Anda di halaman 1dari 9

INTELECTUAL PROPERTIES

HASIL KAJIAN ARSITEKTUR


ATAS USULAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PROYEK

TUNE HOTELS

Oleh:

Ir. Indro Sulistyanto, MT., IAI.


Tim Ahli Bidang Arsitektur

TIM AHLI BANGUNAN GEDUNG KOTA SURAKARTA


2012

PRAKATA
Tune Hotels direncanakan nantinya akan dibangun di sisi dalam
dari koridor-koridor utama Kota Surakarta (koridor Supomo). Namun
mengingat kedudukannya sebagai bangunan komersial dimungkinkan
memberi dampak publik, sehingga perlu dilakukan kajian terhadap tata
bangunan dan lingkungannya.
Kajian Arsitektural
Tune Hotels
bangun

atas usulan perencanaan dan perancangan

merupakan bagian dari upaya mewujudkan hasil rancang-

bangun-bangunan di Kota

Surakarta, sehingga

mendatang

mampu memberi makna baik bagi lingkungan, kawasan, maupun bagi


Kota Surakarta dengan mendasarkan setiap konsep arsitektur yang
diajukan sesuai dengan karakter bangun bangunan Kota Solo sebagai kota
yang mengedepankan konsep eco culture.
Konsep eco culture yang menjadi pertimbangan dalam setiap
perencanaan dan perancangan bangunan diharapkan menjadi inspirasi
desain, yang menghormati tatanan sosial dan budaya, untuk dapat
dijadikan landasan konsepsual perencanaan dan perancangan arsitektur
bangunan Tune Hotels, sehingga mampu berinteraksi secara kontekstual
dengan tata bangunan dan lingkungan di sekitarnya.
Kaidah perencanaan dan perancangan bangunan Tune Hotels,
harus

mampu

menjembatani

terwujudnya

bangun-bangunan

yang

nyaman, aman, serta memenuhi peran dan fungsinya sebagai bangunan


hotel, tidak mengabaikan karakter arsitektur lingkungan di sekitarnya,
dengan memenuhi semua regulasi tentang bangunan dan lingkungan
yang berlaku di Kota Surakarta
Hasil kajian arsitektur atas usulan perencanaan dan perancangan
Tune Hotels ini dibuat dan disampaikan untuk memenuhi kewajiban kami
sebagai anggota Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) Kota Surakarta
Bidang Arsitektur, sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 640.05/01-V/1/2012 tentang Tim Ahli Bangunan
Gedung Kota Surakarta Tahun 2012.

Surakarta, Januari 2012


Ir. Indro Sulistyanto, MT., IAI.

PENDAHULUAN
Tune Hotels direncanakan sebagai hotel budget yang diharapkan mampu menjadi
pendukung bagi kebutuhan menginap bagi Kota Surakarta dengan meningkatnya aktivitas
jasa dan perdagangan, serta konvensi. Kedudukannya yang berada di Koridor Supomo di
masa mendatang akan memiliki konstelasi strategis, karena konstelasinya dengan Paragon
di sisi utara, dan Koridor Slamet Riyadi di sisi selatan . Suatu posisi strategis dalam konteks
konstelasi bangun-bangunan yang ada di Kota Surakarta.
Letaknya pada Jl. Dr. Supomo (Koridor Supomo), maupun jalan lingkungan di sisi
utara, sehingga pada posisi yang mempunyai tiga muka ke arah jalan yang pergerakannya
sangat sibuk, perlu kajian arsitektural khusus berkaitan dengan perancangan aksesibiltas ke
dalam maupun ke luar dari tapak, termasuk dalam menentukan main entrance dan side
entrance. Perlu pula kajian khusus, sehingga kehadirannya tidak mengganggu dan mampu
berkomunikasi dengan SMK Muhammadiyah di samping utara-nya.
Tapak yang menempati tanah kosong yang relatif sempit untuk keperluan Hotel
dengan sarana dan prasarana yang lengkap, seluas 1.065 m2 sehingga memerlukan
pengolahan tapak dengan merencanakan ruang luar yang mampu menjadi sarana interaksi
bangunan Tune Hotels, baik untuk keperluan area pendukung, maupun terhadap bangunbangunan di sekitarnya.
Massa bangunan direncanakan dengan mengambil filosofi Budget Hotels, sehingga
meminimalisir beberapa sarana dan sarana bak yang ada di dalam bangunan maupun di
luar bangunan. Hal penting yang perlu menjadi pertimbangan adalah, bahwa beberapa
fasilitas parkir, pergerakan, dan penataan ruang hijau dapat memperoleh penanganan yang
kurang baik, sehingga arsitektur ruang luar/lansekap harus dapa diolah secara maksimal.
Akses utama (main entrance) bangunan dari arah Jalan Supomo dan jalan
lingkungan, dengan sistem satu arah untuk menghindari crossing keluar dengan sistem
drop-in, Sedang pintu samping (side entrance) dirancang dari Jalan Supomo.
Komposisi massa bangunan dirancang, sebagai berikut:

Bangunan dirancang sejumlah 10 lantai, tanpa basement.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 38% (407 m2), dari ketentuan 85% (905m2),
sesuai dengan Advice Planning, dan memenuhi persyaratan yang ditentukan

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sebesar 3.8 (4.079 m2), dari batasan 11.2, sesuai
dengan Advice Planning, dan memenuhi persyaratan yang ditentukan

Jumlah Ruang Tidur yang direncanakan sejumlah 162 kamar

Luas Lantai Bangunan 4.079 m2

Kapasitas Parkir, menampung 23 buah mobil, dengan rasio pakir 1 mobil untuk 7 kamar

Gambar 1
Lokasi Tune Hotelss yang Strategis di Koridor Supomo yang
Terkoneksi dengan Koridor Slamet Riyadi

Gambar 2
Gubahan Massa Kompak dan Masif, Penampilan
Minimalis, Perlu Didukung dengan Optimalisasi Konsep
Green and Culture sebagai Filosofi Tata Bangunan dan
Lingkungan Kota Surakarta

Gambar 3
Fasilitas Interior Kamar Tidur dan Lavatory
Mencerminkan Hotel Berbintang dengan
Instrumen yang Mewah

KAJIAN
ATAS RENCANA PEMBANGUNAN TUNE HOTELS
Dari sudut pandang arsitektural, rencana pembangunan Tune Hotels tersebut, jelas
diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap preseden tata bangunan dan
lingkungan di Kota Surakarta. Sebagai suatu karya, diharapkan desain Tune Hotels mampu
memberi inspirasi terhadap setiap proses ranccang bangun yang terjadi di Surakarta, baik
dalam kapsitas sebagai ikon pada bangunan tinggi, maupun bagi preseden pembangunan
tipe bangunan dengan fungsi jasa dan perdagangan (komersial) di sepanjang di sepanjang
Koridor Supomo, sebagai urat nadi koneksi dengan Jalan Slamet Riyadi maupun dengan
pusat pertumbuhan baru di Solo Paragon, khususnya rancang-bangun bangunan hotel.
Beberapa hasil kajian atas rencana pembangunan Tune Hotels tersebut, dari sisi
aspek arsitektural, sebagai berikut:
a.

Aspek Regulasi/Legal Formal:

Ketentuan-ketentuan

tentang

pemanfaatan

ruang,

telah

dipenuhi

sebagai

peruntukan untuk fungsi jasa/perdagangan sebagaimana tertuang dalam RTRW


Kota Surakarta

Ketentuan-ketentuan tentang KDB, KLB, Jumlah Lantai, Ketinggian Bangunan,


Sempadan Bangunan, Sempadan Pagar (bebas pagar) telah dipenuhi, namun perlu
kajian mendalam tentang penyediaan lahan untuk parkir, walaupun dengan alasan
pada hotel budget, jarang ada parkir menginap, karena hanya droping point saja.
Hal yang perlu menjadi pertimbangan, adalah bahwa belum ada upaya untuk
meminimalisir setiap ketentuan yang ada. Ada upaya untuk memaksimalkan setiap
ketentuan yang ada sehingga hampir tidak ada upaya untuk memberi kontribusi
yang lebih bagi lingkungan/kawasan/kota Surakarta.

