Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memiliki hubungan kekerabatan dengan yang
lain, dapat dilihat dari kesamaan yang dimiliki antara kedua makhluk hidup.
Kastawi dkk. (2005) mengemukakan bahwa kemiripan struktur yang dimiliki
oleh suatu organisme dapat dipakai sebagai kriteria untuk menentukan
kekerabatan. Jika suatu struktur tidak dimiliki oleh suatu makhluk hidup
menunjukkan terpisahnya makhluk itu dengan makhluk yang lain.
Drosophila sp. memiliki spesies yang beragam, masing-masing
memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda dan dapat diamati secara
morfologi. Beberapa ciri yang dimiliki ternyata juga dimiliki oleh spesies lain.
Oleh karena itu dapat diamati hubungan kekerabatannya sesuai pernyataan
Kastawi di atas. Hubungan kekerabatan dapat dinyatakan dengan metode
fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik didasarkan pada kesamaan
karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi, dan fitokimia)
sedangkan metode filogenetik lebih didasarkan pada nilai evolusi masingmasing karakter (Nurchayati, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka
pengamatan secara morfologi termasuk dalam metode fenetik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masing-masing Drosophila
sp. di setiap daerah memiliki ciri dan karakter yang sama dan berbeda.
Berdasarkan fenomena tersebut maka disusunlah proyek untuk menentukan
hubungan kekerabatan Drosophila sp. dari beberapa daerah yaitu Malang,
Gresik, dan Mojokerto dengan judul Hubungan Kekerabatan Drosophila
sp. Tangkapan Daerah Malang, Mojokerto, dan Kediri berdasarkan Ciri
Morfologi Menggunakan Dendogram.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu
bagaimana hubungan kekerabatan Drosophila sp. tangkapan dari daerah
Malang, Mojokerto, dan Gresik?
C. Tujuan
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu untuk
mengetahui hubungan kekerabatan Drosophila sp. tangkapan dari daerah
Malang, Mojokerto, dan Gresik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Dapat mengetahui ciri dan hubungan kekerabatan Drosophila sp.
tangkapan dari daerah Malang, Mojokerto, dan Gresik.
b. Melatih kemampuan dalam menganalisis hubungan kekerabatan
makhluk hidup yaitu Drosophila sp.
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan informasi tentang hubungan kekerabatan Drosophila sp.
dari daerah Malang, Mojokerto, dan Gresik.
b. Memberikan informasi tambahan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya tentang hubungan kekerabatan makhluk hidup.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah pada peneiian ini yaitu
1. Drosophila sp. yang diteliti berasal dari 3 daerah berbeda dan saling
berdekatan yaitu Malang, Mojokerto, dan Gresik dan diambil dari tiga titik
yang berbeda.
2. Ciri yang diamati sebatas ciri morfologi pada bagian kepala, thorak,
abdomen, sayap, dan tungkai.
3. Ciri yang diamati minimal 50 ciri morfologi dari hasil persilangan F3
4. F3 diperoleh dari persilangan induk jantan dan betina yang memiliki ciri
dan jumlah ciri yang sama.
5. Analisis data menggunakan dendogram pada data hasil pengamatan 50 ciri
morfologi hasil anakan F3.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi pada penelitian ini yaitu
1. Hasil anakan F3 yang merupakan hasil persilangan induk dengan ciri dan
jumlah ciri sama dianggap telah mencapai galu murni.
2. Kondisi lingkungan (suhu, cahaya, kelembaban, dan sebagainya) dianggap
sama.
3. Umur Drosophila yang disilangkan dianggap sama.
4. Kondisi medium pada tiap botol dari awal hingga akhir penelitian
dianggap sama.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu
1. Identifikasi pada penelitian ini yaitu mengamati 50 ciri morfologi yang
dimiliki oleh Drosophila sp. dari daerah Malang, Mojokerto, dan Gresik.
2. Ciri morfologi merupakan ciri yang nampak pada luar tubuh meliputi
bagian kepala, thorax, abdomen, sayap, dan tungkai.
3. Galur murni pada penelitian ini yaitu hasil pemurnian dengan persilangan
hingga mendapatkan keturunan F3.
4. Menyilangkan pada penelitian ini yaitu mengawinkan Drosophila sp.
jantan dan betina yang memiliki ciri mofologi sama meliputi daerah
Malang, Mojokerto, dan Gresik.
5. Mengampul adalah cara mendapatkan individu yang belum kawin dengan
jalan mengambil pupa hitam dan memasukkannya pada selang yang berisi
pisang. Pada penelitian ini satu selang berisi 2 pupa hitam yang terpisah.
6. Peremajaan pada penelitaian ini yaitu memperbanyak stok dengan
mengawinkan 3 Drosophila sp. jantan dan betina pada botol yang berisi
medium.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Marga
Drosophila
mempunyai
jumlah
paling
besar
bila
dibandingkan dengan marga-marga yang lain dalam suku yang sama yaitu
Drosophilidae, Leucophelenga, Liodrosophila, Lissocephala, Microdrosophila,
Scaptomyza, Stegna, Styloptera dan Tambodrella (Bock,1976). Klasifikasi
Drosophila menurut Boror, Triplehorn, dan Johnson (1992) adalah sebagai
berikut.
Filum
Anak Filum
Induk Kelas
Kelas
Anak Kelas
Bangsa
Anak Bangsa
Induk Suku
Suku
Marga
Species
: Arthropoda
: Mandibulata
: Hexapoda
: Insecta
: Pterygota
: Dyptera
: Cyclorappa
: Ephydroidae
: Drosophilidae
: Drosophila
: Drosophila sp.
B. Deskripsi Drosophila
Drosophila merupakan spesies yang memiliki dimorfisme seksual,
jantan dan betina dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan beberapa
perbedaan morflogis. Morfologi eksternal yang dapat digunakan sebagai
pembeda yaitu bentuk ujung abdomen, sex combs, ovipositor, dan genitalia
eksternal. Betina memiliki abdomen dengan ujung agak lancip sedangkan
ujung abdomen jantan membulat. Segmen tarsal pertama pada jantan terdapat
sex combs, sederet bristle gelap dan tebal (Chyb dan Gompel, 2013).
Bock (1976) membagi genus Drosophila menjadi beberapa subgenus
yang
meliputi
Scaptodrosophila,
Hirtodrosophila,
Drosophila,
dan
Drosophila memiliki ciri apical band pada tergit abdominal anterior biasanya
terpotong (tidak tersambung) pada bagian midline, pipi biasanya lebar, femur
bagian depan pada beberapa spesies dengan femoral comb. Sedangkan pada
subgenus Sphophora memiliki ciri apical band pada tergit abdominal
bersambung, pipi sempit, femoral comb tidak pernah ada.
Contoh subgenus Scaptodrosophila D. inornata Malloch, D. Rabdote
Bock, D. obselettamalloch, D. Collesh Bock, D. barkeri Bock, D. Lovisae
Bock,
Gambar 2.1. Bagian Kepala pada Drosophila (tampak anterior). Keterangan: PV (post
vertical bristle), OC (ocellar bristle), pOR (posterior orbital bristle), mOR
(midle orbital bristle), dan aOR (anterior orbital bristle) (Chyb dan Gompel,
2013).
Gambar 2.2. Bagian Kepala pada Drosophila (tampak lateral). Keterangan: aVT (anterior
vertical bristle), pVT (posterior vertical bristle) OC (ocellar bristle), pOR
(posterior orbital bristle), mOR (midle orbital bristle), dan aOR (anterior
orbital bristle) (Chyb dan Gompel, 2013).
2. Thorak
Thorak biasanya dengan 1 pasang humeral bristle, 2 notopleural, 1
presutural, 2 supra-alar dan 2 post-alar, margin scutelar dengan 4 bristle
(anterior dan posterior scutellars), pasangan anterior biasanya tereduksi
pada beberapa genera (Bock, 1976).
Gambar 2.3. Bagian Thorax pada Drosophila (tampak dorsal). Keterangan: HU (humeral
bristle), aNP (anterior notopleural), pNP (posterior notopleural), PS
(presutural bristle), aSA (anterior supra-alar bristle), pSA (posterior supraalar bristle), aDC (anterior dorso-central bristle), pDC (posterior dorsocetral bristle), aPA (anterior post-alar bristle), pPA (posterior post-alar
bristle), pST (posterior sternopleural), aSC (anterior scutelar beristle, dan
pSC (posterior scutelar bristle) (Chyb dan Gompel, 2013).
Gambar 2.4. Bagian Thorax pada Drosophila (tampak lateral). Keterangan: HU (humeral
bristle), aNP (anterior notopleural), pNP (posterior notopleural), PS
(presutural bristle), aSA (anterior supra-alar bristle), pSA (posterior supraalar bristle), aDC (anterior dorso-central bristle), pDC (posterior dorsocetral bristle), aPA (anterior post-alar bristle), pPA (posterior post-alar
bristle), aST (anterior sternopleural), mST (midle sternopleural), pST
(posterior sternopleural), aSC (anterior scutelar beristle, dan pSC (posterior
scutelar bristle) (Chyb dan Gompel, 2013).
3. Sungut
Sebuah arista mungkin telanjang, berambut, atau plumose (Borror,
Triplehorn, dan Johnson, 1992).
