Anda di halaman 1dari 31

BATANG OTAK DAN SEREBELUM

1.1

Batang Otak
Batang otak terletak paling kaudal dan secara filogenetik
merupakan bagian otak tertua. Secara keseluruhan batang otak terbagi
menjadi medulla oblongata, pons, dan otak tengan (mesensefalon).
Medulla merupakan kelanjutan medulla spinalis kea rah rostral, sedangkan
mesensefalon terletak tepat di bawah diensefalon, pons merupakan bagian
tengah batang otak. Sepuluh dari 12 pasang nervus kranialis (N III-XII)
keluar dari batang otak dan terutama berperan untuk persarafan kepala dan
leher.
Batang otak mengandung banyak jaras serabut, termasuk semua
jaras asendens dan desendens yang menghubungkan otak dengan perifer.
Beberapa jaras ini menyilang garis tengah ketika melewati batang otak,
dan beberapa diantaranya membentuk sinaps di sini sebelum melanjutkan
perjalanan disepanjang jarasnya. Batang otak mengandung banyak nuclei
yang berperan penting pada sirkuit regulasi motorik dan stasiun relay yang
penting pada jaras visual dan auditorik.
Karena batang otak mengandung berbagai macam nuclei dan jaras
saraf pada ruang yang sangat padat, bahkan lesi yang kecil dapat
menimbulkan berbagai tipe defisit neurologis secara simultan. Temuan

batang otak yang relatif sering ditemukan adalah yang disebut paralisis
menyilang atau hemiplegia alternans, yaitu defisit nervus kranialis
ipsilateral dari lesi yang disertai oleh paralisis setengah sisi tubuh
kontralateral.

Gambar 1.1 Batang otak


1.1.1

Medula Oblongata
Medulla oblongata terbentang dari lokasi keluarnya radiks vertebra
servikalis I (CI), setinggi foramen magnum, hingga tempat pertemuannya
dengan pons 2,6-3 cm lebih ke arah rostal. Susunan spasial subtansia alba
dan substansia grisea di medulla oblongata sudah berbeda dengan susunan
medulla spinalis di tingkata medulla terbawah, yaitu setinggi dekusatio
piramidum. Kornu anterior masih dapat terlihat, mereka mengandung
nuclei motorik untuk nervus servikalis I dan untuk radiks nervus asesorius.

Di kolumna posterior ditemukan dua nuclei, yaitu nuclei kuneatus


dan nuclei grasilis. Kedua nuclei ini merupakan nuclei relay untuk serabut
kolumna posterior medulla spinalis yang berjalan naik. Nuclei kuneatus
mengandung serabut-serabut untuk ekstremitas atas sedangkan nuclei
grasilis mengandung serabut-serabut untuk ekstremitas bawah.

Gambar 1.2 Medulla Oblongata


1) Tampak dorsal. Tuberkulum grasile terlihat pada kedua sisi garis tengah,
diapit oleh tuberkulum kuneatum. Terdapat nuklei relay, yaitu tempat
serabut kolumna posterior medula spinalis membentuk sinaps dengan
neuron kedua jaras aferen, yang setelah itu berproyeksi melalu lemniskus
medialis ke talamus. Dasar ventrikel keempat atau fosa ramboidea dibatasi
dibagian lateral oleh pendikulus serebralis inferior dan superior dan terbagi
menjadi bagian rostral dan kaudal oleh striae medulares. Atap ventrike

keempat dibentuk oleh velum medulare superius, pendukulus serebralis,


dan serebelum
2) Tampak ventral dan lateral. Terdapat piramid, yang memberikan namanya
pada traktus piramidalis. Tampak dekusasio piramidium. Nervus
hipoglosus muncul dari batang otak di sulkus ventrorateralis antara
piramid dan oliva. Dibagian dorsa oliva, radiks nervus asesorius, radiks
nervus vagus, dan radiks nervus glosofaringeus muncul dari batang otak.
Lebih ke arah dorsal tampak tuberkulum senereum.
Traktus spinotalamikus lateralis (nyeri,

suhu),

traktus

spinotalamikus anterior (raba, tekan) dan traktus spinotektalis memiliki


posisi yang pada dasarnya sama di kaudal medulla seperti pada medulla
sepinalis servikalis.
Kompleks nuclear olivaris terletak di bagian rostral medulla. Oliva
inferior yang menyerupai lapisan substansia grisea yang telah dapat dilipat
ke atas membentuk kantong, menerima sebagian besar input aferen dari
nucleus ruber mesensefali, melalui traktus tegmentalis sentralis. Serabut
eferen dari olive inferior menyilang garis tengah dan membentuk traktus
olivoserebelaris yang masuk ke serebelum melalui pedunculus serebelaris
inferior.
Nucleus

olivaris

asesorius

secara

filogenetik

lebih

tua

dibandingkan dengan olive inferior. Struktur ini berhubungan dengan


arkhiserebelum dan berperan dalam mempertahankan keseimbangan. Lesi
olive inferior atau lesi traktus tegmentalis sentralis menyebabkan kedutan
ritmik pada palatum mole, faring dan kadang-kadang diafragma

(mioritmia, mioklonus, singultus). Iskemia merupakan penyebab yang


umum.
Traktus tektospinalis berasal dari tektum mesemsefali dan segera
menyilang garis tengah, mengelilingi substansia grisea periarkueduktalis
yang disebut dekusasio tegmentalis dorsalis (Meynert). Di sepanjang
perjalanannya menuju medulla, traktus tektospinalis memberikan cabangcabang kolateral ke nuclei yang mempersarafi otot-otot ekstraokular, serta
ke nucleus nervus fasialis dan serebelum. Jaras ini berakhir di medulla
spinalis servikalis. Kolikulus superior menerima input visual dari retina
1.1.2

dan input auditorik dari kolikulus inferior.


