Anda di halaman 1dari 43

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan juga dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6
bulan, tiwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan, menurut
Prawiroharjo (2008 : 89).
b. Konsep Kehamilan
Menurut Manuaba (2009 : 81), konsep kehamilan normal yaitu
peningkatan tekanan terjadi setelah folikel de graaf matang dengan
mengeluarkan estrogen dan atas pengaruh FSH yang menurun dan
merangsang LH sehingga terjadi pula ruptur dengan melemparkan ovum
yang dibungkus oleh cumulus ooforus dan korona radiate. Semakin
meningkatnya estrogen akan mengakibatkan terjadinya gerakan putar
balik ovarium pada sumbunya dan fimbria tuba makin mendekati
ovarium yang kedua. Gerakan tersebut selalu dapat mengelilingi
ovarium. Dengan demikian, seluruh permukaan ovarium seolah-olah

tertutup oleh fimbria sehingga saat terjadi ovulasi, ovum selalu dapat
ditangkap oleh fimbria. Estrogen yang dikeluarkan oleh vilinya sehingga
menimbulkan aliran cairannya menuju uterus.
Karena pengaruh LH, komolus ooforus dan sel korona radiate ikut
mengeluarkan progesteron yang dapat meningkatkan gerak sepertiga dari
tuba sampai ismus, untuk mempercepat jalannya ovum. Ovum akan
berada pada tuba fallopi selama 80 jam, khususnya di ampula tuba,
sebagai tempat terluas dan kemungkinan akan terjadinya konsepsi.
Saat puncak masa subur, lendir serviks sangat jernih sehingga
mudah ditembus oleh spermatozoa. Dalam perjalanan menuju tuba,
spermatozoa mengalami kapasitasi dengan melepaskan sebagian
pembungkus kepala yang terdiri glikoprotein dan mampu melakukan
tugas menembus ovum melalui stomata yang telah siap. Hasil konsepsi
meneruskan perjalanannya dan masuk kavum uteri dalam bentuk
blastostista serta masih memerlukan kesiapan endometrium sekitar 90150 jam.
c. Tanda-tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Hidayati (2009 : 33-37), sebagai berikut
1) Tanda mungkin hamil
a) Amenorrhea (berhentinya haid)
b) Mual dan muntah
c) Mastodinia yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan
payudara mambesar.

d) Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya


disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
e) Keluhan kencing
2) Tanda Kemungkinan Hamil
a) Tanda hegar yaitu petlunakan pada daerah isthmus uteri
b) Tanda goodells yaitu serviks terasa lebih lunak
c) Tanda chadwick yaitu dinding vagina mengalami warna kebirubiruan
d) Tanda Mc Donald yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan
mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau
tidaknya jaringan isthmus.
e) Terjadi pembesaran perut
f) Teraba ballotement
g) Kontraksi uterus
3) Tanda Pasti Hamil
a) Teraba bagian-bagian janin
b) Teraba gerakan janin
c) Denyut jantung janin (DJJ) sudah dapat didengar
d) Pemeriksaan dengan USG terlihat kerangka janin

10

d. Faktor yang mempengaruhi Kehamilan


Menurut Pantikawati (2010 : 79-88), faktor yang mempengaruhi
kehamilan berikut adalah :
1) Faktor fisik
a) Status kesehatan
Dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan, yaitu
(1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan, yaitu
hiperemesis gravidarum, preeklasia / eklamsia, kehamilan
lewat bulan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput
janin, perdarahan antepartum dan gemelli.
(2) Penyakit atau komplikasi yang tidak berhubungan langsung
dengan kehamilan, yaitu varises, oedem, hematoma vulva,
anemia, jantung, hipertensi, asma, hepatitis, dan penyakit IMS
(penyakit Infeksi Menular Seksual).
b) Status gizi
Kebutuhan status gizi yang penting untuk ibu hamil yaitu asam
folat, protein, zat besi (Fe), kalsium, energi, pemberian yodium,
pemberian zinc, magnesium, dan minyak ikan.
c) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi ibu hamil ada dua macam
yaitu :
a) Internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit,
cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan

11

sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilannya, takut


terhadap persalinan.
b) Eksternal, meliputi support mental, broken home, kasih sayang.
2. Kehamilan Serotinus
a. Pengertian Kehamilan Serotinus
Kehamilan lewat waktu (Serotinus) adalah kehamilan melewati
waktu 294 hari atau 42 minggu. Kehamilan lewat dari 42 minggu ini
didasarkan pada hitungan usia kehamilan (dengan rumus neagle),
menurut Anggarani (2007 : 83). Rumus neagle ini adalah untuk
menghitung tanggal kelahiran bayi yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1)
atau (tanggal +7, bulan +9, tahun +0), menurut C Trihendradi (2010 :
11).
b. Etiologi Kehamilan Serotinus
Faktor yang menyebabkan kehamilan serotinus ini, menurut Sujiyatini
(2009 : 35) :
1) Penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal umumnya tinggi
2) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang.
3) Faktor lain yaitu hereditas, karena post matur sering dijumpai pada
suatu keluarga tertentu.

12

4) Teori kortisol
Pemberi tanda untuk memulainnya persalinan adalah janin,
diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin seperti anasefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan, menurut Prawiroharjo (2009 : 687).
5) Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser
akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak
ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi diduga itu sebagai
penyebabnya.
c. Patofisiologi Kehamilan Serotinus
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan serotinus
meliputi bayi yang sangat besar dan akan mengakibatkan trauma lahir
atau apabila bayinya kecil karena pada saat kehamilannya kekurangan
nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau disfungsi plasenta dan
penurunan cairan amnion.

13

Menurut Manuaba (2007 : 450), patofiologi pada kehamilan


serotinus adalah sebagai berikut :
1) Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh
kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4.000-4.500
gram yang disebut makrosomia.
2) Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom
postmatur, dengan kriteria :
a) Bayi tampak tua
b) Kuku panjang
c)

Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama


ditelapak tangan dan kaki

d) Verniks kaseosanya telah hilang atau berkurang.


d. Klasifikasi Kehamilan Serotinus
Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan
adalah :
1) Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2) Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan ) di kulit.
3) Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

14

e. Diagnosa Kehamilan Serotinus


Menilai beberapa pemeriksaan untuk kehamilan matur atau tidak,
menurut Sujiyatini (2009 : 36), yaitu :
1) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban
berkurang.
2) Pemeriksaan dengan USG yaitu dengan pemeriksaan ini diameter
biparental kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya.
3) Pemeriksaan sitologi cairan amnion yaitu amniostropi dan periksa
pHnya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin.
f. Pemeriksaan Penunjang untuk Kehamilan Serotinus
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk kehamilan serotinus,
menurut Dr. Taufan (2012 : 144) adalah :
1) Sitologi vagina yaitu dengan indeks kariopiknotik meningkat (> 20 %)
2) Amniostropi yaitu warna air ketuban
3) USG yaitu menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajat
maturitas plasenta, besarnya janin, keadaan janin.
4) Kardiotografi yaitu menilai kesejahteraan janin dengan Nonstress test
(NTS) relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test (CTS)
negatif atau positif.
g. Penilaian pada Kehamilan Serotinus
Menurut Sastrawinata (2005 : 14), untuk mengingat morbiditas dan
mortalitas yang tinngi pada kehamilan serotinus, penilaian terhadap
resiko terjadinya dismaturitas harus dilakukan antepartum untuk

15

memutuskan apakah fetus masih boleh tinggal dalam rahim (menunggu


persalinan spontan) atau harus dilahirkan segera.
Penilaian kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan cara :
1) Evaluasi cairan amnion dengan amniosentesis atau USG untuk melihat
adanya oligohidramnion.
2) Pantau perubahan denyut jantung janin tanpa beban (nonstress test)
atau dengan beban (contraction stress test).
3) Tentukan skoring profil biofisik yang didapat dari pemeriksaan NST,
USG untuk melihat pernafasan janin, tonus fetus, pergerakan fetus,
dan jumlah cairan amnion
h. Penatalaksanaan Kehamilan Serotinus
Adapun penatalaksanaan kehamilan serotinus adalah sebagai berikut :
1) Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik- baiknya
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat, menurut Dr. Taufan (2012 :
145).
3) Bishop score
Bishop score adalah suatu cara untuk menilai kematangan
serviks dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah
diketahui bahwa serviks bishop score rendah artinya serviks belum
matang dan memberikan

angka kegagalan yang lebih tinggi

16

dibanding servik yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks
adalah :
a) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama
kerja.
b) Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher
rahim.
c) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin
kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung,
yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm)
sebagai tonjolan tulang.
d) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan,
seperti sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh
lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang
lebih tua
e) Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior
lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan
peningkatan kelahiran spontan.

