21
organik seperti ini yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kompos. Fraksi sampah yang masuk ke TPA Sampah Temesi disajikan
pada gambar 1.
EM4
mengaktifkan
merupakan
bakteri
mikroorganisme
pelarut,
meningkatkan
yang
digunakan
kandungan
untuk
humus
tanah
3.2.1
23
Motor
: 11kW/380V/3Ph/50Hz/4pole-Direct Drive
Scope of supply
: Fan c/w motor
Jumlah
: 2 buah
Cara kerja:
Blower dijalankan dengan menggunakan control otomatis. Setiap blower
memiliki waktu operasi tertentu. Blower pertama dihidupkan 10 menit kemudian
dimatikan selama 30 menit. Blower kedua dihidupkankan selama 10 menit saat
blower pertama mati, kemudian blower kedua dimatikan selama 30 menit. Proses
aerasi berlangsung secara terus menerus dan usai pada jam kerja di UFPST
berakhir.
b. Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat seperti truk besar yang digunakan untuk
membalik kompos mentah. Spesifikasi wheel loader antara lain:
Spesifikasi wheel loader:
Model
: Diesel Engine
Type
: 4 cycle, water cooled, direct injection with turbocharger
Horse power
: Gross 99 HP/2.1 rpm, Net 95 HP
Jumlah silinder
:4
Cooling type
: Pusher Type Fan, Pressurized Radiator
Kapasitas Maksimum : 7800 kg
System Drive
: 4 wheel drive
Generator
: AC 24V 1.2 kW (50 A)
Starting Motor
: DC 24V 37 kW (5 HP)
Cara kerja wheel loader:
Wheel loader dioperasikan oleh teknisi. Teknisi bertugas untuk mengatur
jalannya wheel loader saat pembalikan kompos. Pembalikan kompos dimulai
dengan membalik tumpukan kompos dari bulan yang paling baru hingga kompos
dari bulan yang paling tua. Proses pembalikan dilakukan dimulai dari tumpukan di
dalam ke luar dan dari tumpukan luar ke dalam.
c. Siever
24
: Solar 220LC-V
Engine
: Daewoo
Cil/Turbo/intercooler
: 6T
Engine model
: DB58TI
: 108/147/2000
: 549/1600
Displacement (cm)
: 5785
Fuel
: Diesel
: 135
: 220
:2 x 212
: 324
25
e. Pompa Air
Pompa air digunakan untuk menaikkan air yang tertampung di dalam bak
yang tertanam di dekat jalur irigasi sawah. Air yang tertampung disedot oleh
pompa air untuk kemudian disalurkan ke pipa-pipa yang terdapat di sekeliling
tempat produksi pupuk kompos. Dari pipa, air kemudian disalurkan ke selang
untuk kemudian digunakan menyiram kompos yang masih mentah maupun
kompos dalam tahap pematangan. Berikut merupakan spesifikasi pompa air:
Shimizu PC-268 BIT
26
Spesifikasi:
Daya motor
: 250watt
Daya hisap
: max 30m
Daya pancar
: max 60m
Kapasitas
: max 75 ltr/mnt
Pompa air bekerja dengan menggunakan daya listrik. Setiap hari pompa
air dihidupkan selama 8 jam kerja untuk membantu proses pembasahan kompos
untuk menjaga kelembaban tumpukan kompos.
3.2.2 Alat Tambahan
a. Alat Ukur Kadar Oksigen
Spesifikasi alat O2 meter:
Jenis
: GOX 100
Rentang Pengukuran : 0-100% O2
RH
: 0-95% RH
Elemen Operasi
: tombol ON/OFF, tampilan min-/max-, kalibrasi
Frekuensi
: 1 pengukuran per detik
Power supply
: baterei jenis JEC 6F22, 9V
O2 meter bekerja dengan mengukur oksigen yang terserap oleh filter yang
akan diteruskan pada sensor. Sensor akan membaca kandungan oksigen dalam
tumpukan kompos. Udara diserap dengan cara meremas filter agar udara dapat
tersedot dari tumpukan kompos yang akan disalurkan ke dalam tabung yang
memiliki sensor.
b. Alat Ukur Suhu
Spesifikasi alat termometer:
Rentang pengukuran :-65 hingga 1150oC
Frekuensi
: 3 kali pengukuran per detik
Elemen operasi
: tombol ON/OFF, tampilan min-/max-, hold
Layar tampilan
: tinggi 13mm, LCD 3.5 digit
Power supply
: baterei jenis JEC 6F22, 9V
Termometer bekerja dengan cara alat ukut yang berupa tembaga
ditancapkan pada tumpukan kompos dengan kedalaman 50cm sampai 100cm.
panas yang terserap oleh tembaga akan disalurkan ke sensor untuk kemudian suhu
akan dibaca secara digital. Pengukuran suhu kompos sangat penting dilakukan.
