Anda di halaman 1dari 22

MODEL ELEKTRON BEBAS KLASIK, MODEL ELEKTRON

BEBAS TERKUANTISASI DAN PITA ENERGI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat

Disusun oleh :
AJI SAPUTRA
NIM 120210102069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2016

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika zat padat adalah ilmu yang mempelajari secara spesifik mengenai
kristal dan elektron didalam kristal. Pengetahuan tentang kristal mulai ditekuni
pada awal abad ke-19 yang diikuti dengan ditemukannya difraksi sinar-X. Logam
merupakan salah satu dari sekian banyak macam-macam zat padat. Logam
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, misalnya besi dalam
produksi otomobil, tembaga untuk penghantar listrik dan lain-lain. Umumnya
logam memiliki sifat kekuatan fisik tinggi, kerapatan tinggi, konduktivitas listrik
baik, konduktivitas termal baik dan daya refleksi tinggi. Telah diketahui banyak
sifat fisik yang dimiliki dari logam tidak hanya logam sederhana, namun juga
berkaitan dengan model elektron bebas. Menurut model ini, elektron valensi dari
suatu unsur atom menjadi elektron konduksi dan bergerak bebas pada keseluruhan
volume logam. Bahkan ketika logam memiliki model elektron bebas, distribusi
pengisian elektron konduksi menggambarkan kekuatan potensial elektrostatik dari
inti ion. Kegunaan dari model elektron bebas pada dasarnya merupakan sifat yang
bergantung pada sifat kinetik dari elektron konduksi.
Penjelasan mengenai sifat logam dalam hal ini gerak elektron bebas telah
lama dikembangkan sebelum ditemukannya mekanika kuantum. Teori klasik
memiliki beberapa keberhasilan, terutama penurunan dari Hukum Ohm dan
hubungan antara daya hantar listrik dan panas. Teori klasik tidak dapat
menjelaskan kapasitas panas dan kelemahan sifat kemagnetan yang dimiliki
elektron konduksi. (Hal ini bukan merupakan kegagalan dari model elektron
bebas, tetapi kegagalan pada fungsi distribusi klasik Maxwell). Selanjutnya adalah
kesulitan dengan model klasik. Dari banyak jenis percobaan mengenai elektron
konduksi dari logam yang dapat bergerak secara bebas pada banyak lintasan lurus
atom, tubrukan elektron konduksi terjadi satu sama lain atau bahkan tubrukan
dengan inti atom. Pada temperatur rendah, lintasan bebas antar atom akan
sepanjang 108 (lebih dari 1cm). Mengapa zat yang terkondensasi secara transparan
akan menjadi elektron konduksi? Sifat inilah yang dibahas pada Asas Pauli. Gas

Fermi elektron bebas akan menjelaskan bagaimana elektron bebas pada gas
dengan menggunakan Asas Pauli.
Penelitian pada elektron dalam logam terus berlanjut untuk mencari solusi
dan menyempurnakan dari kekurangan penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk
itu perlu kita mengetahui bagaimana perkembangan teori elektron dalam logam
mulai dari model elektron bebas klasik, model elektron bebas terkuantisasi dan
teori pita energi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teori model elektron bebas klasik?
2. Bagaimana teori model elektron bebas terkuantisasi?
3. Bagaimana teori pita energi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menjelaskan teori model elektron bebas klasik.
2. Menjelaskan teori model elektron bebas terkuantisasi.
3. Menjelaskan teori pita energi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Model Elektron Bebas Klasik
Pada tahun 1900 Drude berpostulat bahwa logam adalah terdiri atas pusatpusat (cores) ion positif dengan elektron valensi yang bebas bergerak di antara
pusat-pusat ion tersebut. Elektron-elektron valensi tersebut dibatasi untuk
bergerak di dalam logam akibat adanya gaya tarik elektrostatis antara pusat-pusat
ion positif dengan elektron-elektron valensi tersebut. Medan listrik di seluruh
bagian dalam logam ini dianggap konstan, dan gaya tolak antara elektron-elektron
tersebut diabaikan. Tingkah laku elektron-elektron yang bergerak di dalam logam
dianggap sama dengan tingkah laku atom atau molekul di dalam gas mulia.
Karena itu, elektron-elektron ini juga dianggap bebas dan sering disebut gas
elektron bebas. Dan teori yang membahas gas elektron bebas ini sering disebut
model gas elektron bebas. Namun demikian, sesungguhnya gas elektron bebas
adalah dalam beberapa hal berbeda dengan gas biasa. Perbedaan pertama adalah
bahwa gas elektron bebas adalah bermuatan negatif, sedangkan molekul-molekul
dari gas biasa adalah netral. Kedua, konsentrasi elektron bebas dalam gas elektron
bebas adalah jauh lebih besar dari pada konsentrasi molekul dalam gas biasa.
Elektron valensi sering juga disebut sebagai elektron konduksi dan juga
mematuhi prinsip Pauli. Elektron-elektron ini bertanggung jawab atas hantaran
arus listrik di dalam logam. Karena elektron-elektron konduksi bergerak di dalam
medan elektrostatis serbasama (uniform) yang ditimbulkan oleh pusat-pusat ion,
maka energi potensial mereka tetap konstan dan sering dianggap sama dengan
nol. Artinya keberadaan pusat-pusat ion diabaikan. Dengan demikian, energi
elektron konduksi sama dengan energi kinetiknya saja. Dan juga karena gerakan
elektron konduksi dibatasi hanya di dalam logam, maka energi potensial sebuah
elektron di dalam logam adalah lebih kecil dari pada energi potensial sebuah
elektron yang berada tepat diluar permukaan logam. Perbedaan energi potensial
ini berfungsi sebagai penghalang dan menyebabkan elektron-elektron di dalam
logam tidak dapat keluar meninggalkan permukaan logam tersebut. Oleh karena
itu, dalam model gas elektron bebas, gerakan dari elektron-elektron bebas di
dalam sebuah logam adalah sama dengan gerakan sebuah gas elektron bebas di

