SKRIPSI
Oleh :
Nasiruddin
101910101002
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Teknik Mesin (S1) dan mencapai gelar Sarjana Teknik
Oleh :
Nasiruddin
101910101002
PERSEMBAHAN
ii
MOTO
Semua penulis akan meninggal, Hanya karya-Nya lah yang akan abadi sepanjang
masa. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti
(Ali bin Abi Thalib)
iii
PERNYATAAN
Nasiruddin
NIM 101910101002
iv
SKRIPSI
Oleh
Nasiruddin
NIM 101910101002
Pembimbing:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
PENGESAHAN
Tempat
Penguji
Ketua,
Sekretaris,
Anggota I,
Anggota II,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember,
RINGKASAN
Montmorillonite
Berpenguat
Serat
Kenaf
Anyam;
Nasiruddin
101910101002: Program Studi Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Jember.
Komposit alam berbasis serat akhir-akhir mulai ini menjadi topik bahasan.
Serat kenaf merupakan salah satu serat alam yang banyak dimanfaatkan sebagai serat
komposit untuk dijadikan obyek penelitian karena selain produksi yang melimpah
(penghasil serat nomor satu di dunia), memungkinkan untuk ditanam di daerah
Jember, juga karena kekuatan mekanis serat yang cukup baik. Penggunaan komposit
yang luas memungkinkan komposit mengalami paparan panas sehingga dapat
menyebabkan kebakaran. Selama ini, pengujian kedua sifat sekaligus yaitu sifat
mekanik dan termal belum banyak dilakukan. Untuk itulah, pengujian termal mekanis
ini dilakukan guna meningkatkan daya tahan panas/ mempertahankan kekuatan
khususnya kekuatan tarik setelah komposit tersebut diberi panas selama beberapa
waktu.
Metode penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan deskriptif.
Standard
pengujian yang dipakai ialah ASTM D 3039. Variabel yang digunakan yaitu
pengaruh variasi fraksi berat aditif MMT (0%, 10%, 20%, 30% dan 40%) serta
pengaruh suhu konduksi (Suhu ruang, 50 oC, 100 oC,200 oC dan 250 oC). Pembuatan
sampel menggunakan metode hand-lay up. Proses pengujian termal mekanis meliputi
pemasangan sampel pada mesin uji tarik dan pemanas dipasangkan secara konduksi
pada obyek selama 20 menit . Setelah itu, pengujian tarik dilakukan.
Hipotesa penulis ialah semakin tinggi persentase fraksi berat montmorillonite
maka semakin tinggi sifat daya tahan termalnya namun di sisi lain, kekuatan tariknya
menurun. Setelah dilakukan pengujian, ternyata berbeda. Penambahan aditif 40%
MMT dapat meningkatkan kekuatan tarik komposit hingga 50%.
vii
viii
SUMMARY
tensile test machine and conducted heater during 20 minutes. After that, tensile test is
running.
Writer Hipotesis is the greater persentase of weight fraction montmorillonite the
thermal properties up but tensile strength down. After research, exactly different. Add
aditif MMT 40% could upgrading composites tensile strength until 50%.
From this research, conclusion is :(1) Adding montmorillonite upgrading tensile
strength, though 10%, 20% and 30% weight fraction make strength under
reference(0% wt MMT); (2) Gwenerally, the greater temperature which conducted at
composites then tensile strength down drastically get started from 100 oC.;(3) The
best of Thermo-mechanical properties at composite 40% MMT weight fraction until
temperature 100 oC; (4) Morfologi composite pasca thermal-mechanical test at
ix
temperature over 100 oC, composites started at thermal defect like char, soften and
degradation at matriks and organic fiber, delamination and matriks crack.
Keyword: Kenaf, Montmorillonite, Thermo-mechanical, ASTM D 3039.
PRAKATA
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai sumber inspirasi dan panutan umat manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Termal-mekanis Komposit matrik Polyester
dengan aditif partikel Montmorillonite berpenguat serat Kenaf Anyam ini diajukan
guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu
(S1) pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univertas Jember.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini khususnya kepada :
1.
Kedua orangtua dan keluarga, ayahanda Ahmad Mashuri dan Ibunda Uminidah
atas segala bentuk kasih sayang, doa dan dukungan yang tak hentinya diberikan
kepada saya. Kedua saudaraku tercinta, Imam Sholahuddin dan Idatul Fitria yang
telah menjadi guru dan penyemangat tersendiri untuk saya.
2.
Bapak Hary Sutjahjono S.T., M.T. dan Bapak Andi Sanata S.T., M.T. sebagai
bapak dosen pembimbing utama serta Bapak Santoso Mulyadi S.T., M.T., selaku
bapak dosen pembimbing anggota yang telah bersedia untuk meluangkan waktu
dalam membimbing dan mengarahkan saya selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.
3.
Bapak Dedi Dwi Laksana S.T., M.T. selaku bapak dosen penguji I, dan Ir. F.X.
Kristianta M.Eng., selaku bapak dosen penguji II yang telah memberikan kritik
dan saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.
xi
xii
4.
Seluruh staf pengajar dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Jember yang telah banyak memberikan ilmu, pengetahuan, dan wawasan selama
saya belajar di bangku perkuliahan.
5.
6.
7.
Semua pihak yang telah membantu proses penelitian dan penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang tak lepas kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu diharapkan adanya kritik, saran, dan ide yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan karya tulis skripsi ini dan penelitian berikutnya yang
berkaitan. Semoga hasil dari penelitian pada skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. ii
MOTO ......................................................................................................................... iii
PERNYATAAN .......................................................................................................... iv
PENGESAHAN .......................................................................................................... vi
RINGKASAN ............................................................................................................ vii
SUMMARY ................................................................................................................ ix
PRAKATA .................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5
2.1 Material Komposit .................................................................................... 5
2.1.1 Komposit Laminate ............................................................................ 8
2.2 Polyester, Serat Kenaf dan Montmorillonite .......................................... 9
2. 3 Karakterisasi .......................................................................................... 11
2.3.1 Pengujian Tarik Material Komposit ................................................. 11
2.3.2 Pengujian Termal-Mekanis .............................................................. 13
2.3.3 Pengujian Morfologi ........................................................................ 15
2.4 Hipotesa ................................................................................................... 16
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
xvi
Gambar 4.5 Foto makro patahan sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 40% (% wt) pada suhu 150 oC, 200 oC dan 250 oC. Garis merah menunjukkan
letak dimana batas arang......28
Gambar 4.6 Bentuk patahan yang sering terjadi pada pengujian komposit polimer
.29
Gambar 4.7 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT 0%
(%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC.30
Gambar 4.8 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT
20% (%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC....31
Gambar 4.9 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif MMT
40% (%wt) setelah perlakuan suhu uji termal-mekanis......32
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat fisik dari serat kenaf dan unsaturated polyester ...10
Tabel 2.2 Rangkuman hasil penelitian serat kenaf dengan perlakuan panas.....10
Tabel 2.3 Spesimen geometri yang dibutuhkan......12
Tabel 2.4 Geometri spesimen yang direkomendasikan...12
Tabel 2.5 Kode kegagalan uji tarik......16
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel data hasil pengujian termal-mekanis
2. Gambar sampel uji keseluruhan
3. Perhitungan kekuatan tarik
4. Tabel konversi mesh ke mikron
5. Rasio pencampuran larutan matriks
6. Gambar bahan cetakan serta gambar teknik cetakan komposit
7. Gambar bahan - bahan untuk membuat sampel uji
8. Gambar perangkat tambahan penting untuk pembuatan komposit
9. Gambar perangkat tambahan penting untuk proses pengujian
10. Standard ASTM D 3039
xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
dari kegagalan panas. Hasil riset Cornell University/ National Institute of Standards
and Technology (NIST) menunjukkan bahwa komposit plastik - lempung dengan
komposisi 90% : 10% (w/w), dapat mempertahankan diri dari kerusakan akibat
pembakaran api sebesar 60 80 %. Genteng merupakan produk keramik dari tanah
liat/lempung yang memiliki kandungan 54,59% SiO2 dan 19,92% Al2O3. Lempung ini
dapat dikategorikan sebagai Montmorillonite karena mempunyai kemampuan
mengadsorbsi tinggi, sifat liat yang tinggi, berkerut jika dikeringkan dan butirannya
berkeping halus. Kedua senyawa tersebut merupakan bahan geomaterial yang mampu
meningkatkan ketahanan panas dan kekuatan komposit. Unsur lain yang terkandung
(CaO, MgO, K2O dan TiO2) juga dapat meningkatkan tahan panas (Diharjo, dkk.,
2013). Pada penelitian sebelumnya, perlakuan durasi Termal terhadap kekuatan tarik
serat kenaf didapatkan nilai kekuatan tarik menurun dari 120 MPa ke 40 MPa pada
temperatur dari 20oC ke 100oC serta durasi waktu 8 dan 24 jam (Khalid, dkk., 2011).
Penelitian serupa pada rentang suhu yang berbeda 110oC hingga 190oC dengan
variasi waktu 3-9 jam didapatkan kekuatan tarik antara 43,2 MPa sampai 52,5 MPa
(Du, dkk., 2008). Begitu pula dengan perlakuan Termal mekanis pada komposit kenaf
menunjukkan penurunan pada Modulus sisa-nya dari 3x109Pa hingga 0 Pa (Kuroda,
2009).
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis Termal-mekanis terhadap sampel
uji komposit bermatrik polyester berpenguat serat kenaf dengan aditif partikel
montmorillonite (limbah genteng) dengan tujuan meningkatkan kinerja komposit
akibat paparan panas. Keterbatasan kekuatan komposit matrik polimer terhadap efek
temperatur serta kemampuan partikel montmorillonite dalam menghambat laju
pemanasan akan menjadi topik penelitian yang menarik dengan menghubungkan sifat
keduanya.
Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap kekuatan tarik komposit matrik
polyester berpenguat serat kenaf menggunaan aditif partikel montmorillonite.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
Termal
dengan
Analysis).
menggunakan
Dengan
metode
pemberian
DMA
coupling
(Dynamic
agent
3-
pemberian CA 15% yaitu sebesar 3 GPa pada suhu 50oC lalu cenderung menurun
pada suhu setelahnya hingga modulus terendah yaitu 0 GPa terletak pada suhu 140oC.
Nilai terendah didapatkan pada PS dengan modulus sisa sebesar 1 GPa pada suhu
50oC lalu cenderung menurun pada suhu setelahnya hingga modulus terendah yaitu 0
GPa terletak pada suhu 130oC (Kuroda, 2009).
Sifat hambatan panas bahan komposit sangat dibutuhkan untuk aplikasinya
sebagai isolator termal. Penggunaan material partikel tahan panas pada komposit
diharapkan dapat meningkatkan hambatan termal. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan kandungan partikel montmorillonite mampu meningkatkan
hambatan panas komposit matrik bisphenolic. Pada kadar partikel 10% dan 50%
(v/v), komposit secara berurutan memiliki hambatan panas 0,807x10-2 K/W dan
0,939x10-2 K/W. Hambatan panas untuk komposit dengan ukuran partikel 125-177
m dan < 74 m masing-masing adalah 0,725x10-2 K/W dan 0,888x10-2 K/W.
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kandungan partikel dan pengecilan
ukuran partikel mampu meningkatkan hambatan panas komposit. Komposit ini sangat
berpotensi digunakan sebagai isolator panas untuk berbagai aplikasi (Diharjo, dkk.,
2013). Namun, pada umumnya matrik komposit berasal dari bahan organik tidak
dapat bekerja pada paparan suhu diatas 200oC (Tran Doang Hung, 2011).
Secara umum, kegagalan panas mengakibatkan laminate menjadi bentuk
arang, melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks. Gambar 2.1 dibawah menunjukkan gambaran mengenai ketebalan
komposit yang telah dipanasi hingga menjadi arang pada salah satu sisinya dan
dampak yang terlihat terjadi di berbagai wilayah pada material. Permukaan panas
terkena langsung panas pada wilayah pertama sehingga dekomposisi termal menjadi
arang, yang terlihat lapisan hitam pada gambar. Isi polimer pada wilayah ini adalah
diabaikan karena matriks seluruhnya terdegradasi dan berbagai residu material
organik telah memadat menjadi arang. Dibawah wilayah arang yang merupakan
daerah tipis disebut daerah dekomposisi dimana matriks polimer telah dipanasi yang
diatas reaksi temperatur dekomposisi tetapi dibawah temperatur bentuk arang. Pada
daerah ini matriks secara parsial terdegradasi, umumnya dengan pemotongan rantai
menjadi molekul fragmen berat yang itu sangat berat untuk menguap. Bagaimanapun
juga, proses dekomposisi tidaklah sempurna dan oleh karena itu matriks tidak
dikurangi menjadi arang dan gas pembakaran. Dibawah wilayah dekomposisi,
komposit termasuk delaminasi yang retak diantara lapisan dan retak matriks yang
baik dalam lapisan. Daerah terdekat permukaan dingin pada laminate tidak
terpengaruh panas karena temperatur terlalu rendah untuk menyebabkan berbagai
pelunakan atau dekomposisi pada matriks. Dengan menambah waktu pembakaran,
wilayah dekomposisi dan wilayah arang bertambah secara progresif pada permukaan
yang tidak terkena panas sebelumnya dan secepatnya matriks polimer secara
sempurna menjadi arang (Mouritz, dkk., 2006).
