Anda di halaman 1dari 78

ANALISIS TERMAL-MEKANIS KOMPOSIT MATRIK

POLYESTER DENGAN ADITIF PARTIKEL


MONTMORILLONITE BERPENGUAT SERAT KENAF ANYAM

SKRIPSI

Oleh :
Nasiruddin
101910101002

PROGRAM STRATA 1 TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014

ANALISIS TERMAL-MEKANIS KOMPOSIT MATRIK


POLYESTER DENGAN ADITIF PARTIKEL
MONTMORILLONITE BERPENGUAT SERAT KENAF ANYAM

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Teknik Mesin (S1) dan mencapai gelar Sarjana Teknik

Oleh :
Nasiruddin
101910101002

PROGRAM STRATA 1 TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Kedua Orang tua-ku yang telah menyayangi serta membesarkanku;
2. Guru-guruku dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi;
3. Almamater yang saya banggakan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin
Universitas Jember.

ii

MOTO

Semua penulis akan meninggal, Hanya karya-Nya lah yang akan abadi sepanjang
masa. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti
(Ali bin Abi Thalib)

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nasiruddin
NIM : 101910101002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Termal-mekanis Komposit matrik Polyester dengan aditif partikel Montmorillonite
berpenguat serat Kenaf Anyam adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika
disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada instansi manapun, serta
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 24 September 2014


Yang menyatakan

Nasiruddin
NIM 101910101002

iv

ANALISIS TERMAL-MEKANIS KOMPOSIT MATRIK POLYESTER


DENGAN ADITIF PARTIKEL MONTMORILLONITE BERPENGUAT
SERAT KENAF ANYAM

SKRIPSI

Oleh
Nasiruddin
NIM 101910101002

Pembimbing:
Dosen Pembimbing I

: Hary Sutjahjono, S.T., M.T.

Dosen Pembimbing II

: Santoso Mulyadi, S.T., M.T.

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Analisis Termal-mekanis Komposit matrik Polyester dengan


aditif partikel Montmorillonite berpenguat serat Kenaf Anyam telah diuji dan
disahkan pada:
Hari, Tanggal

: Selasa, 7 Oktober 2014

Tempat

: Fakultas Teknik Universitas Jember

Penguji
Ketua,

Sekretaris,

Hary Sutjahjono, S.T., M.T.

Santoso Mulyadi, S.T., M.T.

NIP 19681205 199702 1 002

NIP 19700228 199702 1 001

Anggota I,

Anggota II,

Dedi Dwi Laksana S.T., M.T.

Ir. F.X. Kristianta M.Eng.

NIP. 19691201 199602 1 001

NIP. 19650120 200112 1 001

Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember,

Ir. Widyono Hadi M.T.


NIP. 19610414 198902 1 001
vi

RINGKASAN

Analisis Termal-Mekanis Komposit Matrik Polyester Dengan Aditif


Partikel

Montmorillonite

Berpenguat

Serat

Kenaf

Anyam;

Nasiruddin

101910101002: Program Studi Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Jember.
Komposit alam berbasis serat akhir-akhir mulai ini menjadi topik bahasan.
Serat kenaf merupakan salah satu serat alam yang banyak dimanfaatkan sebagai serat
komposit untuk dijadikan obyek penelitian karena selain produksi yang melimpah
(penghasil serat nomor satu di dunia), memungkinkan untuk ditanam di daerah
Jember, juga karena kekuatan mekanis serat yang cukup baik. Penggunaan komposit
yang luas memungkinkan komposit mengalami paparan panas sehingga dapat
menyebabkan kebakaran. Selama ini, pengujian kedua sifat sekaligus yaitu sifat
mekanik dan termal belum banyak dilakukan. Untuk itulah, pengujian termal mekanis
ini dilakukan guna meningkatkan daya tahan panas/ mempertahankan kekuatan
khususnya kekuatan tarik setelah komposit tersebut diberi panas selama beberapa
waktu.
Metode penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan deskriptif.

Standard

pengujian yang dipakai ialah ASTM D 3039. Variabel yang digunakan yaitu
pengaruh variasi fraksi berat aditif MMT (0%, 10%, 20%, 30% dan 40%) serta
pengaruh suhu konduksi (Suhu ruang, 50 oC, 100 oC,200 oC dan 250 oC). Pembuatan
sampel menggunakan metode hand-lay up. Proses pengujian termal mekanis meliputi
pemasangan sampel pada mesin uji tarik dan pemanas dipasangkan secara konduksi
pada obyek selama 20 menit . Setelah itu, pengujian tarik dilakukan.
Hipotesa penulis ialah semakin tinggi persentase fraksi berat montmorillonite
maka semakin tinggi sifat daya tahan termalnya namun di sisi lain, kekuatan tariknya
menurun. Setelah dilakukan pengujian, ternyata berbeda. Penambahan aditif 40%
MMT dapat meningkatkan kekuatan tarik komposit hingga 50%.
vii

viii

Dari pengujian ini, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Penambahan


montmorillonite meningkatkan kekuatan tarik komposit, meskipun pada fraksi 10%,
20% dan 30% kekuatannya dibawah sampel kontrol; 2) Secara umum, semakin tinggi
suhu yang dipaparkan pada komposit maka kekuatan tarik komposit menurun secara
drastis mulai 100 oC; 3) Daya tahan termal-mekanis terbaik pada komposit fraksi
berat 40% hingga suhu 100 oC; 4) Kondisi morfologi komposit setelah pengujian
termal-mekanis pada suhu di atas 100 oC, komposit mulai mengalami kegagalan
panas seperti arang, melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik,
delaminasi dan pecahnya matriks.
Kata kunci: Kenaf, Montmorillonite, Termal-mekanis, ASTM D 3039.

SUMMARY

Thermo-mechanical Analysis of Woven Kenaf Fiber Reinforced Matric Polyester


with Aditif Monmorillonite; Nasiruddin 101910101002: Tier One Program Studies
Department of Mechanical Engineering Faculty of Engineering, University of
Jember.
Recently, Nature Fiber Reinforced is trending topic. Kenaf fiber is natural fiber
which gained research interest because product available (most productly in the
world) and potentially of jember to grown it. The use of composites in a wide variety
of applications is application of composite due to outstanding thermal properties
wihich composite is flammable. Termo-mechanical test use for upgrading strength of
material in fire especially at thermal-tensile durability properties
Research methodology are used is quantitative dan descriptive analysis.
Standard Test is ASTM D 3039. Variabel variety is weight fraction aditif MMT ( 0%,
10%, 20%, 30% and 40%) and conducting treatment (Room temperature, 50 oC, 100
o

C,200 oC and 250 oC). Process of thermal-mechanical test is sample assembly at

tensile test machine and conducted heater during 20 minutes. After that, tensile test is
running.
Writer Hipotesis is the greater persentase of weight fraction montmorillonite the
thermal properties up but tensile strength down. After research, exactly different. Add
aditif MMT 40% could upgrading composites tensile strength until 50%.
From this research, conclusion is :(1) Adding montmorillonite upgrading tensile
strength, though 10%, 20% and 30% weight fraction make strength under
reference(0% wt MMT); (2) Gwenerally, the greater temperature which conducted at
composites then tensile strength down drastically get started from 100 oC.;(3) The
best of Thermo-mechanical properties at composite 40% MMT weight fraction until
temperature 100 oC; (4) Morfologi composite pasca thermal-mechanical test at

ix

temperature over 100 oC, composites started at thermal defect like char, soften and
degradation at matriks and organic fiber, delamination and matriks crack.
Keyword: Kenaf, Montmorillonite, Thermo-mechanical, ASTM D 3039.

PRAKATA

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai sumber inspirasi dan panutan umat manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Termal-mekanis Komposit matrik Polyester
dengan aditif partikel Montmorillonite berpenguat serat Kenaf Anyam ini diajukan
guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu
(S1) pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univertas Jember.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini khususnya kepada :
1.

Kedua orangtua dan keluarga, ayahanda Ahmad Mashuri dan Ibunda Uminidah
atas segala bentuk kasih sayang, doa dan dukungan yang tak hentinya diberikan
kepada saya. Kedua saudaraku tercinta, Imam Sholahuddin dan Idatul Fitria yang
telah menjadi guru dan penyemangat tersendiri untuk saya.

2.

Bapak Hary Sutjahjono S.T., M.T. dan Bapak Andi Sanata S.T., M.T. sebagai
bapak dosen pembimbing utama serta Bapak Santoso Mulyadi S.T., M.T., selaku
bapak dosen pembimbing anggota yang telah bersedia untuk meluangkan waktu
dalam membimbing dan mengarahkan saya selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.

3.

Bapak Dedi Dwi Laksana S.T., M.T. selaku bapak dosen penguji I, dan Ir. F.X.
Kristianta M.Eng., selaku bapak dosen penguji II yang telah memberikan kritik
dan saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.

xi

xii

4.

Seluruh staf pengajar dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Jember yang telah banyak memberikan ilmu, pengetahuan, dan wawasan selama
saya belajar di bangku perkuliahan.

5.

Segenap teman-teman teknik mesin, khususnya angkatan 2010 (Mechanical-X)


yang telah banyak sekali berbagi ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan.

6.

Teman-teman penghuni kontrakan manggis, penghuni kontrakan brantas 21,


penunggu kampus patrang yang menemani dan membantu saya selama
pengerjaan skripsi ini

7.

Semua pihak yang telah membantu proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang tak lepas kesalahan dan

kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya kritik, saran, dan ide yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan karya tulis skripsi ini dan penelitian berikutnya yang
berkaitan. Semoga hasil dari penelitian pada skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak.

Jember, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. ii
MOTO ......................................................................................................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................................... iv
PENGESAHAN .......................................................................................................... vi
RINGKASAN ............................................................................................................ vii
SUMMARY ................................................................................................................ ix
PRAKATA .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5
2.1 Material Komposit .................................................................................... 5
2.1.1 Komposit Laminate ............................................................................ 8
2.2 Polyester, Serat Kenaf dan Montmorillonite .......................................... 9
2. 3 Karakterisasi .......................................................................................... 11
2.3.1 Pengujian Tarik Material Komposit ................................................. 11
2.3.2 Pengujian Termal-Mekanis .............................................................. 13
2.3.3 Pengujian Morfologi ........................................................................ 15
2.4 Hipotesa ................................................................................................... 16
xiii

xiv

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 17


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan Penelitian...................................................................... 17
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 18
3.3.1 Langkah-langkah pembuatan sampel ............................................... 18
3.3.2 Langkah-langkah pengujian sampel ................................................ 19
3.4 Analisa Data ............................................................................................ 20
3.5 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 22
4.1 Data Hasil Pengujian .............................................................................. 22
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 26
BAB 5. PENUTUP .................................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 34
5.2 Saran ........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35
LAMPIRAN ............................................................................................................... 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kegagalan panas pada laminate menunjukkan perbedan wilayah


kerusakan...7
Gambar 2.2 Grafik pengaruh kenaikan suhu terhadap kekuatan tarik pada laminate
glass/vinylester, glass/polyester dan glass/polypropylene.8
Gambar 2.3 Komposit laminate ....8
Gambar 2.4 Resin polyester (Yukalac 157 BQTN-EX)9
Gambar 2.5 Tanaman kenaf, benang/serat kenaf dan serat kenaf yang telah
dianyam...10
Gambar 2.6 Standar persiapan sampel uji ASTM D 3039..12
Gambar 2.7 Sampel uji tarik dengan pengukur panas untuk mengukur kekuatan pada
kenaikan suhu..14
Gambar 2.8 Skema ideal dari sebuah laminate dibawah pembebanan tarik dengan
pemodelan dua lapis dan skema pengujian termal-mekanis pada penelitian ini....15
Gambar 2.9 Bentuk patahan pada komposit ..16
Gambar 3.1 Model pengujian tarik dengan pemanasan salah satu sisinya.....20
Gambar 3.2 Diagram alir penelitian21
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara nilai kekuatan tarik dengan variasi suhu pada
masing-masing persentase fraksi berat montmorillonite.....22
Gambar 4.2 Pengaruh penambahan aditif MMT terhadap kekuatan tarik komposit
kenaf pada suhu ruang.23
Gambar 4.3 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tarik komposit pada masing-masing
kandungan fraksi berat MMT..23
Gambar 4.4 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan berbagai macam
variasi fraksi berat (% wt) aditif MMT ..26

xv

xvi

Gambar 4.5 Foto makro patahan sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 40% (% wt) pada suhu 150 oC, 200 oC dan 250 oC. Garis merah menunjukkan
letak dimana batas arang......28
Gambar 4.6 Bentuk patahan yang sering terjadi pada pengujian komposit polimer
.29
Gambar 4.7 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT 0%
(%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC.30
Gambar 4.8 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT
20% (%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC....31
Gambar 4.9 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT
40% (%wt) setelah perlakuan suhu uji termal-mekanis......32

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat fisik dari serat kenaf dan unsaturated polyester ...10
Tabel 2.2 Rangkuman hasil penelitian serat kenaf dengan perlakuan panas.....10
Tabel 2.3 Spesimen geometri yang dibutuhkan......12
Tabel 2.4 Geometri spesimen yang direkomendasikan...12
Tabel 2.5 Kode kegagalan uji tarik......16

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel data hasil pengujian termal-mekanis
2. Gambar sampel uji keseluruhan
3. Perhitungan kekuatan tarik
4. Tabel konversi mesh ke mikron
5. Rasio pencampuran larutan matriks
6. Gambar bahan cetakan serta gambar teknik cetakan komposit
7. Gambar bahan - bahan untuk membuat sampel uji
8. Gambar perangkat tambahan penting untuk pembuatan komposit
9. Gambar perangkat tambahan penting untuk proses pengujian
10. Standard ASTM D 3039

xviii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21, perkembangan teknologi material komposit sudah mulai
bergeser menuju pemanfaatan serat alam sebagai pengganti serat penguat sintetis
(Diharjo, dkk., 2008). Serat alam telah menjadi salah satu alternatif penguat komposit
polimer yang mendapat perhatian khusus dengan kelebihan materi yang ringan, tidak
mudah abrasi dalam pemrosesannya, ramah lingkungan serta terbarukan (Issac,
2012). Berbagai jenis tanaman serat tumbuh subur di Indonesia seperti kenaf, rosella,
rami dan abaca. Produksi serat kenaf menempati urutan pertama dari produksi serat
alam di dunia yaitu 970.000 ton/tahun. Salah satu faktor pendukung tingginya
produksi serat kenaf ialah masa tanam yang pendek (4 bulan) dan tahan di ladang
marginal, seperti lahan yang sering banjir, gambut dan tadah hujan, sedikit gangguan
hama dan penyakit serta biaya produksi yang rendah. Ada empat propinsi di
Indonesia yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya tanaman kenaf,
salah satunya adalah propinsi jawa timur, dan Jember termasuk daerah yang
berpotensi untuk mengembangkan tanaman ini (Diharjo, dkk., 2008).
Penggunaan material komposit yang sangat luas memungkinkan terkena
berbagai paparan panas sehingga beresiko terjadinya kebakaran. Beberapa kasus
kebakaran pada pesawat terbang dan kapal dapat mendeskripsikan pentingnya
memahami sifat panas terhadap komposit dan kebutuhan akan material polimer tahan
panas (Mouritz, dkk., 2006). Kestabilan panas dalam sistem komposit dipengaruhi
oleh suhu, rasio antar matriks, dispersi dan ikatan serat dengan matriks serta suhu
terlalu tinggi dapat menyebabkan dekomposisi (Onggo, dkk., 2005).
Terkait dengan aplikasi komposit sebagai panel atau aplikasi khusus lainnya
sebagai isolator panas misalnya gantungan lampu, sifat hambatan panas menjadi
sangat penting untuk dikaji. Daya tahan terhadap termal serta kekuatan yang baik
akan memberikan waktu yang lebih lama pada material untuk mempertahankan diri
1

dari kegagalan panas. Hasil riset Cornell University/ National Institute of Standards
and Technology (NIST) menunjukkan bahwa komposit plastik - lempung dengan
komposisi 90% : 10% (w/w), dapat mempertahankan diri dari kerusakan akibat
pembakaran api sebesar 60 80 %. Genteng merupakan produk keramik dari tanah
liat/lempung yang memiliki kandungan 54,59% SiO2 dan 19,92% Al2O3. Lempung ini
dapat dikategorikan sebagai Montmorillonite karena mempunyai kemampuan
mengadsorbsi tinggi, sifat liat yang tinggi, berkerut jika dikeringkan dan butirannya
berkeping halus. Kedua senyawa tersebut merupakan bahan geomaterial yang mampu
meningkatkan ketahanan panas dan kekuatan komposit. Unsur lain yang terkandung
(CaO, MgO, K2O dan TiO2) juga dapat meningkatkan tahan panas (Diharjo, dkk.,
2013). Pada penelitian sebelumnya, perlakuan durasi Termal terhadap kekuatan tarik
serat kenaf didapatkan nilai kekuatan tarik menurun dari 120 MPa ke 40 MPa pada
temperatur dari 20oC ke 100oC serta durasi waktu 8 dan 24 jam (Khalid, dkk., 2011).
Penelitian serupa pada rentang suhu yang berbeda 110oC hingga 190oC dengan
variasi waktu 3-9 jam didapatkan kekuatan tarik antara 43,2 MPa sampai 52,5 MPa
(Du, dkk., 2008). Begitu pula dengan perlakuan Termal mekanis pada komposit kenaf
menunjukkan penurunan pada Modulus sisa-nya dari 3x109Pa hingga 0 Pa (Kuroda,
2009).
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis Termal-mekanis terhadap sampel
uji komposit bermatrik polyester berpenguat serat kenaf dengan aditif partikel
montmorillonite (limbah genteng) dengan tujuan meningkatkan kinerja komposit
akibat paparan panas. Keterbatasan kekuatan komposit matrik polimer terhadap efek
temperatur serta kemampuan partikel montmorillonite dalam menghambat laju
pemanasan akan menjadi topik penelitian yang menarik dengan menghubungkan sifat
keduanya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1

Bagaimanakah pengaruh variasi fraksi berat aditif montmorillonite pada komposit


matrik polyester berpenguat serat kenaf terhadap nilai kekuatan tarik?

Bagaimanakah pengaruh variasi suhu terhadap kekuatan tarik komposit matrik


polyester berpenguat serat kenaf menggunakan aditif partikel montmorillonite?

Bagaimanakah kondisi morfologi komposit matrik polyester berpenguat serat


kenaf menggunakan aditif partikel montmorillonite setelah dilakukan pengujian
tarik dengan paparan panas?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Polyester yang digunakan merupakan produk Yukalac 157 BQTN-EX.
2. Serat yang digunakan adalah satu lapisan serat jenis kenaf berbentuk anyam
orientasi 45o/135o.
3. Aditif partikel montmorillonite berasal dari limbah genteng dengan ukuran 297
m atau mesh 50. Variasi aditif menggunakan fraksi berat 0%, 10%, 20%,
30%, 40%.
4. Variasi suhu pengujian Termal mekanis; suhu ruang, 50oC,100 oC, 150 oC, 200 oC,
dan 250 oC dengan waktu pemanasan konduksi selama 20 menit. Luas permukaan
konduksi pada sampel yaitu 25 mm x 75 mm.
5. Standar uji sifat mekanis komposit matrik polimer menggunakan ASTM D3039.
6. Proses pembuatan sampel menggunakan metode hand-lay up.

1.4 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :
1

Untuk mengetahui pengaruh variasi fraksi berat aditif montmorillonite pada


komposit matrik polyester berpenguat serat kenaf terhadap nilai kekuatan tarik.

Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap kekuatan tarik komposit matrik
polyester berpenguat serat kenaf menggunaan aditif partikel montmorillonite.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah:

Memberikan informasi mengenai karakteristik Termal-mekanis Komposit Matrik


Polyester berpenguat Serat Kenaf Anyam dengan penambahan Aditif Partikel
Montmorillonite.

Memberikan tambahan koleksi pustaka kepada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas


Teknik, Universitas Jember.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Komposit


Material komposit di definisikan sebagai kombinasi antara dua material atau
lebih yang berbeda bentuk, komposisi kimia, dan tidak saling melarutkan dimana
material yang satu berperan sebagai penguat dan yang lainnya sebagai pengikat serta
dapat dilihat perbedaannya secara makroskopis. Komposit disusun dari dua
komponen yaitu matriks atau resin dan reinforcement atau penguat atau ada juga yang
menyebut filler. Filler ini nanti akan berfungsi sebagai penguat berupa partikel atau
serat yang menerima distribusi tegangan dari komposit (Yunus, 2011). Komposit
polimer mulai fenomenal sejak tahun 1960-an dan sekarang telah berkembang pada
aplikasi pesawat terbang, pesawat antariksa, perahu, kapal, mobil otomotif,
infrastruktur sipil, peralatan olahraga dan produk konsumen. Penggunaan komposit
diberbagai bidang tergantung pada karakteristik fisik, termal, kimia dan mekanisnya.
Kelebihan komposit terhadap berbagai paduan logam diantaranya ringan, kekakuan
spesifik yang tinggi dan kekuatan spesifik, ketahanan lelah yang baik, tahan korosi,
isolasi panas, perambatan panas yang rendah.
Masalah besar dari penggunaan Polimer berpenguat serat (Fiber Reinforced
Polymer/ FRP) pada aplikasi struktur teknik adalah derajat dari ketahanan panas dan
keterbatasan informasi sifat material tersebut ketika mengalami pemanasan. Pada
suhu yang lebih rendah diantara 100o-200oC, FRP akan mengalami pelunakan, creep
dan terdistorsi menyebabkan kegagalan ketika mengalami pembebanan struktur
ketika 300o-500oC, matriks polimer terdekomposisi, melepaskan panas dan gas
beracun (Yousif, 2013). Penelitian mengenai sifat Termal-mekanis pada komposit
silanized-kenaf/polystyrene
Mechanical

Termal

dengan

Analysis).

menggunakan
Dengan

metode

pemberian

DMA

coupling

(Dynamic
agent

3-

methacryloxypropyltriethoxysilane mulai dari 5-15% dan tanpa pemberian coupling


agent serta polystyrene murni (PS). Hasilnya, modulus sisa tertinggi terdapat pada
5

pemberian CA 15% yaitu sebesar 3 GPa pada suhu 50oC lalu cenderung menurun
pada suhu setelahnya hingga modulus terendah yaitu 0 GPa terletak pada suhu 140oC.
Nilai terendah didapatkan pada PS dengan modulus sisa sebesar 1 GPa pada suhu
50oC lalu cenderung menurun pada suhu setelahnya hingga modulus terendah yaitu 0
GPa terletak pada suhu 130oC (Kuroda, 2009).
Sifat hambatan panas bahan komposit sangat dibutuhkan untuk aplikasinya
sebagai isolator termal. Penggunaan material partikel tahan panas pada komposit
diharapkan dapat meningkatkan hambatan termal. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan kandungan partikel montmorillonite mampu meningkatkan
hambatan panas komposit matrik bisphenolic. Pada kadar partikel 10% dan 50%
(v/v), komposit secara berurutan memiliki hambatan panas 0,807x10-2 K/W dan
0,939x10-2 K/W. Hambatan panas untuk komposit dengan ukuran partikel 125-177
m dan < 74 m masing-masing adalah 0,725x10-2 K/W dan 0,888x10-2 K/W.
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kandungan partikel dan pengecilan
ukuran partikel mampu meningkatkan hambatan panas komposit. Komposit ini sangat
berpotensi digunakan sebagai isolator panas untuk berbagai aplikasi (Diharjo, dkk.,
2013). Namun, pada umumnya matrik komposit berasal dari bahan organik tidak
dapat bekerja pada paparan suhu diatas 200oC (Tran Doang Hung, 2011).
Secara umum, kegagalan panas mengakibatkan laminate menjadi bentuk
arang, melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks. Gambar 2.1 dibawah menunjukkan gambaran mengenai ketebalan
komposit yang telah dipanasi hingga menjadi arang pada salah satu sisinya dan
dampak yang terlihat terjadi di berbagai wilayah pada material. Permukaan panas
terkena langsung panas pada wilayah pertama sehingga dekomposisi termal menjadi
arang, yang terlihat lapisan hitam pada gambar. Isi polimer pada wilayah ini adalah
diabaikan karena matriks seluruhnya terdegradasi dan berbagai residu material
organik telah memadat menjadi arang. Dibawah wilayah arang yang merupakan
daerah tipis disebut daerah dekomposisi dimana matriks polimer telah dipanasi yang
diatas reaksi temperatur dekomposisi tetapi dibawah temperatur bentuk arang. Pada

daerah ini matriks secara parsial terdegradasi, umumnya dengan pemotongan rantai
menjadi molekul fragmen berat yang itu sangat berat untuk menguap. Bagaimanapun
juga, proses dekomposisi tidaklah sempurna dan oleh karena itu matriks tidak
dikurangi menjadi arang dan gas pembakaran. Dibawah wilayah dekomposisi,
komposit termasuk delaminasi yang retak diantara lapisan dan retak matriks yang
baik dalam lapisan. Daerah terdekat permukaan dingin pada laminate tidak
terpengaruh panas karena temperatur terlalu rendah untuk menyebabkan berbagai
pelunakan atau dekomposisi pada matriks. Dengan menambah waktu pembakaran,
wilayah dekomposisi dan wilayah arang bertambah secara progresif pada permukaan
yang tidak terkena panas sebelumnya dan secepatnya matriks polimer secara
sempurna menjadi arang (Mouritz, dkk., 2006).

Gambar 2.1 Kegagalan panas pada laminate menunjukkan perbedan wilayah


kerusakan (Mouritz, dkk., 2006).
Pengukuran kekuatan tarik saat komposit dipanasi hingga 400oC pada tiga tipe
dari laminate anyam: glass/vinyl ester, glass/polyester dan glass/polypropylene
(Mouritz, dkk., 2006).

Gambar 2.2 Grafik pengaruh kenaikan suhu terhadap kekuatan tarik pada
laminate glass/vinylester, glass/polyester dan glass/polypropylene (Mouritz,
dkk., 2006).
2.1.1 Komposit Laminate
Menurut Wikipedia, Komposit Laminate merupakan gabungan
dari beberapa lapisan seperti pada komposit berpenguat serat yang dapat
menyediakan sifat mekanis seperti kekutan geser, kekuatan bending,
kekuatan dan koefisien termal. Lapisan pada material yang berbeda dapat
menjadi komposit hybrid. Secara umum, lapisan serat terdiri atas
orthotropic (dengan arah orthogonal) atau isotropic (dengan arah
tranversal) dan anisotropic (arah secara acak).

Gambar 2.3 Komposit laminate (Wikipedia, 2014)

2.2 Polyester, Serat Kenaf dan Montmorillonite


Resin polyester (Yukalac 157 BQTN-EX) digunakan sebagai bahan matriks
dengan sifat densitas 1,215 g/cm3, titik leleh 170oC dengan serapan air 0,118% (24
jam), tensile strength 5,5 kg/mm2 dan perpanjangan putus 1,6% (Mashuri, 2007).
Polyester ini merupakan jenis Ortho-phthalic Resin dan sangat popular di bidang
pembuatan kapal di Indonesia. Bidang aplikasi lainnya antara lain: tangki, alat
saniter, ornamen dan lain-lain. YUKALAC 157 BQTN-EX ber-sertifikat LR
Register & FDA (Justus, 2011). Ortho-phthalic Resin dapat bekerja dengan baik pada
suhu sedang hingga

rendah dan sering digunakan karena harganya yang murah

(Pepper, 2012).

Gambar 2.4 Resin polyester (Yukalac 157 BQTN-EX).


Kenaf (Hibiscus cannabinus, L. family Malvaceae ) adalah tanaman tahunan
yang dapat tumbuh dibawah kondisi cuaca yang beragam. Tanaman ini tumbuh lebih
dari tiga meter selama tiga bulan pada kondisi lingkungan sedang dengan diameter
tangkai 25-51 mm. Tanaman dikotil ini memiliki tiga lapis yaitu kulit, inti dan non
ferrous cell (Aji, dkk., 2009).

10

Gambar 2.5 Tanaman kenaf, benang/serat kenaf dan serat kenaf yang telah
dianyam.
Berikut ini merupakan rangkuman peneltian mengenai sifat fisik serat kenaf
dan polyester pada tabel 2.1 dan Penelitian tentang efek dari temperatur terhadap
kekuatan tarik serat kenaf pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Sifat fisik dari serat kenaf dan unsaturated polyester (Osman, dkk., 2012)
Fiber

Serat Kenaf
Unsaturated
Polyester

Density
(g/cm3)
1,04-1,5

Tensile
strength
(MPa)
110-930

Young
modulus
(GPa)
4,3-53

Fiber
diameter
(mm)
0,024-0,14

Fiber
Length
(mm)
1-60

1.12

39

3.231

Tabel 2.2 Rangkuman hasil penelitian serat kenaf dengan perlakuan panas.
Serat
Kenaf

Kenaf

Temperatur
(C)
110-190

20
50
100

Pemanasan
(jam)
3
6
9
8 24
8 24
8 24

Kekuatan Tarik
(MPa)
220 160
175 50
150 75
125 110
105 70
60 40

Referensi
(Du, dkk., 2008)

(Khalid, dkk., 2011)

11

Genteng merupakan produk keramik dari tanah liat/lempung yang memiliki


kandungan 54,59% SiO2 dan 19,92% Al2O3. Lempung ini dapat dikategorikan sebagai
Montmorillonite karena mempunyai kemampuan mengadsorbsi tinggi, sifat liat yang
tinggi, berkerut jika dikeringkan dan butirannya berkeping halus. Kedua senyawa
tersebut merupakan bahan geomaterial yang mampu meningkatkan ketahanan panas
dan kekuatan komposit. Kedua kandungan tersebut menghambat adanya perambatan
api (flame resistence). Flame resistence merupakan komponen atau kombinasi
komponen yang dapat menghambat nyala bila ditambahkan pada suatu kandungan
sehingga dihasilkan suatu material yang memiliki kemampuan hambat nyala.
(Diharjo, dkk., 2013).
Pada penggunaan montmorillonite (MMT) modifikasi filler pada komposit
polyester berpenguat kenaf dapat meningkatkan sifat mekanis sebesar 10% atau lebih.
Sedangkan penambahan MMT tanpa modifikasi meningkatkan kekuatan tariknya
dibandingkan dengan tipe yang lain seperti trymethil ammonium bromidemontmorillonnite

dan

alkyl

dimethyl

benzyl

ammonium-montmorillonite

(Sreenivasan, dkk., 2012). Penambahan tanah liat pada polyamide-6, PA-6, (4,7%)
menuju sifat mekanis superior dan pemanasan temperatur distorsi bertambah menjadi
152oC, dimana 87oC lebih tinggi dibandingkan PA-6 murni (Mouritz, dkk., 2006).

2. 3 Karakterisasi
2.3.1 Pengujian Tarik Material Komposit
ASTM D 3039 merupakan standard pengujian sifat tarik pada Komposit
bermatrik polimer. Material komposit terbatas pada serat kontinyu maupun serat
diskontinyu dengan laminate yang seimbang dan simetris. Metode pengujiannya
dengan menggunakan sebuah flat strip tipis yang berbentuk persegi panjang
dengan penampang dipasang pegangan dan beban yang tetap. Kekuatan ultimate
material dapat ditentukan dari beban maksimum dilakukan sebelum kegagalan.
Metode pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan kekuatan tarik ultimate.

12

Gambar 2.5 Standar persapan sampel uji ASTM D 3039.