dalam sebuah kotak energi potensial. Elekton konduksi yang kita bicarakan
sekarang ini adalah elektron konduksi di dalam logam yang belum diberi sumber
tegangan (beda potensial).
Dengan mengacu pada postulat Drude, yaitu gas elektron bebas bertingkah
seperti gas mulia, pada tahun 1909 H. A. Lorentz berpostulat bahwa elektronelektron yang menyusun gas elektron bebas dalam keadaan ekuilibirum mematuhi
statistika Maxwell-Boltzmann. Kedua postulat ini sering dipadukan dan sering
disebut Teori Drude-Lorentz. Dan karena teori ini didasarkan pada statistika klasik
Maxwell-Boltzmann, teori ini pun disebut Teori Klasik. Model elektron bebas
klasik tentang logam mengambil asumsi sebagai berikut :
a Kristal digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugus ion positif (yang
membentuk kisi kristal) dan elektron yang bebas bergerak dalam volume
b

kristal.
Elektron bebas tersebut diperlakukan sebagai gas, yang masing-masing
bergerak secara acak dengan kecepatan termal (seperti molekul dalam gas

ideal tidak ada tumbukan, kecuali terhadap permukaan batas).


Pengaruh medan potensial ion diabaikan, karena energi kinetik elektron bebas

sangat besar.
Elektron hanya bergerak dalam kristal karena adanya penghalang potensial di
permukaan batas.
Meskipun teori ini bersifat klasik, namun teori ini telah berhasil digunakan

untuk menjelaskan beberapa sifat logam. Sebagai contoh, teori ini berhasil
membuktikan keabsahan hukum Ohm. Di samping itu, karena elektron bebas
dapat dengan mudah bergerak di dalam logam, beberapa logam menunjukkan
adanya konduktivitas listrik dan konduktivitas panas yang tinggi. Namun
demikian, ratio antara konduktivitas listrik () terhadap konduktivitas panas ()
adalah selalu konstan, yaitu:

=konstan .

(1)

Persamaan (1) ini sering disebut hukum Wiedemann-Franz.


Di samping keberhasilan-keberhasilan tersebut di atas, teori ini menemui beberapa
kegagalan. Diantaranya adalah bahwa teori ini gagal menjelaskan ketergantungan
resistivitas terhadap temperatur. Menurut teori ini, resistivitas listrik merupakan

fungsi akar kuadrat dari temperatur,

T , dimana T = temperatur. Padahal

sesungguhnya, resistivitas listrik merupakan fungsi linier dari temperatur.


Kegagalan lainnya adalah tentang kapasistas panas elektron konduksi dan
suseptibilitas paramagentik elektron konduksi. Teori ini gagal menjelaskan
kapasitas panas elektron konduksi dan suseptibilitas paramagentik elektron
konduksi. Kapasitas panas dan suseptibilitas paramagnetik yang dihitung oleh
teori ini adalah lebih besar dari pada nilai-nilai yang diamati secara eksperimen.
2.2 Teori Model Elektron Bebas Terkuantisasi
Sommerfeld memperlakukan elektron valensi (elektron konduksi) yang
bebas bergerak itu secara kuantum mekanik, yaitu dengan cara menggunakan
statistika kuantum Fermi-Dirac, dan bukannya statistika klasik MaxwellBoltzmann. Karena itu, tingkat-tingkat elektron di dalam kotak energi potensial
ditentukan dengan menggunakan statistika kuantum. Selanjutnya marilah kita
bahas Gas Elektron Bebas di kotak satu dimensi. Misalkan Sebuah elektron yang
bermassa m bebas bergerak di dalam kristal satu dimensi yang panjangnya L.
Elektron tersebut tidak dapat meninggalkan kristal akibat adanya potensial
penghalang yang sangat tinggi pada permukaan kristal. Dengan demikian,
masalahnya menjadi adalah sama dengan sebuah elektron yang bergerak di dalam
kotak energi potensial satu dimensi yang biasa digambarkan oleh sebuah garis
yang dibatasi oleh energi potensial penghalang yang tingginya tak-hingga, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Energi potensial di dalam kotak kita misalkan sama
dengan nol, sehingga kita memiliki V(x) sebagai berikut :
V ( x ) =0 untuk 0< x < L
V ( x ) = untuk 0 x dan x L

(2)
(3)

Fungsi gelombang untuk elektron yang berada dalam keadaan ke n


ditentukan dari persamaan Schrodinger :
2
d n 2 m
+ 2 ( En V ) n=0
2
dx

(4)

Gambar 1. Kotak energi potensial satu dimensi yang tingginya tak-hingga. Kita
misalkan sebuah elektron yang bermassa m ditempatkan di dalam
kotak tersebut. Fungsi gelombang dan tingkat energinya ditentukan
dari persamaan Schrodinger.
dimana En menyatakan energi kinetik elektron yang berada pada tingkat ke-n, V
menyatakan energi potensial elektron, dan n menyatakan fungsi gelombang
elektron di tingkat ke-n. Karena di dalam kotak energi potensial V = 0, maka
persamaan 4 menjadi :
2
d n 2 m
+ 2 ( En ) n=0
2
dx

(5)

Solusi umum untuk persamaan (5) di atas memiliki bentuk :


n ( x )= A sin kx+ B cos kx

(6)

dimana A dan B adalah konstanta sembarang yang dapat ditentukan dari syarat
batas. Persamaan (5) dapat ditulis secara lebih sederhana sebagai berikut :
d2n 2
+ k n =0
dx 2
Dengan demikian kita dapat melihat bahwa nilai k harus sama dengan :
2 m En
k=
2

(7)

(8)

Karena kedalaman kotak ini adalah tak-hingga, maka kita tidak mungkin
menemukan elektron di luar kotak. Hal ini berarti bahwa di luar kotak n(x) = 0.

Sedangkan pada x = 0 dan x = L, n(x) harus kontinyu. Dengan demikian, pada x


= 0 persamaan (6) menjadi :
0=0+ B cos 0
atau B = 0. Jadi Fungsi gelombang yang kita peroleh dari persamaan (6) di atas
adalah :
n ( x )= A sin kx

(9)

Tetapi karena untuk x = L pun n (x) = 0, maka dari persamaan (9) kita peroleh
0=A sin kL
atau sin kL = 0. Hal ini berarti bahwa :
kL = n
atau k = n/L.
(10)
Disini n = 1, 2, 3, 4, Tetapi k = 2/ n. Jadi dari persamaan (10) kita dapat
menulis
2/n = n/L.
atau
L = nn/2
Dengan demikian persamaan (9) dapat kita tulis sebagai berikut :
n ( x )= A sin (n / L)x

(11)
(12)
(13)

Persamaan (11) ini merupakan fungsi gelombang elektron di dalam sebuah kotak
energi potensial yang tingginya tak-hingga. Energi kinetik elektron yang berada di
tingkat ke n dapat kita hitung dari persamaan (8) dan (10) di atas. Hasilnya adalah
sebagai berikut :
2 n 2 n2 2 2
E n=
=
2m L
2m L2

( )

Karena
E n=

(14)

h
2 , maka persamaan (14) dapat kita tulis sebagai berikut:

2 n 2 n2 2 2 n2 h 2
=
=
2m L
2m L2 8 m L2

( )

(15)

Dari persamaan (15) kita lihat bahwa tingkat energi (E n) elektron yang berada di
dalam kotak energi potensial yang kedalamannya tak hingga adalah terkuantisasi
dan bergantung pada n2 untuk L tertentu.
Jika fungsi gelombang yang ditunjukkan oleh persamaan (13) dinormalisasi, maka

kita dapat menentukan nilai

A=

2
L

Jadi fungsi gelombang yang dinyatakan oleh persamaan (13) di atas dapat kita
tulis secara lengkap sebagai berikut :
2
n ( x )=
sin( n / L) x
L