17

Tabel 2.1 Bishop score


Achadiat (2004 : 17-18)
Skor

U
n
t

Pembukaan
Pendataran
Station
Konsistensi
Posisi Os

0
0
0-30%
-3
Keras
Posterior

1
1
40-50%
-2
Sedang
Tengah

2
3-4
60-70%
-1
Lunak
Anterior

3
5-6
80%
+1+2
Sangat lunak
Anterior

Untuk menilai bishop score yaitu :


a) Bishop Score > 5 yaitu induksi persalinan
Cara induksi persalinan adalah
(1) Menggunakan tablet Misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mg
yang diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga
munculnya his / kontraksi.
(2) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin
biasanya mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.00020.000 mU dicampur dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat,
masing-masing menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20
mU/ml.
Tabel 2.2 Regimen Oksitoksin pada Induksi Persalinan
Kenneth J. Laveno
Regimen

Dosis rendah
Dosis tinggi

Dosis awal
(mU/menit)
0,5-1
1-2
6

Peningkatan
incremental
(mU/menit)
1
2
6,3, 1

Interval
dosis
(menit)
30-40
15
15-40

Dosis
maksimal
(mU/ml)
20
40
42

18

b) Bishop Score < 5


(1) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST),
Contraction Stess Test (CST).
(2) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x /
minggu.
(3) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu
dilakukan SC.
(4) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif
yaitu dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari.
(5) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan
SC.
(6) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi
persalinan.
(7) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley,
oksitoksin, prostaglandin (Misoprostol), relaksin (melunakkan
serviks), pemecahan selaput ketuban
(8) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan
oksigen, monitor DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin
(jika tidak ada kontraindikasi dan belum ada tanda hipoksia
intrauterine), tetes Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/
menit atau di naikkan dengan interval < 30 menit, amniotomi
pada fase aktif, infus intraamniotik dengan 300 500 mL NaCl
hangat

selama

30

menit

yaitu

untuk

mengatasi

19

oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi kesejahteraan


janin.
(9) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi
lambat, pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5
kali / 20 menit), contraction stress test (CST), berat Badan >
4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum
lahir, menurut Kurniawati (2009 : IX 41-42).
(10) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut Manuaba
(2003 : 159) yaitu
(a) Pembukaan minimal 5
(b) Ketuban negatif atau dipecahkan
(c) Anak hidup, letak kepala atau bokong
(d) Penurunan minimal H II
(e) His dan reflek mengejan baik
i. Komplikasi dari Kehamilan Serotinus
Menurut Manuaba ( 2009 :125-126), komplikasi dari kehamilan serotinus
adalah sebagai berikut :
1) IBU
a) Timbulnya rasa takut akibat terlambat melahirkan atau rasa takut
menjalani operasi yang mengakibatkan
b) Perdarahan post partum yaitu atonia uteri (karena janin besar atau
penggunaan oksitoksin).

20

2) JANIN
a) Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30 %
sebelum partus, 55 % intrapartum, 15 % post natal.
b) Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali
pusat
c) Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu,
trauma kepala janin.
d) Gangguan pembekuan darah.
e) Oligohidramnion adalah air ketuban normal pada kehamilan 34-37
minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu
400 cc. akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental
karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine
(gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai APGAR
rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga
menimbulkan atelektasis).
f) Makrosomia apabila plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh
kembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia.
Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukan tindakan
operatif seksio caesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena
operasi vagina, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi
atau trauma jalan lahir ibu.

21

j. Pengelolaan selama Persalinan tentang Hamil Serotinus


Menurut Kurniawati (2009 : IX-42) yaitu pengolalaan selama persalinan
tentang serotinus sebagai berikut :
1) Pemantauan

yang

baik

terhadap

ibu

(aktivitas

uterus)

dan

kesejahteraan janin.
2) Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
3) Awasi jalannya persalinan.
4) Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu waktu terjadi
kegawatan janin.
5) Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap
neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin
dengan cairan ketuban bercampur mekoneum.
6) Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap
kemungkinan hipoglikimia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
7) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda tanda serotinus.
8) Hati hati kemungkinan terjadinya distosia bahu
9) Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin serotinus sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus
dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah
sakit.

22

k. PATHWAY KEHAMILAN SEROTINUS

Pemeriksaan :

Faktor penyebab:

1.
2.
3.
4.

Oksitosin menurun
Saraf uterus
Estrogen menurun
Hereditas

USG
Amnioskopi
NST (Nonstress Test)
HPHT

Kehamilan serotinus
Air ketuban
NST (Nonstress Test)

Positif atau reaktif

Non reaktif

Sectio saesarea

Test tekan oksitoksin

Reaktif
Keadaan janin baik
Induksi persalinan
Bishop skor < 5

Induksi persalinan

Keadaan janin yang jelek


Secsio saesaria

Bishop skor >5

Keadaan janin yang


jelek

Pematangan
serviks

Non reaktif

Induksi persalinan
Persalinan pervaginam

Secsio saesaria

Persalinan pervaginam

Gambar 2.3 Pathway Kehamilan Serotinus


Sumber : Prawiroharjo (2009 : 694-695)

23

B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Varney Helen (1997), manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan

masalah

yang

digunakan

sebagai

metode

untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan


menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi
asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses

manajemen

adalah

proses

pemecahan

masalah

yang

memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan


tindakan dengan urutan yang jelas dan menguntungkan, baik untuk klien
maupun untuk tenaga kesehatan menurut Saminem (2009 : 14-15).
Langkah-langkah dalam proses manajemen asuhan kebidanan sebagai
berikut :
1) Langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini semua informasi yang akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik sesuai kebutuhan, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus, dan
pemeriksaan penunjang, menurut Purwandari (2008 : 78).

24

a) Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh
dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau
dari keluarga dan tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34)
adalah
(1) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
(2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan.
(3) Keluhan utama
Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
(4) Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang,
dan riwayat kesehatan keluarga.
(5) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien
saat menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama
pasien menikah dan berapa jumlah anaknya.
(6) Riwayat obstetric
(a) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi (menarce), siklus, lama menstruasi, banyak

25

menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal, warna


darah, dismenorea, flour albus dan untuk mengetahui hari
pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari
persalinan.
(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya
lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan,
penolong persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran
berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu,
keadaan anak sekarang, untuk mengetahui riwayat yang lalu
sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan,
menurut Prawiroharjo (2008 : 414).
(7) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL, berat
badan sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya dimana,
berapa kali dan keluhannya apa, suntik TT berapa kali, obat-obatan
yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin yang pertama pada
usia kehamilan berapa bulan dan gerakan sekarang kuat atau lemah,
kebiasaan ibu dan keluarga yang berpengaruh negatif terhadap
kehamilannya.
(8) Riwayat KB
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alasan

26

mengapa ibu menggunakan alat kontrasesi tersebut, dan mengapa


ibu menghentikan pemakaian alat kontrasepsi tersebut, menurut
Huliana (2007 :76-77).
(9) Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi, pola
aktivitas pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual,
menurut Muslihatun (2009 : 137).
(10) Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, ketaatan beribadah,
lingkungan yang bepengaruh.
b) Data Obyektif
Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang,
hasil laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik,
ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Data
yang telah dikumpulkan diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
kemudian dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan
fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta
berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan
hasilnya didokumentasikan
(1) Pemeriksaan Umun
(a) Keadaan umum
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu.

27

(b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang
mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi
tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang
diberikan atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap
cahaya tidak ada).
(c) Tanda-tanda vital
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan
darah. suhu, nadi, respirasi.
(d) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram
(Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
(e) Tinggi badan
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan
sentimeter, menurut Saminem (2009 : 23).
(f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
(2) Pemeriksaan fisik/Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen,
genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus.

