Anda di halaman 1dari 36

8

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi

adalah

factor

penyebab

utama

kematian

yang

memperberat infark miokard (serangan jantung). Kondisi tersebut


merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hipertensi
merupakan

gangguan

asimptomatik

yang

sering

terjadi

dengan

peningkatan tekanan darah secra persistem. Diagnosa hipertensi pada


orang dewasa dibuat saat bacaan diastolik rata-rata dua atau lebih,paling
sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila
tekanan darah multiple sistolik rata-rata pada dua atau lebih kunjungan
berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg. (muttaqin,2009).
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan
sistoliknya di atas 140mmHg dan teknan diastolic di atas 90 mmHg
(smelz&bare, 2002). Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan darah distolik 90mmHg.
(suddrath and brunner,2001).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembulu darah arteri secara terus-menerus
lebih dari suatu periode. Menurut word healt organitazion(WHO), batasan
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,
sedangkan tekanan darah > 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
(Udjianti, 2010 ).

2. Klasifikasi hipertensi

TABEL 2.1
Klasifikasi Hipertensi Pada Klien Berusia > 18 tahun Oleh The Joint
National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (1988).
N
o

Batas tekana darah

Katagori

Diastolik
<85 mmHg

Tekan darah normal

2
3

85-89 mmHg
90-104 mmHg

Hipertensi normal tinggi


Hipertensi ringan

105-114 mmHg

Hipertensi sedang

>115 mmHg

Hipertensi sedang

Sistolik, saat diastolik < 90 mmHg


1

<140 mmHg

Tekanan darah normal

140-150 mmHg

>160

Garis batas hipertensi sistolik


terisolasi
Hipertensi sistolik terisolasi

TABEL 2.2
Klasifikasi hipertensi berdasarkan level tekanan darah.

Katagori

Tekanan darah sistolik dan


diastolik blood pressure (SBP dan
DBP)

Normotensi
Hipertensi ringan
Subgroup : garis batas
Subgroup : garis batas
Hipertensi sedang dan
berat
Hipertensi terisolasi
(Udjianti, 2010)

3. Etiologi Hipertensi

< 140 SBP dan < 90 DBP


140 180 SBP atau 90 105 DBP
140 160 SBP atau 90 105 DBP
140 160 SBP atau < 90 DBP
>180 SBP atau >105 DBP
>140 SBP dan < 90DBP

10

hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume


sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah
satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan
hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat
rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan
kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai
keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR,
sehingga tidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam
yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun
penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume
sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik.
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan Total Periperial Resistence jantung harus memompa secara
lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal
ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload
berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi
(membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin
meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih
keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat

11

otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
(muttaqin,2009).
4. Anatomi dan Fisiologi Sistem Jantung
jantung adalah sebuah organ berotot dengn empat ruang yang
terletak dalam rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke
sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang
berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding
tebal disebut ventrikel (bilik).
Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan
yang disebut perikardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium
kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan , sisi kiri dan kanan jantung
di pisahkan oleh sebuah dinding jaringan yang disebut septum.
Jantung memiliki tiga aktivitas secara fisiologis, secara aktivitas
tersebut terjadi pada tempat yang berbeda di jantung yang meliputi bagian
bagian berikut ini:
a) Secara ritmisitas
Yang memberikan aktivitas jantung dan memberikan respon terhadap
konduksi impuls jantung.
b) Secara konduktivitas
Konduktivtas listrik jantung menjalar pada area jantung dan
memberikan pacemaker pada sel sel ventrikel.
c) Secara kontraktilitas
Sebagai pompa yang merupakan bagian terpenting dari fungsi jantung.

Sistem transportasi pada sistem kardiovaskuler meliputi


pembuluh darah komponen ini terdiri dari :
1) Arteri
Berfungsi untuk transportsi darah dengan tekanan yang tinggi
ke jaringan.
2) Arteriol
Cabang yang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai
pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
3) Kapiler

12

Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara


darah dan ruang interstitial.
4) Venula
Berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap
bergabung ke dalam vena yang lebih besar.
5) Vena
Berfungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari jaringan
untuk kembali ke jantung.
Selain itu jantung memilki fungsi sebagai transportasi oksigen,
nutrisi, hormon, dan sisa buangan hasil metabolisme, sebagai transportasi
dan distribusi panas tubuh dan sebagai pemeliharaan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Pengaturan curah jantung bergantung ada hasil kali denyut jantung
(heart rate) dan volume sekuncup (stoke volume). Peningkatan curah
jantung dapat terjadi karena adanya penigkatan denyut jantung dan atau
volume sekuncup. Ada empat refleks utama yang menjadi media sistem
saraf otonom untuk meregulasi denyut jantung.

a) Refleks baroreseptor
Refleks paling utama dalam menentukan kontrol regulasi dari denyut
jantung dan tekanan darah.
b) Refleks kemoreseptor
Refleks ini dipengaruhi oleh respon dari beberapa elemen berikut
1) Perubahan tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2)
2) Perubahan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2)
3) Perubahan konsentrasi serum ion hidrogen (PH)
Respon jantung terhadap stimulus kemoreseptor dapat dibagi
menjadi mekanisme refleks primer yang berhubungan dengan
terjadinya bradikardi, dan yang kedua refleks sekunder dengan
peningkatan kerja pernafasan dan juga peningkatan denyut jantung.
c) Refleks bainbrige

13

Untuk meningkatkan denyut jantung akibat respons dari


peningkatan venous return.
d) Refleks pernafasan
Nervus vagus terlibat dengan refleks ini. Selama inspirasi, tekanan
dalam dada menurun. Hal ini disebabkan oleh aliran balik dari vena
besar yang berada disamping kanan jantung, tiga kation jantung
penting seperti kalium, natrium, dan kalsium memounyai efek
terhadap kontraksi otot jantung.
Faktor yang meregulasi (mengatur) tekanan darah bekerja untuk
periode jangka pendek dan jangka panjang. Regulasi jangka pendek
diatur oleh sistem persarafan yang mempunyai tujuan

untuk

mempengaruhi distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan


kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik dan peranan pusat
vasomotor. Sedangkan regulasi jangka panjang lebih banyak
ditentukan oleh regulasi ginjal.
Didalam

otot

jantung

terdapat

jaringan

khusus

yang

menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifatsifat


yang khusus yaitu :
1) Otomatisasi
Kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2) Irama
Pembentukkan impuls yang teratur.
3) Daya konduksi
Kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4) Daya rangsangan
Kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan .
Berdasarkan sifat tersebut maka secar spontan dan teratur
jantung akan menghasilkan impulsimpuls yang disalurkan
melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung dan bisa
menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai dari
nodus

SA,

nodus

AV

sampai

ke

serabut

purkinye.

(muttaqin,2009).
5. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sisitem saraf yang
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

14

mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Curah jantung


ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer
ditentukan oleh diameter arteriol.

Gambar 2.1
Fisiologi kardiovaskuler

(mia
mi,2006)
Kontrol refleks baroresptor reaksi cepat terhadap perubahan tekanan
darah, A. Respon pada saat tekanan darah meningkat, B. Respon pada
saat tekanan darah menurun.
Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor
pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan ke impuls
saraf simpatis di medula oblongata. Impuls tersebut akan menghambat
stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat, maka
ujungujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respon

15

terhadap penghambat pusat simpatis, dengan respon terjadinya pusat


akselerasi gerak jantung dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi
pusat penghambat penggerak jantung yang bermanifestasi pada
penurunan curah jantung. Hal ini dari pengaruh dari stimulasi pengaruh
baroreseptor

adalah

dihambatnya

vasomotor

sehingga

terjadi

vasodilatasi.
(Muttaqin, 2009).

PATHWAYS HIPERTENSI
Umur, Jeniskelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Otak

Resistensi
pembuluh.darah
diotak

Ginjal

Retina

Suplai O2otak
Kesadaran

Tekanan.pembul
uhdarah di otak

Vasokonstriksi
pembuluh.darah
ginjal

Spasmus

Blood flow

Diploama

Pembuluh
darah

arteriole

Resiko injuri
Sistemik

Nyerikepala

Gx. rasa
nyaman ;
nyeri

CVA

Respon KAA

Koroner
jantung

Resiko injuri
Vasokontriksi

Vasokonstrik
si

afterload

Rangsangan
ldosteron
COP
Retensi Na

Oedema

Intoleransiaktiv
itas

Nyeri
dada

16

Gangguan.Keseimbangan
cairan

(Rico naza putra, 2010).

6. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadangkadang merupakan satu
satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung,
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunangkunang, dan pusing.
(Mansjoer, 1999).
7. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat menderita tekanan darah
tinggi dalam jangka waktu yang lama, antara lain :
a) Stroke
Merupakan penyakit kardiovaskuler yang sangat berbahaya serta
mematikan yang disebabkan oleh munculnya pendarahan diotak yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah kemudian dapat juga
disebabkan oleh thrombosis, serta emboli yaitu adanya benda asing
yang terbawa aliran darah di dalam pembuluh darah serta bisa
menyumbat bagian distal pembuluh. Gejala stroke dapat di amati
mulai dari pusing, sulit berbicara, tidak bisa melihat, pingsan, sampai
gejala yang fatal seperi kelumpuhan dan kematian.
b) Serangan jantung dan gagal jantung
Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang
diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka
waktu yang lama. Arteri koroner ini merupakan pembuluh darah yang
mengairkan darah yang kaya oksigen ke jantung. Oleh karena itu,

17

ketika terjadi serangan jantung kadang kadang diikuti dengan


kematian. Serangan jantung juga dapat mengakibatkan kerusakan
bagian otot jantung akibat pasokan darah mendadak berkurang pada
bagian otot jantung.

c) Kerusakan ginjal
Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan ginjal merupakan
organ yang mengendalikan tekanan darah manusia. Pengendalian
tekanan darah ini dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu jika
tekanan

darah

meningkat

maka

ginjal

akan

semakin

aktif

mengeluarkan garam dan air sehingga volume darah berkurang serta


mengembalikan tekanan darah menuju normal. Kondisi berbeda jika
tekanan darah menurun, ketika hal itu terjadi maka ginjal akan
mengurangi pengluaran garam dan air keluar tubuh, hal ini
mengakibatkan tekanan darah kembali menjadi normal. Penyakit
yang berhubungan dengan ginjal adalah urolithiasis, pyelonephritis,
glomerulonephritis, gagal ginjal. (Ridwan. 2009).
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium
1) Hitung darah lengkap

meliputi

pemeriksaan

hemoglobin,

hematokrit, untuk menilai viskositas dan indikator faktor resiko


seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) Kimia darah
(a).BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurununan
perfusi atau faal renal
(b).Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes melitus adalah
presipitator
katekolamin.

hipertensi)

akiabat

dari

peningkatan

kadar

18

(c).Kadar

kolesterol

atau

trigliserida

: peningkatan

kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

(d). Kadar serum aldosteron : menilai aldosteron primer


(e). Studi tiroid T3 dan T4 : menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
(f). Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko
hipertensi.
3) Elektrolit
(a).Serum potasium dan kalium (hipokalemi mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapetik).
(b). Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4) Urine
(a).Analisis urin adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
(b).Urine VMA (catecholamine metabolite) peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochroacytoma.
(c).Steroid

urine

peningkatan

kadar

mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,


sindrome cushing, kadar renin juga meningkat.
5) Radiologi
(a).Intra venous pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign
prostate hyperplasia (BPH).
(b).Rongent toraks : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain,
gangguan konduksi atau disritmia.
6) EKG
Menilai hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
disritmia.
(Udjianti,2010).

19

9. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapain dan pemeliharanpa obat dan tekanan darah di bawah 140/90
mmHg,prinsip tekanan darah meliputi:
a) Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapai tanpa obat :
1) Diet
Diet yang di anjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
(a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5gr/hr.
(b). Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
(c). Penurunan berat badan
(d). Penurunan asupan etanol
(e). Menghentikan merokok
(f). Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang di
anjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
(a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenag dan lainlain.
(b). Intensitas olah raga yang baik antara 6080 % dari kapasitas
aeropik atau 7287 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan
dengan rumus 220umur

20

(c). Lamanya latihan berkisar antara 2025 menit berada dalam


zona latihan
(d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu.
3) Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
(a). Tehnik biofeadback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukan pada subyek tandatanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek di anggap tidak normal.
(b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau theknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otototot
dalam tubuh menjadi rileks.
b) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujan pendidikan kesehatan

yaitu

untuk

meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya


sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
1) Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat

hipertensi

agar

penderita

dapat

bertambah

kuat.

Pengobatan meliputi :
a) Step 1 obat pilihan pertama :
(1). diuretika, beta blocker, ca antagonis, ace inhibitor.
b) Step 2: alternatif yang bisa diberikan
(1). Dosis obat pertama dinaikan.
(2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.
(3).Ditambah obat ke2 jenis lain, dapat berupa diuretik, beta
blocker, ca antagonis, alpa blcoker, clonidin, reserphin,
vasodilator.
c) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

21

(1). Obat ke2 diganti.