Pons
Pons memiliki dua komponen, yaitu tegmentum pontis di dorsal,

dan pars ventralis pontis di ventral.


1) Tampak ventral. Tampak mengubungkan kedua hemisfer serebeli satu
dengan yang lainnya. Traktus kortikopontinus membentuk sinaps dengan
kedua neuron di pons sisi ipsilateral, membentuk serabut pontoserebralis,
berjalan melalui pendukulus serbralis medius ke serebelum
2) Tampak lateral. Serabut serabut pontin yang tersusun horizontal dan
bergabung membentuk pendukulus serebelaris medius, nervus trigeminus
keluar dari pons tepat di bagian medial dari asal pendukulus serebelaris
medius.
3) Tampak dorsal. Membentuk bagian superior dasar ventrikel ke empat yang
membuka ke dalam rongga subarakhnoid melalui apertura lateralis.
Banyak berkas serabut melewati pons dari satu sisi ke sisi lain di
pars basilaris pontis. Sehingga memecah traktus kortikospinalis desendens
menjadi banyak fasikulus kecil. Nuclei pars basilaris pontis berfungsi
menerima input dari korteks serebri bagian frontal, parietal dan temporal

ipsilateral dan menerima input dari serabut kolateral traktus piramidalis.


Semua impuls yang berasal dari kortikal dan berkaitan dengan gerakan
volunteer dihantarkan oleh nuclei pontis ke korteks serebeli, yang
kemudian di proyeksikan kembali ke korteks serebri melalui nucleus
dentatus, pedunkulus serebelaris superior dan thalamus. Sirkuit regulasi ini
memungkinkan koordinasi gerakan volunteer halus dan cepat.
Tegmentum pontis mirip dengan tegmentum medularis. Bagian
tegmentum yang paling ventral mengandung lemniskus medialis, suatu
pita tegak lurus yang terpuntir dengan demikian serabut yang berasal dari
nucleus kuneatus kini terletak lebih ke medial, dan serabut yang berasal
dari nucleus grasilis terletak lebih lateral. Dengan demikian, dari lateral ke
medial, bagian tubuh yang dipresentasikan di lemniskus medialis adalah
1.1.3

ekstremitas bawah, tubuh, ekstremitas atas dan leher.


Mesencephalon
Mesensefalon terletak diantara pons dengan diencephalon.
Mesensefalon memiliki empat bagian, yaitu tektum (atap) yang dibatasi
oleh garis horizontal imajiner melalui akueduktus, yang didalamnya
terdapat kolikulus superior dan inferior. Tegmentum, terletak diantara
tektum dan substansia nigra. Substansia nigra dan pedunkulus serebri
(krura serebri).

Gambar 1.3 Mesensefalon

1) Tampak ventral. Tampak pendukulus serebri. Celah antar pendukulus


menjadi tempat keluarnya nervus okulomentorius. Pendukulus menghilang
ke arah kaudal.
2) Tampak dorsal. Terdapat lamina quadrigemina yang terdiri dari kolikulus
superior dan kolikulus inferior. Nervus throklearis keluar tepat dibawah
kolikulus inferior masing-masing sisi.
3) Tampak lateral. Terdapat korpus genikulatum medial dan korpus
genikulatum lateral
Tektum terdiri dari kolikulus superior dan kolikulus inferior.
Dimana kolikulus superior berfungsi untuk menerima serabut aferen dari
jaras visual serta dari korteks serebri (lobus oksipitalis), medulla spinalis
(traktus spinotektalis), dan kolikulus inferior. Area ini mengirimkan
serabut eferen ke medulla spinalis (traktus tektospinalis) dan ke nuclei
saraf kranialis (traktus tektonuklearis), serta ke nucleus ruber dan formasio
retikularis. Kolikulus superior memiliki nuclei pretektales yang berfungsi
untuk mengatur ukuran pupil sebagai respons terhadap intensitas cahaya
yang masuk.
Kolikulus inferior berfungsi untuk menerima serabut aferen jaras
auditorik dan diproyeksikan ke depan, melalui brachium kolikuli
inferioris, ke korpus genikulatum mediale. Serabut-serabut ini akan
diproyeksikan ke korteks auditorik primer di lobus temporalis (girus
transversus Heschl).
Pada tegmentum ditemukan nucleus ruber yaitu nucleus besar
berwarna merah yang mengandung zat besi. Nucleus ruber terdiri dari dua
bagian, pars magnoselularis dikaudal dan pars parvoselularois di rostral.

Nucleus ini menerima serabut aferen dari neklues emboliformis, nuclei


dentatus serebeli, korteks serebri (traktus kortikorubralis) dan tektum.
Substansia nigra adalah nucleus motoric yang besar dan terletak
diantara tegmentum dan krus serebri. Warnanya yang gelap akibat dari
pigmen melanin yang terkandung di badan sel saraf. Substansia nigra
merupakan komponen penting pada sistem motorik ekstrapiramidal dan
dengan demikian memiliki hubungan fungsional yang erat dengan ganglia
basalis.
Pedunkulus serebri (krus serebri) adalah berkas serabut yang besar,
satu pada masing-masing sisi terbentuk dari serabut kortikospinalis,
kortikonuklearis, dan kortikopontis. Masing-masing pedunkulus serebri
dibentuk oleh serabut-serabut dan ketiga traktus ini yang berputar kea rah
1.1.4

garis tengah ketika berjalan turun di kapsula interna.