(16)

Persamaan (16) menyatakan fungsi gelombang yang sudah di normalkan. Artinya,


total peluang untuk menemukan partikel di dalam kotak itu akan sama dengan 1
(atau 100%). Model elektron bebas terkuantisasi mengambil asumsi sebagai
berikut :
a. Kristal logam digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugus ion positip
(yang membentuk kisi kristal) dan elektron bebas yang bergerak dalam
volume kristal.
b. Elektron bebas tersebut memenuhi kaidah fisika kuantum, yaitu mempunyai
energi terkuantisasi dan mematuhi larangan Pauli, yang secara menyatu
dirangkum dalam ungkapan rapat elektron
dn = n(E) dE = f(E) g(E) dE.
c. Pengaruh medan ion positip dapat diabaikan karena energi kinetik elektron
bebas sangat besar.
d. Pada permukaan batas antara logam dan vakum yang mengelilinginya
terdapat suatu potensial penghalang yang harus diloncati oleh elektron bebas
paling energetik pada suhu T=0 K (energi EF) untuk dapat meninggalkan
permukaan batas logam.
2.3 Teori Pita Energi
Setiap padatan mengandung elektron. Kristal menjadi insulator jika salah
satu pita energinya terisi atau kosong, sehingga tidak ada elektron yang berpindah
dalam medan listrik. Sebuah kristal menunjukkan reaksi seperti metal jika salah
satu pita terisi sebagian, sekitar 10 dan 90 persen bagian. Kristal adalah
semikonduktor jika satu atau dua pita memiliki bagian tipis atau kosong.
Untuk memahami perbedaan antara insulator dan konduktor, kita harus
memperluas model elektron bebas untuk menghitung periodisitas kisi-kisi
padatan. Kita akan menemui hal lain yang sungguh luar biasa yang dimiliki
elektron di dalam kristal.
Model Elektron Bebas Terdekat

Model elektron bebas memenuhi jumlah distribusi yang pada dasarnya terus
menerus berawal dari nol hingga tak terhingga. Telah diketahui bahwa:
2

k =

(k 2 + k 2 +k 2)
2m x y z

(17)

Dimana, untuk kondisi batas periodik sebuah kubus berukuran L,


k x , k y , k z=0;

2 4
;
L
L

; ..

Fungsi gelombang elektron bebas, persamaannya sebagai berikut


k ( r )=exp ( ik .r ) ;
yang mewakili gelombang berjalan dengan momentum

p=k

Struktur pita merupakan sebuah kristal yang seringkali dapat menjelaskan


model elektron bebas terdekat karena pita elektron diperlakukan sebagai pengusik
oleh potensial periodik pada inti ion saja. Refleksi Bragg merupakan ciri khas
penyebaran gelombang dalam kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam
kristal adalah penyebab celah energi. Celah energi dapat menentukan secara
signifikan dalam penentuan apakah zat padat merupakan insulator ataukah
konduktor.
Kondisi Bragg (k+G)2=k2 untuk gelombang difraksi gelombang vektor
dalam satu dimensi.
1

k = G=n
2
a
dimana

G=2

n
a

adalah kisi resiprokal vektor dan n adalah bilangan

bulat. Refleksi pertama dan celah energi pertama terbentuk pada

bagian ini k di antara

k =

a . Pada

a adalah zona Brillouin kisi. Celah energi lainnya

terjadi untuk nilai bilangan n lainnya.

Fungsi gelombang pada

k =

bukanlah gelombang berjalan exp (

x
x
i
)
atau
exp(
a
a ) elektron bebas. Dimana nilai khusus untuk k fungsi

gelombang membuat persamaan bagian perjalanan gelombang untuk bagian kanan


dan kiri.
Pernyataan tidak terikat waktu direpresentasikan oleh gelombang berdiri.
Kita dapat menuliskan persamaan dua gelombang berdiri yang berbeda dari

gelombang berjalan
+

exp (

ikx
)
yaitu :
a

= exp(ix/a) + exp(-ix/a) = 2 cos (x/a);

(18)

= exp(ix/a) - exp(-ix/a) = 2i sin (x/a).

(19)

Asal Mula Celah Energi


Gelombang berdiri diberi tanda

(+) atau

(-) bergantung kepada

berubah atau tidak nya gelombang tersebut ketika -x disubstitusikan pada x.


Kedua gelombang berdiri tersebut terbentuk dari jumlah yang sama dari
gelombang berjalan ke arah kiri dan kanan.
+
(+) = | |2 cos2 x/a

(20)

Gambar 3a menggambarkan variasi dari energi potensial elektrostatis dari


sebuah elektron konduksi di dalam medan positif dari ion inti. Ion ini menyangga
muatan positif karena atom terionisasi di dalam logam, dengan elektron valensi
yang diambil untuk membentuk pita konduksi. Energi potensial dari elektron di
dalam medan ion positif adalah negatif sehingga gaya diantara elektron tersebut
adalah tarik menarik.
Untuk gelombang berdiri yang lain, kemungkinan kerapatanya adalah :


(-) = | |2

sin2 x/a

(21)

dimana fokus dari elektron terpisah dari ion inti.

Besarnya Celah Energi


Fungsi panjang gelombang pada batas wilayah Brillouin zone

2cos

adalah

x
a

dan

2sin

x
a

k=

dinormalisasikan pada satuan panjang atau

garis. Misalkan besar energi potensial elektron dalam kristal pada titik x adalah :
U ( x ) =U cos

2 x
a

(22)

Perbedaaan energi orde pertama antara dua gelombang berdiri dinyatakan oleh :
+

dx U ( x )

(23)

E g=
0

cos 2

( 2ax )( x /asin x /a)=U


2

dx U cos
Eg =2

(24)

Dapat dilihat bahwa celah sama dengan komponen Fourier dari potensial kristal.
Fungsi Bloch
Fungsi Bloch membuktikan bahwa solusi untuk persamaan Schrodinger
pada potensial periodik harus berbentuk:
k ( r )=U k ( r ) exp(ik . r )

(25)

Dimana Uk(r) mempunyai periode kristal lattice dengan U k(r) = Uk (r +T) dengan
T adalah vektor sisi translasi. Persamaan diatas mengungkapkan teorema Bloch :
Fungsi Eigen dari persamaan gelombang untuk potensial periodik
mempunyai hasil dari bidang gelombang eksp. (ik . r) fungsi waktu Uk (r)
dengan periodisitas kisi kristal.
Fungsi gelombang one-elektron pada persamaan disebut fungsi bloch dan
dapat didekomposisikan dalam jumlah gelombang berjalan. Fungsi Bloch dapat
dikumpulkan dalam bentuk gelombang paket-paket mewakili elektron elektron
yang menyebar secara bebas melalui medan potensial dari inti ion.
Teorema Bloch valid jika

nondegenerasi yaitu ketika tidak ada

fungsi gelombang dengan energi yang sama dan vektor gelombangnya

Energi potensial piriodik di a dengan U(x) =U(x + sa) dimana s adalah bilangan
bulat.
Untuk mencari solusi persamaan gelombang dapat dibantu oleh garis
simetri cincin sehingga:
( x +a )=C ( x )

(26)

dimana C konstan, sehingga disekitar cincin adalah


( x + Na )= ( x )=C N (x)

(27)

Karena ( x ) harus bernilai tunggal. C adalah satu dari akar dari kesatuan atau
C=exp

( i2Nasx ) ; s=0, 1,2, , N1

Kita gunakan persamaan diatas

( x )=U k ( x ) exp

( i2Nasx )

(28)

Model Kronig Penney


Potensial periodik dari persamaan gelombang dapat dipecahkan dalam fungsi
dasar square-well array seperti gambar dibawah. Persamaan gelombangnya
adalah:
2 d 2
+U ( x ) =
2 m dx 2

(29)

Dimana U(x) adalah energi potensial dan adalah nilai energi eigen.
Pada daerah 0 < x < a dimana U=0, fungsi eigen adalah kombinasi linier
iKx

= A e + Be

ikx

(30)

Pada bidang gelombang berjalan kekiri dan kanan dengan energi


=2

K2
2m

(31)

Pada daerah b < x<0 dengan solusi pembatasnya dalam bentuk


=C eQx + DeQx ,

(32)

Dengan
U 0=2

Q
2m

(33)

Kita membutuhkan solusi yang lengkap untuk mendapatkan bentuk Bloch.


Dengan demikian, solusi pada daerah a < x < a + b harus dihubungkan dengan
solusi dalam daerah b < x < 0 dengan teorema Bloch:
(a < x < a + b) = (-b < x < 0) eik(a + b)

Konstanta A, B, C, D dipilih sehingga

(34)

dan d /dx kontinu pada x =

0 dan x = a. Terdapat kondisi batasan mekanika kuantum yang luar biasa dalam
masalah yang melibatkan sumur potensial kuadrat. Pada x = 0,
A+B+C+D;
iK(A B) = Q(C D)

Pada x = a, untuk (a) ke bawah sawar sampai (-b),


AeiKa + Be-iKa = (Ce-Qb + DeQb) eik(a + b);

(35)

iK(AeiKa Be-iKa) = Q(Ce-Qb DeQb) eik(a+b)

(36)

Persamaan (17) sampai (20) memiliki solusi hanya jika determinan


koefisien A, B, C, D hilang, atau jika
[(Q2 K2)/2QK] sinh Qb sin Ka + cosh Qb cos Ka = cos k(a + b)

(37)

Hasilnya menjadi sederhana jika kita melambangkan potensial dengan


fungsi delta periodik yang didapatkan ketika kita melalui limit b = 0 dan U0 = ,
sedemikian sehingga Q2ba/2 = P, besaran terbatas. Pada limit Q << K dan Qb <<
1. Sehingga (21a) berkurang menjadi
(P/Ka) sin Ka + cos Ka = cos ka

(38)

Rentangan K agar persamaan ini memiliki solusi pada Gambar 5, untuk kasus P =
3/2. Nilai energi yang sama di plot pada Gambar 6. Vektor gelombang k dari
fungsi Bloch merupakan indeks yang penting.
Persamaan Gelombang Elektron pada Potensial Periodik
Rata-rata bentuk yang diharapkan sebagai solusi persamaan Schrdinger
terjadi jika vektor gelombang terletak pada batas daerah, yaitu k = /a. Misalkan
U(x) merupakan energi potensial elektron kisi linier dari konstanta kisi a. Kita
ketahui bahwa energi potensial invarian pada translasi kisi kristal: U(x) = U(x +
a). Fungsi invarian pada translasi kisi kristal diperluas menggunakan deret Fourier
dalam vektor kisi resiprok G. Deret Fourier untuk energi potensial sebagai
berikut:
U ( x ) = U G e

iGx

(39)

Nilai koefisien UG untuk potensial kristal sebenarnya bergantung pada


pengurangan secara cepat dengan peningkatan besaranya G. Untuk potensial
coulomb lugas UG berkurang menjadi 1/G2.
Kita inginkan energi potensial U(x) untuk menjadi fungsi real:
U ( x ) = U G ( e iGx +eiGx )=2 U G cos Gx
G> 0

G >0

(40)

Untuk meyakinkan, diasumsikan bahwa kristal simetris sekitar x = 0 dan U0 = 0.


Persamaan gelombang sebuah elektron dalam kristal adalah
, dimana H

merupakan Hamiltonian dan merupakan nilai egen. Solusi

disebut fungsi eigen atau fungsi orbital atau Bloch. Secara eksplisit,

persamaan gelombangnya adalah

( 2m1 p +U ( x )) ( x )=( 21m p + U e ) ( x )= ( x )


2

iGx

(41)

Fungsi gelombang

(x) dinyatakan sebagai penjumlahan deret Fourier

semua nilai vektor gelombang yang dilegalkan oleh adanya kondisi batas,
sehingga
= C (k ) eikx
k

(42)

Dimana k real. (Kita menuliskan indeks k sebagai subskrip G dengan sama


baiknya, seperti Gk).
Kumpulan nilai k memiliki bentuk 2n/L, karena nilai-nilai ini memenuhi
kondisi batas periodik selama panjang L. Sifat translasi

(x) dideterminasikan

oleh teorema Bloch


Tidak semua set gelombang vektor

2 n
L

termasuk Fourier yang

merupakan perluasan salah satu fungsi Bloch. Jika salah satu vektor gelombang k
termasuk dalam , maka semua vektor gelombang lainnya di Fourier merupakan
perluasan . Jika salah satu vektor gelombang k termasuk dalam , maka semua
vektor gelombang lainnya di Fourier merupakan perluasan hal ini akan
memiliki bentuk k +G , dimana G adalah vektor kisi resiprokal.

Kita mendapatkan bahwa sebagai fungsi gelombang yang berisi sebuah


k

komponen k sebagai

atau sama dengan

k+G

. Vektor gelombang

berjalan k +G di atas G yang dibatasi subset dari set 2 n/ L ,


Kita biasanya harus memilih sebuah label untuk fungsi Bloch bahwa k
yang terletak dalam zona Brillouin pertama. Situasi ini berbeda dengan masalah
phonon. Permasalahan elektron seperti permasalahan difraksi sinar-x karena
medan elektromagnetik ada dimana-mana dalam kristal dan tidak hanya pada ion.
Untuk menyelesaikan persamaan gelombang, substitusi (25) dalam (24)
untuk mendapatkan satu set persamaan aljabar linear untuk koefisien Fourier.
Persamaan energi kinetik
1 2 ( ) 1
d 2 ( ) 2 d 2 2
2
ikx
p x=
i
x=
=
k C (k ) e

2
2m
2m
dx
2 m dx
2m k

(43)

Dan persamaan energi potensial

( U
G

e iGx ( x )= U G eiGx C (k )eikx

(44)

Persamaan gelombang diperoleh sebagai jumlah


2

2m k 2 C ( k ) eikx + U G C (k ) e i( k+G ) x= C( k)e ikx


k

(45)

Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama pada kedua
sisi persamaan. Sehingga

( k ) C ( k ) + U G C ( k G )=0
G

Dengan notasi

(46)

k = k /2 m

Pita Energi dan Energi Elektron dalam Atom


Dalam suatu susunan atom terisolasi, kumpulan atom di
dalamnya mempunyai jarak antaratom yang tidak berhingga

besarnya. Energi elektron dalam setiap atom bersifat diskrit, dan


sesungguhnya atom dalam keseluruhannya bukanlah merupakan
suatu sistem fisis. Tingkat energi atom yang diskrit tersebut
dinamakan tingkat 1s, 2s, 2p dan seterusnya. Setiap atom
merupakan sistem tersendiri, tanpa interaksi dengan atom lain.
Atom

yang

terisolasi

ini,

masing-masing

memiliki

banyak

keadaan elektron yang sama energinya. Apabila kemudian jarak


antaratom berkurang, maka mulai terjadi interaksi antaratom
dan fungsi gelombang elektron mulai saling bertindihan. Interaksi
tersebut

menyebabkan

harga

energinya

berubah.

Secara

keseluruhan atom tersusun menjadi satu sistem fisis dan harus


mengikuti kaidah yang menyangkut sistem fisis. Misalnya, prinsip
Pauli yang melarang dua elektron atau lebih mempunyai harga
energi yang tepat sama. Oleh karena itu terjadi pelebaran dari
harga diskrit energi elektron (atom terisolasi) menjadi harga pita
energi elektron. Berdasarkan prinsip larangan, tiap tingkat energi
tersedia bagi dua elektron dengan spin berlawanan. Oleh karena
itu pita energi suatu zat padat yang terdiri dari N atom akan
tersedia N tingkat energi atau paling banyak boleh berisikan 2N
elektron. Karena N besar sekali, yakni

, maka tingkat-tingkat

energi tersebut saling merapat satu sama lain membentuk pita


energi. Pita energi terdiri dari kumpulan tingkat energi yang
memiliki jarak antartingkat berdekatan sangat kecil sehingga
distribusinya kontinu. Misalnya, lebar pita energi 5 eV memiliki
jarak antartingkat berdekatan

eV. Jadi pada suatu kristal

terdapat banyak pita energi yang masing-masing sesuai dengan


tingkat energi atom penyusun kisi tersebut. Misalnya, tingkat
energi 1s, 2s, dan 2p masing-masing menimbulkan pita 1s, 2s,
dan 2p.

Perhatikanlah contoh kristal Lithium dalam gambar berikut.


Setiap atom Li mengandung tiga elektron, yaitu 2 elektron
mengisi sel 2s dan 1 elektron dalam sel 2s (tidak penuh). Pita 2s
dan 2p masing-masing mempunyai kapasitas 2N dan 6N
elektron. Terlihat bahwa lebar pita bertambah saat konstanta kisi
mengecil. Juga, untuk a<6ao (dimana ao adalah radius Bohr
seharga 0,53 ) pelebaran pita 2s dan 2p mulai overlap, dan
celah antara keduanya melenyap sehingga terbentuk pita
tunggal dengan kapasitas 8N. Tetapi pita tunggal ini hanya
berisikan N elektron yang berasal dari pita 2s saja, atau hanya
seperdelapan dari kapasitasnya. Karena pita valensinya hanya
terisi sebagian, maka kristal Li termasuk kelompok logam.
Pita-pita energi memang berkecenderungan overlap satu
sama lain. Selain pita 2s dan 2p seperti di atas, pita yang
berkecenderungan overlap adalah 3s dan 3p yang berkapasitas
8N; 4s, 3d dan 4p yang berkapasitas 18N; 5s, 4d dan 5p yang
berkapasitas 18N; 6s, 4f, 5d dan 6p yang berkapasitas 32N; serta
7s, 5f, 6d dan7p yang berkapasitas 32N. Sebagai contoh berikut
disajikan unsur wolfram (W).
Dalam sistem periodik unsur W termasuk golongan VIA dan
memiliki nomor atom 74 dengan konfigurasi elektron

Hal ini berarti semua elektron sudah memiliki spin yang sudah
berpasang-pasangan sehingga tidak ada yang menjadi elektron
bebas. Tetapi, faktanya tidak demikian. Wolfram termasuk
konduktor yang baik. Ternyata, antara satu pita energi dengan
yang lain dimungkinkan terjadi tumpang-tindih. Untuk konduktor
W tersebut, tumpang tindih terluar terjadi pada pita energi 6s, 4f,
5d

dan

6p

yang

secara

total

memerlukan

32

elektron.

Sedangkan, di luar sel [Xe], wolfram hanya memiliki 20 elektron.


Hal ini berarti masih terdapat 12 tempat kosong elektron, yang

bisa berperan sebagai hole. Meskipun pada dasarnya bentuk


solusi fungsi gelombang menuruti teorema Bloch, namun dalam
memecahkan

persamaan

Schrodinger,

dengan

pendekatan

tentang model potensial berkala, memberikan berbagai metode,


antara lain sebagai berikut.
a. Metode LCAO (linear combination of atomic orbitals), dimana spektrum
energi

elektron

dalam

zat

padat

diperoleh

dengan

mengandaikan adanya sedikit tumpang-tindih dari potensial


atom

yang

terpisah.

Potensial

atom

yang

begitu

kuat

menyebabkan elektron hanya bergerak di sekitar atom yang


bersangkutan.

Model

ini

merupakan

pendekatan

kasar

terhadap pita sebelah dalam, yaitu pita 3d logam transisi.


b. Model elektron hampir bebas, dimana diandaikan bahwa potensial
berkala

agak

rendah;

atau

dimana

tumpang-tindih

dari

potensial atom sangat besar. Karena potensial begitu lemah,


maka elektron berperilaku seperti elektron bebas dan model ini
dibahas dengan metode perturbasi. Model ini merupakan
pendekatan kasar terhadap pita valensi logam sederhana,
seperti Na, K, Al dan lain-lain.
c. Metode sel (cellular method) yang dikembangkan oleh Wigner-Seitz.

BAB III. KESIMPULAN


Model elektron bebas klasik tentang logam mengambil asumsi sebagai
berikut : 1) kristal digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugus ion positif
(yang membentuk kisi kristal) dan elektron yang bebas bergerak dalam volume
kristal, 2) elektron bebas tersebut diperlakukan sebagai gas, yang masing-masing
bergerak secara acak dengan kecepatan termal (seperti molekul dalam gas ideal
tidak ada tumbukan, kecuali terhadap permukaan batas), 3) pengaruh medan
potensial ion diabaikan, karena energi kinetik elektron bebas sangat besar, 4)
elektron hanya bergerak dalam kristal karena adanya penghalang potensial di
permukaan batas.
Elektron sebagai partikel kuantum harus memenuhi :1) prinsip eksklusi
(larangan) Pauli, yaitu setiap keadaan elektron dengan energi tertentu hanya dapat
ditempati oleh dua buah elektron dengan spin yang berlawanan, 2) probabilitas
menempati suatu keadaan tertentu sesuai dengan statistik Fermi-Dirac.
Pita energi adalah kumpulan garis pada tingkat energi yang sama akan
saling berimpit dan membentuk pita. Tingkat-tingkat energi pada digambarkan
dengan cara yang sama dengan atom tunggal. Interaksi antar atom pada kristal
hanya terjadi pada elektron bagian luar sehingga tingkat energi elektron pada orbit
bagian dalam tidak berubah. Berdasarkan asas Pauli, dalam suatu tingkat energi
tidak boleh terdapat lebih dari satu elektron pada keadaan yang sama, maka
apabila ada elektron yang berada pada keadaan yang sama akan terjadi pergeseran
tingkat energi sehingga tidak pernah ada garis garis energi yang bertindihan.

DAFTAR PUSTAKA
Kardiawarman, 2014. Modul 4 Fisika Zat Padat. Bandung : UPI.
Kelas B. 2013. Pita Energi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Krane, Kenneth. 2008. Fisika Modern. Jakarta : UI Press.
Lesmono, Albertus D., 2016. Elektron Bebas dalam Logam. Jember : Unej.
Prasetyowati, Rita. 2012. Pita Energi. Yogyakarta : UNY.
Santika, I Gede D., 2014. Model Elektron Bebas dalam Logam. Denpasar :
Undiksha.

Anda mungkin juga menyukai