Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN
Pasien Ny. S usia 21 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Mardi Waluyo
diagnosis GIP0000A0 usia kehamilan 33-34 minggu+ Tunggal Hidup +Ketuban
Pecah Dini+Gawat Janin
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis KPD yang tepat sangat penting untuk
menentukan penanganan selanjutnya. Oleh karena itu, usaha untuk menegakkan
diagnosis KPD harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
4.1.

Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan yang sesuai

dengan teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak 2 jam
SMRS hingga membasahi selembar sarung. Air-air tersebut keruh dan berbau
amis. Selain itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan lahir 2 jam
SMRS. Perut kencang-kencang dialamin pasien sejak 3 hari SMRS yang
dirasakan semakin hari semakin sering. Pasien rutin periksa kehamilan di bidan,
namun belum pernah melakukan pemeriksaan dengan USG di dokter Sp.OG
Berdasarkan teori, diagnosis KPD 90% dapat ditegakkan melalui
anamnesis. Dari anamnesis didapatkan pasien merasa basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau
khas dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut. His belum
teratur atau belum ada serta belum ada pengeluaran lendir darah.
Teori
Kasus
Pasien merasa basah pada vagina.
Pasien datang dengan keluhan keluar air Mengeluarkan cairan banyak tiba
air dari jalan lahir
Riwayat keluar air ketuban dari jalan
-tiba dari jalan lahir.
Warna cairan diperhatikan.
lahir sejak 1 jam sebelum masuk rumah
Belum ada pengeluaran lendir darah
sakit.
dan berbau khas
Cairan yang keluar keruh dan berbau
His belum teratur atau belum ada.
amis
Belum ada pengeluaran lendir darah

Kenceng-kenceng jarang

4.2 Pemeriksaan Fisik


Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidak
didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 37,5o C. Denyut
nadinya juga dalam batas normal, yaitu 92 kali per menit.
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting untuk
menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan
penatalaksanaan KPD selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin meningkat
pada KPD. Umumnya dapat terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
Selain itu juga didapatkan adanya nadi yang cepat.
Teori
Tanda-tanda infeksi:
Suhu ibu >38o C
Nadi cepat

Kasus
Tidak ada tanda-tanda infeksi:
Suhu ibu 37,5o C
Nadi 92 kali / menit

4.3 Pemeriksaan Inspekulo


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan ini
tidak dilakukan karena sebelumnya pasien memiliki riwayat keluar air-air. Cairan
yang keluar berwarna jernih mengalir.
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan
pertama terhadap kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD
akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE). Pada pasien
KPD akan tampak cairan keluar dari vagina. Cairan yang keluar dari vagina perlu
diperiksa warna, bau dan pHnya. Air ketuban yang keruh dan berbau
menunjukkan adanya proses infeksi.
Teori
Kasus
Pemeriksaan dengan spekulum tampak Tidak dilakukan pemeriksaan dengan

keluar cairan dari OUE


Tampak cairan keluar dari vagina

Cairan yang keluar diperiksa warna, bau

dan pHnya
Air ketuban yang keruh dan berbau
menunjukkan adanya proses infeksi.

spekulum.
Riwayat keluar air ketuban.
Air ketuban yang keruh dan berbau

4.4 Pemeriksaan Dalam


Pada kasus, pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat
pertama kali datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di
lakukan pemeriksaan dalam pada pasien ini didapatkan pembukaan (-), presentasi
letak kepala, ketuban (-).
Pemeriksaan dalam vagina dibatasi seminimal mungkin dan hanya
dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi
persalinan dan pada pasien dengan KPD akan ditemukan selaput ketubannya
negatif. Pemeriksaan dalam pada saat pasien datang pertama kali adalah penting
untuk menilai apakah sudah ada pembukaan sehingga pasien berada dalam
kondisi inpartu.
Teori
Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan :
Pemeriksaan dalam dilakukan :
Seminimal mungkin untuk mencegah Saat pertama kali datang.
Untuk
memantau
kemajuan
infeksi.

KPD sudah dalam persalinan.


KPD yang dilakukan induksi persalinan.
Selaput ketuban negatif.

persalinan.
Selaput ketuban (-)

4.5 Pemeriksaan Laboratorium


Berdasarkan pemeriksaan tersebut dan penunjang, yaitu : laboratorium
bahwa leukosit pasien dalam batas normal (16.400 / mm3) dan kesimpulannya
bahwa air ketuban menujukkan menunjukkan adanya proses infeksi.
Pada pasien ini dilakukan tes lakmus. Sekret vagina ibu hamil pHnya
adalah 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes Lakmus
(tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban adalah 7 7,5.
Teori

Kasus
Leukosit: 16.400
Pemeriksaan leukosit untuk mengetahui Dilakukan pemeriksaan pH dengan
tanda-tanda infeksi

tes lakmus, hasilnya pH 8

Kertas lakmus merah berubah menjadi biru

pH air ketuban adalah 7 7,5

4.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan USG pada kasus KPD dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada keadaan oligohidromnion.
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung janin dalam
hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin.
Interprestasi NST dikatakan reaktif jika terdapat paling sedikit 2 kali gerakan
janin dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang disertai adanya akselerasi paling
sedikit 10-15 dpm, frekuensi dasar (baseline) denyut jantung janin diluar gerakan
janin antara 120-160 x/menit dan variabilitasnya antara 6-25 dpm. Adapun
indikasi dilakukan pemeriksaan kardiotokografi diantaranya hipertensi dalam
kehamilan, kehamilan dengan diabetes mellitus, kehamilan post-term, IUGR,
ketuban pecah dini, gerakan janin berkurang, kehamilan dengan anemia,
kehamilan ganda, oligohidramnion, polihidramnion, riwayat obstetrik buruk, dan
kehamilan dengan penyakit ibu.6
Pada kasus terdapat perbedaan usia kehamilan pada perhitungan HPHT ibu dan
USG. Dimana pada perhitungan manual ibu, usia kehamilan telah aterm, tetapi
pada USG masih prematur. Di literatur dikatakan bahwa jika terdapat perbedaan
seperti ini, maka yang diikuti adalah perkiraan USG

Teori

Kasus

Pemeriksaan leukosit untuk mengetahui

Pemeriksaan USG:

tanda-tanda infeksi

Gravida intrauterine tunggal hidup,

USG untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavum uteri

UK 33-34 mingggu,

NST reaktif jika :


1

TBI 2139,

Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan


janin

dalam

pemeriksaan

waktu
yang

20

menit

disertai

adanya

Plasenta baik
amnion tidak tervisualisai

akselerasi paling sedikit 10-15 dpm,

Frekuensi

dasar

(baseline)

denyut

NST pada kasus ini tidak dilakukan,


tetapi

dilakukan

pemeriksaan

jantung janin diluar gerakan janin

menggunakan doppler. Pada hari

antara 120-160 kali/menit dan

kedua MRS, DJJ pada bayi yakni

Variabilitasnya antara 6-25 dpm.

90x/menit.

Fetal distress dapat terjadi karena adanya gangguan sirkulasi


uteroplasenter yang mengakibatkan hipoksia pada janin. Pada
kasus ini, hipoksia pada janin kemungkinan bisa disebabkan oleh
kehamilan postterm. Pada kehamilan postterm, plasenta sudah
tidak bagus lagi sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dari
ibu ke janin. Di samping itu fetal distress juga dapat diakibatkan
oleh adanya ketuban pecah dini yang mengakibatkan air ketuban
berkurang, kemudian tali pusat tertekan oleh janin sehingga
janin mengalami hipoksia dan berakibat terjadi hipoksia.
Fetal distress atau yang sering disebut gawat janin ditegakkan
ketika

ditemukan

DJJ

(+)

7-9-10/

6-8-9/

6-7-10

irreguler

menurun, denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit. Hal
ini

menunjukkan

hipoksia

janin

yang

sudah

tidak

bisa

dikompensasi lagi (distress). Diagnosa ini dapat lebih tegas lagi


ditegakkan jika dilakukan pemeriksaan cardiotocography untuk

pemantauan

denyut

jantung

janin

yang

kontinyu

dalam

hubungannya dengan kontraksi uterus.

Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari:


a Anamnesis

: Pada hari ke-2 MRS pasien merasakan

gerakan janin menurun


b Pemeriksaan obstetri

: Didapatkan DJJ 90x/menit dengan

pemeriksaan doppler
Kami berpendapat bahwa fetal distress lebih disebabkan
karena kehamilan postterm dibandingkan akibat dari ketuban
pecah dini. Insufisiensi fungsi plasenta pada kehamilan postterm
menyebabkan aliran nutrisi untuk janin menjadi terganggu,
terutama oksigen. Hal tersebut mengakibatkan fetal distress.

4.7 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban dicurigai terjadi 2 jam sebelum masuk rumah sakit, sementara belum ada
tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam, pada pemeriksaan Doppler hari
kedua didapatkan adanya kelamahan pada DJJ.
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan
dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur
kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik
profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik
hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Beberapa penulis
menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu
sampai 6-8 jam dengan alasan pasien akan menjadi inpartu dengan sendirinya.
Induksi dilakukan dengan memperhatikan Bishop score, jika > 5 induksi dapat

dilakukan, sebaliknya jika < 5, dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Teori
Kasus
Pemberian antibiotik profilaksis dapat Pasien diberikan injeksi antibiotik

menurunkan infeksi pada ibu


Bila skor pelvik < 5,

lakukan
pematangan serviks, kemudian induksi.

amphisilin 3 x 1gr
Dilakukan induksi drip oxytocin
Setelah terjadi gawat janin, dilakukan

Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

sectio sesarea

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang


telah dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD. Kasus yang
ditemukan sudah sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan KPD pada pasien
ini pada umumnya tepat, walaupun ada beberapa perlakuan yang sebaiknya
dilaksanakan tidak dilakukan, seperti pemeriksaan USG dan NST.

Anda mungkin juga menyukai