4. Sayap
Klasifikasi Drosophila sp. dilakukan dengan pengamtan ciri sayap
terutama perangka-sayap. Ruangan-ruangan yang tertutup sayap adalah
ruangan sayap (cell) yang tidak mencapai batas sayap. Bila penebalan tepi
anterior sayap (kosta) berakhir dekat ujung sayap, kosta dikatakan meluas
sampai ujung sayap. Pada beberapa Drosophila terdapat rangka-rangka
sayap pada kosta kelihatan patah. Tempat demikian disebut pematahan
kosta yang dapat terjadi di dekat ujung R1 atau rangka sayap melintag
humerus (Borror, Triplehorn, dan Johnson, 1992). Bock (1976) juga
menyatakan bahwa costa sayap dengan patahan proksimal dan distal. Di
belakang ujung R1 jika terdapat satu deret rambut-rambut panjang atau
bulu sepanjang kosta, disebut kosta berduri (Borror, Triplehorn, dan
Johnson, 1992). Menurut Bock (1976), costa mencapai ujung longitudinal
vein ke-3 atau ke-4. Longitudinal vein pertama erakhir pada distal costal.
Terdapat anterior dan posterior cross-vein. Discal dan basal sel kedua
dipisahkan oleh crossvein ketiga pada beberapa genera.
Gambar 2.5. Bagian Sayap pada Drosophila. Keterangan: L 1 (kosta), L2 (radial vein), L3
(medial vein), L4 (cubital vein), L5 (distal vein), L6 (vein L6), a-cv (anterior
cross-vein), p-cv (posterior cross-vein), axv (axillary vein), h-cv (humeral
cross-vein), C (costal cell), M (marginal cell), S (submarginal cell), B 1 (basal
cell 1), 1P (first posterior cell), B2 (basal cell 2), D (discal cell), 2P (second
posterior cell), A (anal cell), 3P (third posterior cell), A1 (alula), Ax (axillary
cell) (Chyb dan Gompel, 2013).
5. Tungkai
Ciri tugkai yang utama yang dipakai untuk memisahkan yaitu struktur
empodium, ada tidaknya taji-taji tibia dan adanya bulu rambut tertentu.
Empodium adalah suatu struntur yang timbul dari antara kuku pada ruas
tarsus terakhir. Empodium adalah seperti rambut atau tidak ada pada
kebanyakan famili. Pulvili adalah bantalan pada ujung ruas tasus yang
terakhir, satu pada dasar masing-masing kuku (Borror, Triplehorn, dan
Johnson, 1992). Bock (1976) menambahkan bahwa preapical bristle
biasanya terdapat pada tibia.
Gambar 2.6. Bagian Tungkai pada Drosophila (Chyb dan Gompel, 2013).
Gambar 2.7. Ujung Tarsus (bagian dorsal). A. Empodium berbentuk rambut dan B.
Empodium berbentuk Pulvili. Keterangan emp: empodium, pul: pulvili, tcl:
kuku tarsus, ts: tarsus yang terakhir (Boror, Triplehorn, dan Johnson, 1992).
6. Ketotaksi
Pada identifikasi lalat tertentu, penggunaan yang banyak dibuat dengan
jumlah, ukuran besarnya, letak, dan susunan rambut yang lebih besar pada
kepala dan toraks (Borror, Triplehorn, dan Johnson, 1992).
10
D. Persebaran Drosophila
Drosophila merupakan salah satu marga dalam ordo Diptera. Marga
Drosophila mempunyai jumlah anggota yang paling besar, bermacam-macam
dan habitatnya tersebar luas. Menurut Annisa (2013) genus Drosophila
memiliki penyebaran yang sangat luas. Drosophila yang tersebar luas di Asia
Tenggara diantaranya adlah Drosophila ananassae, Drosophila hypocausta,
Drosophila immigrans, dan lainnya, sedangkan Drosophila yang tertangkap di
Indonesia adalah jenis kosmopolitan. Menurut Wheeler dalam bukunya yang
berjudul The Genetic and Biology of Drosophila telah mencatat terdapat
sekitar 120 jenis lalat buah dari famili Drosophilidae sedangkan di Indonesia
tercatat sekitar 600 jenis.
Persebaran
Drosophila
di
Indonesia
tidak
merata,
diduga
persebarannya dipengaruhi oleh letak daerah dan jenis buah musiman yang
terdapat di daerah tersebut, selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi
keanekaragaman Drosophila seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya,
cuaca, dan musim. Tidak menutup kemungkinan Drosophila mengalami
penyebaran dan menyebabkan distribusi yang berbeda di setiap daerah
(Annisa, 2013).