(2). Ditambah obat ke3 dan ke-4.
(3). Step 4: alternatif pemberian obatnya.
(4). Reevaluasi dan konsultan.
c) Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas.
(Padila,2013).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses Keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

22

berbagai sumber data untuk meng evaluasi dan mengidentifikasi


status kesehatan klien, (Setiadi, 2012).
Pengkajian Keperawatan merupakan suatu tahap penting
dari proses pemberian asuhan keperawatan yang sesuai kebutuhan
individu. Oleh karena itu, pengkajian yang akurat, lengkap sesuai
kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah
selanjutnya dalam memberikan asuhan Keperawatan sesuai respon
individu (Muttaqin 2012).
Adapun komponen komponen dalam pengkajian yaitu :
a) Pengumpulan data
1) Data subjektif
Yaitu data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap penyakitnya, situasi dan kejadian. Data
ini didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi
klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya.
(Setiadi, 2012).
2) Data objektif
Yaitu data yang didapatkan dari hasil observasi dan
pengukuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
(Setiadi, 2012).
(a). Identitas klien
Biodata klien mencakup nama, jenis kelamin, agama
suku/bangsa, bahasa pekerjaan,pendidikan,
status,alamat tanggal atau jam masuk rumah sakit,
nomot registrasi, diagnosa medis, tanggal pengkajian.
(Rohmah, 2010).
(b). Identitas penanggung jawab
Biodata penanggung jawab meliputi nama , umur, jenis,
kelamin, agama, hubungan dengan klien dan alamat.
(Rohmah, 2010).
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit.
Untuk pembelajaran, sering kali mahasiswa pada saaat
awal melakukan pengkajian tidak bersamaan dengan saat
klien masuk rumah sakit (pengkajian dilakukan setelah

23

beberapa hari klien masuk rumah sakit), maka keluhan


utama di isi dengan keluhan yang dirasakan saat
mahasiswa melakukan pengkajian.
(Rohmana, 2010).
2) Keluhan utama saat dikaji
Keluhan utama yang paling dikeluhkan oleh klien
pada saat pengkajian.
(Rohmana, 2010).
P : provokatuspaliatif
Apa penyebab gejala, apa yang bisa memperberat, apa
yang bisa mengurangi.
Q : QualityQuantity
Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan.
R : RegionRadiasi
Di mana gejala dirasakan, apa penyebab.

S : ScalaSeverity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala
berapa.
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala di
rasakan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masamasa dahulu
seperti

memiliki

riwayat

hipertensi,

serta

riwayat

pengobatan.(Muttaqin, 2012).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien dengan hipertensi perlu dikaji tentang riwayat
keluarga dan penyakit keturunan lainya.
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kesehatan pada gangguan hipertensi meliputi
pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil
observasi keadaan umum, pemeriksaan tandatanda vital.(Muttaqin,
2012).
1) Keadaan Umum

24

Kaji tingkat kesadaran (GCS), Mengkaji tanda-tanda vital.


(a). Sistem Pernafasan
Mengkaji semua yang berhubungan dengan pernafasan,
adanya sesak nafas, pola bernafas, bentuk hidung dan
respirasi.
(b). Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian sistem kardiovaskuler pada klien dengan
hipertensi perlu diperhatikan capillary refill time (CRT)
Tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, curah
jantung

berkurang

dan.pembuluh

darah

serta

elastisitas

berkurang.

jantung

Terdengar

bunyi

jantung IV (S4) dan bising sitolik, tekana darah


meiningkat di akibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer.
(c). Sistem pencernaan
Bentuk bibir, ketidak mampuan menelan, mengunyah,
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
(d). Sistem saraf
Pengkajian dilakukan pada 12 nervus kranialis.
(e). Sistem perkemihan
Kaji perubahn sistem perkemihan dan keluhan saat bak.
(f). Sistem integumen
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem,
distribusi.
(g). Sistem endokrin
Pemeriksaan pada kelenjar getah bening dan kelenjar
tiroid untuk memastikan tidak terjadi pembesaran.
(h). Sistem muskuluskeletal
Kaji kekuatan ganguan tonus otot, pada klien hipertensi
didapat klien merasa kesulitan untuk melakukan
aktivitas karena kelemahan.

25

(1). Sekala nyeri (patasik, 2013)


Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan
skala. Termasuk disini skala numerik nyeri,
visualanalog scale yang berupa garis lurus , dan
skala

wajah.

Skala

dipergunakan

untuk

mendeskripsikan intesitas/beratnya nyeri.

