Pendekatan ini memfokuskan pada bagaimana membangun peraturan hukum, pemisahan antara
kebijakan dan administrasi, dan perlindungan terhadap whistle blower dengan tujuan untuk
mencegah dan mengurangi korupsi di pemerintahan. Pendekatan ini dideasin untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah melalui pengembangan sistem anti korupsi di
pemerintah.
2.
Pendekatan ini digunakan untuk merubah perilaku korupsi dengan menitikberatkan pada norma
etika dan profesi, memajukan etika pelayanan publik, dan membangun integritas organisasi.
Pendekatan ini disusun untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah melalui
perubahan perilaku aparatur pemerintah dan masyarakat secara bertahap maupun seketika.
3.
Ekonomi
Pendekatan ekonomi mengasumsikan jika manusia merupakan produk dari kondisi ekonomi.
Godaan dari suap dan uang pelicin ataupun penggunaan wewenang untuk keuntungan pribadi dan
sikap pilih kasih akan menurun ketika aparatur negara mendapat gaji yang pantas, masyarakat
menjadi lebih baik, dan standar hidup menjadi lebih tinggi.
Dari ketiga pendekatan di atas, pendekatan hukum dan administrasi merupakan syarat
utama dimana faktor teknologi menjadi perantara di dalam proses pemberantasan korupsi. Variabel
utama yang dipakai di dalam penelitian ini adalah korupsi dan e-government. Selain itu ada juga
peraturan hukum, efektivitas pemeritah, stabilitas politik, dan perbendaharaan yang juga bertindak
sebagai variabel independen. Efektivitas pemerintah mengacu pada kualitas pelayanan publik,
kebebasan dari tekanan politik, kualitas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, dan kredibilitas dari
komitmen pemerintah terhadap kebijakan yang diambil (Kaufman et al., 2009). Berdasarkan
penelitian ini, penegakan hukum tetap menjadi syarat awal yang fundamental dari adanya
pemerintahan yang bersih.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya aplikasi
berbasis internet oleh lembaga pemerintah untuk meningkatkan akses dan penyampaian informasi
pemerintah kepada masyarakat, rekan bisnis, pegawai, dan lembaga pemerintah lain.
Selain e-government memberikan kesempatan lebih kepada masyarakat untuk terlibat di
dalam pengambilan keputusan dan penyediaan layanan publik, e-government dapat menjadi cara
yang efisien untuk mengurangi kerahasiaan, kekakuan, dan korupsi di proses pengambilan
keputusan dan pemberian layanan publik melalui berbagai penyesuaian struktural, perilaku dan
teknis. E-government dapat membantu masyarakat dan aparatur sipil untuk lebih terlibat di dalam
pelayanan publik walaupun tidak sampai membuat mereka terlibat di dalam proses penyediaan
layanan dan pengambilan kebijakan.
Satu hal yang patut diwaspadai yaitu e-government dapat memicu timbulnya jenis korupsi
yang baru. Hal ini bisa muncul ketika ada satu masyarakat memiliki akses informasi dan teknologi
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Ketika hal ini terjadi, masyarakat dengan
akses informasi dan teknologi yang lebih baik akan dapat mempengaruhi atau menguasai kelompok
lainnya di dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh pemerintah.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa e-government bisa menjadi alat yang efektif untuk
mencegah korupsi di pemerintahan terlepas dari fakta bahwa keberadaan aturan hukum adalah alat
pencegah yang paling utama serta prasyarat mendasar dari pemerintahan yang bersih. Pemerintah
yang menggunakan sarana digital memungkinkan warga untuk memiliki akses ke informasi
pemerintah, program, dan jasa dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, dan
mengurangi intervensi yang tidak perlu dan perilaku sewenang-wenang dari aparat pemerintah.
Penggunaan TIK dalam penyediaan layanan publik dan pengiriman dapat mengekang perilaku korup
dari kedua belah pihak baik aparatur pemerintah maupun warga negara dengan meningkatkan
transparansi, keterbukaan, dan akuntabilitas pemerintah.