E. Analisis Dendogram
Dendogram adalah suatu format sederhana untuk jarak genetik yang
ditampilkan dalam bentuk gambar pohon (Johari dkk, 2009). Dalam
sistematik, kekerabatan memiliki dua pengertian, kekerabatan fenetik dan
kekerabatan filogenetik. Menurut Indriwati (2009), dalam prakteknya lebih
umum digunakan kekerabatan fenetik dengan alasan: 1) untuk penerapan
klasifikasi secara filogenetik tidak tersedia bukti-bukti yang cukup sebagai
penunjang pelaksanaan sistem klasifikasi tersebut, 2) bila cukup banyak sifatsifat
yang
dipertimbangkan,
biasanya
kekerabatan
fenetik
akan
11
12
G. Hubungan Kekerabatan
Hubungan kekerabatan tingkat taksonomi dapat ditinjau dari dua
sudut pandang yaitu fenetik dan filetik. Kekerabatan fenetik adalah
kekerabatan yang didasarkan pada kesamaan sifat menyeluruh. Kekerabatan
filetik adalah kekerabatan yang berdasarkan pada sifat filogenik. Semakin
banyak kesamaan ciri makin dekat tingkat kekerabatan pada spesies tersebut,
sedangkan makin sedikit persamaan ciri maka semakin jauh hubungan
kekerabatannya (Yatim,1991).
Dasar dari sistematika adalah deskripsi karakter. Ciri-ciri merupakan
perwujudan koordinasi sejumlah gen dan evolusi terjadi karena perubahan
satu atau lebih gen. Karakter luar hanya membedakan struktur dua taksa atau
lebih yang belum tentu mewakili perubahan genetik spesifik pada evolusi.
Struktur morfologi merupakan produksi akhir dari interaksi yang kompleks.
Hubungan kekerabatan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu
tingkah laku, ciri morfologi, dan keturunan. Pendekatan yang umum dilakukan
untuk mengkaji hubungan kekerabatan dan klasifikasi adalah berdasarkan
kajian morfologi. Sistem klasifikasi data merupakan hal yang dominan karena
bentuk morfologi mempunyai keuntungan yaitu mudah diamati atau dilihat
dan keanekaragamannya sudah banyak dikenal dibanding data lainnya. Agar
13
14
daerah dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan air laut.
Suhu rata-rata di Kabupaten Mojokerto adalah 26,6C dengan curah hujan
sebesar 1783 mm per tahun (Pemerintah Kabupaten Mojokerto, 2013).
3. Gresik
Secara geografis wilayah Kabupaten Gresik terletak antara
071136 Lintang Selatan dan 1123311 Bujur Timur. Sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2-12 meter di
atas permukaan air laut kecuali kecamatan Panceng yang mempunyai
ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut. Curah hujan relatif rendah
yaitu rata-rata 2.254 mm per tahun. Iklim Kabupaten Gresik termasuk
tropis dengan temperatur rata-rata 28,5C dan kelembaban udara rata-rata
75%. Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik adalah
daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 km meliputi kecamatan
Kebonmas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujungpangkah, dan Paceng
serta Kecamatan Tambak dan Sangkapura yang berada di pulau Bawean
(Bappeda Jatim, 2013).
I. Kerangka Konseptual
Penentuan hubungan kekerabatan dalam penelitian ini menggunkan
analisis dendogram. Grafik dendogram akan menggambarkan jauh dekatnya
hubungan Drosophila sp. dari 3 daerah pegambilan yang berbeda. Indeks
similaritas yang semakin mendekati 1 mengindikasikan bahwa hubungan
kekerabatannya semakin dekat begitu pula sebaliknya jika semakin mendekati
0 maka hubungan kekerabatannya semakin jauh.
Setiap makhluk hidup memiliki hubungan kekerabatan dengan yang lain
Hubungan kekerabatan dapat dinyatakan dengan metode fenetik yang
didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip yaitu morfologi
(Nurchayati, 2010)
semakin banyak
semakin sedikit
Hubungan kekerabatan
Mojokerto dekat
J. Hipotesis
Drosophila sp. tangkapan dari Gresik, Malang, dan Mojokerto
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri-ciri morfologinya.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekspos facto (expost facto
research). Penelitian ekspos facto ini meneliti hubungan sebab akibat yang
tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh
peneliti (Taqiya, 2013). Dalam situasi ini peneliti hanya tinggal memilih
subjek dan mengukur efek variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu
perbedaan lokasi (kota) yang mempengaruhi kekerabatan Drosophila sp.
antar kota, dengan cara mengamati ciri-ciri morfologi Drosophila tangkapan
dari masing-masing daerah yaitu Gresik, Malang, dan Mojokerto. Selanjutnya
dilakukan pemurnian hingga mendapatkan keturunan ketiga (F3). Kemudian
dilakukan analisis terhadap persamaan ciri yang diperoleh dengan indeks
similaritas dan menyajikannya dalam bentuk dendogram untuk mengetahui
tingkat kekerabatan antar jenis Drosophila dari ketiga daerah tersebut.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat pengambilan sampel adalah di sekitar rumah peneliti di
daerah Gresik, daerah Malang, dan daerah Mojokerto. Pelaksanaan penelitian
di ruang Laboratorium Genetika (ruang 310) Jurusan Biologi FMIPA UM,
yang dilakukan pada bulan September sampai bulan November 2014.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh Drosophila di Daerah
Gresik, Malang, dan Mojokerto sedangkan sampelnya adalah Drosophila
yang ditangkap di Kecamatan Balongpanggang untuk daerah gresik,
Kecamatan Mojosari untuk daerah Mojokerto dan Kecamatan Sukun untuk
daerah Malang. Setiap daerah diambil 3 titik sampel untuk bisa mewakili
Drosophila daerah masing-masing.