(a). Skala numerik nyeri


Skala ini sudah biasa dipergunakan dan
telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit
atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.
Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah
ini , dikenal juga sebagai Visual Analog
Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan
tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh
(10) , suatu nyeri yang sangat hebat.
Skala Numerik Nyeri

Keterangan :
0

: tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan


4-6 : nyeri sedang

26

7.9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol


10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
(b). Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan
garis

lurus,

tanpa

angka.

Bisa

bebas

mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju


tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan,
dengan tengah kira-kira yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)
Tidakada
Sangat
___________________________________________
rasa nyeri
Nyeri

(c). Skala nyeri


Skala nyeri enam wajah dengan
ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan
untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala
ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3
(tiga) tahun.

(patasik, 2013)
(a). Sistem Pendengaran
Kaji kemampuan pendengaran dan
bentuk telinga.
(b). Sistem Penglihatan
Kaji fungsi penglihatan dan bentuk
mata.
d) Pola aktivitas seharihari
1) Nutrisi

27

Diisi dengan kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan


nutrisi sebelum sakit sampai dengan saat sakit yang
meliputi: jenis makan, minuman yang dikonsumsi, frkuensi
makanan, porsi makan yang dihabiskan, makan pantangan
dan keluhan. (Rohmah, 2010).
2) Eliminasi
Diisi dengan eliminasi alvi (buang air besar) dan eliminasi
uri (buang air besar). Menggambarkan keadaan eliminasi
klien sebelum masuk rumah sakit saat ini, yang meliputi:
frekuensi, konsistensi,warna, keluhan dan lain lain, total
produksi urin, perasaaan setelah BAK. (Rohmah, 2010).
3) Pola istirahat tidur
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur klien
sejak sebelum sakit sampai saat sakit saat ini, meliputi :
jumlah jam tidur siang dan malam, perasaan klien sewaktu
bangun tidur, dan kesuliatan atau adanya masalah tidur:
sulit tidur lama, tidak bugar saat bangun, terbangun dini,
tidak bisa melanjutkan tidur. (Rohmah, 2010).
4) Personal hygine
Diisi dengan perawatan diri seperti mandi, gosok
gigi,keramas, potong kuku. (Rohmah, 2010).
5) Aktivitas
Diisi dengan aktivitas rutin yang di lakukan oleh klien oleh
klien sebelum sakit saat sakit dari bangun tidur sampai
tidur kembali, termasuk pengguanaan waktu senggang.
(Rohmah, 2010)
e) Data psikologi (Rohmana,2010).
1) Status emosi
Emosional merupakan faktor instrinsik pencentus serangan
hipertensi.
2) Pola koping
Mekanisme koping yang digunakan oleh klien ketika
menghadapi masalah, konflik, dan stress kecemasan.
3) Gaya komunikasi
Kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan mengerti
pembicaraan) status mental dan orientasi, kemampuan

28

pengendreraan, yang meliputi: penglihatan, pendengaran,


penciuman, perabaan, dan pengecapan.
f) Konsep diri (Rohmana,2010).
1) Gambaran diri
Sikap seseorang terhadap emosi secara sadar dan tidak
sadar.
2) Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standar,tujuan atau personal tertentu.
3) Harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi idal diri.
4) Peran
Peran dan perilaku, nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisi di masyarakat.
g) Data spritual
Kedekatan klien pada suatu keyakinan di dunia dipercayai
dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien.keyakinan terhadap
Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode
penanggulangan stress yang konstruktif. (Muttaqin,2012).
h) Data sosial
Hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat, pada
umumnya, perawat, dan tim kesehatan yang laian, termasuk
juga

pola

komunikasi

yang

digunakan

klien

dalam

berhubungan dengan orang lain. (Rohmana,2010).


i) Data Penunjang
1) Tes darah : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN atau kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi
atau fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal danada DM.
5) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

29

6) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,


peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).
3) Diagnosa (Doenges, 2000).
Menurut Doenges (2000), diagnosa yang keperawatan yang muncul
klien dengan gangguan kardiovaskuler :
a) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Ganguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
d) Perubahan nutris berhubungan dengan kebutuhan metabolik.
e) Koping individu, inefektif berhubungan dengan harapan yang
tidak terpenuhi, persepsi tidak realistis.
f) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya berhubungan
dengan kurang informasi.

4) Intervensi (Perencanaan)
Intervensi (perencanaan)

adalah

bagian

darai

proses

keperawatan yang meliputi perawatan, menetapkan pemecahan


masalah

dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi

masalah pasien.

