakah colostrum atau ASI sudah keluar
atau belum.
44
(2) Abdomen
(a) Leopold I
apakah tangan
masih
bisa
bertemu
45
pemeriksaan
USG
(untuk
memastikan
usia
mengatakan
khawatir
dengan
kehamilannya
karena
46
b. Masalah
Ibu merasa khawatir dengan kehamilannya karena kehamilannya
sudah lewat bulan tetapi belum juga ada tanda-tanda untuk
melahirkan.
c. Kebutuhan Segera
Kebutuhan pada ibu hamil dengan serotinus meliputi : Akhiri segera
kehamilan dengan pematangan servik dengan persalinan pervaginam
atau apabila terjadi gawat janin dilakukan persalinan section caesaria.
3. Langkah 3 : mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan serotinus yang dapat terjadi
adalah terjadinya gawat janin atau fetal distress.
4. Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn untuk kemajuan
persalinan.
5. Langkah 5 : perencanaan
Tanggal
Jam
47
Jam
48
7. Langkah 7 : Evaluasi
Tanggal
Jam
dilakukan.
b. Ibu mau untuk melakukan USG kembali untuk melihat keadaan janin.
c. Ibu mengetahui bahwa keadaan janinnya baik.
d. Ibu sudah mengetahui semua penjelasan dokter
e. Agar ibu optimis dalam menghadapi masalah kehamilannya
f. Pengawasan 10 telah dilakukan.
g. Kolaborasi dokter obgyn telah dilakukan.
49
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor