PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada
tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah
tersebut diganti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja.
Gejala intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.1,2
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut
menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa
kanak-kanak. Gejala inti ADHD meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang
tidak sesuai perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang
terganggu.1,2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40-50% kasus ADHD menetap pada
masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap sampai remaja, dapat
memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja, gangguan kepribadian
antisosial, dan cenderung terlibat penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar dengan
pimpinannya, sering pindah pekerjaan dan dalam melaksanakan tugasnya
seringkali terlihat tidak tekun. Diagnosis ADHD tidak dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium atau alat kedokteran, sekalipun wawancara terhadap
orang tua merupakan hal penting. Selain itu, diperlukan laporan dari sekolah
mengenai gangguan tingkah laku, kesulitan belajar dan kurangnya prestasi
akademis oleh gurunya.1,2
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam suatu tim
kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter spesialis saraf,
psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD memerlukan evaluasi
jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Penanganan
ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.1,2
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan kronis
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan perilaku
yang paling banyak di diagnosis pada anak-anak. Gejala intinya meliputi tingkat
kembali dopamin ke dalam sel neuron daerah limbik dan lobus prefrontal
dikatakan mengendalikan fungsi eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung
jawab pada ingatan, pengorganisasian, menghambat perilaku, mempertahankan
perhatian, pengendalian diri dan membuat perencanaan masa depan. Hal ini
menyebabkan kemudahan mengalami gangguan dan ketiadaan perhatian dari
sudut pandang fungsi otak adalah kegagalan untuk menghentikan atau
menghilangkan pikiran-pikiran internal yang tidak diinginkan atau stimulusstimulus kuat.2,5
ADHD
lebih
jelas
terlihat
pada
aktivitas-aktivitas
yang
membutuhkan usaha mental yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD,
tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2
-3 tahun. Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
Berbicara berlebihan
Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan
Seringkali sulit menunggu gilirannya
Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain
secara regular
5) Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anakanak lainnya
6) Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu:
7) Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan
8) Aktif biasanya saat di buaian dan tidur sangat sedikit
9) Sering menangis
10) Bahkan perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan
berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama.
Tabel 2.1 Kriteria DSM-IV-TR untuk Atenttion Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD)2
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : enam atau lebih gejala in atensi
berikut telah menetap sekurang kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang
maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak
teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas
atau aktivitas bermain
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara secara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal penyelesaian tugas sekolah,
pekerjaan atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang
atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugasyang
memiliki usaha mental yang lama
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal hal yang perlu untuk tugas dan
aktivitas
h. Sering mudah teralihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas
impulsivitasenam
(atau
lebih)
gejala
hiperaktivitas
impulsivitasberikut telah meneta selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai
tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering mengeliat-ngeliatkan tubuh di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau didalam situasi
yang
2.5 Penatalaksanaan
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi). Terapi lainnya adalah untuk meringankan efeksi
gejala ADHD. Mengobati ADHD merupakan gabungan dari kerjasama antara
pemberi pelayanan kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu sendiri.2
1) Terapi farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika
Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine sulfat dan
atomoxetine. Obat obatan di gunakan biasanya untuk anak usia 6 tahun atau
lebih sedangkan utuk dexamphetamine untuk usia 3 tahun atau lebih. Medikasi
tidak direkomendasikan pada anak untuk usia pre sekolah. Terapi farmakologis
untuk ADHD dibagi dua obat pskiostimulan dan non psikostimulan.
a) Obat Psikostimulan
Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan
ini
adalah
Amfetamin-dekstroamfetamin,
Deksmetilfenidat,
Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat membantu
orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk mengarahkan dan
c)
-
2.6 Prognosis
Perjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi dan menetap.
1) Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga
masa remaja atau dewasa. Gejala akan lebih cenderung menetap jika
terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas
dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam
beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami
inatensi dan kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif
dan ceroboh). Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba,
kegagalan disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran
hukum.
2) Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir adalah distractibility.
a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja
dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.
b. Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah
menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan
pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan
menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi
psikopatologi komorbidnya, terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta
faktor-faktor keluarga. Prognosa yang optimal dapat didukung dengan cara
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan referat ini adalah
1) Gejala inti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) meliputi
tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.
2) Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu
didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau
mengatur
stimulus-stimulus
internal
dan
eksternal.
Beberapa
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Pliszka S. 2007. AACAP Work Group on Quality Issues. Practice parameter
for the assessment and treatment of children and adolescents with
attentiondeficit/hyperactivity disorder. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry.46:894
2. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH),
dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 441-454
3. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) in children. The
Australian Psychological Society Limited: 2014
4. Konofal E, Lecendreux M, Deron J, Marchand M, Cortese S, Zaim M, et al.
2008. Effects of iron supplementation on attention deficit hyperactivity
disorder in children. Pediatric Neurology. 38(1):20-6
5. Rusmawati D, Dewi EK. Pengaruh terapi musik dan gerak terhadap
penurunan kesulitan perilaku siswa sekolah. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9,
No.1, April 2011
12
13