Tabel 2.3 Spesimen geometri yang dibutuhkan


Parameter
Spesifikasi :
Bentuk
Panjang minimal
Lebar spesimen
Toleransi lebar spesimen
Ketebalan spesimen
Toleransi ketebalan spesimen
Kerataan spesimen

Kebutuhan
Constant rectangular cross-section
Gripping + 2 times width + gage length
As needed
1% dari lebar
As needed
4% dari tebal
Flat with light finger pressure

Tabel 2.4 Geometri spesimen yang direkomendasikan


Fiber orientation
0o unidirectional
90o unidirectional
Balanced & symmetric
Random-discontinuous

Width
(mm)
15
25
25
25

Overall
length
(mm)
250
175
250
250

Thickness
(mm)

Tab Length
(mm)

1.0
2.0
2.5
2.5

56
25
Emery cloth
Emery cloth

Tab
Thickness
(mm)
1.5
1.5
-

Tab Bevel
Angle
7 or 90
90
-

Perhitungan ultimate tensile strength menggunakan persamaan dibawah ini:


tu = Fmax / A0
i= Pi/A

1)
2)

13

dimana :
tu = kekuatan tarik ultimate MPa [psi];
Fmax = beban maksimum sebelum kegagalan, N [lbf];
i = tegangan tarik pada data yang ke-, MPa [psi];
Pi = beban pada data yang ke-, N [lbf];
A0 = luasan seksi silang rata-rata dari lebar x tebal, mm2 [in2], sebesar 125 mm2
2.3.2 Pengujian Termal-Mekanis
Pengujian termal-mekanis merupakan pengujian kekuatan mekanis dengan
diberi pemanasan pada material tersebut. Pada penelitian ini kekuatan mekanis
yang diukur ialah kekuatan tarik. Pengukuran kekuatan tarik ini mengalami
beberapa kesulitan karena temperatur sering melewati jarak uji pemanasan dan
juga masalah mengenai pegangan yang selip atau kegagalan pada pegangan
selama proses. Satu metode yang dapat mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan heated gauge length set-up yang tertera pada gambar. Sampel
konvensional untuk uji tarik dengan temperatur kontrol terdiri atas balok metal
dan pemanas kartrid dengan desain jepit seperti gambar. Keuntungan dari desain
ini ialah menjaga pegangan sampel tetap dingin, jadi mencegah keselipan atau
deformasi. Penambahan penyekatan secara umum dibutuhkan di sekitar
pegangan atas, untuk mencegahnya menjadi hangat dengan konveksi udara dari
balok panas (Mouritz, dkk., 2006).

14

Gambar 2.6 Sampel uji tarik dengan pengukur panas untuk mengukur kekuatan
pada kenaikan suhu (Sumber : Mouritz & Gibson, 2006 dan Easby, dkk., 2007)
Sampel berbentuk dog bone digunakan untuk uji tarik pada spesimen,
ketebalan dimensi 8 mm dan variasi temperature uji antara 25 oC hingga 400oC
dengan sebuah box berisi pemanas(Easby, dkk., 2007). Pada referensi lain, uji
tarik dengan variasi temperatur 20oC hingga 300oC dengan spesimen
berdasarkan ASTM D 3039 berdimensi 150 mm x 25 mm x 4 mm(Feih, dkk.,
2007).
Analisis termal-mekanis bisa digambarkan melalui pemodelan dua lapis.
Model dua lapis (two layer model) digunakan untuk menghitung sifat mekanis
dari laminate dibawah kombinasi pembebanan tarik dan pemanasan pada satu
sisi serta model laminasi untuk memprediksi sifat dibawah pengaruh
pembebanan tarik dan pemanasan pada salah satu sisi. Model diasumsikan
mengalami pemanasan pada laminate-nya pada kedua lapisannya dimana salah
satunya tidak terkena panas serta yang lainnya menjadi arang. Skema dari
kondisi material tertera pada gambar di bawah ini. Secara sederhana, kekuatan
tarik mempengaruhi lapisan arang diasumsikan konstan. Kekuatan tarik dari
lapisan yang belum terkena panas tersebut juga diasumsikan konstan dan juga
nilai kekuatan tariknya berdasarkan suhu kamar meskipun kenyataanya
kekuatan tarik dari lapisan yang belum terkena panas ialah tidak konstan.

15

Kekuatannya terendah pada batas arang dan meningkat pada permukaan yang
tidak terkena panas. Setidaknya pendekatan ini sangat membantu dalam
menginterprestasikan sifat sisa setelah pemanasan.

Gaya Tarik

K = 2.15W/m K
Panas
konduksi

T = suhu ruang,
50oC,100oC,150 oC,
200 oC oC,250 oC

Gambar 2.7 Skema ideal dari sebuah laminate dibawah pembebanan tarik
dengan pemodelan dua lapis (Sumber : Mouritz & Gibson, 2006) dan Skema
pengujian pada penelitian ini (kanan).

2.3.3 Pengujian Morfologi


Pengujian morfologi mengggunakan foto makro dengan kamera biasa
5 MP. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tampilan tentang cacat yang
terjadi akibat perlakuan termal mekanis. Berikut kode kegagalan pada
komposit berikut contohnya berdasarkan ASTM D 3039:

16

Tabel 2.5 Kode Kegagalan Uji Tarik


Karakter Pertama
Tipe Kegagalan
Sudut
Delaminasi
Grip/ Cekam
Lateral
Multi-mode
Long splitting
Explosive
Other

Kode
A
D
G
L
M (xyz)
S
X
O

Karakter Kedua
Luasan Kegagalan
Didalam Grip/Cekam
Pada Grip/Cekam
< 1 W dari grip/ cekam
Gage
Multiple Areas
Various
Unknown

Kode
I
A
W
G
M
V
U

Karakter Ketiga
Lokasi Kegagalan
Bottom
Top
Left
Right
Middle
Various
Unknown

Kode
B
T
L
R
M
V
U

Gambar 2.8 Bentuk Patahan Komposit (Sumber: ASTM D 3039)

2.4 Hipotesa
Hipotesis pada penelitian ini ialah bahwa semakin besar persentase fraksi
berat montmorillonite maka semakin tinggi sifat daya tahan termalnya namun di sisi
lain, kekuatan tariknya menurun karena penambahan persentase fraksi berat
montmorillonite tersebut menyebabkan material menjadi getas.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif dan deskriptif.

Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerik. Dengan


metode kuantitatif akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi
hubungan antar variabel yang diteliti. Sedangkan penelitian deskriptif melakukan
analisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan
(Dharminto, 2014). Untuk memudahkan penjelasan, Acuan yang dijadikan rujukan di
dalam penelitian ini ialah sampel kontrol yaitu sampel komposit tanpa partikel MMT
(0% wt MMT).
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada Agustus hingga September 2014 di
Laboratorium Uji Bahan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini berlangsung antara lain:
Alat :
1. Universal Machine Testing Merk ESSOM TM 113 30 kN.
2. Thermocontrol dan Termokopel.
3. Heater Jacket (pemanas)
4. Ayakan mesh 50 (Ayakan tepung).
5. Cetakan Komposit dari Kaca, Plastik Astralon, Plastisin dan Margarin.
6. Penggaris dan
7. Palu dan lumpang besi,
8. Timbangan digital
9. Kamera 5 MP
17

18

10. Pencekam khusus komposit polimer


11. Cutter dan Gunting
12. Gerinda Tangan
Bahan :
1. Serat kenaf anyam.
2. Resin polyester Yukalac BQTN EX 157.
3. Partikel Montmorillonite.
4. Hardener
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Langkah-langkah pembuatan sampel
1. Persiapkan cetakan kaca, serta alat pendukung untuk membuat sampel.
2. Hancurkan partikel genteng, tumbuk dengan lumpang besi lalu ayak dengan
ayakan tepung (mesh berukuran 50)
3. Potong serat kenaf anyam sesuai dimensi ASTM D 3039 sebanyak sampel
yang dibutuhkan yaitu dengan dimensi 30 mm x 150 mm per cetakan sampel.
4. Ukur dan timbang resin sesuai kebutuhan, tambahkan katalis (hardener) 1%,
dan

timbang

montmorillonite.

Kemudian

campur

resin,

katalis

dan

montmorillonite dengan persentase sesuai dengan rencana penelitian (lihat


lampiran). Aduk secara perlahan dengan hitungan pengadukan 100 kali saat
pencampuran resin dan katalis, lalu aduk 60 kali saat pencampuran resin-katalis
dengan montmorillonite. Campuran resin, katalis dan montmorillonite selanjutnya
disebut sebagai larutan campuran matriks.
5. Lapisi cetakan dengan margarin secukupnya pada permukaan pinggiran
cetakan kacanya agar memudahkan pelepasannya nanti, kemudian tuangkan
larutan campuran matriks pada cetakan hingga terisi setinggi 3 mm, lalu letakkan
serat kenaf anyam diatas larutan campuran matriks, setelah itu tambahkan lagi

19

campuran ke dalam cetakan. Tutup cetakan dengan plastik astralon. Pastikan tidak
terjadi rongga udara (void) saat menutup cetakan.
6. Tunggu hingga setengah hari, kemudian lepaskan hasil cetakan dari cetakan.
Potong pada sisi kiri dan kanan yang berlebih pada komposit dengan
menggunakan gerinda tangan. Kemudian, berikan pemberat kepada sampel uji
selama 3 hari untuk menghindari komposit mengalami lengkungan.
3.3.2 Langkah-langkah pengujian sampel
Sebuah sampel komposit kemudian dipasang pada mesin uji tarik dan
pemanas dipasangkan pada obyek lalu atur suhunya seperti rencana. Beri
penanda jarak cekam pada sampel uji agar dapat memberikan ruang saat
pemanas dipasang. Suhu pada pemanas diukur dengan thermocouple dan diatur
suhunya menggunakan termokontrol untuk menjaga agar suhu dalam kondisi
tetap. Panas secara konduksi tersebut dilakukan selama 20 menit. Setelah itu,
spesimen langsung dilakukan uji tarik dengan menggunakan mesin uji tarik
sesuai standar ASTM D3039.
Ketika pengujian tarik siap dilakukan, setel penanda displacement
dengan meletakkan ujung dasarnya ke dasar mesin uji tarik. Saat penanda
displacement tidak lagi menyentuh dasar mesin uji tarik, lakukan penyetelan
ulang dengan mengendorkan pengikatnya dan meletakkan ke dasar mesin uji
tarik. Hal ini dimaksudkan supaya penanda displacement dapat bekerja dengan
baik. Reset display saat akan melakukan pengujian tarik. Proses pengujian
minimal dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang pencekam
sedangkan yang lainnya mengungkit dengan tuas yang disediakan. Selama
proses, jangan lupa untuk melakukan perekaman. Simpan rekaman video
tersebut untuk selanjutnya diolah datanya dengan bantuan media player classic
(untuk melihat data dengan menggunakan arah pada keyboard) dan Microsoft
excel (untuk membuat grafik).

20

Gambar 3.1 Pengujian tarik dengan pemanasan salah satu sisinya


3.4 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah diperoleh hasil pengujian morfologi, pengujian
uji tarik dengan perlakuan panas pada salah satu sisi luarnya terhadap komposit
polyester kenaf-montmorillonite ialah sebagai berikut:
1

Analisis pengaruh variasi fraksi berat aditif montmorillonite pada komposit


matrik polyester berpenguat serat kenaf terhadap nilai kekuatan tarik.

Analisis pengaruh variasi suhu terhadap kekuatan tarik komposit matrik polyester
berpenguat serat kenaf menggunakan aditif partikel montmorillonite.

Analisis morfologi komposit pasca uji termal-mekanis

21

3.5 Diagram Alir Penelitian


Mulai

Resin Polyester
+
Hardener(1%)

Montmorillonite
297 m

Serat Kenaf Anyam (1 layer) orientasi


45o / 135 o

Fraksi Berat dengan persentase


Montmorillonite : a. 0 %, b. 10 %,
c. 20%, d. 30%, e. 40%

Pembuatan sampel komposit berdasarkan ASTM D 3039

Persiapan Alat pendukung untuk pengujian

Konduksi Panas selama 20 menit


dengan variasi suhu : a. suhu
ruang, b. 50oC, c. 100oC, d. 150oC,
e. 200oC, f. 250oC

Pengujian Tarik berdasarkan ASTM D 3039

Pengujian Makro

Pengolahan Data

Penulisan Laporan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengujian


Prosedur Pengujian termal mekanis meliputi penyiapan bahan uji dan alat uji
berdasarkan standar uji material komposit polimer ASTM D 3039, proses pengujian
tarik pada komposit menggunakan pencekam (clamp) khusus untuk material jenis
komposit polimer. Data hasil pengujian diperoleh melalui pengujian tarik
menggunakan universal machine testing merk ESSOM TM 113 kapasitas 30 kN di
laboratorium Uji Bahan teknik mesin Universitas Jember. Sampel uji yang digunakan
ialah komposit polyester-kenaf dengan variasi penambahan aditif MMT 0%, 10%,
20%, 30% dan 40%. Pemberian panas dilakukan selama dua puluh menit sebelum
pengujian tarik berlangsung berupa konduksi panas pada satu sisi dengan variasi suhu
ruang, 50 oC, 100 oC, 150 oC, 200 oC dan 250 oC untuk memperoleh data pengujian
termal-mekanis. Hasil data pengujian termal mekanis diperoleh grafik sebagai berikut
ini :

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara nilai kekuatan tarik dengan variasi suhu
pada masing-masing persentase fraksi berat Montmorillonite
22

23

Pengaruh variasi fraksi berat terhadap nilai kekuatan tarik

Gambar 4.2 Pengaruh penambahan aditif MMT terhadap kekuatan tarik


komposit kenaf pada suhu ruang.
Pengaruh variasi suhu

Gambar 4.3 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tarik komposit pada masingmasing kandungan fraksi berat MMT.

24

Secara umum, ketahanan panas komposit mulai mengalami penurunan yang


tajam pada suhu uji 150 oC dengan penurunan kekuatan tarik rata-rata sebesar 1,6 kali
lipat. Keadaan morfologi komposit setelah uji termal-mekanis ialah sebagai berikut:

(a) 0% fraksi berat aditif MMT.

(b) 10% fraksi berat aditif MMT.

25

(c) 20% fraksi berat aditif MMT.

(d) 30% fraksi berat aditif MMT.

26

(e) 40%. fraksi berat aditif MMT.


Gambar 4.4 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan berbagai
macam variasi fraksi berat (% wt) aditif MMT.
Dari beberapa Foto Makro Sampel Uji Komposit Polyester-Kenaf dengan
variasi fraksi berat aditif MMT pada suhu dbawah 150 oC, rata-rata didapatkan letak
patahan yang di sekitar pencekam. Sedangkan pada suhu antara 150 oC hingga 250
o

C, rata-rata letak patahan sampel uji berada di tengah serta komposit mulai

mengalami delaminasi.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Persentase fraksi berat montmorillonite terhadap Kekuatan Tarik
Semakin tinggi persentase fraksi berat MMT, maka kekuatan tariknya
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan dari partikel
MMT dan serat kenaf meskipun nilai kekuatan tarik komposit fraksi berat 10%,
20% dan 30% masih berada dibawah kekuatan komposit fraksi berat 0% (tanpa
aditif MMT). Partikel montmorillonite bekerja dengan baik pada penambahan
fraksi berat sebesar 40%. Pada fraksi berat 40% inilah, ikatan antara penguat dan
pengikat melebihi dari kekuatan komposit tanpa aditif MMT.

27

Meskipun perlakuan dalam hal proses pembuatan sampel sama, komposit


uji mengalami pembasahan (wetting) yang kurang sempurna pada fraksi berat
10%, 20% dan 30% antara partikel MMT dengan resinnya. Hal ini dikarenakan
pada saat proses pembuatan sampel, pengadukan campuran terlalu tergesa-gesa
sehingga reaksi yang seharusnya berjalan lebih lambat. Sehingga proses
pembasahan pada komposit kurang sempurna.
Berdasarkan hipotesis penulis tentang peningkatan pengaruh persentase
fraksi berat MMT yaitu semakin tinggi kandungan montmorillonite maka
kekuatan tarik menurun akibat material yang semakin getas, hasil penelitian ini
menunjukkan hal yang berbeda. Penambahan 40% aditif MMT meningkatkan
kekuatan tarik komposit sebesar 50% dibandingkan dengan komposit tanpa
tambahan aditif MMT pada suhu ruang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Sreenivasan, dkk., 2012), bahwa penambahan partikel
MMT tanpa modifikasi meningkatkan kekuatan tarik dibandingkan dengan
penambahan MMT yang disertai modifikasi.
4.2.2 Analisa Variasi suhu terhadap Kekuatan Tarik
Pengujian termal pada komposit ini hanya dilakukan pada salah satu sisi
permukaan komposit dengan luasan permukaan kontak yang dilekatkan pada
konduksi panas sebesar 75 mm x 25 mm. Secara umum, peningkatan suhu
menyebabkan penurunan kekuatan tarik komposit (lihat Gambar 4.3). Hal ini
diakibatkan oleh fenomena pelunakan pada komposit polimer berpenguat serat
pada suhu yang lebih rendah diantara 100o-200oC mengalami pelunakan (Yousif,
2013) sehingga matrik komposit yang berasal dari bahan organik (termasuk
polyester) tidak dapat bekerja pada paparan suhu diatas 200oC (Tran Doang
Hung, 2011). Ketika pengujian tarik, resin dan penguat pada sampel uji tidak
dapat menahan gaya tarik disebabkan komposit yang mengalami pelunakan.

28

Menurut (Mouritz, dkk., 2006), Kekuatan terendah komposit saat uji


termal-mekanis terjadi pada batas arang dan meningkat pada permukaan yang
tidak terkena panas. Dengan kata lain, kekuatan tarik setelah uji termal ditentukan
oleh permukaan atau volume komposit yang belum terkena panas (virgin).
Semakin banyak luasan permukaan virgin, maka semakin besar kekuatan
komposit tersebut untuk menahan gaya tarik yang diberikan kepadanya. Dari
penjelasan diatas, komposit polyester-kenaf aditif MMT dengan fraksi berat
sebesar 40% mampu menahan panas dan kekuatan tariknya melebihi komposit
polyester-kenaf tanpa MMT akibat banyaknya luas permukaan virgin. Daerah
batas arang dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Batas arang

Gambar 4.5 Foto makro patahan sampel uji komposit polyester-kenaf dengan
aditif MMT 40% (% wt) pada suhu 150 oC, 200 oC dan 250 oC. Garis merah
menunjukkan letak dimana batas arang.
4.2.3

Kondisi Morfologi Komposit setelah Uji termal-mekanis


Setelah Pengujian termal-mekanis, kondisi morfologi komposit

meliputi berbagai bentuk patahannya serta efek dari pemanasan itu seperti
terbentuknya lapisan arang pada komposit penting untuk dikaji. Karena
melalui kondisi morfologi tersebut dapat menjelaskan mengenai fenomena
termal-mekanis yang terjadi pada komposit. Selama pengujian yang dilakukan

29

oleh penulis, bentuk patahan dari komposit kurang lebih sama dengan bentuk
patahan dari ASTM D 3039 seperti dibawah ini :

Gambar 4.6 Bentuk patahan yang sering terjadi pada pengujian komposit
polimer .
Dari gambar diatas, terdapat berbagai macam kode huruf yang perlu
kita pahami. Huruf pertama menunjukkan tipe kegagalan dari komposit
polimer, huruf kedua menunjukkan letak area kegagalan dari material tersebut
sedangkan huruf yang ketiga menjelaskan tentang posisi kegagalan (lihat tabel
2.5). Dari kiri dapat kita lihat bahwa pada gambar terdapat kode LGM yang
berarti komposit mengalami kegagalan tipe lateral dengan luasan di sekitar
gage dan lokasinya berada di tengahl. Sedangkan untuk kode AIT berarti
kompsit mengalami tipe kegagalan sudut dengan luasan di dalam cekam
terletak di lokasi atas. Kode LAT menunjukkan bahwa komposit gagal secara
lateral pada cekam dan terletak pada lokasi atas. Kode XGM berarti bahwa
komposit mengalami kegagalan explosive dengan luasan di sekitar gage dan
posisinya berada di tengah. Kode DGM merupakan bentuk kegagalan
komposit tipe delaminasi di sekitar gage dan posisinya terletak di tengah.
Faktor- faktor yang mempengaruhi

kegagalan diatas meliputi: (a)

Kondisi pencekam jika konsentrasi tegangan berada pada pecekam dapat

30

dipastikan letak patahannya berada di sekitar pencekam, (b) Seberapa banyak


rongga udara (void) pada komposit. Semakin banyak rongga udara maka
kekuatan komposit semakin turun. (c) Besar Suhu Termal. Saat suhu berada di
atas daya tahan termal komposit, komposit akan melunak saat pengujian tarik
menyebabkan letak patahan berada di tengah. Hal ini dikarenakan penempatan
pemanas (heater) pada posisi tengah sampel uji. Selain kegagalan patahan
pada komposit yang dapat diindentifikasi melalui ASTM D 3039, kegagalan
pada morfologi juga perlu diperhatikan secara seksama. Berikut ini
merupakan salah satu bentuk kegagalan komposit setelah diberi perlakuan uji:

Arang (char)
Fiber pull out

Gambar 4.7 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 0% (%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250
o
C.

31

Fiber pull out

Delaminasi

(a) Penampang patahan

Fiber Pull Out


Delaminasi

(b) Letak patahan.


Gambar 4.8 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 20% (%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan
250 oC.

32

Fiber break

(a) Penampang patahan (dari kiri) pada suhu ruang, 50 oC, 100 oC, 150 oC

fiber pull out

(b) Bentuk patahan pada (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC
Gambar 4.9 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 40% (%wt) setelah perlakuan suhu uji termal-mekanis.
Kegagalan panas mengakibatkan laminate menjadi bentuk arang,
melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks (Mouritz, dkk., 2006). Komposit saat pengujian termalmekanis pada penelitian ini umumnya mengalami pelunakan, degradasi

33

matriks dan fiber organik, delaminasi serta pecahnya matrik saat dilakukannya
pengujian termal-mekanis.

Kegagalan panas pada morfologi komposit

menyebabkan permukaannya menjadi arang setelah material dalam kondisi


dingin.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penambahan montmorillonite meningkatkan kekuatan tarik komposit matrik
polyester dengan aditif partikel montmorillonite berpenguat serat kenaf (komposit
kenaf-polyester aditif MMT), meskipun pada fraksi 10%, 20% dan 30% kekuatannya
dibawah sampel kontrol.
2. Secara umum, semakin tinggi suhu yang dipaparkan pada komposit maka kekuatan
tarik komposit kenaf-polyester aditif MMT menurun secara drastis mulai 100 oC.
3. Daya tahan termal-mekanis terbaik pada komposit kenaf-polyester aditif MMT
ialah fraksi berat MMT 40% dengan ketahanan termal hingga suhu 100 oC
4. Kondisi morfologi komposit kenaf-polyester aditif MMT setelah pengujian termalmekanis mulai mengalami kegagalan panas yang dapat ditunjukkan melalui gambar
seperti arang, melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks saat pengujian tarik pada suhu di atas 100 oC.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sifat termal terhadap sifat
mekanis yang berbeda seperti kekuatan bending, kekuatan tekan, kekuatan impact.
2. Penelitian tentang komposit berbasis serat kenaf perlu dikembangkan mengingat
potensi produksi kenaf yang melimpah di sekitar kita.

34

DAFTAR PUSTAKA

Aji, I. S., S. M. Sapuan, E. S. Zainudin, dan K. Abdan. 2009. Kenaf Fibres as


Reinforcement for Polymeric Composite a Review. International Journal of
Mechanical and Materials Engineering (IJMME). 4. 239-248.
Dharminto. (2014). Metode Penelitian dan Penelitian Sampel. Retrieved 22 maret
2014, from http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN__dharminto.pdf
Diharjo, K., R. Afandi, A. Purwanto, N. S. Suharty, S. J. A. Nasir, B. H. Jihad, et al.
2013. Hambatan Panas Komposit Serbuk Genteng Sokka Bermatrik
Bisphenolik LP-1Q-EX 1-6.
Diharjo, K., dan B. K. R. A. P. T. A. R. Andhika. 2013. Pengaruh Kandungan dan
Ukuran Serbuk Genteng Sokka terhadap Ketahanan Bakar Komposit
Geopolimer. Jurnal Rekayasa Mesin. 4. 27-34.
Diharjo, K., dan Santoso. (2008, 22 November 2008). Pengaruh Orientasi Anyaman
dan Density Kenaf Acak Terhadap Kekuatan Tarik Bahan Komposit
Berpenguat Serat Kenaf Anyam dan Acak. Paper presented at the Prosiding
Seminar Nasional Teknoin, Yogyakarta.
Du, Y., J. Zhang, dan Y. A. Xue. 2008. Temperature-duration Effects on Tensile
Properties of Kenaf Bast Fiber Bundles. Forest Product Journal. 58. 59-65.
Easby, R. C., S. Feih, C. Konstantis, G. L. Delfa, V. U. Miano, A. Elmughrabi, et al.
2007. Failure Model for Phenolic and Polyester Pultrusions Under Load in
Fire. Plastics, Rubber and Composites. 36. 379-388.
Feih, S., Z. Mathys, A.G.Gibson, dan A.P.Mouritz. 2007. Modelling the Tension and
Compression Strengths of Polymer. Elsevier. 551-564.
Issac, Z. S. M. N. B. K. M. H. D. H. 2012. Composites Laminates Effect of Fibre
Types Cold-pressed Kenaf and Fibreglass Hybrid. World of Academy
Science 71(Engineering and Science). 969-973.
Justus. (2011). YUKALAC Unsaturated Polyster Resin. Retrieved 15 maret, 2014
Khalid, N. H. A., J. M. Yatim, dan W. A. W. A. Rahman. (2011). Temperature Effect
on Tensile Properties of Kenaf Bast Fiber. Paper presented at the Proceeding
of 10th International Annual Symposium, Permai Hotel Kuala Terengganu,
Kuala Terengganu.
Kuroda, Y. X. S. K. K. H. T. K. S. 2009. Thermomechanical Properties of the
Silanized-Kenaf Polystyrene Composites. Express Polymer Letters. 3. 657664.
Mashuri. 2007. Efek Termal dan Bahan Penggandeng (Coupling Agent) Silane
Terhadap Kestabilan Mekanik Bahan Komposit Poliester Dengan Pengisi
Partikulit SiC. Jurnal Sains Materi Indonesia. 9. 40-45.
Mouritz, A. P., dan A. G. Gibson. (2006). Fire Properties of Polymer Composite
Materials (Vol. 143,
35

36

Onggo, H., W. Subowo, dan Sudirman. (2005). Analisis Sifat Termal Komposit
Polypropylene Kenaf. Paper presented at the Prosiding Simposium Nasional
Polimer V.
Osman, E., A. Vakhguelt, S. Mutasher, dan I. Sbaski. 2012. Effect of Water
Absorbtion on Tensile Properties of Kenaf Fiber Reinforced Unsaturated
Polyester Composite. Sunaree J.Sci Technol. 20. 183-195.
Pepper, T. (2012). Polyester Resins. Ashland Chemical Company.
Sreenivasan, S., S. Sulaiman, B. T. H. T. Baharudin, M. K. A. Ariffin, dan K. Abdan.
2012. Recent Developments of Kenaf Fiber Reinforced Thermoset Composites
A Review.
Tran Doang Hung, P. L., Dora Kroisova,Oleg Bortnovsky,Nguyen Thang Xiem.
(2011). New generation of geopolymer composite for fire resistance: InTech.
Wikipedia. (2014, 15 agustus 2014). Composite laminates. Retrieved 8 oktober,
2014, from http://en.wikipedia.org/wiki/Composite_laminates
Yousif, Z. N. A. B. F. (2013). Thermal Degradation Study of Kenaf Fibre-Epoxy
Composites Using Thermo Gravimetric Analysis. Paper presented at the 3rd
Malaysian Postgraduate Conference (MPC2013).
Yunus, S. (2011). Komposit Proses, Fabrikasi dan Aplikasi Jember: Jember
University Press.

37

LAMPIRAN
1. Tabel Data Hasil Pengujian Termal-Mekanis
Aditif
MMT
wt (%)

10

20

30

40

Serat
Kenaf
Anyam
(layer)

Temperatur
heater

Data Primer tertinggi (kg)

Kekuatan Tarik (MPa)

(oC)

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

suhu ruang

27

82

69

2.12

6.44

5.42

50

70

100

81

5.49

7.85

6.36

100

78

69

11

6.12

5.42

0.86

150

26

20

2.04

0.31

1.57

200

12

11

14

0.94

0.86

1.10

250

0.47

0.31

0.71

suhu ruang

53

39

29

4.16

3.06

2.28

50

53

33

85

4.16

2.59

6.67

100

57

69

52

4.47

5.42

4.08

150

11

13

18

0.86

1.02

1.41

200

19

1.49

0.55

0.71

250

0.39

0.31

0.71

suhu ruang

18

64

63

1.41

5.02

4.94

50

51

57

23

4.00

4.47

1.81

100

44

65

49

3.45

5.10

3.85

150

26

26

2.04

2.04

200

12

11

0.94

0.86

0.71

250

0.24

0.24

0.16

suhu ruang

17

72

69

1.33

5.65

5.42

50

61

53

69

4.79

4.16

5.42

100

55

54

51

4.32

4.24

4.00

150

29

29

12

2.28

2.28

0.94

200

10

0.78

0.71

0.71

250

10

0.78

0.47

0.31

suhu ruang

121

90

106

9.50

7.06

8.32

50

97

44

29

7.61

3.45

2.28

100

22

42

80

1.73

3.30

6.28

150

17

24

0.47

1.33

1.88

200

10

0.78

0.31

0.47

250

0.39

0.71

0.39

38

2. Gambar Sampel Uji Keseluruhan

Suhu 50 oC

Suhu ruang

0% Aditif
MMT (% wt)

10% Aditif
MMT (% wt)

20% Aditif
MMT (%wt)

30% Aditif
MMT (% wt)

40% Aditif
MMT (% wt)

Suhu 200 oC

Suhu 150 oC

Suhu 100 oC

39

Suhu 250 oC

40

3. Perhitungan Kekuatan Tarik


Perhitungan kekuatan tarik pada tabel dengan keluaran data primer dengan
satuan kg. Untuk mendapatkan kekuatan tarik, keluaran data primer harus dikonversi
terlebih dahulu ke satuan Newton dengan perhitungan rumus sebagai berikut:
Fmax = m. g

(3)

Dimana :
Fmax = Gaya tarik tertinggi (N)
m

= gaya tarik pada komposit (kg)

= konstanta percepatan gravitasi sebesar 9,81 m/s2.

Setelah didapatkan perhitungan gaya tarik maksimal, kekuatan tarik maksimal


didapatkan dari persamaan (1) berikut ini :
tu = Fmax / A0

(Lihat halaman 12)

Contoh :
1) Diketahui keluaran data primer tertinggi pada komposit polyester-kenaf aditif
MMT fraksi berat 0% dengan sebesar 27 kg. Berapakah gaya tarik maksimal
(N) serta Kekuatan tarik yang akan didapatkan (MPa) ?
Jawab :
1)

tu = Fmax / A0
= (m.g) / A0
= (27. 9,81 ) / 125 mm2

41

tu = 264,87 N/ 125 mm2


= 2,12 N/mm2
= 2,12 MPa

4. Tabel konversi mesh ke micron


US Sieve Series

Opening (m)

US Sieve Series

4760
4000
3360
2830
2380
2000
1680
1410
1190
1000
841
707
595
500

4
5
6
7
8
10
12
14
16
18
20
25
30
35

Opening (m)

40
45
50
60
70
80
100
120
140
170
200
230
270
325
400

420
354
297
250
210
177
149
125
105
88
74
63
53
44
37

Sumber : http://www.js-aoxin.com/en/shownews.asp?id=75 (diakses 16 maret 2014)

5. Rasio Pencampuran Larutan Matriks per sampel


Bahan

0% wt

10% wt

20% wt

30% wt

40% wt

Resin (ml)

32

45

40

35

36

Hardener(ml)

0,32

0,45

0,4

0,35

0.36

MMT (gr)

10

15

24

Catatan = Untuk pembuatan sampel dengan jumlah yang lebih banyak tinggal
mengalikan saja dengan rasio diatas.

42

6. Gambar bahan cetakan serta gambar teknik cetakan komposit

43

44

7. Gambar Bahan - bahan untuk membuat sampel uji

45

8. Gambar perangkat tambahan penting untuk pembuatan komposit

46

9. Gambar perangkat tambahan penting untuk proses pengujian

47

10. Standard ASTM D 3039

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

Anda mungkin juga menyukai