D. Variabel dalam Penelitian
Variabel Bebas
- Selang
- Gabus
- Kardus
- Gunting
- Kertas pupasi
- Spidol
- Kain kasa
- Stiker
- Kompor
- Panci
- Pengaduk
- Blender
- Mikroskop
- Plastik bening
- Pisau
- Kuas
- Cotton bud
Bahan:
- Pisang rajamala
- Tape
- Gula merah
- Yeast (fermipan)
- Air
F. Prosedur Kerja
1. Menangkap Drosophila sp.
a. Menentukan daerah penangkapan yaitu di sekitar rumah peneliti
d. Menutup toples atau botol selai yang sudah terisi lalat buah dengan kain
atau spons.
2. Membuat Medium (satu resep)
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Mengupas pisang rajamala dan memotongnya, menimbang 700 gram.
18
mendapat
F3,
mengamati
ciri-ciri
morfologi
dan
20
No
Ciri Morfologi
Malang
U1
U2
Mojokerto
U3
U1
U2
U3
Gresik
U1
U2
Kepala
1.
Terdapat ocellus
2.
3.
4.
Terdapat pseudopupil
Segmen antenna ketiga tanpa
tambahan rambut/ microchaeta
pada bagian bawah
Terdapat proboscis
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Thorax
18.
19.
20.
21.
22
23.
24.
21
U3
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Terdapat halter
Abdomen
33.
Sayap
34.
35.
36.
37.
41.
42
Terdapat 5 longitudinal-vein
43
44.
45.
38.
39.
40.
Tungkai
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
Terdapat empodium
53.
54.
Terdapat pulvillus
koefisien
asosiasi
digunakan
sebagai
dasar
pengelompokan
rpq=
Dimana rpq
rPQ
rp
rq
23
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data Pengamatan
Pengamatan pada Drosophila sp. daerah Malang, Gresik, dan Mojokerto
meliputi pengamatan ciri morfologi. Data hasil pengamatan ciri morfologi
Drosophila sp. dari ketiga wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Pengamatan Ciri Morfologi Drosophila sp. dari Wilayah Malang, Gresik, dan
Mojokerto
No
Ciri Morfologi
Malang
Mojokerto
Gresik
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
Kepala
1.
Terdapat ocellus
2.
3.
4.
Terdapat pseudopupil
Segmen antenna ketiga tanpa
tambahan rambut/ microchaeta
pada bagian bawah
Terdapat proboscis
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
24
Thorax
18.
19.
20.
21.
22
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Terdapat halter
35.
36.
37.
41.
42
Terdapat 5 longitudinal-vein
43
44.
45.
Costa
Abdomen
33.
Sayap
34.
38.
39.
40.
berduri
(berupa
rambut
25
pendek)
sayap
hampir
sampai
ujung
Tungkai
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
Terdapat empodium
53.
54.
Terdapat pulvillus
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian ditransformasi dalam bentuk
matriks agar dapat dianalisis. Matriks ciri morfologi Drosophila sp dari ketiga
wilayah dapat dilihat pada tabel 4.2. Ciri morfologi yang sama diberi angka 1
sedangkan ciri morfologi yang berbeda diberi angka 0.
Tabel 4.2 Matriks Ciri Morfologi Drosophila sp. dari Malang, Gresik, dan Mojokerto
Ciri Morfologi
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A-B
A-C
B-C
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
26
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
51
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
52
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
53
Spesies
Gresik (C)
Mojokerto (B)
Malang (A)
Malang (A)
52
51
-
Mojokerto (B)
53
3*
Gresik (C)
1*
2*
Keterangan:
*
Tanpa tanda *
Keterangan:
S = koefisien asosiasi organisme (tumbuhan/hewan) yang satu terhadap yang
kedua atau yang lain.
Ns = Jumlah sifat yang sama
Nd = Jumlah sifat yang berbeda
Drosophila sp. daerah Malang dan Mojokerto berbeda 3 ciri, daerah Malang
dan Gresik berbeda 2 ciri, dan daerah Mojokerto dan Gresik berbeda hanya 1
ciri. Berdasarkan rumus di atas diperoleh koefisien asosiasi dengan tingkat
kesamaan sebagai berikut.
