Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Osteomielitis Tuberkulosis (Osteomielitis TB)
Osteomielitis tuberkulosis adalah suatu proses peradangan kronik dan destruktif yang
disebabkan basil tuberculosis yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan
hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu
infeksi primer atau pasca primer. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak.
Basil tuberkulosis biasanya menyangkut dalam spongiosa tulang. Pada tempat infeksi
timbul osteitis, kaseasi dan likuifaksi dengan pembentukan pus yang kemudian dapat
mengalami kalsifikasi. Berbeda dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukan tulang
baru pada tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Di samping itu,
periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan
terjadi perusakan tulang rawan sendi atau diskus intervertebra.
Tuberkulosis Pada Tulang Belakang (Spondilitis Tuberkulosis)
Spondilitis tuberculosis disebut juga Pott disease. Frekuensi tuberkulosis tulang yang
paling tinggi adalah pada tulang belakang, biasanya di daerah torakal atau lumbal (T8L3), jarang di daerah servikal (C1-2). Lesi biasanya pada korpus vertebra dan proses
dapat bermula di 3 tempat, yaitu :

Bentuk paradiskus yang terletak di bagian korpus vertebra yang bersebelahan dengan
diskus invertebra atas atau bawah, disebut tipe marginal, yang sesuai dengan tipe

metafiseal pada tulang panjang. Bentuk ini sering ditemukan pada orang dewasa.
Di tengah korpus vertebra, disebut tipe sentral. Bentuk ini sering ditemukan pada

anak-anak.
Di bagian anterior korpus, disebut tipe anterior atau subperiosteal, dengan lokus awal
di korpus vertebra bagian anterior, merupakan penjalaran per kontinuitatum dari
vertebra di atasnya. (Gambar 2.1)
Pada tipe marginal, lesi destruktif biasanya terdapat di bagian depan korpus vertebra

dan cepat merusak diskus. Proses dapat terjadi pada dua atau lebih vertebra yang
berdekatan. Karena bagian depan korpus vertebra paling banyak mengalami destruksi

disertai adanya kolaps, maka korpus vertebra akan berbentuk baji dan pada tempat
tersebut timbul gibbus.
Abses paravertebral timbul cepat dan paling mudah dilihat di daerah torakal karena
adanya kontras paru-paru. Bila sudah lama akan timbul kalsifikasi pada abses. Tidak
terlihat adanya pembentukan tulang baru pada proses yang aktif. Bila pengobatan
berhasil, tanda-tanda penyembuhan pada vertebra yang terkena dapat dilihat dari :
Densitas tulang yang kembali normal
Rincian tulang terlihat lebih jelas
Batas tulang menjadi lebih tegas
Pada tipe sentral, abses timbul pada bagian tengah korpus vertebra dan diskus lambat
terkena proses. Bila lesi meluas ke tepi tulang, maka proses selanjutnya adalah seperti
pada tipe marginal.
Pada tipe anterior, proses berlangsung dibawah periost dan meluas dibawah ligament
longitudinal anterior. Kerusakan pada diskus terjadi lambat (Gambar 2.2)
Gambaran Klinis
Gambaran klinis hanya berupa nyeri pinggang atau punggung. Nyeri terjadi akibat reaksi
inflamasi di vertebra dan sukar dibedakan dengan nyeri akibat penyebab lain seperti
kelainan degenerative karena biasanya keadaan umum penderita masih baik. Pada foto
rontgen belum didapat kelainan. Bila proses berlanjut, terjadi destruksi vertebra yang
akan terlihat pada foto rontgen. Pada bentuk sentral akan terjadi osteoporosis dan
destruksi hingga dapat terjadi kompresi vertebra. Kompresi vertebra bisa spontan, atau
akibat jatuh yang ringan sehingga mungkin salah didiagnosis sebagai patah tulang
kompresi traumatik. Bila terjadi kompresi, pada pemeriksaan klinis didapati gibus.
Bentuk paradiskal yang disertai destruksi korpus vertebra yang bersebelahan dengan
diskus akan mengakibatkan iskemia sehingga terjadi nekrosis diskus. Pada gambaran
rontgen terdapat penyempitan diskus intervertebra. Bila proses terus berlanjut, terjadi
osteoporosis dan penyebaran ke seluruh korpus vertebra sehingga timbul kompresi
vertebra dan terjadi gibbus.
Beda gibus tuberculosis dengan gibus traumatik adalah tidak didapatinya penyempitan
sela diskus pada gibus traumatic. Keadaan seperti ini, tanpa penyempitan sela diskus,
juga terdapat pada gibus akibat metastasis tumor korpus vertebra.
Selanjutnya, akan terbentuk nekrosis yang lebih banyak berupa abses dan debris.
Abses dengan debris makin banyak dan akan keluar dari vertebra mencari lokasi dengan
tahanan paling lemah. Di vertebra lumbal abses akan turun ke bawah melalui sela

