Prosedurperizinanpembuatanpltmhdikabupatenbanjarnegara 120525001612 Phpapp02 PDF
Prosedurperizinanpembuatanpltmhdikabupatenbanjarnegara 120525001612 Phpapp02 PDF
Oleh :
Nama Mahasiswa
NIM
Jurusan
Program Studi
Diploma
:
:
:
:
:
SANIMAN
551126/A
Teknik Umum
Keinspekturan
I (Satu)
Mei 2012
KATA PENGANTAR
INTISARI
PLTMH sendiri merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro, Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW
sampai 200kW. Adanya aliran air dan ketinggian yang memadai dapat kita
manfaatkan sebagai sumber energi untuk PLTMH. Kabupaten Banjarnegara
sendiri mempunyai sumber energi alternatif yang cukup banyak, diantaranya
adalah panas bumi di Pegunungan Dieng yang sudah dimanfaatkan sebagai
PLTPb, dan beberapa aliran sungai yang dikembangkan dengan PLTA dan juga
PLTMH. Dari banyaknya potensi yang ada, masyarakat dan Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara merasa belum bisa menikmati manfaatnya secara
maksimal dikarenakan kurangnya pengembangan dari potensi-potensi tersebut,
sehingga Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sendiri merasa perlu menerbitkan
Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur tentang usaha ketenagalistrikan,
dimana didalamnya juga termasuk izin pembangunan PLTMH dan juga tata cara
pengajuannya, baik yang on grid maupun yang off grid. Setelah izin diterbitkan
hak dan kewajiban pemegang izin juga harus diatur supaya pemegang izin tidak
berlaku semaunya sendiri dan tidak merugikan masyarakat. Izin usaha penyediaan
tenaga listrik merupakan sebagai salah satu mekanisme pengawasan kelaikan
operasi instalasi tenaga listrik, hak dan kewajiban pemegang izin, sanksi, dan
pemantauan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
INTISARI ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan .....................................................................
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................................
1.3. Ruang Lingkup Penulisan .....................................................................
1.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................................
1.5. Sistematika Penulisan ...........................................................................
1
3
3
4
4
6
7
12
12
13
14
15
17
18
20
22
23
25
27
IV. PEMBAHASAN
4.1. Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara ..........................................
4.2. Perkembangan Listrik Pedesaan Di Kabupaten Banjarnegara...............
4.3. Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ...................................................
4.3.1. On Grid .....................................................................................
4.3.2. Off Grid .....................................................................................
4.4. Tata Cara Permohonan Izin PLTMH .....................................................
4.5. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin .......................................................
4.6. Pencabutan Izin .....................................................................................
4.7. Permasalahan dan Penanganannya ........................................................
28
30
32
32
33
35
38
41
43
iii
V. PENUTUP
5.1. Simpulan .............................................................................................. 45
5.2. Saran ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
7
8
12
17
23
24
30
31
32
35
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005) ........................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)
Lampiran 02. Data Pegawai Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat karena pertambahan
penduduk, Pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang
senantiasa meningkat, sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber
energi utama, ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi
(menipis). Berdasarkan data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025
yang dikeluarkan oleh Departemen ESDM pada tahun 2006, menyebutkan bahwa
cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan akan habis
dalam kurun waktu 23 tahun dengan ratio cadangan/produksi pada tahun tersebut,
sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 62 tahun dan batubara
146 tahun, (Tabel 1.1.). Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi,
biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar (lampiran 1).
Tabel. 1.1. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005)
Jenis Energi Fosil
Cadangan/Produksi
Indonesia
Dunia
Minyak
23 Tahun
40 Tahun
Gas
62 Tahun
60 Tahun
Batubara
146 Tahun
200 Tahun
konsumsi minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi
30%, batubara naik menjadi 33%, sedangkan energi baru dan terbarukan
(termasuk di dalamnya energi mikro hidro) naik menjadi 17%.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen
dan kembali mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah
telah menerbitkan Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil
Tersebar (PSK Tersebar) melalui Kepmen ESDM No. 1122K/30/MEM/2002.
Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK
Tersebar) untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit
tenaga listrik sampai dengan kapasitas 1 MW yang diusahakan oleh usaha kecil
dan koperasi. Walaupun teknologi mikro hidro telah dikenal sejak zaman dulu,
perkembangan pembangunan teknologi ini dipandang sangat lambat, terlebih
setelah terjadinya krisis energi akhir-akhir ini. Salah satu faktor penting dalam
pembangunan mikro hidro adalah kebijakan dan peraturan-peraturan (regulasi)
yang berkaitan dengan mikro hidro khususnya serta energi terbarukan pada
umumnya di tingkat kabupaten-kabupaten. Sampai saat ini banyak yang
beranggapan bahwa pemerintah sering mempersulit penerbitan izin-izin
pembangunan dan izin-izin usaha dengan peraturan- peraturannya. Namun itu
semua dikarenakan kekurang pahaman masyarakat dan pengembang akan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Dalam rangka diversifikasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan
tersebut, pasokan tenaga listrik pada tahun 2020 menggunakan minimal 5%
berasal dari energi terbarukan. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan daerah
membangun pembangkit tenaga listrik skala kecil yang bersifat off grid (tidak
tersambung oleh grid nasional). Salah satu pembangkit listrik skala kecil yang
potensial adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Hal ini juga
merupakan salah satu implementasi dari green energy initiative yaitu untuk
mendorong energi terbarukan, energi efisiensi dan energi bersih. PLTMH
dibangun dalam rangka program peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat
terutama untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik. Namun
dalam pembangunannya juga harus memperhatikan mutu dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta fungsi lingkungan.
Maka diperlukan regulasi yang jelas sebagai pedoman pengawasannya.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah :
a. Untuk
memperluas
pengetahuan,
pengalaman
serta
mengadakan
perbandingan antara ilmu yang diperoleh selama belajar dengan praktek dan
penerapan dilapangan.
b. Untuk mengetahui lebih jauh tentang prosedur perizinan pembuatan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kabupaten
Banjarnegara
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Pembahasan dalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dibatasi pada regulasi
atau prosedur perizinan mengenai pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
www.banjarnegarakab.go.id
dijelaskan
bahwa
Kabupaten
(1831-1846)
2. R. Adipati Diponingrat
(1846-1878)
3. R. Tumenggung Jayanegara I
(1878-1896)
4. R. Tumenggung Jayanegara II
(1896-1927)
5. R. Sumitro Kolopaking
(1927-1949)
6. R. Sumitro
(1949-1959)
7. R. Mas Soedjirno
(1960-1967)
8. R. Soedibjo
(1967-1973)
9. Drs. Soewadji
(1973-1980)
(1980-1986)
(1986-1991)
12. Drs.H.Nurachmad
(1991-2001)
(2001-2011)
(2011-2016)
Ps. (1) Bentuk pokok dari pada Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara
merupakan sebuah perisai yang bergayakan (ngestijleerd) berwarna dasar
hijau dengan pelisir berwarna kuning emas.
Ps. (2) Pada perisai tersebut terlukis 12 macam benda alam / bangunan yang tata
letaknya tersusun secara artistik terdiri dari :
a) Sebuah segi lima yang seperempat bagian kanan dan kiri bawah
berwarna merah, sedang seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah
berwarna putih ;
b) Setangkai padi berisi 17 butir berwarna kuning emas disebelah kanan
segi lima ;
c) Serangkai 8 buah kapas yang terbuka penuh berwarna putih disebelah
kiri segi lima ;
d) Sebuah bintang sudut lima berwarna kuning emas ;
j)
10
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
11
12
Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian
wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara, Bawang,
Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi,
Banjarmangu, Rakit
pegunungan
yang
berrelif
curam.
Meliputi
Kecamatan :
13
Dari keadaan geologisnya pada umumnya terlihat struktur batuan yang ada
di Kab. Banjarnegara adalah struktur batuan berbentuk lapisan dengan kondisi
batuan mudah longsor dan banyak sesar/patahan terutama di wilayah bagian utara
sehingga cukup membahayakan bangunan fisik/prasarana.
2.3.3 Keadaan penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 menurut data
yang ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banjarnegara
sejumlah 1.073.240 jiwa, terdiri atas 545.817 jiwa laki-laki dan 527.423 jiwa
perempuan.Berdasarkan struktur umur yang ada, penduduk usia produktif ( 15-59
tahun ) sebanyak 775.939 jiwa dan usia non produktif ( 0 s/d 14 tahun dan diatas
60 tahun ) sebanyak 297.301 jiwa. Sehingga Angka Ketergantungan (Dependency
Ratio) sebesar 0,38 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus
menanggung 38 jiwa usia non produktif.
Budaya dan adat istiadat rakyat Banjarnegara, merupakan bagian yang
ada di lingkungan budaya Banyumas, dimana masyarakat di daerah ini umumnya
mempunyai budaya "manutan" sehingga mereka mudah mengikuti apa yang
dikatakan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal.
Mereka juga memperlihatkan loyalitas tinggi sebagai warga masyarakat dan tebal
nasionalismenya. Di dalam kehidupan ekonomi nampak sekali kecenderungan
mereka untuk bersikap dan samadya (menerima apa adanya, realistis dan tidak
ambisius), sikap ini tercermin pada mata pencaharian mereka yang cenderung
kurang dinamik (pegawai Negeri ataupun petani). Di kalangan mereka tidak
berkembang
mentalitas
usahawan
atau
14
pedagang
yang
mengutamakan
produktivitas dan efisiensi, tolok ukur keberhasilan orang tidak didasarkan pada
harta/kekayaan sebagai bukti prestasinya, namun dilihat dari toleransi atau
kegotong royongan. Ungkapan mereka tega warase ora tega larane, tega larane ora
tega patine, mencerminkan toleransi/kesetiakawanan yang tinggi, dan ojodumeh
mengisyaratkan keinginan untuk hidup jujur, rukun dan sederhana/tidak sombong
jika sedang berkuasa. Pendek kata mereka hidup dengan falsafah sederma
nglakoni (sekedar menjalani hidup). Di samping itu masih berakar kuat adat
istiadat Jawa yang bernafaskan ke Islaman, mereka masih percaya akan hari
baik/buruk dan umumnya masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai
warisan nenek moyang yang sepantasnya dihormati. Sementara itu berkembang
pula aliran kepercayaan yang disana sini nampak luluh/menyatu dengan
kehidupan agama.
2.4. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral
Kabupaten Banjarnegara terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 16 Seri D Nomor 3 Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 108).
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara mengemban
tugas dan tanggung jawab dibidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi dan
15
Kasubag Keuangan
2. UPTD, membawahi :
Kepala UPTD I
Kepala UPTD II
Kepala UPTD IV
Kepala UPTD V
16
17
Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Pada Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
18
2.6. Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang energi dan sumber daya mineral mempunyai tugas pokok
melaksanakan
pengkoordinasian,
19
20
21
5:11)
dengan terjemahan
22
23
Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk
ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau
daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat mengirim
sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem itu sendiri
dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya.
.......... (3.1)
Pel
total
Daya kotor (Phydr) adalah Head kotor(Hn) yang dikalikan dengan debit air
(Q)
.............(3.2)
24
............... (3.3)
70% 1000 9.81
1000 [ ]
............... (3.4)
b.
c.
Usaha Penunjang Tenaga Listrik (UPTL) adalah badan usaha yang secara
spesifikasi bergerak di bidang ketenagalistrikan.
25
sanksi
pemantauan
Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin yang diberikan oleh Bupati
kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik baik untuk
kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum. Izin usaha penyediaan
tenaga listrik disesuaikan dengan jenis usahanya yaitu :
a.
b.
c.
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), sehingga izin yang diberlakukan untuk usaha
PLTMH adalah IUKS dan atau IUKU. Namun pada umumnya pembangunan
26
PLTMH bertujuan untuk kepentingan umum sehingga izin yang digunakan adalah
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUKU).
3.4 Dasar Hukum
Dasar hukum perizinan PLTMH di kabupaten Banjarnegara mengacu
kepada Undang-undang ketenagalistrikan, yaitu3:7) :
1. Undang-undang
Republik
Indonesia
No.
15
Tahun
1985
tentang
No.
30
Tahun
2009
tentang
Republik
Indonesia
ketenagalistrikan.
3. PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
4. Perda
Kabupaten
Banjarnegara
No.10
Tahun
2008,
tentang
Usaha
Ketenagalistrikan Daerah.
5. Perda Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang Ketenagalistrikan.
Merupakan revisi dari Perda No. 10 Tahun 2008.