Gangguan Batang Otak
1. Sindroma iskemia batang otak
Perfusi inadekuat untuk regio batang otak tertentu dapat terjadi secara
transien (misalnya pada subclavian steal syndrome) atau permanen
(misalnya pada infark batang otak). Ikfark biasanya akibat oklusi
arterial yang menimbulkan polla defisit klinis yang berbeda tergentung
pada pembuluh darah tertentu yang tersumbat (sindroma vaskukar).
2. Subclavian steal syndrome
Sindroma ini terjadi akibat dari oklusi arteria subklavia sinistra atau
dektra di bagian proksimal tempat arteri vertebralis berasal. Meskipun
terjadi oklusi namun system kardiovaskular tetap menjaga perfusi
adekuat untuk lengan ipsilateral dengan mengalirkan arteri vertebralis
ipsilateral secara retrograde. Diagnosis Subclavian steal syndrome
memerlukan baik manifestasi klinis yang khas ataupun temuan

angiografi yang sesuai secara klinis berupa aliran retrograde pada rteria
vertebralis. Oklusi arteria subclavia perlu diobati hanya jika
menyebabkan iskemia pada lengan yang nyata dengan gejala lain
seperti vertigo atau penurunan kesadaran.
3. Sindroma vascular batang otak individual
Infark biasanya disebabkan oleh karena adanya emboli. Emboli dapat
berasal dari jantung, plak ateromatosa di arteri vertebralis, atau diseksi
arteri dengan thrombosis sekunder. Infark batang otak pada berbagai
lokasi sering menimbulkan manifestasi klinis berupa hemiplegia
alternans

(kelemahan

menyilang),

yang

didefinisikan

sebagai

kombinasi defisit saraf kranial pada sisi lesi dengan kelemahan


setengah tubuh sisi kontralateral.
4. Sindroma medularis dorsolateralis (sindroma Wallenberg)
Disebebkan oleh oklusi atau embolisme di teritori arteria serebeli
inferior posterior atau arteri vertebralis. Gambaran klinis berupa onset
yang mendadak disertai dengan vertigo, nistagmus, nausea dan
muntah, disartria dan disfonia, singultus.
5. Sindroma medularis medialis (sindroma Dejerine)
Disebabkan karena oklusi ramus paramedianus arteri vertebralis atau
arteri basilaris, umumnya bilateral. Gejala berupa kelumpuhan flasid
nervus hipoglusus ipsilateral, hemiplegia kontralateral dengan tanda
Babinski, hipestesia kolumna posterior kontralateral (hipestesia
terhadap raba dan tekan), serta nistagmus.
6. Sindroma basis pontis kaudalis (sindroma millard-Gubler / sindroma
Foville)

Disebabkan karena oklusi ramus sirkumferensialis arteri basilaris,


tumor, abses dll. Gejala berupa kelumpuhan nervus abdusen perifer
dan nervus fasialis ipsilateral, hemiplegia kontralateral, analgesia,
termanastesia dan gangguan sensasi raba, posisi, serta getar
kontralateral.
7. Sindroma nucleus ruber (sindroma Benedikt)
Disebabkan karena oklusi ramus interpedunkularis arteri basilaris dan
arteri

serebri

posterior.

Gejala

berupa

kelumpuan

nervus

okulomotorius ipsilateral dengan midriasis, gangguan sensasi raba,


posisi dan getar kontralateral, serta diskriminasi dua titik, hyperkinesia
kontralateral (tremor, korea, atetosis) akibat keterlibatan nucleus ruber,
rigiditas kontralateral (substansia nigra).
8. Sindroma pedunkulus serebri (sindroma Weber)
Disebabkan karena oklusi ramus interpedunkularis arteri serebri
posterior dan arteri khoroidalis posterior, tumor (glioma). Gejala klinis
berupa kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral, hemiparesis
spastik kontralateral, rigiditas parkinsonisme kontralateral (substansia
1.2

nigra), distaksia kontralateral, defisit saraf kranialis VII, IX, X, XII.


Nervus Kranialis
Nervus kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang
belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12
pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang
jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan
(saraf V, VII, IX, X).

Gambar 1.4 Nervus Kranialis


Serabut saraf spinal dapat diklasifikasikan sebagai aferen somatic,
eferen somatic, aferen vegetative, dan eferen vegetative. Nervus kranialis
keluar dari tengkorak melalui lubang-lubang. Berikut tujuh klasifikasi
serabut saraf kranial :
Serabut aferen somatik (sensasi nyeri, suhu, raba, tekan, dan

propioseptif dari reseptor kulit, sendi, tendon, dan lain-lain)


Serabut aferen vegetative ( serabut aferen visual), yang membawa

impuls nyeri dari organ-organ internal.


Serabut aferen somatic khusus membawa impuls dari reseptor khusus

(mata, telinga)
Serabut aferen visual khusus membawa impuls yang berkaitan dengan

pengecapan dan penghidu


Serabut aferen somatic umum membawa impuls motorik ke otot-otot
rangka

(N.III,

N.IV, N.VI,

N.XII).

serabut

eferen

visceral

mempersarafi otot polos, otot-otot jantung, dan kelenjar.


Serabut eferen brakhialis khusus mempersarafi otot-otot yang berasal
dari lengkung brakhialis mesodermal, misalnya bagian motorik nervus

1.2.1

fasialis, nervus glossofaringeus, dan nervus vagus.