Belum ada upaya maksimal untuk mencoba memanfaat ketentuan-ketentuan tidak


tertulis, berkaitan dengan tatanan sosial dan budaya yang menjadi bagian dari ciri
spesifik Kota Surakarta. Ada kecenderungan untuk mengutamakan brand image
Tune Hotels.

b.

Aspek Tata Ruang Kota/Kawasan:

Rancang bangun Tune Hotels akan memberi kontribusi bagi terbentuknya ruang kota
baru. Advice Planning yang telah diberikan mengatur terhadap setiap pertimbangan
perancangan bangunan Tune Hotels pada tapak. Rancang-bangun yang terjadi akan
memberi implikasi pada shiloutte maupun skyline baru pada bangun-bangunan yang
akan tumbuh dan berkembang pada berbagai sisi bangunan. Arsitek perancang Tune
Hotels, harus mempertimbangkan struktur dan pemanfaatan ruang kota di sekitarnya,
sehingga tercipta komunikasi yang baik dengan lingkungannya khususnya dengan SMK
Muhammadiyah dan hunian sekitarnya.
c.

Aspek Lingkungan:
Hasil rancang-bangun Tune Hotels diharapkan mampu memberi peningkatan kualitas
lingkungan sekitar, baik pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, maupun pasca
konstruksi. Perlu dicermati teknologi pembangunan basement yang menggunakan baja
tarik ke luar tapak, agar tidak menimbulkan konflik lingkungan dikemudian hari.
Lingkungan sekitar diharapkan memperoleh dampak positif baik dalam bentuk view,
kenikmatan, kenyamanan, maupun keamanan dengan rancang-bangun Tune Hotels.
Perlu cara pelaksanaan yang mampu meminimalisir dampak, mengingat dapat
terganggunya fasilitas publik, karena keterbatasan lahan, baik saat pra konstruksi,
terutama saat konstruksi, dan pasca konstruksi

d.

Aspek Pergerakan:
Desain arsitektural Tune Hotels tidak dapat dilepaskan pada upaya melakukan desain
pergerakan di dalam maupun di luar tapak, termasuk di dalamnya penentuan entrancenya.

Pergerakan di dalam tapak: perlu memaksimalkan agar ruang luar bangunan Tune
Hotels dapat digunakan sebagai sarana pergerakan manusia. Dari desain terlihat
hiruk-pikuk pergerakan kendaraan/mobil mengelilingi hampir seluruh bagian ruang
luar hotel, sehingga hampir tidk tersedia akses untuk pejalan kaki, karena ruang
luar dipenuhi dengan fasilitas parkir.

Pergerakan di luar tapak: perlu diatur sehingga akses keluar-masuk kendaraan


memiliki jarak aman dengan sudut simpang tiga Soepomo dan jalan linkungan,
minimal berjarak 25 meter. Perlu dipertimbangkan untuk didesain agar ada jalur
perlambatan, dan droping point. Penanda (lampu/rambu peringatan) perlu didesain
pada akses keluar maupun masuk Tune Hotels. Dalam kondisi seperti desain
arsitektural yang diajukan aspek pergerakan hampir dipastikan akan menyebabkan
terjadinya degradasi kelancaran pergerakan, baik di Jaan Supomo, maupun Jalan
Lingkungan.

e.

Aspek Tata Ruang Luar:

Ada kecenderungan KDB dimanfaatkan maksimal, sehingga ruang luar hanya sebatas
regulasi yang ditentukan. Akibatnya ruang luar justru dimaksimalkan sebagai
pendukung fungsional pergerakan. Perlu dipertimbangkan agar fungsi ruang luar dapat
dimaksimalkan sebagai lansekap dan sarana pergerakan pejalan kaki, dan sarana
interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Elemen-elemen lokal, seni dan budaya khas
Surakarta, diharapkan menjadi elemen penyusun lansekap dan pelapis luar bangunan.