28

(3) Pemeriksaan khusus obstetric, menurut Hidayat (2008 : 142-145)


(a) Inspeksi
Inspeksi

adalah

proses

pengamatan

dilakukan

untuk

mengetahui apakah ada pembengkakan pada wajah dan


ekstermitas, pada perut apakah ada bekas operasi atau tidak.
(b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan,
yang berguna untuk memeriksa payudara apakah ada benjolan
atau tidak, pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa Leopold I,
II, III, dan IV.
(c) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil
dan kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan
16 minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia kehamilan
12 minggu. Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaiti 120160x/menit.
c) Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) :
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan penyakit
yang menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lainnya : memeriksa hemoglobin, golongan
darah, rubella, VDRL / RPR dan HIV. Pemeriksaan HIV harus
dilakukan persetujuan ibu hamil.

29

2) Langkah kedua yaitu Interpretasi data dasar


Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang dikumpulkan
akan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik, menurut Saminem (2008 : 16).
a) Diagnosa kebidanan
NyGPAUmurTahun Usia Kehamilanminggu, janin hidup
intra uteri letak membujur presentasi kepala, PUKA / PUKI, konvergen
atau divergen dengan serotinus.
Data dasar :
(1) Data Subyektif
Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ibu mengatakan khawatir karena kehamilannya sudah lewat
bulan tetapi belum juga ada tanda-tanda melahirkan.
(2) Data Obyektif
Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostik lain.
(3) Masalah
Hal-hal ini bidan melakukan identifikasi diagnosis dan masalah
potensial.

Diagnosis

atau

masalah

potensial

berdasarkan masalah yang sudah teridentifikasi.

diidentifikasi

30

(4) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Langkah
ini sebagai cerminan keseimbangan dari proses manajemen
kebidanan.
3) Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa /

masalah yang sudah

diidentifikasi.
4) Langkah keempat yaitu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera.
Bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera atau
konsultasi atau penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan
mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.
5) Langkah kelima yaitu perencanaan.
Setelah

beberapa

kebutuhan

pasien

ditetapkan,

diperluakan

perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada.


Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan
identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara
menyeluruh dapat berhasil.
6) Langkah keenam yaitu pelaksanaan.
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan pada langkah lima dilaksanakan secara efisien dan aman.

31

Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lain, menurut Purwandari (2008 : 79-82).
7) Langkah ketujuh yaitu evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
3. Data Perkembangan (SOAP)
Menurut Wildan (2009 : 24), Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana
asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan
SOAP yang meliputi :
S : Subyektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung.
O : Obyektif
Data yang mendapatkan hasil onservasi melalui pemeriksaan fisik.
A : Assessment
Berdasarkan data yang terkumpulkan kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera.

32

P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut.

33

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN


PADA IBU HAMIL DENGAN SEROTINUS

A. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan


1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Tanggal pengkajian :
Jam

Nama pengkaji

NIM

a. Data Subyektif
1) Identitas Pasien
a) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari
adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan pasien lainnya.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun maka alat reproduksinya belum matang,
mental dan psikisnya belum siap.
c) Agama
Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama
yang dianut.
d) Suku/ bangsa
Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.

34

e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual pasien sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi pasien
karena mempengaruhi gizi pasien tersebut.
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah menghubungi apabila ada
keadaan yang mendesak.
2) Alasan datang ke klinik
Untuk mengetahui tujuan pasien datang ke rumah sakit.
3) Keluhan Utama
Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri. Pada kasus ibu hamil dengan
serotinus yang dikeluhkan meliputi ibu merasa khawatir pada
kehamilannya karena belum adanya tanda-tanda persalinan yaitu
(kontraksinya teratur apa tidak, sudah keluar lendir darah belum, air
ketubannya sudah pecah belum) padahal di dalam perkiraan sudah
waktunya untuk melahirkan.
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit menurun seperti Diabetes