Nervus Olfaktorius (N.I)
Jaras olfaktorius terdiri dari epitelium olfaktorius hidung, fila
olfaktoria, bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius, serta area kortikal
(paleokorteks) yang terbentang dari unkus lobules temporalis melewati
substansia perforata anterior ke permukaan medial lobus frontalis di

bawah genu korpus kalosum. Epitelium olfaktorium terletak di rongga


hidung dan menutupi bagian superior konka nasalis dan septum nasale.
Fila olfaktoria terdiri dari sel-sel olfaktorius yang bersatu
membentuk berkas yang mengandung ratusan serabut tidak bermielin yang
diselubungi oleh lapisan sel schwan. Serabut-serabut ini berjalan melewati
lubang-lubang kecil di lamina kribrosa formis dan masuk ke bulbus
olfaktorius. Bulbus olfaktorius adalah bagian yang menonjol dari otak
(telensefalon). Merupakan tempat dari sinaps atau dendrite sel mitral yang
rumit, sel tufted dan sel granular. Jadi, sel olfaktorius bipolar adalah
neuron pertama dalam system penciuman, sel mitral dan sel tufted dari
bulbus olfaktorius mewakili neuron kedua. Akson dari neuron-neuron ini
membangun traktus olfaktorius, yang pada tiap sisi terletak lateral dari
girus rekti di atas sulkus olfaktorius.
Gangguan penghidu dapat diklasifikasikan baik secara kualitatif
atau kuantitatif. Gangguan penghidu kuantitatif berupa hiposmia
(berkurangnya bau) dan anosmia ( hilang atau tidak ada bau). Gangguan
tersebut selalu disebabkan oleh kerusakan nervus olfaktorius di perifer,
yaitu pada fila olfaktoria (misalnya akibat rhinitis, trauma, dengan
kerusakan fila di lamina kribriformis, atau efek samping obat), atau
kerusakan sentral neuron kedua di bulbus olfaktorius atau traktus
olfaktorius. Gangguan penghidu kualiatatif disebut juga parosmia, dapat
meliputi kakosmia yang tidak menyenangkan (misalnya bau fekal) atau
hiperosmia. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh disfungsi sentral,
1.2.2

seperti pada epilepsy lobus temporal.


Nervus Opticus (N.II)

Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual.


Sebagaimana halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak
meskipun secara fisik terletak di perifer dari sistem saraf pusat (SSP).
Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor sensoris
atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan
terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan
sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron
bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron
ketiga).
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen
optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri
dan kanan bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di
depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung menjadi
satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari
masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan
serabut temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan
melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan kolikulus
superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi.
Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan
jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior
menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik
seperti refleks pupil.
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang
membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic

radiation) atau traktus genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di


girus

kalkarina.

Korteks

penglihatan

primer

tersebut

mendapat

vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri


posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum
lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang
berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang atas.
Lesi nervus optikus, nervus optikus dapat mengalami kerusakan di
papilla (lesi papilla / papillaedema) yang di sebabkan oleh hipertensi
intracranial dan dapat terlihat secara optalmoskop. Lesi di segmen anterior
nervus optikus sering disebabkan oleh vaskulitis. Lesi retrobulbar biasanya
terjadi pada sclerosis multiple. Lesi pada salah satu lokasi tersebut dapat
mengakibatka gangguan penglihatan jangka panjang atau kebutaan.
Lesi pada khiasma opticum dapat menyebabkan hemianopsia
bitemporal (blinker phenomenon), yaitu buta parsial untuk objek yang
berada separuh di bagian temporal lapang pandang masing-masing mata.
Namun lesi di khiasma opticum juga dapat menyebabkan hemianopsia
binasal.
Lesi traktus opticus menyebabkan hemianopsia homonym, yaitu
separuh lapang pandang sisi yang sama terkena pada masing-masing mata.
Lesi traktus optikus biasanya disebabkan oleh tumor atau meningitis
1.2.3

basilaris.
Nervus Occulomotorius (N.III)
N.III mempersarafi lima otot ekstrakuler yaitu M. Levator
palpebrae superior; M rectus superior, M rectus inferior, M recttus
medialis dan M. obliqus interior. Juga mensuplai aliran presinaptik
parasimpatetik je ganglion ciliary yang mengontrol fungsi Nukleus

akulomotor pada golongan primate telah diketahui dengan baik oleh


Warwick. Mungkin hal ini juga dapat diterapkan pada manusia dan secara
klinis kelihatannya memang sama. M.levator secara bilateral dipersarafi
oleh nukleus kaudal sentralis. M rektus medialis, M rektus inferior dan
obliqus inferior dipersarafi secara ipsilateral. M rektus superior dipersarafi
secara kontralateral dengan dekusasio serabutserabut yang terjadi pada
ujung kaudal adri kompleks ini.
Kelumpuhan nervus okulomotorius total dapat menyebabkan
kumpulan temuan sebagai berikut :
Ptosis, disebabkan oleh paralisis m.levator palpebrae dan kontraksi
m.orbikularis okuli yang tidak tereposisi.
Posisi mata terfiksasi, melihat ke bawah dan keluar, disebabkan oleh
kontraksi m.rektus lateralis dan m. obliquus superior.
Dilatasi pupil, akibat hilangnya kontraksi m.sfingter pupilae. Refleks
1.2.4

cahaya pupil dan refleks akomodasi menghilang.


Nervus Trochlearis (N.IV)
Saraf troklearis (CN IV)adalah inti dari saraf kranial keempat ini
terletak di bagian ventral dari gray matter periaqueductal dan berada
langsung di bawah kompleks inti oculomotor di tingkat colliculi rendah.
Serat radikuler yang berada di sekitar gray matter pusat dan menyeberang
ke sisi yang berlawanan dalam velum medulla superior. Saraf troklearis
kemudian keluar menuju permukaan dorsal batang otak (dimana hal ini
hanya dilakukan oleh saraf kranial saja), dan muncul dari tectum otak
tengah menuju quadrigeminal.
Saraf Troklearis mensarafi otot obliks superior dan menghasilkan
gerakan mata depresi, rotasi internal (cycloinversion),dan sedikit
abduksi.Nukleus dari saraf okulomotor dan troklearis berada di atas

tegmentum otak tengah, Sedangkan nukleus dari saraf abdusen berada


dibagian tegmentum pons yang menutupi lantai dari ventrikel.
Kelumpuhan nervus trokhlearis menyebabkan paresis m.obliquus
superior. Mata yang terkena berdeviasi ke atas dan sedikit ke dalam, di
medial, menuju ke sisi mata yang normal. Deviasi paling jelas dan
diplopia paling ekstrem, ketika pasien melirik ke bawah dan ke dalam.
Penyebab tersering kelumpuhan nervus trokhlearis adalah trauma, lesi
1.2.5

vascular dan tumor.


