ABCDEFG
ABCDEFG
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dan nilai
GOLD1:
PPOK Ringan
GOLD 2:
PPOK Sedang
GOLD 3 :
PPOK Berat
GOLD 4 :
2.1.1 Epidemiologi
Data prevalens PPOK pada populasi dewasa saat ini bervariasi
pada setiap negara di seluruh dunia. Tahun 2000, prevalens PPOK di
Amerika dan Eropa berkisar
Untuk
6 dari 10 penyebab
Malik
dan
RS.Tembakau
Deli
Medan
menunjukkan
sebanyak 31,5% populasi, tahun 2003 sebanyak 31,6% dan terakhir tahun
2005 menjadi 35,4% populasi. Prevalensi perokok laki-laki di Indonesia
saat ini diperkirakan 69,04% dan perempuan sebesar 4,83% (Wiyono,
2009).
Merokok terbukti menimbulkan berbagai efek kesehatan, diperkirakan
sekitar 50 masalah kesehatan dapat timbul dan sekitar 20 masalah
kesehatan berakibat fatal.Rokok menyebabkan 1 dari 10 kematian orang
dewasa di seluruh dunia. Data WHO tahun 2008 menunjukkan rokok
menyebabkan kematian 5,4 juta setahun (1 kematian setiap 6,5 detik).
Angka kematian oleh rokok ini jauh lebih besar dari total kematian
manusia akibat HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Rokok terbukti
merupakan faktor risiko dari 6 diantara 8 penyebab kematian tertinggi di
dunia (WHO, 2008). Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan merokok
sebagai penyebab 3 kematian utama yaitu kanker paru, jantung koroner,
dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Susanto, 2009).
Sampai sejauh ini faktor utama penyebab PPOK adalah merokok,
diyakini sebagai penyebab hingga 85 - 90% dari semua penderita PPOK
laki-laki di zaman Industri (Lange, 1992). Penelitian epidemiologi telah
banyak
penelitian cross sectional maupun longitudinal dan efek dari merokok ada
pada
kasus
yang
2003).Ditemukan
ringan
adanya
hingga
obstruksi
kasus
yang
ringan
berat
(Vestbo,
jalan napas
dan
perkembangan yang lambat dari faal paru pada remaja Amerika yang
merokok dan ini sesuai dengan penelitian lain yang
menunjukkan
( > 10
pack-year) atau sama dengan >200 nilai Indeks Brinkman dan berumur >
40 tahun adalah kelompok beresiko untuk terjadi PPOK (Raherison .,
2009). Isu yang paling menarik perihal merokok adalah adanya
kerentanan. Penelitian tentang PPOK ditantang oleh kenyataan bahwa
hanya 15 20% dari perokok
udara
yang
menahun
suatu
faktor
resiko
yang
efeknya
meningkat
dengan
meningkatnya
waktu
terekspos
(Zanobetti, 2008).
2.1.2.3 Genetik
Faktor genetik dari PPOK dapat muncul jika ada interaksi antara suatu
genetik tertentu yang berinteraksi dengan lingkungan yaitu antara
merokok dan gen yang rentan. Laporan kasus adanya keluarga yang
menderita PPOK telah ada dilaporkan sejak tahun 1950-an. Namun yang
menarik tentang faktor genetik pada PPOK berkembang secara luas sejak
ditemukannya defisiensi berat dari alfa-1-antitripsin
Varian
Matrix metalloproteinase 9
(MMP 9)
Microsomalepoxidehydrolase
(EPHX1)
rs 3918242(C-1562 T)
rs 1051740(T 113 C)
Heme oxygenase 1
(HMOX1)
Glutathione S-transferase P1
(GST P1)
rs 1695(A 105 G)
rs 1042713(A 16 G)
TNF- (TNF)
rs 1800629(G 308 A)
1963
hingga
saat
ini,
defisiensi
alfa-1-antitripsin(A1ATD)
Krouger (1997),
dan
alel
1031C
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
Patogenesis
Paradigma terkini tentang patogenesis dari PPOK
hambatan aliran udara napas
kronik
adalah bahwa
inflamasi abnormal dari partikel dan gas yang terhirup masuk ke saluran
napas, dimana reaksi inflamasi yang abnormal ini dapat juga di deteksi
pada sirkulasi sistemik. Banyak penelitian menemukan bahwa respon
inflamasi paru terhadap pajanan gas atau asap rokok ditandai dengan
peningkatan jumlah neutrofil, makrofag dan limfosit T yang didominasi
oleh CD8+, peningkatan konsentrasi sitokin proinflamasi seperti leukotrien
B4, IL-8 dan TNF- dan bukti bahwa stress oksidatif disebabkan oleh
inhalasi asap rokok atau yang diaktifkan oleh sel inflamasi. Peningkatan
jumlah limfosit T yang didomisasi oleh CD8+ tidak hanya ditemukan pada
jaringan paru tetapi juga pada kelenjar limfe paratrakeal( Agusti, 2007).