35

Mellitus, Jantung, Asma, Hipertensi, Ginjal, PMS, HIV/AIDS,


TBC, keturunan kembar, riwayat operasi.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengkaji apakah saat ini pasien sedang
menderita penyakit Diabetes Mellitus, Jantung, Asma, Hipertensi,
Ginjal, PMS, HIV/AIDS , TBC dll.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga pasien ada yang
menderita penyakit Diabetes Melitus, Jantung, Asma, TBC, Ginjal,
PMS, HIV/AIDS, Keturunan kembar (Gemelli) dll.
5) Riwayat Perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien saat
menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama pasien
menikah dan berapa jumlah anaknya.
6) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
(1) Menarche yaitu untuk mengetahui pada usia berapa pasien haid
pertama kali
(2) Siklus yaitu untuk mengetahui siklus haidnya teratur atau tidak
(3) Lama yaitu untuk mengetahui haidnya berapa hari
(4) Banyak mentruasi yaitu untuk mengetahui pasien ganti
pembalut berapa kali

36

(5) Konsistensi yaitu untuk mengetahui konsistensinya cair atau


berupa gumpalan
(6) Warna yaitu untuk mengetahui warna darahnya merah segar
atau merah kecoklatan
(7) Bau yaitu untuk mengetahui bau darahnya amis atau tidak
(8) Dimenorea yaitu untuk mengetahui saat haid pasien mengalami
disminorea atau tidak
(9) Flour albus yaitu untuk mengetahui apakah pasien pernah
mengalami keputihan atau tidak
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali pasien hamil, berapa jumlah anak,
apakah pasien pernah mengalami keguguran, bagaimana cara
persalinan yang lalu, siapa penolong persalinan dan bagaimana
keadaan nifas yang lalu.
7) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil anak yang ke berapa (GPA)
b) HPHT untuk melihat usia kehamilannya lewat bulan yaitu usia
kehamilannya 42 minggu atau tidak
c) HPL untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya lewat bulan yaitu
usia kehamilannya lewat 42 minggu atau tidak
d) Berat badan sebelum dan berat badan sekarang
e) Periksa ANC untuk mengetahui periksa sebelumnya dimana dan
berapa kali

37

f) Apakah ada keluhan pada TM I, TMII, dan TM III


g) TT berapa kali ? kapan ? tanggal TT ITT 2, TT 3
h) Apakah obat-obatan yang pernah dikonsumsi berpengaruh pada
kehamilan serotinus atau tidak
i) Gerakan janin I (usia kehamilannya untuk multipara 18 minggu dan
untuk primigravida 22 minggu), gerakan janin sekarang (kuat /
lemah)
j) Kebiasaan ibu atau keluarga yang berpengaruh negatif terhadap
kehamilannya (merokok, narkoba, alkohol, minum jamu).
8) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alasan mengapa
ibu menggunakan alat kontrasepsi tersebut, dan mengapa ibu
menghentikan pemakaian alat kontrasepsi tersebut.
9) Pola Kebutuhan Sehari
a) Pola Nutrisi
Untuk mengetahui berapa kali ibu makan dalam sehari, dengan apa
saja ibu makan, serta berapa porsi ibu makan dalam sehari. Dikaji
juga berapa kali ibu minum dalam sehari serta apa saja yang ibu
minum.
b) Pola Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK,
bagaimana konsistensinya apakah lunak atau cair, dan apakah

38

terdapat masalah dalam pola eliminasi ibu. Hal ini dikaji untuk
mengetahui apakah terdapat gangguan saat BAB dan BAK.
c) Pola Aktivitas Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana aktivitas pasien selama hamil
mengganggu aktivitas pekerjaannya atau tidak.
d) Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa lama ibu beristirahat dalam sehari
apakah terdapat gangguan dalam pola istirahat ibu.
e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu mandi, menggosok gigi
dan mengganti pakaian dalam sehari, berapa kali ibu mencuci
rambut dalam seminggu
f) Pola Seksual
Dikaji untuk mengetahui saat hamil berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam seminggu. Ibu harus sering melakukan
hubungan seksual supaya untuk merangsang pada kehamilannya,
karena didalam sperma mengandung hormon prostaglandin yang
bisa bisa menyebabkan kontraksi.
10) Psikososial Spiritual
a) Tanggapan dan dukungan keluarga
Ditanyakan apakah pasien sudah dapat menerima kondisinya saat
ini dan bagaimana harapan pasien terhadap kondisinya sekarang,

39

hal ini dikaji agar memudahkan tenaga kesehatan dalam


memberikan dukungan secara psikologis kepada pasien.
b) Pengambil keputusan dalam keluarga
Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan pertama dan
kedua dalam keluarga ketika terjadi sesuatu kepada pasien.
c) Ketaatan beribadah
Dikaji untuk mengetahui bagaimana ketaatan pasien dalam
beribadah menurut kepercayaannya.
d) Lingkungan yang berpengaruh
Dikaji untuk mengetahui pasien tinggal dengan siapa, mempunyai
hewan peliharaan atau tidak, dan cara memasak dicuci dulu atau
tidak dan sampai matang atau tidak
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang mau tidur
saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur lagi), koma
(tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau
rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada).

40

c) Vital sign
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah yang dialami ibu selama
masa hamil apakah tekanan darahnya tinggi atau normal.
(2) Temperatur/ suhu
Untuk mengetahui suhu badan yang dialami ibu selama masa
hamil.
(3) Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit.
(4) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit.
d) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram. Berat
badan dikaji untuk memudahkan penghitungan dosis obat tertentu
yang harus diberikan berdasarkan berat badan ibu.
e) Tinggi badan
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter.
Untuk mengetahui apakah tinggi ibu kurang atau lebih dari 145 cm.
apabila kurang dari 145 cm maka termasuk resiko tinggi.
f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien, apakah masuk dalam
kekurangan energi kronik atau tidak yaitu lilanya < 23,5 cm.

41

2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau
tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau
tidak.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui kelopak mata pucat atau tidak, warna
sklera ikterik atau tidak.
d) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau
tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga
Untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.
f) Mulut
Untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis
atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau
tidak, pembesaran getah bening atau tidak, pembesaran kelenjar
vena jugularis atau tidak.

42

h) Ketiak
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran getah bening atau tidak.
i) Dada
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak.
j) Abdomen
Dikaji untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU) > 40 cm atau
tidak.
k) Genetalia
Dikaji untuk mengetahui ada pengeluaran lendir atau darah tidak,
adanya luka atau tidak, adanya varises atau tidak.
l) Ekstermitas atas
Untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau
tidak, sianosis atau tidak.
m) Ekstermitas bawah
Untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau
tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.
n) Anus
Untuk mengetahui apakah ada hemorhoid atu tidak.

43

3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
(1) Muka
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ada cloasma
gravidarum atau tidak, apakah terjadi oedem atau tidak.
(2) Payudara
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah payudara
simetris atau tidak, apakah ada retraksi payudara atau tidak,
apakah putting susu menonjol atau tenggelam.
(3) Abdomen
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ada bekas
operasi obstetrik atau tidak.
(4) Ekstermitas
Dilakukan pengamatan untuk mengetahui apakah ekstermitas
atas turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau
tidak dan ekstermitas bawah turgor baik atau tidak, sianosis
atau tidak, oedem atau tidak.
b) Palpasi
(1) Payudara
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada benjolan
abnormal atau tidak, apakah colostrum atau ASI sudah keluar
atau belum.

44

(2) Abdomen
(a) Leopold I

: Untuk memeriksa TFU > 40 cm atau tidak

dan memeriksa bagian apa janin yang ada di fundus uteri.


Apakah bulat, lunak dan tidak melenting kemungkinan
bokong janin.
(b) Leopold II : Untuk memeriksa bagian apa janin yang ada
di bagian perut kanan atau kiri ibu. Apakah bagian kanan
perut ibu teraba tahanan keras memanjang seperti papan
kemungkinan punggung. Dan apakah bagian kiri perut ibu
teraba bagian kecil-kecil janin kemungkinan ekstermitas
janin.
(c) Leopold III : Untuk memeriksa bagian apa janin yang ada
dibawah perut ibu. Apakah bulat, keras ada lentingan
kemungkinan kepala janin.
(d) Leopold IV : Untuk memastikan apakah kepala janin
sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul) ibu atau belum.
Dengan cara

apakah tangan

masih

bisa

bertemu

(konvergen) atau apakah tangan tidak bertemu (divergen)


(3) Auskultasi
Denyut Jantung Janin terdengar lebih jelas disekitar puntum
maksimum kuadran kiri bawah pusat. Denyut jantung janin
normalnya 120-160x/menit.