27
Pengukuran suhu kompos diukur pada 4 tumpukan kompos dari kompos mentah,
setengah jadi, dan kompos matang. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur
tiga titik ukur pada setiap tumpukan kompos dengan jarak antar titik adalah 4
meter. Setiap titik diukur sejajar satu dengan yang lain.
Kadar oksigen dan suhu kompos ditinjau setiap dua kali dalam 1 minggu.
Kadar oksigen ditinjau dengan O2 meter. Suhu kompos ditinjau dengan
termometer digital yang dihubungkan dengan sensor. Pengukuran kadar oksigen
dan suhu dilakukan pada tiga titik yaitu:
a. Tumpukan kompos yang dekat dengan blower
b. Tumpukan kompos bagian tengah
c. Tumpukan kompos yang jauh dari blower
3.3 Proses Pengomposan
Sampah organik yang sudah terkumpul akan diproses menjadi kompos.
Untuk menghasilkan pupuk kompos yang berkualitas, proses pengomposan harus
benar-benar diperhatikan dengan baik. Proses pengolahan sampah menjadi
kompos dilakukan dengan metode aerob yaitu dengan mengalirkan udara ke
bawah tumpukan kompos yang dialirkan melalui pipa-pipa besar yang tertanam di
bawah tumpukan kompos. Blower-blower besar memasukkan udara ke dalam
tumpukan sampah organik, dicampur dan digemburkan secara teratur untuk
menjaga kondisi optimal. Kebutuhan udara sangat tinggi selama fase
pengomposan awal yang sangat aktif yang berlangsung selama 30 hari saat bahan
organik diuraikan dengan cepat, tapi selanjutnya menurun saat proses pematangan
kompos. Kapasitas blower dan sistem perpipaan dikalkulasi berdasarkan
kebutuhan udara yang dibutuhkan oleh kompos.
28
3.3.1
Tahap Persiapan
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kompos adalah sampah
yang berasal dari daerah sekitar tempat pembuangan sampah akhir yaitu dari
Kabupaten Gianyar. Setiap hari sampah yang dikumpulkan dari setiap daerah di
Kabupaten Gianyar akan dikirim ke TPA Sampah Temesi dengan menggunakan
truk sampah milik pemerintah. Berat total sampah yang masuk ke TPA Sampah
29
Temesi setiap harinya adalah 120 ton. Sampah yang masuk merupakan sampah
campuran yang terdiri dari berbagai jenis sampah baik organik maumpun
anorganik.
Sampah yang masuk ke TPA Sampah Temesi masih berupa sampah
campur, sedangkan sampah yang akan digunakan untuk pembuatan kompos
adalah sampah organik. Oleh karena itu sampah campur tersebut harus dipilah
terlebih dahulu untuk memisahkan antara sampah organik dengan sampah
anorganik sesuai dengan fraksinya. Pada tahap pemilahan sampah dilakukan
pemisahan sampah antara sampah organik, anorganik, dan residu. Proses
pemilahan sampah di UFPST dilakukan oleh tenaga manusia yang berjumlah
sekitar kurang lebih 60 orang. Sampah organik yang diperoleh dari hasil
pemilahan memiliki fraksi 84% yang kemudian diproses menjadi pupuk kompos.
Bahan yang dapat didaur ulang memiliki fraksi 6%, bahan yang dapat didaur
ulang ini menjadi hak milik dari tenaga kerja tidak tetap yang bertugas untuk
memilah sampah, umumnya mereka menjual bahan yang dapat didaur ulang ke
Unit Bank Sampah. Sisa dari sampah yang sudah dipilah merupakan residu yang
memiliki fraksi 10% akan dibuan ke TPA lama yang berlokasi di sebelah selatan
UFPST.
30
3.3.1.3 Residu
Residu merupakan sampah yang sama sekali tidak dapat didaur ulang dan
tidak memiliki nilai. Sampah jenis ini akan langsung dibuang ke dalam TPA di
areal UFPST. Fraksi sampah yang masuk ke dalam residu adalah plastik,
aluminium, dan lain sebagainya.
Setelah melewati proses pemilahan dan fraksi sampah telah terpisah sesuai
dengan jenisnya, sampah tersebut akan dikirim ke tempat masing-masing sesuai
dengan jenisnya. Dalam hal ini sampah organik setelah melalui proses pemilahan
dan penimbangan yang dilakukan oleh pihak UFPST akan segera masuk ke dalam
tahap penumpukan. Sampah organik akan ditumpuk sampai tinggi tumpukan
mencapai tinggi kurang lebih 4 meter. Setiap hari sampah organik yang ditumpuk
mencapai berat 30 ton. Sampah dalam tumpukan mengandung berbagai jenis
bahan organik diantaranya sampah kebun, sisa makanan, kayu, buah dan sayuran.