aponeurosis otot psoas dan berhenti di retroperitoneal yang teraba pada palpasi abdomen.
Abses psoas ini terlihat pada foto rontgen sebagai bayangan batas otot psoas yang kabur
atau banyangan sklerotik di paravertebra berbentuk lonjong lancip. Abses dapat turun ke
region inguinal dan teraba sebagai benjolan yang perlu dibedakan dengan hernia
femoralis.
Abses bisa berkumpul dan mendesak kea rah belakang sehingga menekan medulla
spinalis dan mengakibatkan paraplegia Pott yang disebut paraplegia awal. Paraplegia
awal selain karena tekanan abses, dapat juga disebabkan oleh kerusakan medulla spinalis
akibat gangguan vascular. Keadaan sangat jarang ditemukan pada tuberkulosis karena
proses kronik ini menyebabkan terbentuknya pembuluh darah kolateral. Paraplegia dapat
juga disebabkan oleh tuberculosis pada medula spinalis. Mielitis tuberculosis ini biasanya
akibat penyebaran per kontinuitatum dari pakimeningitis tuberkulosa. Penyebaran secara
hematogen jarang sekali. Paraplegia juga dapat terjadi akibat regangan yang terus
menerus pada gibus yang disebut paraplegia lanjut.
Abses dingin di daerah torakal dapat menembus rongga pleura sampai terjadi abses
pleura, atau bahkan ke paru bila parunya melengket pada pleura. Di daerah servikal,
abses dapat menembus dan berkumpul di antara vertebra dan faring
Gejala awal paraplegia pada tuberculosis tulang belakang dimulai dengan keluhan
kaki terasa kaku atau lemah, atau penurunan koordinasi tungkai. Proses ini dimulai
dengan penurunan daya kontraksi otot tungkai, dan peningkatan tonusnya. Kemudian,
terjadi spasme otot fleksor dan akhirnya kontraktur. Pada permulaan, paraplegia terjadi
karena udem sekitar abses paraspinal, tetapi akhirnya karena kompresi. Karena tekanan
timbul terutama dari depan. Gangguan pada paraplegia ini kebanyakan ditemukan di
daerah torakal, dan bukan lumbal, karena kanalis lumbalis agak longgar dan kauda ekuina
tidak mudah tertekan.
Diagnostik Spondilitis Tuberkulosis
Diagnosis spondiilitis tuberkulosis ditentukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
pencitraan. Gejala yang mendukung adalah nyeri yang meningkat pada malam hari makin
lama makin berat, terutama pada pergerakan. Anak kecil dapat berteriak sewaktu tidur
nyenyak pada malam hari. Keadaan ini terjadi karena otot erector trunkus mengendue
sehingga terdapat pergerakan kecil antara vertebra yang sangat nyeri. Kemudian,
terbentuk gibus dan laju endap darah meninggi. Pada foto rontgen tampak penyempitan
sela diskus dan gambaran abses paravertebral. Reaksi tuberculin biasanya positif. Untuk

melakukan pemeriksaan bakteriologis, dapat dilakukan pungsi abses atau dari debris yang
didapat melalui pembedahan.
Tuberkulosis pada Tulang Panjang, Tulang Kecil dan Trokanter Mayor
Tuberkulosis tulang panjang menyebabkan destruksi tulang didaerah metafisis dan jarang
menyebar ke diafisis. Biasanya proses didaerah epifisis merupakan penjalaran proses di
sinovium. Pada foto rontgen, gambaran destruksinya berupa daerah osteolitik yang
berbatas tegas, dibatasi oleh garis tipis osteosklerotik. Abses tuberkulosis tulang ini lebih
jarang pecah ke permukaan kulit dan membentuk sinus bila dibandingkan dengan abses
pada osteomielitis piogenik.
Salah satu tulang yang sering terkena tuberkulosis adalah trokanter mayor, terutama
pada anak-anak dan dewasa muda. Lesi dapat bermula pada tulang bursa, maka erosi
pada tulang kadang-kadang hanya superfisial dan akan sukar dilihat. Baik pada proses
yang dimulai pada tulang maupun bursa, dapat meluas ke sendi panggul. Gambaran
radiologik tuberculosis pada trokanter mayor sama dengan pada tulang panjang.
Jenis tuberculosis tulang yang memberikan gambaran radiologic khas adalah
tuberculosis jari. Terjadi pembengkakan jari, penebalan korteks tulang dengan reaksi
periosteal sepanjang jari yang berbentuk oval seperti bawang dan disebut spina ventosa.
Diagnosis pada penyakit ini adalah sama dengan spondilitis tuberkulosa, yaitu melalui
gejala klinik dan pemeriksaan pencitraan.

Fistel Tuberkulosis
Fistel tuberculosis terbentuk bila proses tuberculosis menembus tulang. Fistel biasanya
terjadi dari limfadenitis tuberculosis misalnya daerah leher, osteomielitis tuberculosis
misalnya spondilitis, arthritis tuberculosis misalnya koksitis, atau infeksi tuberculosis
sistem lain. Bila terjadi fistel tuberculosis dari abses dingin, lokasi sumber penyebab
harus ditentukan. Biasanya fistel akan sembuh dengan pemberian tuberkulostatik. Infeksi
sekunder mungkin ditemukan, tetapi jarang memerlukan tindakan. Pada biopsy fistel
biasanya ditemukan jaringan radang tidak spesifik.

Anda mungkin juga menyukai