Gambar 2.2 Grafik pengaruh kenaikan suhu terhadap kekuatan tarik pada
laminate glass/vinylester, glass/polyester dan glass/polypropylene (Mouritz,
dkk., 2006).
2.1.1 Komposit Laminate
Menurut Wikipedia, Komposit Laminate merupakan gabungan
dari beberapa lapisan seperti pada komposit berpenguat serat yang dapat
menyediakan sifat mekanis seperti kekutan geser, kekuatan bending,
kekuatan dan koefisien termal. Lapisan pada material yang berbeda dapat
menjadi komposit hybrid. Secara umum, lapisan serat terdiri atas
orthotropic (dengan arah orthogonal) atau isotropic (dengan arah
tranversal) dan anisotropic (arah secara acak).
(Pepper, 2012).
10
Gambar 2.5 Tanaman kenaf, benang/serat kenaf dan serat kenaf yang telah
dianyam.
Berikut ini merupakan rangkuman peneltian mengenai sifat fisik serat kenaf
dan polyester pada tabel 2.1 dan Penelitian tentang efek dari temperatur terhadap
kekuatan tarik serat kenaf pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Sifat fisik dari serat kenaf dan unsaturated polyester (Osman, dkk., 2012)
Fiber
Serat Kenaf
Unsaturated
Polyester
Density
(g/cm3)
1,04-1,5
Tensile
strength
(MPa)
110-930
Young
modulus
(GPa)
4,3-53
Fiber
diameter
(mm)
0,024-0,14
Fiber
Length
(mm)
1-60
1.12
39
3.231
Tabel 2.2 Rangkuman hasil penelitian serat kenaf dengan perlakuan panas.
Serat
Kenaf
Kenaf
Temperatur
(C)
110-190
20
50
100
Pemanasan
(jam)
3
6
9
8 24
8 24
8 24
Kekuatan Tarik
(MPa)
220 160
175 50
150 75
125 110
105 70
60 40
Referensi
(Du, dkk., 2008)
11
dan
alkyl
dimethyl
benzyl
ammonium-montmorillonite
(Sreenivasan, dkk., 2012). Penambahan tanah liat pada polyamide-6, PA-6, (4,7%)
menuju sifat mekanis superior dan pemanasan temperatur distorsi bertambah menjadi
152oC, dimana 87oC lebih tinggi dibandingkan PA-6 murni (Mouritz, dkk., 2006).
2. 3 Karakterisasi
2.3.1 Pengujian Tarik Material Komposit
ASTM D 3039 merupakan standard pengujian sifat tarik pada Komposit
bermatrik polimer. Material komposit terbatas pada serat kontinyu maupun serat
diskontinyu dengan laminate yang seimbang dan simetris. Metode pengujiannya
dengan menggunakan sebuah flat strip tipis yang berbentuk persegi panjang
dengan penampang dipasang pegangan dan beban yang tetap. Kekuatan ultimate
material dapat ditentukan dari beban maksimum dilakukan sebelum kegagalan.
Metode pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan kekuatan tarik ultimate.
12
Kebutuhan
Constant rectangular cross-section
Gripping + 2 times width + gage length
As needed
1% dari lebar
As needed
4% dari tebal
Flat with light finger pressure
Width
(mm)
15
25
25
25
Overall
length
(mm)
250
175
250
250
Thickness
(mm)
Tab Length
(mm)
1.0
2.0
2.5
2.5
56
25
Emery cloth
Emery cloth
Tab
Thickness
(mm)
1.5
1.5
-
Tab Bevel
Angle
7 or 90
90
-
1)
2)
13
dimana :
tu = kekuatan tarik ultimate MPa [psi];
Fmax = beban maksimum sebelum kegagalan, N [lbf];
i = tegangan tarik pada data yang ke-, MPa [psi];
Pi = beban pada data yang ke-, N [lbf];
A0 = luasan seksi silang rata-rata dari lebar x tebal, mm2 [in2], sebesar 125 mm2
2.3.2 Pengujian Termal-Mekanis
Pengujian termal-mekanis merupakan pengujian kekuatan mekanis dengan
diberi pemanasan pada material tersebut. Pada penelitian ini kekuatan mekanis
yang diukur ialah kekuatan tarik. Pengukuran kekuatan tarik ini mengalami
beberapa kesulitan karena temperatur sering melewati jarak uji pemanasan dan
juga masalah mengenai pegangan yang selip atau kegagalan pada pegangan
selama proses. Satu metode yang dapat mengatasi masalah tersebut dengan
menggunakan heated gauge length set-up yang tertera pada gambar. Sampel
konvensional untuk uji tarik dengan temperatur kontrol terdiri atas balok metal
dan pemanas kartrid dengan desain jepit seperti gambar. Keuntungan dari desain
ini ialah menjaga pegangan sampel tetap dingin, jadi mencegah keselipan atau
deformasi. Penambahan penyekatan secara umum dibutuhkan di sekitar
pegangan atas, untuk mencegahnya menjadi hangat dengan konveksi udara dari
balok panas (Mouritz, dkk., 2006).
14
Gambar 2.6 Sampel uji tarik dengan pengukur panas untuk mengukur kekuatan
pada kenaikan suhu (Sumber : Mouritz & Gibson, 2006 dan Easby, dkk., 2007)
Sampel berbentuk dog bone digunakan untuk uji tarik pada spesimen,
ketebalan dimensi 8 mm dan variasi temperature uji antara 25 oC hingga 400oC
dengan sebuah box berisi pemanas(Easby, dkk., 2007). Pada referensi lain, uji
tarik dengan variasi temperatur 20oC hingga 300oC dengan spesimen
berdasarkan ASTM D 3039 berdimensi 150 mm x 25 mm x 4 mm(Feih, dkk.,
2007).
Analisis termal-mekanis bisa digambarkan melalui pemodelan dua lapis.
Model dua lapis (two layer model) digunakan untuk menghitung sifat mekanis
dari laminate dibawah kombinasi pembebanan tarik dan pemanasan pada satu
sisi serta model laminasi untuk memprediksi sifat dibawah pengaruh
pembebanan tarik dan pemanasan pada salah satu sisi. Model diasumsikan
mengalami pemanasan pada laminate-nya pada kedua lapisannya dimana salah
satunya tidak terkena panas serta yang lainnya menjadi arang. Skema dari
kondisi material tertera pada gambar di bawah ini. Secara sederhana, kekuatan
tarik mempengaruhi lapisan arang diasumsikan konstan. Kekuatan tarik dari
lapisan yang belum terkena panas tersebut juga diasumsikan konstan dan juga
nilai kekuatan tariknya berdasarkan suhu kamar meskipun kenyataanya
kekuatan tarik dari lapisan yang belum terkena panas ialah tidak konstan.
15
Kekuatannya terendah pada batas arang dan meningkat pada permukaan yang
tidak terkena panas. Setidaknya pendekatan ini sangat membantu dalam
menginterprestasikan sifat sisa setelah pemanasan.
Gaya Tarik
K = 2.15W/m K
Panas
konduksi
T = suhu ruang,
50oC,100oC,150 oC,
200 oC oC,250 oC
Gambar 2.7 Skema ideal dari sebuah laminate dibawah pembebanan tarik
dengan pemodelan dua lapis (Sumber : Mouritz & Gibson, 2006) dan Skema
pengujian pada penelitian ini (kanan).
16
Kode
A
D
G
L
M (xyz)
S
X
O
Karakter Kedua
Luasan Kegagalan
Didalam Grip/Cekam
Pada Grip/Cekam
< 1 W dari grip/ cekam
Gage
Multiple Areas
Various
Unknown
Kode
I
A
W
G
M
V
U
Karakter Ketiga
Lokasi Kegagalan
Bottom
Top
Left
Right
Middle
Various
Unknown
Kode
B
T
L
R
M
V
U
2.4 Hipotesa
Hipotesis pada penelitian ini ialah bahwa semakin besar persentase fraksi
berat montmorillonite maka semakin tinggi sifat daya tahan termalnya namun di sisi
lain, kekuatan tariknya menurun karena penambahan persentase fraksi berat
montmorillonite tersebut menyebabkan material menjadi getas.
18
timbang
montmorillonite.
Kemudian
campur
resin,
katalis
dan
19
campuran ke dalam cetakan. Tutup cetakan dengan plastik astralon. Pastikan tidak
terjadi rongga udara (void) saat menutup cetakan.
6. Tunggu hingga setengah hari, kemudian lepaskan hasil cetakan dari cetakan.
Potong pada sisi kiri dan kanan yang berlebih pada komposit dengan
menggunakan gerinda tangan. Kemudian, berikan pemberat kepada sampel uji
selama 3 hari untuk menghindari komposit mengalami lengkungan.
3.3.2 Langkah-langkah pengujian sampel
Sebuah sampel komposit kemudian dipasang pada mesin uji tarik dan
pemanas dipasangkan pada obyek lalu atur suhunya seperti rencana. Beri
penanda jarak cekam pada sampel uji agar dapat memberikan ruang saat
pemanas dipasang. Suhu pada pemanas diukur dengan thermocouple dan diatur
suhunya menggunakan termokontrol untuk menjaga agar suhu dalam kondisi
tetap. Panas secara konduksi tersebut dilakukan selama 20 menit. Setelah itu,
spesimen langsung dilakukan uji tarik dengan menggunakan mesin uji tarik
sesuai standar ASTM D3039.
Ketika pengujian tarik siap dilakukan, setel penanda displacement
dengan meletakkan ujung dasarnya ke dasar mesin uji tarik. Saat penanda
displacement tidak lagi menyentuh dasar mesin uji tarik, lakukan penyetelan
ulang dengan mengendorkan pengikatnya dan meletakkan ke dasar mesin uji
tarik. Hal ini dimaksudkan supaya penanda displacement dapat bekerja dengan
baik. Reset display saat akan melakukan pengujian tarik. Proses pengujian
minimal dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang pencekam
sedangkan yang lainnya mengungkit dengan tuas yang disediakan. Selama
proses, jangan lupa untuk melakukan perekaman. Simpan rekaman video
tersebut untuk selanjutnya diolah datanya dengan bantuan media player classic
(untuk melihat data dengan menggunakan arah pada keyboard) dan Microsoft
excel (untuk membuat grafik).
20
Analisis pengaruh variasi suhu terhadap kekuatan tarik komposit matrik polyester
berpenguat serat kenaf menggunakan aditif partikel montmorillonite.
21
Resin Polyester
+
Hardener(1%)
Montmorillonite
297 m
Pengujian Makro
Pengolahan Data
Penulisan Laporan
Selesai
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara nilai kekuatan tarik dengan variasi suhu
pada masing-masing persentase fraksi berat Montmorillonite
22
23
Gambar 4.3 Pengaruh suhu terhadap kekuatan tarik komposit pada masingmasing kandungan fraksi berat MMT.
24
25
26
C, rata-rata letak patahan sampel uji berada di tengah serta komposit mulai
mengalami delaminasi.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Persentase fraksi berat montmorillonite terhadap Kekuatan Tarik
Semakin tinggi persentase fraksi berat MMT, maka kekuatan tariknya
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan dari partikel
MMT dan serat kenaf meskipun nilai kekuatan tarik komposit fraksi berat 10%,
20% dan 30% masih berada dibawah kekuatan komposit fraksi berat 0% (tanpa
aditif MMT). Partikel montmorillonite bekerja dengan baik pada penambahan
fraksi berat sebesar 40%. Pada fraksi berat 40% inilah, ikatan antara penguat dan
pengikat melebihi dari kekuatan komposit tanpa aditif MMT.
27
28
Batas arang
Gambar 4.5 Foto makro patahan sampel uji komposit polyester-kenaf dengan
aditif MMT 40% (% wt) pada suhu 150 oC, 200 oC dan 250 oC. Garis merah
menunjukkan letak dimana batas arang.
4.2.3
meliputi berbagai bentuk patahannya serta efek dari pemanasan itu seperti
terbentuknya lapisan arang pada komposit penting untuk dikaji. Karena
melalui kondisi morfologi tersebut dapat menjelaskan mengenai fenomena
termal-mekanis yang terjadi pada komposit. Selama pengujian yang dilakukan
29
oleh penulis, bentuk patahan dari komposit kurang lebih sama dengan bentuk
patahan dari ASTM D 3039 seperti dibawah ini :
Gambar 4.6 Bentuk patahan yang sering terjadi pada pengujian komposit
polimer .
Dari gambar diatas, terdapat berbagai macam kode huruf yang perlu
kita pahami. Huruf pertama menunjukkan tipe kegagalan dari komposit
polimer, huruf kedua menunjukkan letak area kegagalan dari material tersebut
sedangkan huruf yang ketiga menjelaskan tentang posisi kegagalan (lihat tabel
2.5). Dari kiri dapat kita lihat bahwa pada gambar terdapat kode LGM yang
berarti komposit mengalami kegagalan tipe lateral dengan luasan di sekitar
gage dan lokasinya berada di tengahl. Sedangkan untuk kode AIT berarti
kompsit mengalami tipe kegagalan sudut dengan luasan di dalam cekam
terletak di lokasi atas. Kode LAT menunjukkan bahwa komposit gagal secara
lateral pada cekam dan terletak pada lokasi atas. Kode XGM berarti bahwa
komposit mengalami kegagalan explosive dengan luasan di sekitar gage dan
posisinya berada di tengah. Kode DGM merupakan bentuk kegagalan
komposit tipe delaminasi di sekitar gage dan posisinya terletak di tengah.
Faktor- faktor yang mempengaruhi
30
Arang (char)
Fiber pull out
Gambar 4.7 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 0% (%wt) setelah perlakuan suhu uji (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250
o
C.
31
Delaminasi
32
Fiber break
(a) Penampang patahan (dari kiri) pada suhu ruang, 50 oC, 100 oC, 150 oC
(b) Bentuk patahan pada (dari kiri) 150 oC, 200 oC dan 250 oC
Gambar 4.9 Foto makro sampel uji komposit polyester-kenaf dengan aditif
MMT 40% (%wt) setelah perlakuan suhu uji termal-mekanis.
Kegagalan panas mengakibatkan laminate menjadi bentuk arang,
melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks (Mouritz, dkk., 2006). Komposit saat pengujian termalmekanis pada penelitian ini umumnya mengalami pelunakan, degradasi
33
matriks dan fiber organik, delaminasi serta pecahnya matrik saat dilakukannya
pengujian termal-mekanis.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penambahan montmorillonite meningkatkan kekuatan tarik komposit matrik
polyester dengan aditif partikel montmorillonite berpenguat serat kenaf (komposit
kenaf-polyester aditif MMT), meskipun pada fraksi 10%, 20% dan 30% kekuatannya
dibawah sampel kontrol.
2. Secara umum, semakin tinggi suhu yang dipaparkan pada komposit maka kekuatan
tarik komposit kenaf-polyester aditif MMT menurun secara drastis mulai 100 oC.
3. Daya tahan termal-mekanis terbaik pada komposit kenaf-polyester aditif MMT
ialah fraksi berat MMT 40% dengan ketahanan termal hingga suhu 100 oC
4. Kondisi morfologi komposit kenaf-polyester aditif MMT setelah pengujian termalmekanis mulai mengalami kegagalan panas yang dapat ditunjukkan melalui gambar
seperti arang, melunak dan degradasi pada matriks dan fiber organik, delaminasi dan
pecahnya matriks saat pengujian tarik pada suhu di atas 100 oC.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sifat termal terhadap sifat
mekanis yang berbeda seperti kekuatan bending, kekuatan tekan, kekuatan impact.
2. Penelitian tentang komposit berbasis serat kenaf perlu dikembangkan mengingat
potensi produksi kenaf yang melimpah di sekitar kita.
34
DAFTAR PUSTAKA
36
Onggo, H., W. Subowo, dan Sudirman. (2005). Analisis Sifat Termal Komposit
Polypropylene Kenaf. Paper presented at the Prosiding Simposium Nasional
Polimer V.
Osman, E., A. Vakhguelt, S. Mutasher, dan I. Sbaski. 2012. Effect of Water
Absorbtion on Tensile Properties of Kenaf Fiber Reinforced Unsaturated
Polyester Composite. Sunaree J.Sci Technol. 20. 183-195.
Pepper, T. (2012). Polyester Resins. Ashland Chemical Company.
Sreenivasan, S., S. Sulaiman, B. T. H. T. Baharudin, M. K. A. Ariffin, dan K. Abdan.
2012. Recent Developments of Kenaf Fiber Reinforced Thermoset Composites
A Review.
Tran Doang Hung, P. L., Dora Kroisova,Oleg Bortnovsky,Nguyen Thang Xiem.
(2011). New generation of geopolymer composite for fire resistance: InTech.
Wikipedia. (2014, 15 agustus 2014). Composite laminates. Retrieved 8 oktober,
2014, from http://en.wikipedia.org/wiki/Composite_laminates
Yousif, Z. N. A. B. F. (2013). Thermal Degradation Study of Kenaf Fibre-Epoxy
Composites Using Thermo Gravimetric Analysis. Paper presented at the 3rd
Malaysian Postgraduate Conference (MPC2013).
Yunus, S. (2011). Komposit Proses, Fabrikasi dan Aplikasi Jember: Jember
University Press.
37
LAMPIRAN
1. Tabel Data Hasil Pengujian Termal-Mekanis
Aditif
MMT
wt (%)
10
20
30
40
Serat
Kenaf
Anyam
(layer)
Temperatur
heater
(oC)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
suhu ruang
27
82
69
2.12
6.44
5.42
50
70
100
81
5.49
7.85
6.36
100
78
69
11
6.12
5.42
0.86
150
26
20
2.04
0.31
1.57
200
12
11
14
0.94
0.86
1.10
250
0.47
0.31
0.71
suhu ruang
53
39
29
4.16
3.06
2.28
50
53
33
85
4.16
2.59
6.67
100
57
69
52
4.47
5.42
4.08
150
11
13
18
0.86
1.02
1.41
200
19
1.49
0.55
0.71
250
0.39
0.31
0.71
suhu ruang
18
64
63
1.41
5.02
4.94
50
51
57
23
4.00
4.47
1.81
100
44
65
49
3.45
5.10
3.85
150
26
26
2.04
2.04
200
12
11
0.94
0.86
0.71
250
0.24
0.24
0.16
suhu ruang
17
72
69
1.33
5.65
5.42
50
61
53
69
4.79
4.16
5.42
100
55
54
51
4.32
4.24
4.00
150
29
29
12
2.28
2.28
0.94
200
10
0.78
0.71
0.71
250
10
0.78
0.47
0.31
suhu ruang
121
90
106
9.50
7.06
8.32
50
97
44
29
7.61
3.45
2.28
100
22
42
80
1.73
3.30
6.28
150
17
24
0.47
1.33
1.88
200
10
0.78
0.31
0.47
250
0.39
0.71
0.39
38
Suhu 50 oC
Suhu ruang
0% Aditif
MMT (% wt)
10% Aditif
MMT (% wt)
20% Aditif
MMT (%wt)
30% Aditif
MMT (% wt)
40% Aditif
MMT (% wt)
Suhu 200 oC
Suhu 150 oC
Suhu 100 oC
39
Suhu 250 oC
40
(3)
Dimana :
Fmax = Gaya tarik tertinggi (N)
m
Contoh :
1) Diketahui keluaran data primer tertinggi pada komposit polyester-kenaf aditif
MMT fraksi berat 0% dengan sebesar 27 kg. Berapakah gaya tarik maksimal
(N) serta Kekuatan tarik yang akan didapatkan (MPa) ?
Jawab :
1)
tu = Fmax / A0
= (m.g) / A0
= (27. 9,81 ) / 125 mm2
41
Opening (m)
US Sieve Series
4760
4000
3360
2830
2380
2000
1680
1410
1190
1000
841
707
595
500
4
5
6
7
8
10
12
14
16
18
20
25
30
35
Opening (m)
40
45
50
60
70
80
100
120
140
170
200
230
270
325
400
420
354
297
250
210
177
149
125
105
88
74
63
53
44
37
0% wt
10% wt
20% wt
30% wt
40% wt
Resin (ml)
32
45
40
35
36
Hardener(ml)
0,32
0,45
0,4
0,35
0.36
MMT (gr)
10
15
24
Catatan = Untuk pembuatan sampel dengan jumlah yang lebih banyak tinggal
mengalikan saja dengan rasio diatas.
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59