30

a) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria hasil :
(1). Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah atau keraj jantung.
(2). Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
tepat diterima.
(3). Memperliahtkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang pasien normal.

Tabel 2.3
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembulu darah
N
o
1.

Diagnosa
Resiko tinggi
penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan
vasokontriksi
pembulu darah.

Intervensi

Rasional

Pantau tekanan darah,


ukuran pada kedua
tangan/paha untuk
evaluasi awal.gunakan
ukuran manset yang
tepat dan tehnik yang
akurat.

Perbandingan dari tekanan


meberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah
vaskuler.

Catat keberadaan,
kualitas denyutan
sentral dan perifer.

Denyutan karotis,jugularis,
radialis dan femoralis
memungkinkan

31

teramati/terpalpasi. Denyut
pada tungkai mungkin
mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan
kongestivena.
Auskultasi tonus
jantung dan bunyi
jantung

Amati warna kulit,


kelembapan, suhu,
dan masa pengisian
kapiler.
Catat edema umum
tertentu.

S4 umum terdengar pada


pasien hipertensi berat
karena adanya hipertrofi
atrium. Perkembangan S3
menunjukan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan
fungsi.
Adanya pucat, dingin, kulit
lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan
vasokontriksi atau
mencerminkan
dekompensasi atau
penurunan curah jantung.
Dapat mengidentifikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler

32

Pertahankan pembatasan
aktivitas, seperti istirahat
ditempat tidur, jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan, bantuan
pasien melakukan
aktivitas, perawatan diri
sesuai kebutuhan.
Anjurkan tehnik
relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas
pengalihan.
Pantau respon terhadap
obat untuk mengontrol
tekanan darah

Menerunkan stres dan


ketegangan yang
mempengaruhi tekanan
darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.

Mengurangi ketidak
nyamanan dan dapat
menurunkan rangsangan
simpatis.
Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stres,
membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan
tekanan darh respon
terhadap terapi obat.

Berikan obat-obat sesuai


indikasi, contoh misal:
klorotiazid.

Untuk menurunkan tekanan


darah pada pasien dengan
fungsi ginjal yang relatif
normal.

Pantau respon terhadap


obat untuk mengontrol
tekanan darah

Antihipertensi efektif,
khususnya pada pasien
yang resisten atau
mengalami kerusakan
ginjal.

Berikan obat-obat sesuai


indikasi, contoh misal:
klorotiazid.

Dapat diberikan dalam


kombinasi dengan diuretik
untuk meminimalkan
kehilangan kalium

33

b) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
(1).Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan

atau

diperlukan.
(2).Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur.
(3).Menunjukkan penurunan dalam tandatanda intoleransi
fisiologi.
Tabel 2.4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan okigen.
No
2.

Diagnosa
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum, ketidak
seimbangan
antara suplai
dan kebutuhan
oksigen.

Intervensi
Kaji respon pasien
terhadap aktivitas,
perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20x/menit diatas
frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan
darah yang nyata selama
atau sesudah aktivitas,
dispnea atau nyeri dada,
keletihan, dan kelemahan
yang berlebihan.

Rasional
menyebutkan parameter
membantu dalam
mengkaji respon fisiologi
terhadap stres aktivitas
dan bila merupakan
indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.

Intruksikan pasien tentang


tehnik penghemat energi,
misalnya, menggunakan
kursi saat mandi, duduk
saat menyisir rambut, dan
meenyikat gigi.

Tehnik menghemat energi


mengurang penggunaan
energi, juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.

Berikan dorongan untuk


melakukan aktivitas atau
perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi

Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan-peningkatan
kerja jantung tiba-tiba.

34

c) Ganguan rasa nyaman nyeri: sakit kepala berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler.
Kriteria hasil
:
(1).Melaporkan nyeri, ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
(2).Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
(3).Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Tabel 2.5
Ganggua rasa nyaman nyeri: sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler
No
3

Diagnosa
Gangguan rasa
nyaman nyeri:
sakit kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vaskuler

Intervensi
Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
berikan tindakan
farmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala
misalnya kompres dingin
pada dahi, pijat punggung
dan leher.

Rasional
Meminimalkan stimulasi
atau meningkatkan
relaksasi tindakan yang
menurunkan tekanan
vaskuler serebal dan yang
memperlambat respons
simpatis, efktif dalam
menghilangkan sakit
kepala dan komplikasi.

Meminimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalkan mengejan saat
BAB, batuk panjang,
membungkuk.

Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler

Bantu pasien dalam


ambulasi sesuai kebutuhan.

Pusing dan kabur sering


berhubungan dengan sakit
kepala, pasien, juga dapat
mengalami episode
hipotensi postura.

35

d) Perubahan nutris berhubungan dengan kebutuhan metabolik.


Kriteria hasil:
(1).Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
(2)Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat
badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan
optimal.
(3).Melakukan atau mempertahankan program olah raga yang
tepat secara individual.
Tabel 2.6
Perubahan nutrisi berhubungan dengan kebutuhan metabolik
No
4.

Diagnosa
Perubahan
nutrisi
berhubungan
dengan
kebutuhan
metabolik.

Intervensi
Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan
langsung antara
hipertensi dan
kegemukan.

Rasional
Kegemukan adalah resiko
tambahan pada tekanan
darah tinggi karena,
disproporsi antara kepastian
aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh.

Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan
kalori dan batasi
masukan lemak, garam,
dan gula sesuai indikasi.

Kesalahn kebiasaan
makanan menunjang
terjadinya arterosklerosis
dan kegemukan, yang
merupakan prediposisi
untuk hipertensi dan
komplikasinya misalnya
stroek, penyakit ginjal dan
gagal jantung.

Tetapkan keinginan
pasien untuk
menurunkan berat badan.

Motivasi untuk menurunkan


berat badan adalah internal.
Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat
badan.

36

Tetapkan rencan berat badan Penurunan masukan kalori


yang realistik dengan
seseorang sebanyak 500
pasien.
kalori per hari secara teori
dapat menurunkan berat
badan 0,5 kg/minggu.
Dorongan pasien untuk
mempertahankan masukan
makanan harian termasuk
kapan dan diman makan
dilakukan dan lingkungan
dan perasaan sekitar saat
makan dimakan.

Memberikan data dasar


tentang keadekuatan
nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan.

Instruksikan dan bantu


memilih makanan yang
tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak
tinggi dan kolesterol.

Menghindarkan makanan
tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan
aterogenesis.

Rujuk ke ahli gizi sesuai


indikasi

Memberikan konseling
dan bantu dengan
memenuhi kebutuhan diet
individu.

e) Koping individu berhubungan dengan harapan yang tidak


terpenuhi, persepsi tidak realistis.
Kriteria hasil:
(1).Mengidentifikasi
perilaku
konsekuensinya.

koping

efektif

dan

37

(2).Menyatakan kesadaran kemampuan koping atau kekuatan


pribadi.
(3).Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil
langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
Tabel 2.7
Koping individu berhubungan dengan harapan yang tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistis.
N
o
5.

Diagnosa
Koping individu,
inefektif
berhubungan
dengan harapan
yang tidak
terpenuhi,
persepsi tidak
realitis.

Intervensi
Kaji keefektifaan strategi
koping dengan
menobservasi perilaku.

Catat gangguan tidur,


peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi,
peka rangsangan,
penurunan toleransi sakit
kepala, ketidak mampuan
untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasikan
stresor spesifik dan
kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
Libatkan pasien dalam
perencanaan perawatan
dan beri dorongan
partisipasi maksimun
dalam rencana

Rasional
Mekanisme adaptif perlu
untuk mengubah pola
hidup seseorang,
mengatasi hipertensi
kronik, dan
mengintegrasikan terapi
yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
Manifestasi mekanisme
koping maladatif
mungkin merupakan
indikator marah yang
ditekan dan diketahui
telah menjadi penentu
utama tekanan darah
diastolik.

Pengenalan terhadap
stresor adalah langkah
pertama dalam mengubah
respons seseorang
terhadap stresor.
Keterlibatan memberikan
pasien perasaan kontrol
diri yang berkelanjutan,

38

pengobatan.

Dorongan pasien untuk


mengevaluasi prioritas
atau tujuan hidup.

memperbaiki
keterampilan koping, dan
dapat meningkatan kerja
sama.
Fokus perhatikan pasien
pada realistis situasi yang
ada realiftif terhadap
pandangan pasien tentang
apa yang diinginkan.

f) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya berhubungan


dengan kurang informasi.
Kriteria hasil
:
(1).Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan .
(2).Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan.
(3).Memeperhatikan tekanan darah dalam parameter normal.
Tabel 2.8
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurang informasi.
N
o
6.

Diagnosa
Kurang
pengetahuan
tentang kondisi

Intervensi

Rasional

Kaji kesiapen klien dan


hambatan dalam atau
belajar temasuk orang
terdekat.

