Anda di halaman 1dari 3

PENGALAMAN

Kasus yang diperoleh : CHF (congestive/chornic heart failure) , atrial fibrillation dan
cholecystitis.
Pada tanggal 11 maret 2013 pasien Ny. Wy 50 tahun datang ke RSUD.PSB dengan
keluhan sesak,nyeri dada, perut membesar, sebah, pusing dan kaki bengkak. Oleh dokter pasien
didiagnosis CHF, atrial fibrillation dan cholecystitis. Pasien menjalani rawat inap di bangsal
bakung dan memperoleh terapi sebagai berikut :
Nama obat

Indikasi

Inf.NaCl
Inj.
Ceftriaxone
Captopril
ISDN
Digoksin

Sebagai elektrolit
Antibiotic untuk
Cholecysititis
Antihipertensi
Untuk CHF
Untuk CHF (ionotropik
positif kronotropik
negative)
Untuk CHF
(mengencerkan darah)
Untuk stress ulcer
Untuk udem

Aspilet
Inj. Ranitidine
Inj. Furosemid

Tgl.
11/03/1
4

Tgl.
12/03/1
4

Tgl.
13/03/1
4

Tgl.
14/03/1
4

Ketika dibangsal permintaan obat dilakukan oleh perawat yang menjaga bangsal dengan
kartu obat bukan resep namun untuk narkotika harus melampirkan resep asli. Ada 2 jenis kartu
obat yaitu pink untuk permintaan obat dan kuning untuk permintaan alat. Alurnya sebagai
berikut :
Kartu obat diantarkan oleh perawat bangsal bakung ke instalansi farmasi rawat inap yang
kemudian diterima oleh apoteker. Apoteker memeriksa kartu obat untuk melihat ketersediaan
obat kemudian menyiapkannya sesuai permintaan dan diberi etiket. Obat-obat tersebut kemudian
dimasukkan dalam salah satu kantong sesuai nama pasien dan diletakkan ke dalam keranjang
bangsal agar tidak tertukar. Obat kemudian dibawa kembali ke bangsal bakung oleh perawat.
Pendistribusian dilakukan tiap 3 hari untuk tablet dan setiap hari untuk injeksi.
2. MASALAH YANG DIKAJI
a. bagaimana dengan pengisian rekam medis yang tidak lengkap?

b. bagaimanakah peran apoteker terhadap pasien rawat inap (ward farmasis) yang membutuhkan
KIE (konseling informasi dan edukasi) terkait pengobatan terutama pasien dengan kasus
kardiovaskuler dan renal?
3. ANALISIS KRITIS
a. di Indonesia, isi rekam medis bisa dibagi menjadi 2 yaitu isi rekam medis untuk pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap ( pasal 15 dan 16 permenkes no 749a/menkes/per/XII/1989).
Isi rekam medic untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
1. Identitas pasien
2. Anamneses
3. Riwayat penyakit
4. Hasil pemeriksaan laboratorik
5. Diagnosis
6. Persetujuan tindakan medik
7. Tindakan/pengobatan (riwayat pengobatan terdahulu dan saat ini)
8. Catatan perawat
9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10. Resume akhir dan evaluasi pengobatan
Pengisian rekam medic yang tidak lengkap akan menghambat seorang apoteker ketika
memberikan terapi obat terutama pada pasien dengan kardiovaskuler dan renal. Contohnya
pasien dengan kardiovaskuler dan renal membutuhkan regimen dosis yang harus disesuaikan
dengan kondisinya sehingga harus dilakukan perhitungan dosis yang membutuhkan data BB, TB,
lampiran lab. Serum kreatinin dll.
Rekam medic yang lengkap akan membatu Apoteker dalam pencegahan terjadinya medication
Error dengan melakukan kolaborasi sesame tenaga kesehatan karena salah satu fungsi rekam
medic adala alat komunikasi antar tenaga kesehatan. Rekam medic menjadi informasi mengenai
pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
o Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data
klinis (alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya,
Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang
menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk
keperluan perhitungan dosis.
o Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium,
tanda-tanda vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker
harus mengetahui data laboratorium yang penting, terutama
untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis
(seperti pada penurunan fungsi ginjal).

b.apoteker bertanggung jawab terhadap keselamatan pasien sehingga salah satu caranya adalah
dengan memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien.
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal
yang penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus
diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah :
Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,
lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan
obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi
mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR
tersebut
Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat
yang sudah rusak atau kadaluarsa.
Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat
inap di rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja
sama dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
Tepat pasien
Tepat indikasi
Tepat waktu pemberian
Tepat obat
Tepat dosis
Tepat label obat (aturan pakai)
Tepat rute pemberian
Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien.
Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan.
Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat
didalam program keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus
secara terus menerus mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi
untuk meningkatkan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai