Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
APRILIA KARTIKA SARI
1201200070
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada By. Ny. Z dengan Meconium
Aspiration Syndrome di Ruang 11 Perinatologi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Disusun oleh :
Aprilia Kartika Sari
NIM. 1201200070
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Malang, April 2014
Mahasiswa
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi
NIP.
Mengetahui,
Kepala Ruang 11 Perinatologi
NIP.
MANIFESTASI SPESIFIK
Noda mekonium saat lahir
Takipnea
Hipoksia
Hipoventilasi
PENANGANAN
Suction secara adekuat pada hipopharing saat kelahiran
Intubasi dan suction pada trachea
Tangani dengan penanganan distress pernafasan
Cegah hipoksia dan acidosis
PENGKAJIAN FISIK
Pulmonarry
Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit),
grunting, retraksi, dan nasal flaring
Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru
Sianosis
Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
PENGKAJIAN BEHAVIORAL
Disminished activity
STUDY DIAGNOSTIK
Rontqen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero
posterior, hiperinflation, flatened diaphragma dan terdapatnya pneumothorax
DATA LABORATORIUM
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan
penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi mekonium
Tujuan 1 : Mencegah dan mengeluarkan mekonium yang teraspirasi pada saat lahir atau
setelahnya
Intervensi :
o Observasi kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir. Mekonium dalam
cairan amnion merupakan indikasi dilakukan suction sebelum bayi baru lahir bernafas
o Lakukan suction pada trakhea infant dengan selang endotrakheal setelah kelahiran. Prosedur
ini dilakukan sebelum menstimulasi infant jika ditemukan mekonium untuk mencegah
aspirasi lebih lanjut
o Lanjutkan suction pada mulut bayi untuk mengeluarkan partikel mekonium yang lebih besar.
Infant yang teraspirasi mekonium memerlukan resusitasi, khususnya infant yang mengalami
disstress pernafasan
o Berikan istirahat dan ketenangan pada infant. Menangis atau agitasi dapat meningkatkan
tekanan intra thorakal, menyebabkan pneumothorax
Tujuan 2. Identifikasi dan minimalkan kegagalan pernafasan setelah kelahiran
Intervensi :
o Kaji status respirasi yang mengindikasikan aspirasi mekonium dan memerlukan tindakan
segera seperti :
Frekuensi, kedalaman dan takipnea ( frekuensi nafas lebih dari 60 x/menit). Peningkatan
frekuensi nafas menentukan peningkatan kebutuhan oksigen
Grunting. Suara grunting terjadi karena penutupan glottis untuk menghentikan ekshalasi udara
dengan desakan udara ke pita suara
Nasal flaring.
Retraksi dengan penggunaan otot bantu nafas. Retraksi mengindikasikan distensi paru yang
tidak adekuat selama inspirasi
Cyanosis. Cyanosis terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam tubuh.
Analisa gas darah menunjukkan peningkatan PCO2 dan penurunan PO2. Nilai tersebut
mengindikasikan adanya acidosis
Hasil serial ronqen dada. Dapat mengindikasikan atelektasis, hiperinflasi atau pneumothoraks
o Berikan therapi oksigen dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Ventilasi mekanik
kadang diperlukan kadang tidak. Tekanan positif diberikan setelah therapy bronkoskopi atau
laringotrakheal untuk mencegah masuknya mekonium ke jalan nafas yang lebih kecil.
o Set ventilator mekanik untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dengan frekuensi nafas
pendek (60 70 x /menit. Setting ini diperlukan untuk memberikan ventilasi alveoli bagian
distal pada infant dengan aspirasi mekonium berat
o Pertahankan hiperoksigenasi dan nilai pH/AGD pada 7,45 7,55 dengan PCO2 22 30
mmHg. Hiperoksigenasi mencegah sirkulasi fetal persisten. Keadaan alkalosis respiratorik
membentu menurunkan vasokontriksi paru pada infant dengan aspirasi mekonium.
o Berikan fisiotherapi dengan perkusi dan vibrasi setiap 1 2 jam. Gunakan percussor atau
vibrator jika infant dapat mentoleransi treatment. Prosedur ini membantu mengeluarkan
sekresi tapi prosedur ini dilakukan tergantung pada kondisi infant
o Cegah komplikasi infeksi (pneumonitis) dengan pemberian antibiotik IV sesuai pesanan
(seperti ampicillin). Antibiotik menghancurkan bakteri dengan memecah dinding sel bakteri
sehingga sel bakteri mati.
o Berikan aminoglycosides sesuai pesanan seperti kanamisin. Monitor kadar serum bayi.
Aminoglycosides menghancurkan bakteri dengan menghambat sintesis protein sehingga sel
bakteri mati. Berikan secara pelahan untuk mencegah toksisitas ginjal. Memonitor level
serum memaksimalkan efeltifitas therapi obat.
o Jika dipesankan, berikan steroid untuk menurunkan respon inflamasi mekonium. Walaupun
obat hidrokortison merupakan pilihan tetapi penggunaannya masih diperdebatkan.
o Siapkan infant untuk pembedahan dan pemasangan Extracorporeal Membrane Oksigenation
(ECMO) Pump jika infant mengalami kerusakan fungsi paru yang berat. CCMD
mempertahankan pertukaran dan perfusi gas. Pembedahan dilakukan untuk menanam dua
tube kecil di leher dan menghubungkannnya dengan mesin ECMO yang memompakan darah
melalui paru artificial. Prosedur ini memepertahankan infant tetap hidup sampai paru dapat
didukung dengan ventilasi mekanik. Jika ECMO digunakan :
Kaji intake dan output cairan infant. Mempertahankan keseimbangan cairan penting untuk
mencegah overload cairan.
Monitor PO2 atau nilai oksimetri. Nilai tersebut untuk mengevalusi oksigenasi jaringan
Kaji status neurologik infant. Tanda neurologik menunjukkan perubahan status oksigenasi
Suction saluran endotrakheal sesuai pesanan. Suctioning mempertahankan patensi jalan nafas
dan membantu treatment.
2. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah
dan kemungkinan perawatan jangka panjang
Tujuan : Meminimalkan kecemasan, rasa bersalah dan memberikan dukungan selama krisis
situasi.
Intervensi :
o Kaji ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan penggunaan koping mekanisme. Data
tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk membangun koping yang konstruktif
pada keluarga
o Anjurkan orangtua mengungkapkan perasaannya tentang keadaan sakit anaknya, perawatan
yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya. Verbalisasi membantu
mempertahankan rasa percaya, menurunkan tingkat kecemasan orangtua dan meningkatkan
keterlibatan orangtua
o Berikan informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkembangan bayinya,
perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem pernafasan. Informasi akan
menurunkan kecemasan terhadap keadaan bayinya.
o Anjurkan keluarga berkunjung, ikut memberikan perawatan bila mungkin. Kunjungan,
komunikasi dan partisipasi pada perawatan infant membantu proses bounding
o Informasikan kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan intruksikan prosedur
yang penting saat di rumah. Beberapa infant membutuhkan bantuan ventilator setelah pulang
ke rumah.
o Rujuk orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas kesehatan yang
bisa dihubungi. Rujukan memberikan support kepada keluarga untuk terus mengontrol
keadaan bayinya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN LAIN YANG MUNGKIN :
DAFTAR PUSTAKA
Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Springhouse, 1994