Namun sampah dalam tumpukan tidak jarang juga masih mengandung bahan
plastik, ini disebabkan karena pada saat pemilahan sampah, plastik terselip pada
sampah organik, oleh sebab itu pada saat petugas menumpuk sampah jika terlihat
sampah plastik yang masih ada, plastik tersebut akan langsung diambil dan
dipisahkan dari tumpukan sampah organik.
31
3.3.2
Tahap Pengomposan
Pengomposan aerob merupakan proses dekomposisi dengan menggunakan
32
dalam tumpukan dan juga mencegah terjadinya kebakaran sampah organik yang
disebabkan oleh tingginya suhu dalam tumpukan.
Pembasahan pada kompos dilakukan setiap hari dengan bantuan selang
dan menggunakan air dari saluran irigasi yang berada di sekitar areal UFPST, air
kemudian akan dinaikkan dengan menggunakan pompa air. Proses pembasahan
ini bertujuan untuk menjaga kandungan air dalam tumpukan kompos berada di
antara
40-60%
dan
diharapkan
berada
pada
kandungan
air
50-60%.
Mikroorganisme aerob hanya aktif pada kandungan air 40-60%. Pada kondisi
kandungan air berada di bawah 40% proses dekomposisi akan terhenti, sedangkan
pada kondisi di atas 60% proses pengomposan perlahan akan berubah menjadi
proses pengomposan anaerob (tanpa oksigen).
Proses aerasi bertujuan untuk menjaga kandungan oksigen dalam
tumpukan kompos. Di UFPST kandungan oksigen dijaga sebesar minimal 6%
dengan tujuan mempercepat proses dekomposisi dengan cara memberikan udara
pada setiap tumpukan kompos menggunakan blower yang dihubungkan dengan
pipa karet sebagai penyalur udara yang ditanaman dibawah tumpukan kompos.
Proses aerasi ada dua yaitu proses aerasi alami dan proses aerasi paksa. Proses
pengomposan berskala besar membutuhkan oksigen dalam jumlah besar, hal ini
hanya dapat dilakukan dengan proses aerasi secara paksa dengan menggunakan
blower untuk mengalirkan oksigen ke bawah tumpukan kompos dengan
menyalurkan oksigen melalui pipa-pipa karet berukuran besar dengan lubang
udara disetiap sisinya yang tertanam di bawah tumpukan kompos. Proses aerasi
ini akan mempercepat proses dekomposisi kompos.
33
34
Mikroorganisme yang terdapat dalam kompos yang belum matang masih aktif
mengurai bahan kompos sehingga ketika diaplikasikan pada tanaman,
mikroorganisme akan mengambil nitrogen dari tanah. Hal ini akan menyebabkan
tanaman bersaing dengan mikroorganisme pengurai dalam memperoleh nitrogen
dalam tanah. Indikator yang dapat digunakan sebagai indikator kematangan
kompos adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Setelah beberapa lama dalam keadaan termofilik (panas), suhu kompos
akan menurun mendekati suhu ruangan. Jika proses pembalikan tidak
menyebabkan suhu tumpukan kembali meningkat, maka kompos dianggap telah
mencapai kematangan. Pengukuran suhu kompos diukur pada 4 tumpukan
kompos dari kompos mentah, setengah jadi, dan kompos matang. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur tiga titik ukur pada setiap tumpukan kompos
dengan jarak antar titik adalah 4 meter. Setiap titik diukur sejajar satu dengan
yang lain dengan kedalaman alat ukur mencapai 50cm sampai 100cm. Berikut
merupakan gambar dari hasil pengukuran rata-rata suhu kompos pada masingmasing tumpukan kompos dengan umur kompos dan tingkat kematangan kompos
yang berbeda.
85
85
75
75
Suhu (C) 65
55
Suhu (C) 65
55
45
45
12
21
24
27
30
b
35
85
85
75
75
Suhu (C) 65
55
Suhu (C) 65
55
45
45
48
51
45
54
72
75
78
81
36
pada tumpukan kompos setengah jadi sangat tinggi. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan suhu karena berkurangnya rongga udara sehingga udara sulit untuk
masuk ke dalam tumpukan kompos.
Suhu pada kompos matang yang berumur 61-90 hari akan berangsurangsur menurun mendekati suhu ruangan. Hal ini disebabkan karena aktivitas
mikroorganisme pengurai berkurang sehingga suhu perlahan-lahan akan turun
mendekati suhu ruangan. Tekstur kompos matang yang remah menyebabkan udara
dapat masuk ke dalam tumpukan kompos dan akan mempengaruhi suhu di dalam
tumpukan kompos mendekati suhu ruangan.
Kompos di UFPST memiliki suhu yang berbeda pada setiap tumpukan.
Pada fase pengomposan aktif, suhu kompos berkisar antara 50.8oC sampai 81.2oC.
Suhu kompos akan sedikit menurun pada saat kompos telah mencapai
kematangan. Suhu kompos pada kompos matang yang terukur berkisar antara
48.3oC sampai 65.7oC.
2. Kadar Oksigen
Kadar oksigen minimal yang harus dicapai dalam proses pematangan
kompos adalah 6%. Jika kadar oksigen dalam setiap tumpukan kurang dari 6%,
maka proses pembuatan kompos tersebut termasuk ke dalam proses anaerob.
Kadar oksigen diharapkan mampu melebihi angka minimal yaitu 6% karena
mikroorganisme pengurai hanya dapat aktif pada keadaan kadar oksigen lebih dari
6%. Sama seperti pengukuran suhu kompos, pengukuran kadar oksigen pada
kompos diukur pada 4 tumpukan kompos dari kompos mentah, setengah jadi, dan
kompos matang. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tiga titik ukur pada
37
setiap tumpukan kompos dengan jarak antar titik adalah 4 meter. Setiap titik
diukur sejajar satu dengan yang lain dengan kedalaman alat ukur mencapai 50cm
sampai 100cm. Berikut merupakan gambar dari hasil pengukuran rata-rata kadar
oksigen pada masing-masing tumpukan kompos dengan umur kompos dan tingkat
kematangan kompos yang berbeda.
20
20
15
15
3 6 9 12
21242730
38
20
20
15
15
45485154
72757881
3. Rasio C/N
40
Metode
Unit
41
Kompos Matang
(BK=Berat
kering)
Analisa
rata-rata
Gravimetric
ekstraksi 1:2 dgn air
ekstraksi 1:2 dgn air
gravitmetri 105C
gravimetri 500C
(5) / 2.2
(5) / [(8) x 0.1725]
kg/liter
0.82
7.7
< 7.5
1)
5.3
< 2.5
59.0
> 55
27.0
< 40
12.3
10.7
10-20(SNI)
Kjeldahl
Photometric
kg/ton BK
kg/ton BK
14.6
0.015
Nitrat-N
Rasion Nitrat-N /
Ammonium-N
Photometric
kg/ton BK
1.80
(10) / (9)
kg/ton BK
120.0
)
(13
Nitrit Nitrogen
Photometric
kg/ton BK
)
(14
Phosphor (P)
Photometric
kg/ton BK
3.7
)
(15
Phosphor (P2O5)
(13) x 2.29
kg/ton BK
8.5
)
(16
Kalium (K)
FAAS
kg/ton BK
19.3
)
(17
Kalium (K2O)
(15) x 1.20
kg/ton BK
23.1
1. Parameter Umum
(1) Berat jenis
(2) Nilai pH
(3) Konduktivitas(garam)
(4) Berat Kering (BK)
(5) Bahan Organik
(6) Karbon Organik
(7) Rasio C / N
2. Nutrisi
(8) Nitrogen Total
(9) Ammonium-N
(10
)
(11)
mS/cm
%
% BK
% BK
Nilai
Ideal
> 12.0
< 0.5
> 0.08
> 20.0
(12
)
Magnesium (Mg)
FAAS
Sumber: Analisis Kompos FPST 2015
1)
< 0.004
kg/ton BK
6.7
sangat fluktuatif, maksimum 10 mS/cm
4. Bentuk Fisik
Kematangan kompos secara sederhana dapat diketahui dari bentuk
fisiknya. Kompos yang telah matang akan memiliki bentuk fisik menyerupai
tanah, dan bertekstur remah. Pada kompos matang di UFPST, bentuk fisik kompos
menyerupai tanah yang gembur dan bertekstur remah.
5. Bau
42
6. Warna
Kompos yang telah matang umumnya memiliki warna coklat kehitaman
menyerupai warna tanah. Bila kompos belum mencapai warna yang dijadikan
standar pengukuran kematangan kompos, maka kompos tersebut dinyatakan
belum matang. Kompos yang telah matang di UFPST memiliki warna coklat
kehitaman.
Kompos yang telah memenuhi seluruh indikator kematangan kompos
kemudian akan melewati proses penyaringan tahap akhir guna memastikan agar
kompos benar-benar bersih dari residu yang masih terlewat pada penyaringan
tahap awal.
3.3.3
Tahap Pengemasan
Setelah melalui penyaringan tahap akhir, kompos segera dikemas untuk
43
44