6. Peraturan Bupati Banjarnegara No.197 Tahun 2009, tentang Tata cara dan
persyaratan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik baik IUKU
maupun IUKS
7. Keputusan Kepala Dinas PSDA dan ESDM, Nomor 671/355 Tahun 2009,
tentang Petunjuk pelaksanaan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
baik IUKU maupun IUKS.
27
IV. PEMBAHASAN
4.1 Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara
Kondisi geografis Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar merupakan
pegunungan dan dataran tinggi, mengakibatkan Kabupaten ini mempunyai sumber
daya alam yang cukup banyak yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi
alternatif, diantaranya adalah panas bumi, aliran sungai dan energi matahari.
Untuk saat ini sudah ada beberapa yang dikembangkan sebagai pembangkit
listrik. Namun dalam pengembangannya masih kurang optimal. Potensi energi
yang sudah dikembangkan diantaranyaadalah3:6):
PLTA Sudirman
Kapasitas terpasang 3 X 60,2 MW
PLTA Tulis
Kapasitas terpasang 2 X 6,2 MW
PLTPB Dieng
Kapasitas terpasang 1 X 60 MW
PLTM Plumbungan
Kapasitas terpasang 1,6 MW
PLTM Tapen
Kapasitas terpasang 1 MW
PLTM Karangtengah
Kapasitas terpasang 300 KW
PLTMH Siteki
Kapasitas terpasang 1,2 Mw
28
Selain yang tersebut diatas masih ada sekitar 60 lokasi yang ideal untuk
dibangun PLTMH, baik di aliran sungai maupun di saluran irigasi. Namun dalam
kondisinya sekarang hampir semua pembangkit listrik yang ada sudah tidak dapat
berproduksi secara optimal. Sebagai contoh PLTPB Dieng, Kapasitas yang
terpasang adalah 60 MW, pada 2008 mengalami penurunan secara signifikan
sebesar 20 MW, sehingga hanya bisa menyuplai listrik sebesar 40 MW, bahkan
pada 2010 turun lagi sebesar 20 MW, sehingga saat ini PLTPB Dieng hanya
mampu berproduksi sebesar 20 MW. Sehingga dari semua pemanfaatan sumber
energi tersebut sampai sekarang ini belum mampu mencukupi kebutuhan listrik di
Kabupaten Banjarnegara. Hal ini juga diakibatkan oleh kondisi wilayah
Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar adalah pegunungan, sehingga di
beberapa tempat sangat susah untuk dipasang jaringan listrik.
Dalam kondisi seperti sekarang ini guna memenuhi kebutuhan akan tenaga
listrik, sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan potensi-potensi energi listrik
yang ada dan juga menggali sumber-sumber energi yang baru, terutama sumber
energi terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan yang sekarang digiatkan
pengembangannya
adalah
PLTMH
dimana
untuk
wilayah
Kabupaten
Banjarnegara tersedia cukup banyak aliran sungai dan irigasi yang bisa
dimanfaatkan sebagai PLTMH.
29
Rencana
pengembangan
listrik
perdesaan
memprioritaskan
30
31
On Grid8:5)
Apabila jaringan PLTMH terhubung secara nasianal (JTN) maka sesuai
dengan yang tercantum dalam PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan
Umum merupakan kewenangan Menteri Energi Sumber Daya Mineral.
32
4.3.2
Off Grid
Untuk jaringan Off Grid dibedakan lagi berdasarkan kepentingan
penggunaan tenaga listrik tersebut
untuk
memberikan
izin
usaha
33
34
permohonan
izin
PLTMH
yang
berlaku
dikabupaten
35
Izin lokasi
bahan
pertimbangan,
pada
saat
mengajukan
izin
usaha
Persyaratan administratif:
-
identitas pemohon
profil perusahaan
36
Persyaratan teknis:
-
kapasitas pembangkit
jadwal pembangunan
IUKU Sementara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun
dan dapat dicabut apabila dalam waktu 1 tahun tidak melakukan kegiatan
B. IUKU
Persyaratan administratif:
-
identitas pemohon
profil perusahaan
kemampuan pendanaan
Persyaratan teknis:
-
studi kelayakan
37
izin dan persyaratan lainnya (AMDAL atau UKL & UPL, IMB,PMA)
Persyaratan administratif:
-
identitas pemohon
profil perusahaan
Persyaratan teknis:
-
jadwal pembangunan
rencana pengoperasian
38
pelaksanaan
kegiatan
penyediaan
ketenagalistrikan
39
peralatan
tenaga
listrik
yang
telah
memenuhi
persyaratan;
i. mempekerjakan tenaga teknik yang memiliki kompetensi yang
disyaratkan;
j. memperhatikan
keselamatan
ketenagalistrikan
yang
meliputi
40
41
42
2.
3.
43
Namun dengan sedikitnya personil yang ada, Dinas PSDA dan ESDM
Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta seksi ketenagalistrikan dan energi
pada khususnya selalu berusaha bekerja dengan maksimal supaya seluruh elemen
masyarakat selaku konsumen ataupun pengusaha-pengusaha penyediaan tenaga
listrik yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara bisa mengetahui dan
memahami regulasi tentang ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten
Banjarnegara. Selain itu guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara juga sering
mengirimkan pegawai-pegawainya untuk mengikuti diklat-diklat maupun
pendidikan-pendidikan yang bekaitan langsung dengan bidang esdm pada
umumnya dan ketenagalistrikan pada khususnya.
44
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan
ESDM) Kabupaten Banjarnegara pada Bidang Energi Sumber Daya Mineral,
seksi Ketenagalistrikan dan energi selama kurang lebih tiga minggu, saya
memperoleh kesimpulan
bahwa :
pembangunan
PLTMH
yang
berada
di
wilayah
Kabupaten
5.2 Saran
1. Meningkatkan terus pembangunan PLTMH, terutama yang mampu
menjangkau wilayah-wilayah terpencil di
Kabupaten Banjarnegara,
45
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2005, Kebijakan
Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau),
Jakarta.
2. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2006, Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang
Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan
Ketersediaan Energi Tahun 2025, Jakarta
3. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara, 2009, Pengurusan
Perijinan PLTMH Di Daerah, Banjarnegara.
4. Humas Setda Banjarnegara, 2010, Profil Kabupaten Banjarnegara,
Banjarnegara.
5. Joko Priyanto, 2008, Kertas Kerja Wajib Desa Mandiri Energi Berbasis
PLTMH di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten , Cepu
6. Sitompul Hotman, 2007, Persyaratan Izin Penyediaan Tenaga Listrik,
Jakarta.
7. Sitompul Rislima, 2011, Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan
Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan, Jakarta.
8. ______,2005, Peraturan Pemerintah Nomor: 3. Tentang Perubahan Atas PP
No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal
6 ayat (4)
9. ______, 2010, Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor : 10.
tentang ketenagalistrikan
PRODUKSI (per
Tahun)
RASIO
CAD/PROD
(tanpa ekplorasi)
Tahun
23
384,7 TSCF
58 miliar ton
2,97 TSCF
132 juta ton
62
146
SUMBER DAYA
SETARA
PEMANFAATAN
KAPASITAS
TERPASANG
75,67 GW
27,14 GW
0,46 GW
49,81 GW
6.8851,0 GWh
2.593,50 GWh
SUMBER DAYA
CADANGAN
Minyak
Gas
Batubara
ENRGI NON FOSIL
Tenaga Air
Panas Bumi
Mini/Micro hydro
Biomassa
4,80 kWh/m2/hari
9,29 GW
Tenaga Surya
Tenaga Angin
Uraniaum
24.112 ton*)
*)
1)
DESDM
4,2 GW
0,852 GW
0,084 GW
0,302 GW
0,008 GW
0,0005 GW
33,0 GW*)
Lampiran 01
Lampiran 02
NO
GOL /
RUANG
JENIS
KEPEGAWAIAN
CPNS
PNS
JENIS
KELAMIN
JENIS PENDIDIKAN
JUMLAH
SD
SLTP
SLTA
DIII
S1
S2
10
11
12
13
I/a
I/b
I/c
13
13
13
I/d
Jumlah
19
23
15
23
II/a
24
27
17
26
II/b
II/c
II/d
Jumlah
35
39
10
24
38
III/a
10
III/b
III/c
10
10
III/d
Jumlah
30
31
11
18
23
IV/a
IV/b
IV/c
IV/d
IV/E
Jumlah
87
96
12
25
35
20
87
II
III
IV
JUMLAH
TOTAL
KET
14