Kesalahan konsep dan


menyangkal diagnosis
karena perasaan sejahtera
yang sudah lama
dinikamati mempengaruhi
minat pasien atau orang
terdekat untuk
mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis.

Tetapkan dan batas


tekanan darah normal.
Jelaskan tentang

Memberikan dasar untuk


pemahaman tentang
peningkatan tekanan

penyakitnya
berhubungan
dengan kurang
informasi.

39

hipertensi dan efeknya


pada jantung, pembulu
darah, ginjal, dan otak.

darah dan mengklarifikasi


istilah medis yang sering
digunakan.

tekanan tekanan darah


dan gunakan istilah
terkontrol saat
menggambarkan tekanan
darah pasien dalam batas
yang diinginkan.

Karena pengobatan untuk


hipertensi penyampaian
ide terkontrol akan
membantu pasien untuk
memahami kebutuhan
untuk melajutkan
pengobata.

40

Bantu pasien dalam


mgidentifikasikan faktorfaktor resiko
kardiovaskuler yang
dapat diubah.

Faktor-faktor resiko ini


telah menunjukan hubungan
dalam menujukan hubungan
dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskuler
serta ginjal.

Bahas pentingnya
menghentikan merokok
dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk
menghentikan merokok.

Nikotin meningkatan
pelepasan ketokolamin
mengakibat peningkatan
frekuensi jantung, tekanan
darah dan vasokontriksi
mengurangi oksigenasi
jaringan dan meningkatkan
beban kerja miokardium.

Beri pengetahuan
pentingnya kerja sama
dalam regimen
pengobatan dan
mempertahankan
perjanjian tindak lanjut.

Kurang kerjasama adalah


alasa umum kegagalan
terapi antihiprtensi.oleh
karenanya, evaluasi yang
bekerlanjutan untuk
kepatuhan pasien adalah
pentingnya untuk
keberhasilan pengobatan.

Jelaska tentang obat yang


diresapkan bersamaan
dengan rasional ,dosis,
efek samping yang
diperkirakan serta efek
yang merugikan.

Informasi yang adekuat dan


pemmahaman tentang efek
samping, menghilangkan
dengan berjalannya waktu.

Beritahukan dokter bila


tidak dapat mentoleransi
makanan atau cairan.

Dehidrasi dapat terjadi


dengan cepat bila
memasukan kurang dan
pasien terus minum
diuretik.

41

Beritahukan dokter bila


tidak dapat mentoleransi
makanan atau cairan.

Tingkat kewaspadaan
penting dalam pencegahan
interaksi obat yang
memungkinkan
berbahaya, setiap obat
yang mengandung
stimulan saraf simpatis
dapat meningkatkan
tekanan darah atau dapat
melawan efek
antihipertensi.

Anjurkan pasien untuk


berkonsul dengan
pemberian perawatan
sebelum menggunakan
obat-obatan yang
diresepkan atau tidak
direspakan

Diuretik dapat
menurunkan kadar kalium,
pengganti diet lebih bai
dari pada obat dan semua
ini diperlukan untuk
memperbaiki kekurangan.

1. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan dan intervensi yang telah ditetapkan, tindakan ini bersifat
intelektual, interpersonal dan tekhnikal berupa berbagai upaya
untuk dapat terpenuhinya kebutuhan pasien, aspek kreatif dari seni
dan kiat keperawatan sangat berperan dalam implementasi.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujan

42

yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.


(Setiadai, 2012)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, jenis evaluasi di bagi menjadi dalam dua
jenis, yaitu :
a) Evaluasi berjalan (Formatif)
Evaluasi ini bekerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh klien, format yang di pakai adalah format SOAP :
S: Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan apa yang
dirasakan, keluhkan, dan dikemukakan.
O: Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atan atau tim ksehatan lain.
A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah perkembangan ke arah perbaikan atau
kemunduran.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
b) Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan
antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan
antara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar dapat data data,
masalah atau rencana yang perlu di modifikasi, fomat yang di
pakai adalah format SOAPIER :

S : Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan, dan di kemukakan klien.

43

O:Data objektif
Perkembangan objektif yang bisa diamatai dan di ukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A: Analisa
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah perkembangan kearah perbaikan atau
kemunduran.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
E: Evaluasi
Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien.
R: Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu di lakukan kembali melalui proses
pengumpulan data subjektif, objektif dan proses analisisnya.

Anda mungkin juga menyukai