Nervus Trigeminus (N.V)
Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut
motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus
internus et eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior
muskulus digastrikus. Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut
motoriknya bergabung dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus
yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut sensoriknya
menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif.
Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta lidah,
dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot
yang dipersarafi oleh cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri.
Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus, menghantarkan
impuls protopatik dari bola mata serta ruang orbita, kulit dahi sampai
vertex. Impuls sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis.
Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui
ruang orbita melalui foramen supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata
dan rongga hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai

nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju ke glandula lakrimalis


dikenal sebagai nervus lakrimalis.
Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh
serabut-serabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik
dari pipi, kelopak mata bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian
rongga hidung, geligi rahang atas, ruang nasofarings, sinus maksilaris,
palatum molle dan atap rongga mulut.
Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut
somatomotorik dan sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik).
Serabut-serabut

somatomotorik

muncul

dari

daerah

lateral

pons

menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik yang dinamakan


cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen, cabang mandibular
keluar dari ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa
infratemporalis.
Lesi serabut motorik trigeminal, lesi nuclear atau perifer jaras
motoric trigeminalis menimbulkan kelemahan flasid pada otot-otot
pengunyah. Kelemahan ini dapat terdeteksi dengan palpasi m.masseter dan
m.temporalis ketika mengatupkan rahangnya.
Neuralgia trigeminal, ditandai dengan nyeri hebat dan tajam
(ditusuk-tusuk) yang paroksismal pada distribusi satu atau lebih cabang
nevus trigeminus. Nyeri dapat ditimbulkan dengan menyentuh wajah pada
salah satu atau beberapa area sensitive. Penyebab nyeri pada distribusi
nervus trigeminus adalah lesi pada gigi, sinusitis, fraktur tulang dan tumor
1.2.6

di cerebellopontine angel, hidung atau mulut.


Nervus Abducens (N.VI)

Nervus abducens merupakan salah satu nervus cranialis yang


sering mengalami gangguan oleh karena perjalanannya yang panjang di
dalam cavum cranial. Syaraf ini hanya mengandung satu komponen
motorik yaitu General Somatik Efferent yang menginervasi m. rectus
lateralis bola mata. Dalam perjalanannya syaraf ini juga membawa
komponen sensorik yaitu General Somatik Afferent yang merupakan
bagian dari Nervus Opthalmicus.
Kelumpuhan nervus abducens, mata yang terkena berdeviasi ke
dalam pada tatapan primer (melihat lurus ke depan) dan tidak dapat
diabduksi, karena paresis m.rektus lateralis. Mata yang juling ke dalam
disebut juga strabismus konvergen. Ketika melihat kea rah hidung, mata
yang paresis berotasi ke atas dan ke dalam karena dominasi kerja
1.2.7

m.obliquus inferior.
Nervus Facialis (N.VII)
Nervus facialis sebenarnya terdiri dari serabut motorik, tetapi
dalam perjalananya ke tepi nervuls intermedius menggabungkan padanya.
Nervus intermedius tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula
salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap dari 2/3
bagian deran lidah. Nervus facialis merupakan saraf cranial yang
mempersarafi otot ekspressi wajah dan menerima sensorik dari lidah,
dalam perjalanannya bekerja sama dengan nervus karnialis yang lain,
karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial nerve.
Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.
Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan
saraf vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk
meneruskan perjalanannya didalam os petrosus (kanalis facialis). Nernus

Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum timpani.


Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari tulang
tengkorak melalui foramen stilomatoideus.
Kelumpuhan nervus fasialis idiopatik (Belld palsy), merupakan
gangguan nervus kranialis yang tersering dan penyebabnya masih belum
diketahui. Gangguan ini ditandai dengan paresis flasid pada semua otot
ekspresi wajah (termasuk otot-otot dahi). Reinervasi parsial atau yang
salah arah pada otot-otot yang terkena setelah episode kelumpuhan nervus
fasialis idiopatik kadang-kadang menimbulkan kontraktur wajah atau
1.2.8

gerakan abnormal tambahan (sinkinesia) pada otot-otot ekspresi wajah.


Nervus Vestibulocochlearis (N.VIII)
Nervus Vestibulocochlearis memasuki batang otak tepat dibelakang
nervus facialis (VII) pada suatu daerah berbentuk segitiga yang dibatasi
oleh pons, flocculus dan medulla oblongata, keduanya kemudian terpisah
dan mempunyai hubungan ke pusat yang berbeda. Nervus Vestibularis dan
Cochlearis biasanya bersatu yang kemudian memasuki meatus acustikus
internus, disebelah bawah akar motorik nervus VII.
Nervus Cochlearis intinya dari dua bagian, yaitu ventral dan dorsal,
letaknya disebelah lateral pedunkulus serebelli inferior. Tonjolan inti
cochlearis pada dinding ventrikel IV disebut acoustic tubercle. Serabut
dari N.Cochlearis akan berjalan ke cochlea dan membentuk ganglion
spirale cochlea, serabutnya berakhir pada sel-sel rambut organon corti di
ductus cochlearis.
Serabut dari nucleus vestibularis dan cochlearis berjalan ke
ventrolateral dan keluar dari batang otak pada daerah pontomedularry
junction bersama N. VII yang terletak disebelah medialnya, kemudian