S(AB) = 51/ 51 + 3 = 0,944
S(AC) = 52/ 52 + 2 = 0,963
S(BC) = 53/ 53 + 1 = 0,981
Hasil perhitungan koefisien asosiasi kemudian dimasukkan ke dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Koefisien Asosiasi Ciri Morfologi Drosophila sp. dari Daerah Malang, Gresik, dan
Mojokerto
Organisme
Malang (A)
Mojokerto (B)
Malang (A)
1
0,944
Mojokerto (B)
Gresik (C)
1
28
Gresik (C)
0,963
0,981
rAB + rAC
r(B+C).A =
(2 + 2 rBC)
0,944 + 0,963
=
(2 + 2 . 0,981)
= 1,907 / 1,99047733
= 0,958061652
= 0,958
Hasil perhitungan koefisien similaritas Malang dengan Mojokerto-Gresik
dimasukkan ke tabel 4.5
Tabel 4.5 Indeks Similaritas Drosophila sp. dari Daerah Malang, dengan Gresik-Mojokerto
Organisme
Malang (A)
Malang (A)
Mojokerto-Gresik
(B-C)
1
0,958
Mojokerto-Gresik
(B-C)
1
29
0,981
Mojokerto
Gresik
0,958
Malang
dan
30
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan Kekerabatan Drosophila sp. Daerah Malang, Mojokerto, dan
Gresik
Drosophila memiliki penyebaran dan distribusi yang berbeda di
setiap daerah di Indonesia (Siburian, 2008), begitu pula dengan penyebaran
Drosophila antara daerah Malang, Gresik, dan Mojokerto. Setiap makhluk
hidup memiliki hubungan kekerabatan dengan yang lain, dapat dilihat dari
kesamaan yang dimiliki antara kedua makhluk hidup. Indriwati (2009)
menyatakan bahwa sifat-sifat morfologi dapat digunakan untuk pengenalan
dan menggambarkan kekerabatan tingkat jenis. Jumlah sifat yang digunakan
sebanyak mungkin, sekurangnya 40 sifat. Pada penelitian ini menggunakan 54
ciri morfologi. Penelitian ini mengkaji hubungan kekerabatan antara
Drosophila sp dari daerah Malang, Gresik, dan Mojokerto dengan mengamati
galur murninya. Galur murni adalah populasi yang merupakan turunan murni
tanpa adanya variasi genetik yang berarti (Corebima, 2013). Pada identifikasi
ciri morfologi Drosophila sebelumnya diperlukan pemurnian untuk mencapai
galur murni. Tujuan menggunakan galur murni berdasarkan pernyataan di atas
yaitu sifat yang terekspresikan merupakan sifat yang sebenarnya dan tidak
akan berubah. Galur murni didapatkan apabila seluruh pasangan alela dalam
keadaan homozigot. Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen
(sepasang) identik sedangkan heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh
dua gen (sepasang) tidak identik (berlainan). Dalam hubungan ini suatu
karakter yang berfenotip AA tergolong homozigot, dominan, sedangkan
berfenotip aa tergolong homozigot resesif, dan yang berfenotip Aa tergolong
bersifat heterozigot (Corebima, 2013).
Corebima (2013) menyatakan bahwa galur murni total merupakan
akibat dari inbreeding. Inbreeding merupakan proses fertilisasi sendiri yang
terjadi berulang-ulang mengakibatkan efek pada perkawinan yang tidak acak.
Lebih lanjut Corebima (2013) menyatakan bahwa pembuahan sendiri atau
perkawinan antara individu berkerabat dekat dalam banyak generasi
31
32
gen yang terkait adanya mutasi dan rekombinasi. Ayala (1984) menyatakan
bahwa interaksi antara lingkungan dan faktor genetik akan menghasilkan
kerakteristik yang dapat diamati pada suatu individu.
a. Faktor Internal
1. Gen
Corebima (2013) menyatakan bahwa karakter ditentukan oleh
unit karakter yang disebut faktor (gen). Berdasarkan pernyataan
tersebut, ciri morfologi yang nampak merupakan hasil dari ekspresi
gen. Karakter yang dapat diamati pada suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip dan tempat lingkungan tempat hidup dan
berkembang. Genotip diartikan sebagai keseluruhan jumlah informasi
genetik yang terkandung pada suatu makhluk hidup (Corebima, 2013).
Diantara gen dan lingkungan yang paling dominan mempengaruhi
karakter suatu organisme yaitu gen. Lebih lanjut Corebima (2013)
menyatakan bahwa gen dapat berubah menjadi bentuk alternatif oleh
proses mutasi.
2. Mutasi
Setiap mutasi yang terjadi dalam suatu gen tertentu akan
menghasilkan suatu bentuk baru atau alela baru dari gen tersebut
(Corebima, 2013). Dengan demikian ciri morfologi yang tampak akan
berbeda. Perubahan materi genetik DNA dan RNA itu dapat berupa
penambahan atau pengurangan unit penyusun, perubahan susunan,
perubahan jumlah, dan sebagainya. Secara umum penyebab mutasi
(yang spontan maupun yang tereduksi) adalah keadaan atau faktor
lingkungan, disamping keadaan atau faktor internal materi genetik.