45

c.) Pemeriksaan penunjang


Dilakukan

pemeriksaan

USG

(untuk

memastikan

usia

kehamilannya, air ketubannya sedikit atau banyak dan adanya


pengapuran plasenta atau tidak), amnioskopi(air ketubannya keruh
atau tidak), sitologi vagina untuk mengetahui lendir serviksnya.
2. Langkah 2 : Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. G P A, Umur Tahun Usia Kehamilanminggu,
janin tunggal, hidup intra uteri, letak membujur, presentasi kepala,
PUKA atau PUKI, konvergen atau divergan dengan serotinus.
DS :
a) Ibu

mengatakan

khawatir

dengan

kehamilannya

karena

kehamilannya lewat bulan dan belum ada tanda-tanda untuk


melahirkan.
b) Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama
DO :
a) Keadaan umum ibu dan tanda vital sign (tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi).
b) Memeriksa Leopold untuk melihat TFU > 40 cm atau tidak dan DJJ
c) Memeriksa HPHT untuk mengetahui usia kehamilannya lewat
bulan atau tidak.

46

b. Masalah
Ibu merasa khawatir dengan kehamilannya karena kehamilannya
sudah lewat bulan tetapi belum juga ada tanda-tanda untuk
melahirkan.
c. Kebutuhan Segera
Kebutuhan pada ibu hamil dengan serotinus meliputi : Akhiri segera
kehamilan dengan pematangan servik dengan persalinan pervaginam
atau apabila terjadi gawat janin dilakukan persalinan section caesaria.
3. Langkah 3 : mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan serotinus yang dapat terjadi
adalah terjadinya gawat janin atau fetal distress.
4. Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn untuk kemajuan
persalinan.
5. Langkah 5 : perencanaan
Tanggal

Jam

a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan tentang


keadaan ibu dan janin.
b. Beritahu ibu untuk melakukan USG kembali untuk memastikan
kesejahteraan janin.
c. Pantau keadaan janin.

47

d. Berikan konseling tentang istirahat

yang cukup, tanda-tanda

persalinan, dan cara menghitung gerakan janin.


e. Beri support mental dan spiritual pada ibu.
f. Lakukan pengawasan 10
g. Kolaborasi dengan dokter obgyn.
6. Langkah 6 : Melaksanakan pelaksanaan
Tanggal

Jam

a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


tentang keadaan ibu dan janin baik atau tidak.
b. Memberitahu ibu untuk melakukan USG kembali untuk melihat
kesejahteraan janin meliputi air ketubannya sedikit atau banyak, ada
pengapuran plasenta atau tidak
c. Memantau keadaan janin meliputi gerakan janin, DJJ
d. Memberikan konseling tentang istirahat yang cukup, tanda-tanda
persalinan, dan cara menghitung gerakan janin.
e. Memberikan support mental dan spiritual pada ibu.
f. Melakukan pengawasan 10 meliputi KU, TTV (tekanan darah, suhu,
nadi, respirasi), kontraksi kuat atau lemah, DJJ regular atau ireguler,
PPV, Bandel ring, tanda gejala kala II (adanya dorongan untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva vagina
membuka).
g. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn.

48

7. Langkah 7 : Evaluasi
Tanggal

Jam

a. Ibu sudah mengetahui

tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan.
b. Ibu mau untuk melakukan USG kembali untuk melihat keadaan janin.
c. Ibu mengetahui bahwa keadaan janinnya baik.
d. Ibu sudah mengetahui semua penjelasan dokter
e. Agar ibu optimis dalam menghadapi masalah kehamilannya
f. Pengawasan 10 telah dilakukan.
g. Kolaborasi dokter obgyn telah dilakukan.

49

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan


Sesebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan
aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum
(mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
serotinus, landasan hukum yang digunakan yaitu :
Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

369/Menkes/SK/III/2007 tentang kewenangan bidan dalam asuhan dan


konseling selama kehamilan yang terkait dalam kasus ini adalah
1. Pengetahuan tambahan
Tanda dan gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam
kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual (IMS),
diabetes, kelainan jantung, postmatur / serotinus.
2. Ketrampilan tambahan
a. Menggunakan dopler untuk memantau DJJ
b. Memberikan pengobatan atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari
keadaan normal dengan menggunakan standar lokal dan sumber daya
yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai