Anda di halaman 1dari 8

Karya Tulis

Budaya Memaafkan Dapat Menyembuhkan dan Memperbaiki


Hubungan yang Bermasalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar

Oleh :

Salsabila Imtiyas

I0614038

Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
2014

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT atas segala limpahan rahmat serta karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Budaya Memaafkan
Dapat Menyembuhkan dan Memperbaiki Hubungan yang Bermasalah
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan atas tersusunnya karya tulis ini.
Seperti pepatah taka da gading yang tak retak, dalam penyusunan karya tulis ini penyusun
menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penyusun harapkan untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya tulis ini. Atas kritik dan
sarannya kami mengucapkan terima kasih.

Surakarta, 22 Oktober 2014

Penyusun

Daftar Isi

Halaman Judul...

Kata Pengantar ..

ii

Daftar Isi

iii

Bab I Pendahuluan.

A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah

1
1

Bab II Pembahasan....................

Bab III Penutup .

A. Kesimpulan ..
B. Saran.

4
4

Daftar Pustaka

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari ada saja perbuatan orang lain yang tidak berkenan
bahkan menyakitkan hati kita. Bila kita menyimpannya dalam hati, rasa sakit itu
ternyata

menimbulkan

berbagai

dampak

fisik

dan

psikologis.

Sakit

hati

membahayakan kesehatan jantung dan sistem peredaran darah (William & William,
1993), kanker, tekanan darah, tukak lambung, flu, sakit kepala, sakit telinga. Sakit hati
juga menjadikan hati manusia dipenuhi marah, dendam dan benci kepada orang yang
dipersepsi merugikannya sehingga menjadikan hubungan diantara keduanya menjadi
bermasalah. Hal tersebut menjadi sumber stres dan depresi manusia. Hati yang
dipenuhi energi negatif akan mengarahkan individu untuk berkata-kata yang
destruktif, baik dalam bentuk rerasan, pengungkapan kemarahan di depan publik,
maupun hujatan. Dampak lebih jauh adalah kekerasan, termasuk didalamnya mutilasi.
Cara yang ampuh untuk mengobati luka dihati akibat perbuatan maupun perkataan
orang lain yang mengecewakan adalah dengan cara memaafkan. Tidak semua orang
mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Proses
memaafkan memerlukan kerja keras, kemauan kuat dan latihan mental karena terkait
dengan emosi manusia yang fluktuatif, dinamis dan sangat reaktif terhadap stimulan
luar. Karenanya, tidak mengherankan bila ada gerakan dan kelompok ekstrim atau
pihak yang melakukan perbuatan anti sosial sebagai akibat dari dendam dan
kekecewaan masa lalu yang tidak termaafkan. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini
akan dijabarkan bagaimana budaya memaafkan dapat menyembuhkan dan
memperbaiki hubungan yang bermasalah.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana budaya memaafkan dapat menyembuhkan dan memperbaiki hubungan
yang bermasalah?

Bab II
Pembahasan
Pemaafan merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang
menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis
keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri. Pendapat senada dikemukakan
oleh McCullough dkk. (1997) yang mengemukakan bahwa pemaafan merupakan
seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan
meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti
serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang
menyakiti. Enright (dalam McCullough dkk., 2003) mendefinisikan pemaafan sebagai
sikap untuk mengatasi hal- hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang
bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan,
iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemaafan adalah upaya
membuang semua keinginan pembalasan dendam dan sakit hati yang bersifat pribadi
terhadap pihak yang bersalah atau orang yang menyakiti dan mempunyai keinginan
untuk membina hubungan kembali.
Dalam berbagai ajaran agama serta kepercayaan, sikap altruistik memang dijadikan
bentuk idealisme perilaku. Artinya, manusia hendaknya diharapkan secara tulus
memohon maaf atas kesalahan mereka dan memberi maaf atas tindakan keliru yang
mengena pada mereka. Saling memaafkan merupakan salah satu bentuk tradisi
hubungan antarmanusia, akan tetapi tradisi ini sering kali juga hanya merupakan ritual
belaka. Dengan kata lain, perilaku tersebut dilakukan namun tidak disertai ketulusan
yang sungguh-sungguh. Pada sisi lain, ada mitos yang mengatakan bahwa dengan
memberi maaf maka beban psikologis yang ada akan hilang. Pada kenyataannya
banyak orang yang memberi maaf kepada orang lain kemudian kecewa dengan
tindakan tersebut. Hal ini terjadi karena permintaan maaf sering tidak ditindaklanjuti
dengan perilaku yang konsisten dengan permintaan maaf tersebut.
Maaf- memaafkan dalam rangka memperbaiki hubungan interpersonal memerlukan
tindak lanjut sesuai dengan tujuan ke masa depan, tidak berhenti pada sekedar
mengatakan maaf. Maaf-memaafkan merupakan suatu momentum awal untuk
melangkah lebih jauh ke masa depan secara bersama-sama. Kedua belah pihak

