Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi
adalah
factor
penyebab
utama
kematian
yang
gangguan
asimptomatik
yang
sering
terjadi
dengan
2. Klasifikasi hipertensi
TABEL 2.1
Klasifikasi Hipertensi Pada Klien Berusia > 18 tahun Oleh The Joint
National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (1988).
N
o
Katagori
Diastolik
<85 mmHg
2
3
85-89 mmHg
90-104 mmHg
105-114 mmHg
Hipertensi sedang
>115 mmHg
Hipertensi sedang
<140 mmHg
140-150 mmHg
>160
TABEL 2.2
Klasifikasi hipertensi berdasarkan level tekanan darah.
Katagori
Normotensi
Hipertensi ringan
Subgroup : garis batas
Subgroup : garis batas
Hipertensi sedang dan
berat
Hipertensi terisolasi
(Udjianti, 2010)
3. Etiologi Hipertensi
10
11
otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
(muttaqin,2009).
4. Anatomi dan Fisiologi Sistem Jantung
jantung adalah sebuah organ berotot dengn empat ruang yang
terletak dalam rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke
sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang
berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding
tebal disebut ventrikel (bilik).
Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan
yang disebut perikardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium
kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan , sisi kiri dan kanan jantung
di pisahkan oleh sebuah dinding jaringan yang disebut septum.
Jantung memiliki tiga aktivitas secara fisiologis, secara aktivitas
tersebut terjadi pada tempat yang berbeda di jantung yang meliputi bagian
bagian berikut ini:
a) Secara ritmisitas
Yang memberikan aktivitas jantung dan memberikan respon terhadap
konduksi impuls jantung.
b) Secara konduktivitas
Konduktivtas listrik jantung menjalar pada area jantung dan
memberikan pacemaker pada sel sel ventrikel.
c) Secara kontraktilitas
Sebagai pompa yang merupakan bagian terpenting dari fungsi jantung.
12
a) Refleks baroreseptor
Refleks paling utama dalam menentukan kontrol regulasi dari denyut
jantung dan tekanan darah.
b) Refleks kemoreseptor
Refleks ini dipengaruhi oleh respon dari beberapa elemen berikut
1) Perubahan tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2)
2) Perubahan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2)
3) Perubahan konsentrasi serum ion hidrogen (PH)
Respon jantung terhadap stimulus kemoreseptor dapat dibagi
menjadi mekanisme refleks primer yang berhubungan dengan
terjadinya bradikardi, dan yang kedua refleks sekunder dengan
peningkatan kerja pernafasan dan juga peningkatan denyut jantung.
c) Refleks bainbrige
13
untuk
otot
jantung
terdapat
jaringan
khusus
yang
SA,
nodus
AV
sampai
ke
serabut
purkinye.
(muttaqin,2009).
5. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sisitem saraf yang
kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam
14
Gambar 2.1
Fisiologi kardiovaskuler
(mia
mi,2006)
Kontrol refleks baroresptor reaksi cepat terhadap perubahan tekanan
darah, A. Respon pada saat tekanan darah meningkat, B. Respon pada
saat tekanan darah menurun.
Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor
pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan ke impuls
saraf simpatis di medula oblongata. Impuls tersebut akan menghambat
stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat, maka
ujungujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respon
15
adalah
dihambatnya
vasomotor
sehingga
terjadi
vasodilatasi.
(Muttaqin, 2009).
PATHWAYS HIPERTENSI
Umur, Jeniskelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI
Otak
Resistensi
pembuluh.darah
diotak
Ginjal
Retina
Suplai O2otak
Kesadaran
Tekanan.pembul
uhdarah di otak
Vasokonstriksi
pembuluh.darah
ginjal
Spasmus
Blood flow
Diploama
Pembuluh
darah
arteriole
Resiko injuri
Sistemik
Nyerikepala
Gx. rasa
nyaman ;
nyeri
CVA
Respon KAA
Koroner
jantung
Resiko injuri
Vasokontriksi
Vasokonstrik
si
afterload
Rangsangan
ldosteron
COP
Retensi Na
Oedema
Intoleransiaktiv
itas
Nyeri
dada
16
Gangguan.Keseimbangan
cairan
6. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadangkadang merupakan satu
satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung,
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunangkunang, dan pusing.
(Mansjoer, 1999).
7. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat menderita tekanan darah
tinggi dalam jangka waktu yang lama, antara lain :
a) Stroke
Merupakan penyakit kardiovaskuler yang sangat berbahaya serta
mematikan yang disebabkan oleh munculnya pendarahan diotak yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah kemudian dapat juga
disebabkan oleh thrombosis, serta emboli yaitu adanya benda asing
yang terbawa aliran darah di dalam pembuluh darah serta bisa
menyumbat bagian distal pembuluh. Gejala stroke dapat di amati
mulai dari pusing, sulit berbicara, tidak bisa melihat, pingsan, sampai
gejala yang fatal seperi kelumpuhan dan kematian.
b) Serangan jantung dan gagal jantung
Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang
diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka
waktu yang lama. Arteri koroner ini merupakan pembuluh darah yang
mengairkan darah yang kaya oksigen ke jantung. Oleh karena itu,
17
c) Kerusakan ginjal
Orang yang mengidap penyakit hipertensi dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan ginjal. Hal ini disebabkan ginjal merupakan
organ yang mengendalikan tekanan darah manusia. Pengendalian
tekanan darah ini dilakukan melalui beberapa mekanisme yaitu jika
tekanan
darah
meningkat
maka
ginjal
akan
semakin
aktif
meliputi
pemeriksaan
hemoglobin,
hipertensi)
akiabat
dari
peningkatan
kadar
18
(c).Kadar
kolesterol
atau
trigliserida
: peningkatan
kadar
urine
peningkatan
kadar
mengindikasikan
19
9. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapain dan pemeliharanpa obat dan tekanan darah di bawah 140/90
mmHg,prinsip tekanan darah meliputi:
a) Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapai tanpa obat :
1) Diet
Diet yang di anjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
(a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5gr/hr.
(b). Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
(c). Penurunan berat badan
(d). Penurunan asupan etanol
(e). Menghentikan merokok
(f). Diet tinggi kalium
2) Latihan fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang di
anjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
(a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenag dan lainlain.
(b). Intensitas olah raga yang baik antara 6080 % dari kapasitas
aeropik atau 7287 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan
dengan rumus 220umur
20
yaitu
untuk
meningkatkan
hipertensi
agar
penderita
dapat
bertambah
kuat.
Pengobatan meliputi :
a) Step 1 obat pilihan pertama :
(1). diuretika, beta blocker, ca antagonis, ace inhibitor.
b) Step 2: alternatif yang bisa diberikan
(1). Dosis obat pertama dinaikan.
(2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.
(3).Ditambah obat ke2 jenis lain, dapat berupa diuretik, beta
blocker, ca antagonis, alpa blcoker, clonidin, reserphin,
vasodilator.
c) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
21
22
23
S : ScalaSeverity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala
berapa.
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala di
rasakan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masamasa dahulu
seperti
memiliki
riwayat
hipertensi,
serta
riwayat
pengobatan.(Muttaqin, 2012).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien dengan hipertensi perlu dikaji tentang riwayat
keluarga dan penyakit keturunan lainya.
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kesehatan pada gangguan hipertensi meliputi
pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil
observasi keadaan umum, pemeriksaan tandatanda vital.(Muttaqin,
2012).
1) Keadaan Umum
24
berkurang
dan.pembuluh
darah
serta
elastisitas
berkurang.
jantung
Terdengar
bunyi
25
wajah.
Skala
dipergunakan
untuk
Keterangan :
0
: tidak nyeri
26
lurus,
tanpa
angka.
Bisa
bebas
(patasik, 2013)
(a). Sistem Pendengaran
Kaji kemampuan pendengaran dan
bentuk telinga.
(b). Sistem Penglihatan
Kaji fungsi penglihatan dan bentuk
mata.
d) Pola aktivitas seharihari
1) Nutrisi
27
28
pola
komunikasi
yang
digunakan
klien
dalam
29
4) Intervensi (Perencanaan)
Intervensi (perencanaan)
adalah
bagian
darai
proses
masalah pasien.
30
Tabel 2.3
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembulu darah
N
o
1.
Diagnosa
Resiko tinggi
penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan
vasokontriksi
pembulu darah.
Intervensi
Rasional
Catat keberadaan,
kualitas denyutan
sentral dan perifer.
Denyutan karotis,jugularis,
radialis dan femoralis
memungkinkan
31
teramati/terpalpasi. Denyut
pada tungkai mungkin
mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan
kongestivena.
Auskultasi tonus
jantung dan bunyi
jantung
32
Pertahankan pembatasan
aktivitas, seperti istirahat
ditempat tidur, jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan, bantuan
pasien melakukan
aktivitas, perawatan diri
sesuai kebutuhan.
Anjurkan tehnik
relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas
pengalihan.
Pantau respon terhadap
obat untuk mengontrol
tekanan darah
Mengurangi ketidak
nyamanan dan dapat
menurunkan rangsangan
simpatis.
Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stres,
membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan
tekanan darh respon
terhadap terapi obat.
Antihipertensi efektif,
khususnya pada pasien
yang resisten atau
mengalami kerusakan
ginjal.
33
atau
diperlukan.
(2).Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur.
(3).Menunjukkan penurunan dalam tandatanda intoleransi
fisiologi.
Tabel 2.4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan okigen.
No
2.
Diagnosa
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum, ketidak
seimbangan
antara suplai
dan kebutuhan
oksigen.