Makrofag yang diaktifkan asap rokok dan zat iritan lainnya
akan
oleh makrofag dan sel epitel. Enzim-enzim ini pada kondisi normal akan
diatasi oleh protease inhibitor, termasuk alpha 1 antitripsin, SLPI dan
Tissue Inhibitor Metalo Protease (TIMP).Karakteristik PPOK adalah
peradangan kronik mulai dari saluran napas, parenkim paru sampai
struktur vaskular pulmoner. Diberbagai bagian paru dijumpai peningkatan
makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan netrofil. Sel-sel radang yang
teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti leukotrien B4,
IL8, TNF dan lain-lain
Sel
napas sentral,
PPOK
dinding
antara
sakus
alveoli
kehilangan
perubahan
patologis
yang
terjadi
pada
PPOK
batuk kronik dan produksi sputum. Gejala ini dapat berlangsung bertahuntahun sebelum timbul gejala lainnya ataupun gangguan fisiologis. Limitasi
aliran napas ireversibel yang diukur dengan spirometri merupakan
ditanggulangi
oleh
karena
umumnya
menunjukkan
tingkat
sekresi
sitokin
IL8,
meningkatkan
produksi
TNF,
plasma
dan
efek
langsung
terhadap
saluran
napas
Faktor Pejamu
Mekanisme
melipatgandakan
Asap rokok
Partikel bahaya
Anti oksidan
Anti protease
Inflamasi Paru
Protease
Oksidasi stress
Patologi
PPOK
mekanisme
perbaikan
(respon pejamu)
kerusakan
PPOK,
tetapi
Faktor Host
(genetik)
Kerusakan
jaringan
Inflamasi
abnormal
Stress
oksidasi
Perbaikan jaringan
abnormal
(remodelling)
pemaparan
paru, dan lain-lain). Ada juga bukti bahwa infkesi virus adenoviral pada
awal kehidupan
dapat
menjadi
faktor
Hiperesponsif dari
penting
untuk mencirikan
tetapi tidak
parameter yang
PPOK
pengobatan yang lebih baik dimasa yang akan datang (Siafakas, 2003).
atau
kronik (Rennard,1999)
PPOK adalah suatu penyakit inflamasi yang kompleks dimana
melibatkan banyak sel inflamasi yang berbeda jenis dan struktur, yang
semuanya memiliki kemampuan
: Netrofil, Makrofag, CD8-T Limfosit, Eosinofil, Epitel sel, Sel Endotel dan
Fibroblas yang dapat menimbulkan efek perusakan jaringan paru dan efek
modifikasi dari proses perbaikan
(Barnes, 2003).
Interferon gamma
7. Growth Factor : TGF, EGF
8. Protease : Neutrofil elastase,Cathepsin, Protease 3, MMPs
dan
melakukan
hasilnya
mengkonfirmasi
adanya
peningkatan
dari
leukosit,
dalam mediator
inflamasi yang berfungsi dalam komunikasi antar sel yang bekerja dalam
sistem imun (Baratawidjaja, 2009 dan Subowo,2009).
Bersama dengan IFN gamma, TNF bersifat sitotoksik bagi banyak
jenis sel tumor. TNF pada awalnya dijelaskan sebagai suatu faktor yang
diproduksi
oleh
menyebabkan
stimulasi
hemoragik
endotoksin
nekrosis
terhadap
dari
makrofagsehingga
tumor.TNF
merupakan
intraseluler yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (1010
10-15 mol/l dapat merangasang sel sasaran). Dewasa ini lebih dari
100 jenis sitokin yang sudah diketahui. Suatu sitokin bekerjanya seperti
hormon, yaitu melalui reseptor pada permukaan sel sasaran.Adapun kerja
dari sitokin adalah sebagai berikut(Baratawidjaja, 2009):
Langsung:
1. Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi)
2. Autoregulasi (fungsi autokrin)
3. Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakrin)
Tidak langsung:
sebagai
faktor
pertumbuhan
fibroblast
(FGF)
yang
proteksi anti virus pada sel sekitar. Endotoksin memacu makrofag untuk
memproduksi TNF. Yang pada akhirnya memiliki sifat sitotoksik secara
langsung terhadap beberapa sel tumor tetapi tidak terhadap sel normal.
TNF juga berperan dalam kehilangan material jaringan (seperti membuat
menjadi kurus) yang
TNF bekerja
sistem
koagulasi
dengan
merubah
keseimbangan
tingkat
Beberapa sitokin
dijumpai di darah perifer pada orang sehat yang salah satunya adalah
TNF, dan telah terbukti secara signifikan level dari TNF berbeda pada
setiap individu. (Hajeer, 2000). Sitokin TNF memicu produksi intercellular
cell adhesion molecule 1 (ICAM-1) dan vascular cell adhesion molecule 1
(VCAM-1).
dalam
terjadinya
kelainan
emfisema
ditandai
dengan
airway remodeling
kollagen.TNF
dapat
mengaktifkan
makrofag
untuk
berturut-turut
adalah
TNF-238G/A
dan
TNF-308G/A.
Ada
Untuk
amplifikasi
gen
dengan
ATCTGGAGGAAGCGGTAGTG-3dan
PCR
yaituforward
reverse
55-
sebesar 150pb. Dengan tehnik RFLP jika terdapat mutasi maka akan
terdeteksi dengan tidak terpotong (tidak diretriksi). Pada yang normal akan
dikenal dan diretriksi menjadi
tidak
pada
perokok
dengan
fungsi
paru
normal
satu
gen
melihat
hubungan dalam hal ke sukuan dan fenotipe dari PPOK (Teramoto, 2007)
Dari penelitian Louis (1998), Krouger(1997), Wilson (1997), dan
Wu (1997) dilaporkan tentang peningkatan aktivitas transkripsi gen TNF
mononuklear darah perifer sel dan melaporkan adanya alel 857T dan alel
1031C yang dikaitkan dengan peningkatan transkripsional aktivitas gen
TNF. Udalova(2000) melaporkan tentang adanya alel
863A
Tumor
gen TNF-308(G/A)
keberadaanya, seperti
tinggi
dengan
analisis
multivariat
dan
juga
menyatakan
Smoolonska
dan
disimpulkan
tentang
pentingnya
etnik
pada
yaitu
rs18000470
TGFB1,
rs1799896SOD3
dan
Kary dan
Amplikasi
DNA
merupakan
tindakan
memperbanyak
jumlah
atau
disebut
juga
sebagai
enzim
restriksi.Enzim
maupun
untuk
mendeteksi
kemungkinan
terjadinya
menyediakan
menggunakan
Molekul akan
perkawinan
(interbreeding)
sehingga
masing-masing
akan
1-2% dari seluruh kasus. Faktor lain dari host yang disangkakan terlibat
masih ada 98-99% dari kasus. Salah satu calon gen yang rentan untuk
terjadi PPOK adalah Tumor Nekrosis Faktor (TNF), gen yang dikode untuk
memproses
protein
TNF pada perokok yang menderita PPOK dan tidak meningkat pada
perokok
dengan
normal
fungsi
paru
belum
diketahui.
Satu
tidak konsisten
bermakna
nukleotida
antara perokok
independen yang dilakukan pada populasi Kaukasia dan populasi nonKaukasia.Penelitian metaanalisis terhadap sejumlah penelitian yang
dilakukan selama 20 tahun sebelumnya mengenai 20 polimorfisme pada
12 macam gen yang dilakukan oleh
yaitu
rs18000470
TGFB1,
rs1799896SOD3
dan
Kaukasus
169
358
Tidak ada
Haplotype
Tidak ada
Kucukaycan
(rs1800750)
Kaukasus
244
248
Tidak ada
Tidak ada
Brooger
Kaukasus
244
248
Tidak ada
Tidak ada
Brooger
308
Asian/japan
88
61
Tidak ada
(rs1800629)
Asian/Japan
106
110
Ada(OR:2,58)
Tidak ada
Sakao
Asian/Japan
53
65
Tidak ada
Tidak ada
Ishi
Asian/Taiwan
42
42
Ada(OR:11,1)
Tidak ada
Huang
Asian/cina
111
97
Ada(OR:5,0)
Tidak ada
Jiang
Rusia
419
303
Ada
Tidak ada
Danilko
Mesir
106
72
Tidak ada
Ada
Hegab
Kaukasus
304
441
Tidak ada
Ada
Hegab
238
Kaukasus
169
358
Tidak ada
Tidak ada
Kucukaycan
(rs361525)
Kaukasus
244
248
Tidak ada
Tidak ada
Brooger
488
Asian/Japan
88
61
Tidak ada
Ada
Hegab
(rs1800610)
Mesir
106
72
Tidak ada
Ada
Hegab
Ada
Hegab
(2008),
diperoleh bahwa alel genTNF -308G/A memiliki odds ratio yang lebih
tinggi dibanding yang lainnya (tabel 4).
Analisis Univariat
Analisis multivariate
PPOK vs
Kontrol
Odds ratio
(95% CI)
P value
Odds ratio
(95% CI)
P value
-1031
(CC atau TC vs
TT )
1,0
(0,67 1,6)
0,85
1,1
(0,71 1,8)
0,59
-863
(AA atau CA vs
CC )
1,1
(0,68 1,8)
0,71
1,3
(0,74 2,1)
0,40
-853
(TT atau CT vs
CC)
0,83
(0,48 1,5)
0,52
0,70
(0,39 1,3)
0,24
-238
(AA atau GA vs
GG)
0,56
(0,28 1,1)
0,1
0,40
(0,19 0,86)
0,02
-308
(AA atau GA vs
GG)
1,9
(1,1 3,2)
0,03
1,9
(1,1 3,4)
0,03
+488
(AA atau GA vs
GG)
1,8
(0,78 4,3)
0,17
1,7
(0,71 4,2)
0,23
2.5
KERANGKA KONSEPTUAL
LINGKUNGAN
Kebiasaan merokok
PEJAMU
Genetik :
Defisiensi 1 anti tripsin
Polimorfisme Gen :
>27 varian gen
TNF-308G/A
Umur
Makrofag alveoli
Ras
Infeksi berulang
Tempat Kerja
Respon Inflamasi
Abnormal Sal.Nps &Paru
TNF-238G/A
Hiperesponsif sal.nps
Polusi udara
Indoor/Outdoor
TGF
TGF
TNF >>>
IL6
IL8 (NFB)
MCP
LTB4
MHC
Klas II
TCD8
MMP
TIMP
Netrofilnetrofil elastase
TANDA
Suara Napas
Vestikuler Melemah
GEJALA
Penyakit Paru Obstruktif kronik
Sesak
Napas
Ekspirasi Memanjang
Wheezing
Keterangan :
= Diteliti
= Variabel tergantung
= Tidak Diteliti = Variabel bebas
Batuk
Berdahak
Aktifitas
terbatas
2.5
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis Mayor :
Polimorfisme gen TNF-238G/Adan-308G/Amerupakan faktor risiko
terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Hipotesis Minor :
Adanya hubungan polimorfisme genTNF-238G/Adan -308G/A
dengan tingkat keparahan (penurunan faal paru nilai VEP1) pada
Penyakit Paru Obstruktif Kronik.