Faktor lingkungan sebagai agen mutasi misalnya radiasi pengion,
radiasi ultraviolet, dan berbagai senyawa kimia (Gardner dkk., 1991).
Jika sinar UV mengenai atau menembus jaringan Drossophila sp. dan
mengakibatkan terjadinya mutasi maka kejadian tersebut juga akan
mempengaruhi
ekspresi
ciri
morfologinya.
Jika
ditinjau
dari
33
adalah
proses
terbentuknya
kombinasi-
34
35
Kabupaten
Mojokerto,
2013).
Sedangkan
lokasi
termasuk
wilayah
dataran
rendah
sedangkan
wilayah
36
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan pembahasan di atas yaitu berdasarkan
metode fenetik Drosophila sp. tangkapan dari daerah Mojokerto dan Gresik
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dibandingkan daerah
Malang dengan Mojokerto dan Gresik, dengan nilai indeks similaritas antara
Drosophila sp. daerah Mojokerto dan Gresik sebesar 0,981 sedangkan nilai
indeks similaritas daerah Malang dengan Mojokerto dan Gresik yaitu 0,958.
Faktor utama yang mempengaruhi hubungan kekerabatan adalah gen yang
terkait adanya mutasi dan rekombinasi sedangkan faktor lingkungan
(kedekatan wilayah serta ketinggian tempat) juga berpengaruh namun tidak
terlalu signifikan dan pengaruhnya juga tidak secara langsung.
B. Saran
Saran berdasarkan penelitian ini yaitu
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan ciri morfologi yang
lebih banyak sehingga data yang diperoleh lebih valid dan dapat
menggambarkan hubungan kekerabatan yang lebih baik.
2. Pengamatan ciri morfologi sebaiknya lebih teliti lagi agar data yang
diperoleh valid
3. Lebih meningkatkan kesabaran dan keuletan dalam melakukan penelitian
ini
4. Penelitian sebaiknya dilakukan dalam keadaan yang lebih aseptis sehingga
tidak terjadi kontaminasi oleh kutu.
38
DAFTAR RUJUKAN
Annisa, Visa. 2013. Keanekaragaman Drosophila di Kebun Botani UPI Bandung.
(Online), (https://www.academia.edu/5949323/Proposal_visa.pdf, diakses
tanggal 25 Oktober 2015).
Ayala, P.J. dkk. 1984. Modern Genetic. California: Benyamin/ Cummings Publishing
Company, Inc.
Bappeda
Jatim.
2013.
Kabupaten
Gresik.
(Online),
(http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kabkota-2013/kab-gresik-2013.pdf, diakses tanggal 1 Desember 2015).
Bock, Ian R. 1976. Drosophlidae of Australia. Australian Journal of Zoology. 40: 1-105.
CSIRO Melbourne. (ebook).
Borror, Donald J., Charles A. Triplehorn, dan Norman F. Jhonson. 1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga edisi ke enam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Chyb, Sylwester dan Gompel, Nicolas. 2013. Atlas of Drosophila Morphology: Wild
Type and Classical Mutans. UK: Elsivier Inc. (ebook).
Corebima, A.D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Fatimah, Siti. 2013. Analisis Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Sebelas Jenis
Tanaman Salak (Salacca zalacca (Gertner) Voss Bangkalan. Jurnal Agrovigor.
6(1):
1-15.
(Online),
(http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wpcontent/uploads/2014/05/1.-Agrovigor-Maret-2013-Vol-6-No-1-AnalisisMorfologi-da-Hubungan-kekerabatab-Siti-Fatimah-.pdf, diakses tanggal 28
November 2015).
Gardner, Eldon John, Simmons M.J., dan Snustad D. P. 1991. Principle of Genetic Eight
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Grossfield, Joe. 1971. Geographic Distribution and Light-Dependent Behavior in
Drosophila.
Zoology
journal.
68(11):
2669-2673.
(Online),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC389497/pdf/pnas000860052.pdf, diakses tanggal 1 Desember 2015).
Hukai, Wen-Xia Zhang, dan H.L. Carson. 1993. Drosophilidae (Diptera) of Hainan
Island (China). Pasific Science Journal. 47(4): 319-327. (Online),
(http://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/10125/1861/v47n4319-327.pdf?sequence=1.pdf, diakses tanggal 1 Desember 2015).
Indriwati, Sri Endah. 2009. Suplemen Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
39
Jarak tempuh. 2015. Jarak Gresik ke Malang dan Peta Lokasi. (Online),
(http://jaraktempuh.com/jarak-gresik-ke-mojokerto.html, diakses tanggal 28
November 2015).
Jarak tempuh. 2015. Jarak Gresik ke Mojokerto dan Peta Lokasi. (Online),
(http://jaraktempuh.com/jarak-gresik-ke-mojokerto.html, diakses tanggal 28
November 2015).