berjalan masuk ke os petrosus melalui meatus acustikus internus, jarak


dari pontomedullari ke meatus acustikus internus 10 mm (6-15 mm).
Di dalam meatus akustikus infernos nervus vestibularis berjalan di
sebelah dorsal, sedangkan nervus cochlearis berjalan di sebelah
ventralnya. Di atasnya berjalan nervus intermedius (N VII) dan serabut
motorik nervus VII. Perjalanan selanjutnya agak berputar sedikit, sehingga
nervus cochlearis berada di sebelah bawah, diatasnya nervus vestibularis,
sedangkan nervus facialis di sisi depannya dan nervus intermedius
diantaranya.
Nukleus antrior dan posterior koklearis terletak pada permukaan
pedunculus serebralisinferior. Nuclei ini menerima serabut saraf aferen
dari koklea melalui n. cochlearis. Nuclei cochlearis mengirim akson-akson
(serabut neuron orde kedua) yang berjalan medial pons untuk berakhir
dalam korpus trapezoideus dan nucleus olivarius. Disini mereka direlay
nucleus posterior korpus trapozoideum dan nucleus salivatorius superior.
Gangguan pendengaran dibagi menjadi dua, yaitu yuli konduktif
dan tuli sensorineural. Tuli konduktif mengenai kanalis auditorius
eksternus atau telinga tengah. Getaran udara hanya sedikit yang
dihantarkan ke telinga dalam. Penyebab kerusakan tuli konduktif meliputi
kerusakan membrane timpani, serotimpanum, mukotimpanum, atau
hemotimpanum, trauma atau inflamasi, tumor dll. Tuli sensorineural
disebabkan oleh lesi yang mengenai organ korti, nervus kokhlearis atau
jaras auditorik sentral.
Nervus Vertibularis intinya terdiri dari 4 bagian yaitu medial,
superior, inferior dan lateral. Nukleus ini terletak di bagian dorsal antara

pons dan medulla sehingga menjadi bagian depan/dinding dari ventrikel


IV. Pengetahuan mengenai nukleus vestibularis inferior masih sangat
sedikit. Nukleus vestibularis lateral dan medial berperan dalam refleks
labiryntine statis, sedangkan nukleus vestibularis medial dan superior
berperan dalam refleks dinamis dan vestibuloocular.
Pada daerah fundus dari meatus acustikus internus, bagian
vestibuler dari N.vestibulocochlearis, meluas untuk membentuk ganglion
vestibuler yang kemudian terbagi menjadi divisi dan superior clan inferior.
1.2.9

Kedua divisi ini kemudian berhubungan dengan canalis semisirkularis.


Nervus Glossopharingeus (IX)
Nervus glossopharingeus terdiri atas serabut motorik dan sensorik,
dan terdistribusi menuju lidah dan faring. Nervus ini merupakan nervus
sensasi umum membran mukosa faring, faucium dan tonsila palatina, dan
nervus pengecap sepertiga posterior ligah. Nervus ini terikat dalam tiga
hingga empat filamen pada bagian superior medulla oblongata, pada
sulcus di antara oliva dan pedunculus inferior.
Serabut sensorik berawal dari sel-sel ganglion superior dan
ganglion petrosa, yang terletak pada batang saraf dan akan dijelaskan
kemudian. Ketika diruntut hingga medulla, beberapa serabut sensorik,
kemungkinan aferen simpatik. Beberapa serabutnya, kemungkinan serabut
pengecap, membentuk kumparan yang disebut fasciculus solitarius, yang
berjalan menuruni medulla oblongata. Serabut sensorik somatik,
berjumlah beberapa, dikatakan berhubungan dengan tractus spinalis nervus
trigeminus.
Serabut motorik somatik berasal dari sel-sel nucleus ambiguus,
yang terletak dari permukaan fossa rhomboid pars lateral medulla spinalis

dan berlanjut ke bawah sepanjang substansi grisea anterior medulla


spinalis. Dari nucleus ini, serabut awalnya berjalan ke posterior, dan
kemudian membelok ke anterior dan lateral bergabung dengan serabut
sensorik. Nucleus ambiguous mempercabangkan menjadi rami motorik
nervus glossopharingeus dan vagus, dan radiks cranialis nervus accesorius.
Lesi nervus glossofaringeus jarang terjadi, biasanya disebabkan
oleh fraktir basis kranii, thrombosis sinus sigmoideus, tumor pars kaudal
fosa posterior dll. Lesi nervus glossofaringeus ditandai oleh gangguan atau
hilangnya pengecapan (ageusia) pada 1/3 posterior lidah, berkurang atau
hilangnya refleks muntah dan reflek palatal, anastesia dan analgesia pada
bagian atas faringdan area tonsil serta dasar lidah, gangguan ringan saat
menelan (disfagia), gangguan salivasi dari glandula parotidea.
1.2.10 Nervus Vagus (N.X)
Nervus vagus mengandung serabut somatosensorik: viserosensorik,
somatomotorik dan viseromotorik. Nukleus ambiguus merupakan inti
motorik nervus vagus dan glosofaringeus. Serabut-serabut nukleus dorsalis
vagi

menyusun

lintasan

preganglioner

parasimpatikus

yang

menghantarkan impuls untuk menggalakkan kelenjar dan otot polos visera


serta pembuluh darah intratorakalis dan intraabdominalis. Serabut aferen
yang menyusun nervus vagus berinti di ganglion jugulare dan nodosum.
Kedua-duanya tertetak di foramen jugulare.
Ganglion jugulare menerima impuls protopatik dari kulit liang
telinga. Ganglion nodosum menerima impuls aferen dari farings larings,
osofagus dan organdalam-organdalam di dalam toraks dan abdomen.
Juluran sentral kedua ganglion tersebut menuju ke nukleus ramus