Intervensi
Kaji respon pasien
terhadap aktivitas,
perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20x/menit diatas
frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan
darah yang nyata selama
atau sesudah aktivitas,
dispnea atau nyeri dada,
keletihan, dan kelemahan
yang berlebihan.
Rasional
menyebutkan parameter
membantu dalam
mengkaji respon fisiologi
terhadap stres aktivitas
dan bila merupakan
indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah
peningkatan-peningkatan
kerja jantung tiba-tiba.
34
Diagnosa
Gangguan rasa
nyaman nyeri:
sakit kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
vaskuler
Intervensi
Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
berikan tindakan
farmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala
misalnya kompres dingin
pada dahi, pijat punggung
dan leher.
Rasional
Meminimalkan stimulasi
atau meningkatkan
relaksasi tindakan yang
menurunkan tekanan
vaskuler serebal dan yang
memperlambat respons
simpatis, efktif dalam
menghilangkan sakit
kepala dan komplikasi.
Meminimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalkan mengejan saat
BAB, batuk panjang,
membungkuk.
Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler
35
Diagnosa
Perubahan
nutrisi
berhubungan
dengan
kebutuhan
metabolik.
Intervensi
Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan
langsung antara
hipertensi dan
kegemukan.
Rasional
Kegemukan adalah resiko
tambahan pada tekanan
darah tinggi karena,
disproporsi antara kepastian
aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh.
Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan
kalori dan batasi
masukan lemak, garam,
dan gula sesuai indikasi.
Kesalahn kebiasaan
makanan menunjang
terjadinya arterosklerosis
dan kegemukan, yang
merupakan prediposisi
untuk hipertensi dan
komplikasinya misalnya
stroek, penyakit ginjal dan
gagal jantung.
Tetapkan keinginan
pasien untuk
menurunkan berat badan.
36
Menghindarkan makanan
tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan
aterogenesis.
Memberikan konseling
dan bantu dengan
memenuhi kebutuhan diet
individu.
koping
efektif
dan
37
Diagnosa
Koping individu,
inefektif
berhubungan
dengan harapan
yang tidak
terpenuhi,
persepsi tidak
realitis.
Intervensi
Kaji keefektifaan strategi
koping dengan
menobservasi perilaku.
Rasional
Mekanisme adaptif perlu
untuk mengubah pola
hidup seseorang,
mengatasi hipertensi
kronik, dan
mengintegrasikan terapi
yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari.
Manifestasi mekanisme
koping maladatif
mungkin merupakan
indikator marah yang
ditekan dan diketahui
telah menjadi penentu
utama tekanan darah
diastolik.
Pengenalan terhadap
stresor adalah langkah
pertama dalam mengubah
respons seseorang
terhadap stresor.
Keterlibatan memberikan
pasien perasaan kontrol
diri yang berkelanjutan,
38
pengobatan.
memperbaiki
keterampilan koping, dan
dapat meningkatan kerja
sama.
Fokus perhatikan pasien
pada realistis situasi yang
ada realiftif terhadap
pandangan pasien tentang
apa yang diinginkan.
Diagnosa
Kurang
pengetahuan
tentang kondisi
Intervensi
Rasional
penyakitnya
berhubungan
dengan kurang
informasi.
39
40
Bahas pentingnya
menghentikan merokok
dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk
menghentikan merokok.
Nikotin meningkatan
pelepasan ketokolamin
mengakibat peningkatan
frekuensi jantung, tekanan
darah dan vasokontriksi
mengurangi oksigenasi
jaringan dan meningkatkan
beban kerja miokardium.
Beri pengetahuan
pentingnya kerja sama
dalam regimen
pengobatan dan
mempertahankan
perjanjian tindak lanjut.
41
Tingkat kewaspadaan
penting dalam pencegahan
interaksi obat yang
memungkinkan
berbahaya, setiap obat
yang mengandung
stimulan saraf simpatis
dapat meningkatkan
tekanan darah atau dapat
melawan efek
antihipertensi.
Diuretik dapat
menurunkan kadar kalium,
pengganti diet lebih bai
dari pada obat dan semua
ini diperlukan untuk
memperbaiki kekurangan.
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan dan intervensi yang telah ditetapkan, tindakan ini bersifat
intelektual, interpersonal dan tekhnikal berupa berbagai upaya
untuk dapat terpenuhinya kebutuhan pasien, aspek kreatif dari seni
dan kiat keperawatan sangat berperan dalam implementasi.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujan
42
S : Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa
yang dirasakan, dikeluhkan, dan di kemukakan klien.
43
O:Data objektif
Perkembangan objektif yang bisa diamatai dan di ukur oleh
perawat atau tim kesehatan lain.
A: Analisa
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah perkembangan kearah perbaikan atau
kemunduran.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil
analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
E: Evaluasi
Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien.
R: Reassesment
Bila hasil evaluasi menunjukan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu di lakukan kembali melalui proses
pengumpulan data subjektif, objektif dan proses analisisnya.