Jarak tempuh. 2015. Jarak Malang ke Mojokerto dan Peta Lokasi. (Online),
(http://jaraktempuh.com/jarak-malang-ke-mojokerto-jatim.html,
diakses
tanggal 28 November 2015).
Johari, S., Sutopo, dan Santi. 2009. Frekuensi Fenotipik Sifat-Sifat Kualitatif Ayam Kedu
Dewasa (Fenotype Frequency of The Qualitative Traits at Adult Kedu
Chicken). (Online), (http://core.ac.uk/download/pdf/11704558.pdf, diakses
tanggal 18 Oktober 2015).
Kastawi, Yusuf., dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Klug, William S., Michael R. Cummings, Charlotte A. Spencer, dan Michael A.
Palladino. 2012. Concepts of Genetics. California: Pearson Education Inc.
(ebook).
Dinas
Novitski,
(Online),
tanggal
1
40
Pramudi, M. Indar, Retno Dyah Puspitarini, dan Bambang Tri Rahardjo. 2013.
Keanekaragaman dan Kekerabatan Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di
Kalimantan Selatan berdasarkan Karakter Morfologi dan Molekular (RAPDPCR dan Sekuensing DNA). Jurnal HPT Tropika. 13 (2): 191-202. (Online),
(http://journal.unila.ac.id/index.php/jhtrop/article/download/839/1174.pdf,
diakses tanggal 25 November 2015).
Pujiasmanto, Bambang, Supriyono, dan Eddy Triharyanto. 2007. Kajian Agroekologi
dan Kemelimpahan Tumbuhan Obat Herba Valeriana javanica L. di Kawasan
Lereng
Gunung
Lawu.
(Online),
(https://eprints.uns.ac.id/13233/1/Publikasi_Jurnal_%2888%29.pdf, diakses
tanggal 1 Desember 2015).
Sartiami, Dewi, Magdalena, dan Ali Nurmansyah. 2011. Thrips parvispinus
(Thysanoptera: Tetripidae) pada Tanaman Cabai: Perbedaan Karakter
Morfologi pada Tiga Ketinggian Tempat. Jurnal Entomol Indon. 8(2): 85-95.
(Online), (http://pei-pusat.org/jurnal/index.php/jei/article/download/82/pdf1,
diakses tanggal 18 Oktober 2015).
Siburian, Jodion. 2008. Studi Keanekaragaman Drosophila sp. di Kota Jambi. Jurnal
Biospecies.
1(2):
47-54.
(Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11763&val=861.pdf,
diakses tanggal 25 November 2015).
Situmorang, Frisilia, Nery Sofiyanti, dan Fitmawati. 2013. Analisis Hubungan
Kekerabatan Rambutan (Nephelium lappaceum) di Kabupaten Kampar
Provinsi
Riau
Berdasarkan
Karakter
Morfologi.
(Online),
(http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6000/KARYA
%20ILMIAH%20FRISILIA%20SITUMORANG.pdf?sequence=1.pdf, diakses
tanggal 28 November 2015).
Sulasmi, E.S. 1997. Kekerabatan Fenetik Jenis-Jenis Desmodium di Derah Istimewa
Yogjakarta.
Jurnal
Penelitian
Chimera.
(Online),
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?
act=tampil&id=14610&idc=8.pdf, diakses tanggal 18 Oktober 2015).
Sulistyo, Rico Hutama, Lita Soetopo, dan Damanhuri. 2015. Eksplorasi dan Identifikasi
Karakter Morfologi Porang (Amorphophalus muelleri B.) di Jawa Timur.
Jurnal
Produksi
Tanaman.
3(5):
353-361.
(Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=347378&val=6473&title=EKSPLORASI%20DAN
%20IDENTIFIKASI%20KARAKTER%20MORFOLOGI%20PORANG
%20(Amorphophallus%20muelleri%20B.)%20DI%20JAWA
%20TIMUR.pdf,diakses tanggal 28 November 2015).
Takada, Haruo, Eizi Momma, dan Toshio Shima. 1973. Distribution Population
Constitution of Drosophila in South East Asia and Oceania. Jurnal Zoologi.
19(1):
73-94.
(Online),
41
42
LAMPIRAN 1
Drosophila sp. Tangkapan dari Daerah Malang, Mojokerto, dan Gresik
43
LAMPIRAN 2
Peta Lokasi daerah Malang, Mojokerto, dan Gresik
Gambar 9.1 Peta Lokasi Kota Malang ke Mojokerto (Jarak tempuh.com, 2015).
Gambar 9.2 Peta Lokasi Kota Malang ke Gresik (Jarak tempuh.com, 2015).
44
Gambar 9.3 Peta Lokasi Kota Mojokerto ke Gresik (Jarak tempuh.com, 2015).
45