desendens nervus trigeminus dan dari situ impuls dihantarkan oleh jaras
trigeminotalamikus ke VPM dan VPL.
Proyeksi kortikalnya ialah kepada daerah operculum. Serabutserabut yang menghantarkan impuls pengecapan dari epiglotis ikut
menyusun nervus vagus. Serabut-serabut tersebut menyampaikan impuls
pengecapan kepada nukleus traktus solitarius.
Sindrom lesi nervus vagus unilateral ditandai oleh palatum mole
pada sisi lesi jatuh, refleks muntah menghilang, dan berbicara dari hidung
karena rongga hidung tidak dapat menutup lagi dari rongga mulut. Paresis
m.kontriktor faring menyebabkan mukosa palatal terdorong ke sisi normal
ketika pasien berfonasi, suara menjadi serak karena paresis plica vokalis,
disfagia, takikardia, serta aritmia jantung.
1.2.11 Nervus Accesorius (N.XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks
kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak
dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang
mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius,
otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan
otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas. Radiks
spinalis merupakan motorik murni. Ketika nervus asesorius berjalan
melewati foramen jugulare, pars spinalis bercabang lagi membentuk
cabang eksternal sedangkan pars kranialis bergabung dengan nervus
vagus.
Cedera pada nervus asesorius di distal muskulus sternokleidomastoideus hanya menyebabkan kelemahan m.trapezius saja,.

1.2.12 Nervus Hypoglosus (XII)


Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak di
samping bagian dorsal fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat
kaudal medulla oblongata. Radiksnya melintasi substansia retikularis di
samping fasikulus longitudinalis medialis, lemniskus medialis dan bagian
medial piramis. Ia muncul pada permukaan ventral dan melalui kanalis
hipoglosus ia keluar dari tengkorak. Di leher ia turun ke bawah melalui
tulang hioid. Dari situ ia membelok ke medial dan menuju ke lidah. Dalam
perjalanan ke situ ia melewati arteria karotis interna dan eksterna, dan
terletak dibawah otot digastrikus dan stilohiodeus.
Otot-otot lidah yang menggerakkan lidah terdiri dari muskulus
stiloglosus,

hipoglosus,

genioglosus,

longitudinalis

inferior

dan

longitudinalis superior. Mereka semua dipersarafi nervus hipoglosus.


Kontraksi otot stiloglosus mengerakkan lidah keatas dan ke belakang. Jika
otot genioglosus berkontraksi, lidah keluar dan menuju ke bawah. Kedua
otot longitudinal memendekkan dan mengangkat lidah bagian garis
tengah. Dan otot hipoglosus menarik lidah ke belakang dan ke bawah.
Pada kelumpuhan unilateral, lidah sedikit terdeviasi ke arah sisi
yang paresis ketika di julurkan. Kelumpuhan suranuklear bilateral
menyebabkan disartria dan disfagia berat. Lesi nuklear yang mengenai
nervus hipoglosus biasanya bermanifestasi sebagai paralisis flasid bilateral
pada lidah dengan atrofi dan fasikulasi. Lesi perifer memiliki akibat yang
sama dengan lesi nuklear, tetapi paralisis biasanya hanya unilateral.

1.3

Serebelum

1.3.1

Anatomi Permukaan
Cerebellum terletak di dalam fossa cranii posterior dan berada pada
posteriorpons dan medulla oblongata. Cerebellum terdiri dari dua hemisfer
yang dihubungkan oleh vermis. Cerebellum berhubungan dengan
mesencephalon melalui pedunculus cerebellaris superior, dengan pons
melalui pedunculus cerebellaris media, dandengan medulla oblongata
melalui pedunculus cerebellaris inferior. Pedunculus membentuk berkas
serabut saraf yang besar yang menghubungkan antara cerebellum dengan
susunan saraf lainnya. Hemisfer cerebellum terdiri dari substansia grissea
dan substansia alba.Cortex cerebella tersusun dalam lipatan ataufolia yang
dipisahkan oleh fissure transversal.

Gambar 1.5 Serebelum tampak dari atas

Gambar 1.6 Serebelum tampak dari bawah


1.3.2 Struktur Internal
Meskipun serebelum hanya sekitar 10% dari berat otak keseluruhan,
tetapi serebelum mengandung lebih dari 50% seleruh neuron otak. Neuron
serebelum terletak disubstansia grisea korteks serebeli yang sangat berlipatlipat.
1. Korteks Serebeli
Korteks serebeli terdiri dari 3 lapisan. Dimulai dari lapisan terluar ke
dalam, lapisan tersebut adalah :
Lapisan molekular : lapisan ini terdiri dari prosesus selular, yang
merupakan mayoritas akson sel granular-serabut pararel yang
berfungsi sebagai interneuron inhibitor.

Lapisan sel purkinje : lapisan tipis yang hanya mengandung badan


sel purkinje yang besar, akson sel purkinje merupakan satu satunya

serabut eferen yang meningalkan korteks serebeli.


Lapisan sel granular : lapisan ini hampir seluruhnya terdiri dari sel
granular kecil yang tersusun padat. Akson sel ini terutama
ditemukan di lapisan molekuler. Sel granular serebeli bersifat
glutametergik dan merupakan satu satunya neuron korteks serebeli

yang memberikan pengaruh eksitatorik pada sel targetnya.


2.Input aferen ke korteks serebeli
3.Nuklei serebeli
Pada potongan horizontal serebelum terdapat empat nuklei
profundi di dalam tiap hemisfer serebeli, nukleus fastigii ditemukan
paling medial, nuklei ini menerima sebagian besar serabut aferenya dari
sel purkinje lobus flokulonodularis, nukleus globulus dan nukleus
emboli formis terdapat di lateral nukleus fastigialis, kedua nukleus ini
merupakan nukleus yang lebih kecil, kedua nukleus ini menerima input
aferen dari korteks zona paravermin dan vermis. Nukleus dentatus
merupakan nuklei terbesar, menempati posisi lateral substansia alba.
4.Proyek aferen dan eferen korteks dan nuklei serebeli

1.3.3 Hubungan Serebelum dengan bagian lain sistem saraf


Semua modalitas sensorik yang penting untuk orientasi dalam
ruangan ( sensasi vestibular, raba, propiopersepsi, pendengaran dan
pengelihatan ) menghantarkan informasi ke serebelum. Serebelum menerima
input dari berbagai area sensorik sistem saraf yang sangat bervariasi melalui

tiga pendukulus serebeli dan mengirimkan outputnya melalu nuklei serebeli


profundi ke seluruh area motorik.
Terdiri jaras aferen sebagai berikut :
1.Pedunkulus sereberalis inferior
Serabut dari nervus vestibulokoklearis dan nuklei vestibulares ke

lobus flokulonodularis dan nukleus fastigii


Akson dari olivia kontralateral di traktus olivoserebelaris yang
berlanjut sebagai climbing fibers ke dendrit sel purkinje di seluruh

area korteks serebeli


Traktus spinoserebelaris posterior yang serabutnya muncul di neuron

nukleus dorsalis
Jaras yang berasa dari neuron medula spinalis servikalis di atas level

nukleus. Jaras ini berjalan bersama traktus spinoserebelaris posterios


Serabut dari formasio retikularis.

2.Pendukulus sereberalis inferior memiliki jaras dari jaras eferen :


Traktus fastiogiobulbaris ke nukleus vestibularis, mempengaruhi fungsi
motorik medula spinalis
3.Pedunkulus serebelaris medius
Traktus pontoserebelaris menyilang di pons dan kemudian berjalan di
dalam berkas yang tebal , melalui pendukulus serebelaris medius, ke
hemisfer serebeli, serabut ini berasal dari bagian basal nuklei pontis
dan dengan demikian merupakan kelanjutan, setelah membentuk

kontak sinaptik yang berasal dari semua lobus serebri, tapi yang
paling banyak berasal dari lobus frontalis.
Serabut aferen lain dari nuklei raphe menoaminerik berjalan melalui
pendukulus sereberalis medius ke serebelum
4.Pendukulus sereberalis superior
Jaras eferen pendukuls serebelaris superior mengandung sebagian besar
serabut eferen serebelum. Serabut ini berasal dari nuklei serebelaris
profundi dan terutama berproyeksi ke struktur-struktur berikut :
1. Talamus kontralateral
2.Nukleus ruber kontralateral
3. Formasio retikularis

1.3.4 Fungsi serebelum dan sindrom-sindrom serebelum


Tiga hal penting yan harus diingat untuk memahami fungsi serebelum :
Serebelum menerima sangat banyak input sensorik umum dan khusus,
tetapi tidak berperan serta sedikitpun dalam persepsi ataupun diskrimnasi
sadar
Meskipun serebelum memengaruhi fungsu motorik, lesi serebelum tidak
menimbulkan paralisis
Serebelum tidak penting pada sebagian besar proses kognitif tetapi
memiliki peran utama pada pembelajaran dan memori motorik
Intinya, serebelum merupakan suatu pusat kordinasi yang mempertahankan
keseimbangan dan mengontrol tonus otot melalui sirkut regulasi dan
mekanisme umpan balik yang kompleks, dan memastikan eksekusi semua

proses motorik terarah yang tepat dan terkordinasi dengan baik secara
sementara. Kordinasi serebelar terjadi secara tidak disadari.
1) Vestibuloserebelum
Fungsi menerima impuls dari apartus vestibularis yang membawa
informasi mengenai posisi dan gerak kepala. Output eferenya
mempengaruhi fungsi motorik mata dan tubuh sedemikian rupa
sehinga ekuilibrium dapat dipertahankan pada semua posisi dan pada
semua gerakan.

2) Spinoserebelum
Fungsi mengontrol tonus otot dan mengkordinasi kerja kelompokkelompok otot antagonistik yang berpartisipasi pada postur dan gaya
berjalan. Output eferenya memngaruhi aktivitas otot-otot anti gravitasi
dan mengontrol kekuatan gaya yang diinduksi oleh gerakan (misalnya,
inersia dan gaya sentrifugal).
3) Serebroserebelum
Hubungan serebroserebelum yang kompleks memungkinkan struktur
untuk meregulasi semua gerakan terarah secara halus dan tepat.
Melalui jaras spinoserebralis aferen yang menghantarkan dengan
cepat, serebroserebralis secara terus menerus menerima informasi
terbaru mengenai aktivitas motorik di perifer.
1.3.5 Ganguan serebelum
1) Iskemia dan perdarahan serebelum

Darah arteri mencapai serebelum melalui tiga arteri serebralis : arteri


serebralis superior, arteri serebralis inferior anterior, arteri serebeli
inferior posterior.
2) Tumor Serebelum
Tumor serebelum jarang hanya terbatas pada satu subdivisi
serebelum.
Tumor serebelum jinak : seperti astritoma pilositik dapat
menimbulkan masalah dalam hal sering tumbuh hingga
cukup besar sebelum menimbulkan gejala, karna plastitasis
serebelum. Papil edema merupakan suatu tanda tidak
langsung adanya masa intrakranial, dan dapat tidak terlihat
dalam jangka waktu yang lama, terutama pada dewasa. Tanda

ini terlihat sekitar 75% pada anak yang terkena.


Meduloblastoma : adalah tumor ganas yang terutama
mengenai anak dan dewasa muda dan terjadi pada sepertiga

tumor otak pada seluruh usia ini.


Astrositoma dan hemangioblastoma

Anda mungkin juga menyukai