Gambar 3
Perlu Memaksimalkan Desain Ruang Luar Tune Hotels, untuk Kepentingan
Lansekap dan Public Space, yang mmenuhi kualitas tata hijau, sehingga
Tercipta Komunikasi dengan Lingkungan Sekitar

f.

Aspek Tata Ruang Dalam:


Suasana ruang dalam, diharapkan memperoleh sentuhan seni dan budaya khas Kota
Surakarta, tanpa mengurangi nuansa desain ruang dalam, sebagai brand image yang
menjadi ciri khas Tune Hotels. Harus diciptakan agar ada kombinasi desain yang baik
antara ruang dalam dan ruang luar. Ruang dalam harus bisa memberi kontribusi bagi
terciptanya aura terpancar bagi ruang luar (dan lingkungannya), sedangkan ruang luar
diharapkan mampu memberi kesejukan, ketenangan, sealigus dinamika bagi ruang
dalam khususnya fasilitas-fasilitas publik di lantai bawah

g.

Aspek Terbangunnya Image:


Tune Hotels harus mampu membangun image-nya sebagai hotel di satu sisi maupun
kedudukan strategisnya untuk mampu berperan sebagai ikon pada gerbang masuk Kota
Surakarta. Keberhasilan dalam menerapkan filosofi green and cuture dalam desain
bangunan akan menjadi olok ukur terhadap kehadirannya dalam memberi inspirasi
desain pada bagian wilayah yang lain. Citra Kota Surakarta, sedikit banyak akan diawali
setiap pendatang yang akan memasuki Kota Surakarta dari arah barat, dengan

kehadiran Tune Hotels sebagai salah satu ikon baru di sisi barat kota. Nampaknya
sangat sulit memenuhi aspek ini, mengingat terbatasnya ruang luar, dan tuntutan brand
image, kecuali dengan sentuhan-sentuhan elemen bahan pelapis pada ruang-ruang
dalam.
h.

Aspek Presedence Architecture:


Hasil rancang bangun Tune Hotels, akan menjadi preseden bagi kegiatan rancangbangun lain di sepanjang koridor koridor Soepomo. Shilouette maupun skyline akan
berubah, apalagi apabila arsitektur preseden terbangun dengan mengacu kepada hasil
rancang-bangun Tune Hotels ataupun Mall dan Hotel Paragon di sisi utara. Itu artinya
banyak bangunan tinggi yang akan terbangun di sepanjang koridor-koridor tersebut.
Suatu kondisi yang harus diantisipasi atas seluruh aspek desain Tune Hotels, agar
tercipta harmonisasi desain sepanjang Koridor Supomo.

PENUTUP
Rancang-bangun Tune Hotels nampaknya tidak hanya sekedar upaya merancang
dan membangun sebuah hotel, namun ada harapan besar agar bangun-bangunan yang
nantinya hadir, dapat mengemban peran sebagai ikon baru pada gerbang Kota Surakarta di
sisi barat. Untuk itu Tune Hotels harus dirancang dengan mengedepankan filosofi yang
selama ini menjadi nafas setiap rancang-bangun dengan memaksimalkan desain dengan
pendekatan konsep green and culture, tanpa meninggalkan brand image yang akan
dikembangkan
Sebagai salah satu ikon baru di Koridor Supomo dengan adanya hotel budget,
diharapkan hasil rancang-bangun Tune Hotels mampu memberi teladan dengan
meminimalisir berbagai konflik pada keseluruhan tahapan pembangunan dari pra konstruksi,
konstruksi, dan pasca konstruksi, dengan menaati semua regulasi yang ada dalam proses
perancangan dan pembangunan, apalagi dengan konsep minimalisasi aspek-aspek
arsitektural baik penampilan, gubahan massa, desain ruang dalam, maupun desain ruang
luarnya.

Gambar
Ruang Luar Tune Hotels yang Sangat Terbatas untuk diolah
menjadi ramah lingkungan dan hijau, Penampilan yang
Minimalis, serta Perlunya Kawalan terhadap Degradasi Kulaitas
Lingkungan maupun Konflik Pergerakan

Anda mungkin juga menyukai