seharusnya bersama-sama membina kembali suatu hubungan seperti halnya membuka


lembaran baru hubungan interpersonal diantara mereka.
Dalam memaafkan idealnya sikap dan perasaan negatif memang harus digantikan
dengan sikap dan perasaan positif, namun pada kenyataanya hal ini tidak mudah
dilakukan, apalagi secara cepat. Selalu ada persoalan psikologis diantara dua pihak
yang pernah mengalami keretakan hubungan akibat suatu kesalahan. Oleh karena itu,
pemaafan secara dewasa bukan berarti menghapus seluruh perasaan negatif tetapi
menjadi sebuah keseimbangan perasaan (Smedes, 1984). Keinginan untuk berbuat
positif tidak berarti menghapuskan perasaan negatif yang pernah ada. Suatu
keseimbangan akan dicapai jika hal yang positif dan negatif berkoeksistensi. Hal ini
hanya dapat dicapai bila masing-masing individu mampu belajar menyadari bahwa
setiap orang mempunyai kekurangan masing-masing.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa sangat pentingnya memaafkan agar
hubungan yang semula tidak baik berubah menjadi baik. Semua itu terjadi karena
adanya proses kesadaran bahwa manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan selalu
berpikiran positif terhadap orang lain. Di Indonesia sendiri kebiasaan bermaaf-maafan
dilakukan pada saat perayaan hari raya Idul Fitri. Padahal seharusnya budaya
bermaaf-maafan dilakukan setiap saat ketika kita melakukan salah atau ketika disakiti
oleh orang lain. Hal positif yang dapat kita ambil dari adanya budaya bermaaf-maafan
pada saat perayaan hari raya Idul Fitri adalah saling memulai untuk memaafkan
kesalahan orang lain sehingga hubungan-hubungan yang terjalin kurang baik bisa
membuat baik kembali. Memulai semuanya dari nol, melupakan kesalahan-kesalahan
dimasa lampau. Inilah pentingnya budaya memaafkan sehingga dapat menyembuhkan
dan memperbaiki hubungan yang bermasalah.

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Proses memaafkan terjadi karena adanya proses kesadaran bahwa manusia tidak
pernah luput dari kesalahan dan selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Di

Indonesia, kebiasaan bermaaf-maafan dilakukan pada saat perayaan hari raya Idul
Fitri. Hal positif yang dapat kita ambil dari adanya budaya bermaaf-maafan pada saat
perayaan hari raya Idul Fitri adalah saling memulai untuk memaafkan kesalahan orang
lain sehingga hubungan-hubungan yang terjalin kurang baik bisa menjadi baik seperti
semula. Memulai semuanya dari nol, melupakan kesalahan-kesalahan dimasa lampau.
Inilah pentingnya budaya memaafkan sehingga dapat menyembuhkan dan
memperbaiki hubungan yang bermasalah.
B. Saran
Hendaknya sebagai manusia selalu memaafkan kesalahan orang lain, menyadari
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain. Selalu berpikiran positif dan memahami manusia tidak pernah luput dari
kesalahan.

Daftar Pustaka

Droll, D. M. 1984. Forgiveness: Theory and Research. Dissertation Abstracts InternationalB, 45, 2732.
Smedes, L.B. 1984. Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don't Deserve. San
Francisco: Harpersan.

Setiawan, Freddy. 2012. Memahami Budaya Saling Memaafkan (online),


(http://freddysetiawan.blogspot.com/2012/10/memahami-budaya-saling-memaafkan-di.html),
diakses 22 Oktober 2014.
Utaratu.
2012.
Memaafkan
Sikap
Terpuji
(online),
(http://utaratu.wordpress.com/2012/07/03/memaafkan-sifat-terpuji/), diakses 22 Oktober
2014.

Anda mungkin juga menyukai