Anda di halaman 1dari 32

PAPER

PEMBAHASAN KASUS I : SINDROM KORONER AKUT


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan
Kritis

DISUSUN OLEH :
TUTOR 7
Taufik Yusdian
Asty Aprilianti
Vinni Alfiana
Isna Nurfianti
Ika Setyawati
Yunita Persiyawati
Mirza Shofwa Y
Intan Yunitasari
Siti Rahmiati P
Ani Rosmardiani
Fransiska Yusrida

220110110016
220110110027
220110110035
220110110046
220110110048
220110110052
220110110058
220110110065
220110110069
220110110106
220110110108

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

BAB I
KASUS

Seorang wanita bernama Ny. M, berumur 66 tahun yang sedang menjalani


pyelogram intravena, mengeluh nyeri dada substernal yang parah menjalar ke
leher dan lengan, EKG menunjukkan elevasi segmen ST lebih dari 3 mm di lead
V1, V2, V3,V4, V6.
Pada saat perawat K melakukan pengkajian pasien tampak sangat gelisah,
mengeluh sesak dan diaforesis. Tiba-tiba pasien mengalami penurunan kesadaran
frekuensi nafas 32x/menit, dengan pola nafas cepat dan dangkal, suara nafas
snoring, saturasi O2 : 80%, frekuensi nadi 110 x/menit, tekanan darah 110/80
mmHg. Perawat segera mengaktifkan sistem emergency, memasang OPA, dan
oksigen dengan flow tinggi. Segera pasien dipindahkan ke ruang intensive.
Pasien ini diketahui memiliki riwayat sering mengeluh nyeri dada yang
hilang timbul dan dada terasa berat saat bernafas, namun gejala berkurang setelah
istirahat. Pasien juga mempunyai riwayat hipertensi, diabetes tipe 2 dan
hiperlidemia (LDL tinggi dan HDL rendah). Ayah Ny. M meninggal akibat
serangan jantung sebelum umur 55 tahun.
Di ruang intensive, manajemen akut diarahkan pada terapi yang mengurangi
kebutuhan oksigen (morfin, nitrogliserin, -blockers, dan inhibitor ACE) dan
meningkatkan suplai oksigen (trombolitik, aspirin, dan heparin).
Ketika terapi trombolitik tidak dapat diberikan, pasien di lakukan tindakan
penyelamatan dengan tindakan percutaneous transluminal coronary angioplasty
(PTCA) dengan stent placement. Pasien mendapatkan terapi medikasi yang
kompleks yang memerlukan pendidikan kesehatan.
Panduan diskusi :
1. Apa yang terjadi dengan Ny. M dan bagaimana prosesnya ?
2. Apakah yang dilakukan perawat K sudah tepat ? Jelaskan dengan lengkap
alasan mengatakan tindakannya sudah tepat atau belum tepat!
3. Saat pasien sudah di ruang intensive, apa saja yang harus dikaji ?
4. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang didapat, masalah
keperawatan apa saja yang dapat timbul pada Ny. M ?
5. Bagaimana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
prioritas dari Ny. M dan apa alasan/rasional membuat intervensi tersebut ?
6. Pasien tidak sempat mendapat trombolitik, mengapa trombolitik tidak
dapat diberikan pada Ny. M ?
7. Pada pasien yang mendapatkan terapi trombolitik, hal apa saja yang harus
menjadi perhatian perawat , baik sebelum, selama dan sesudah mendapat
trombolitik ?

8. Ny. M harus mendapat tindakan PTCA , hal apa saja yang harus menjadi
perhatian perawat , baik sebelum, selama dan sesudah tindakan PTCA ?
9. Pasien mendapat terapi yang sangat banyak, pendidikan kesehatan apa
yang harus diberikan oleh perawat pada Ny M dan/atau keluarganya untuk
mengatasi efek samping dari obat-obat tersebut?
10. Apa saja yang harus disiapkan oleh perawat untuk mempersiapkan pasien
pulang (discharge planning) agar pasien tidak mengalami serangan ulang ?

BAB II
PEMBAHASAN KASUS

1. Apa yang terjadi dengan Ny. M dan bagaimana prosesnya ?


Sindroma koroner akut terdiri atas unstable angina pectoris (UAP)/
Unstable Angina (UA), Acute Myocardial Infarction (AMI) yang disertai elevasi
segmen ST (STEMI), Acute Myocardial Infarction (AMI) tanpa elevasi segmen
ST (NSTEMI). Sindroma koroner akut merupakan manifestasi klinis dari penyakit
arteri koroner atau penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan manifestasi utama proses aterosklerosis, begitu pula SKA sebagai
komplikasi akut aterosklerosis (Morton et al, 2011).
Mekanisme patologis (patofisiologi) munculnya berbagai tanda dan gejala
sindrom koroner akut pada kasus ini terlampir pada paper ini.

Faktor-faktor yang bisa


dimodifikasi :
1.
2.
3.

Hipertensi
Merokok
trigliserida, total
kolesterol, LDL
4. Diabetes mellitus
5. Asupan natrium,
karbohidrat, lemak
6. Sedentary lifestyle
7. Stress

Perubahan kondisi plak di arteri koroner

Penumpukan plak

Kerusakan endothelium pembuluh darah


Aktivasi platelet menuju lokasi plak
Agregasi, adhesi dan penumpukkan platelet
Pelepasan tromboplastin

Platelet melepas tromboksan A2, serotonin, platelet factor 3 dan 4


Koagulasi dan vasospasme
Pembesaran ukuran trombus
Oklusi di arteri koroner oleh trombus
Suplai darah ke jaringan jantung
Suplai oksigen dan nutrien ke jaringan jantung

Faktor-faktor yang tidak


bisa dimodifikasi :
1.

Riwayat
penyakit
jantung di keluarga
2. Riwayat
penyakit
jantung sebelumnya
3. Lansia
4. Pria dan wanita
postmenopause

Iskemia jaringan jantung

Iskemia jaringan jantung (lama)


Gambaran EKG :
Injuri jaringan jantung (miokard) bagian anterior

ST elevasi lead V1-V4

Kematian sel/jaringan jantung (miokard)

Perubahan repolarisasi miokardium

Iritabilitas di miokardium
Disritmia

Kontraktilitas jantung

Pelepasan enzim lisosom

Fungsi ventrikel
Kontraktilitas jantung

Kontraktilitas jantung

Angina/nyeri dada substernal

Stimulasi pusat napas

Aliran darah ke otak


Penurunan kesadaran

Produksi asam laktat

Area jantung dekat dengan


dermatom saraf leher, dan
tubuh bag. Kiri (bahu, lengan)
Nyeri menjalar ke ekstremitas
kiri, leher, lengan

Cardiac output

Aliran darah ke paru

Metabolisme anaerob untuk


memenuhi kebutuhan oksigen
sel

Aliran darah ke sistemik


Denyut nadi
Kebutuhan O2 seluler tak
terpenuhi optimal

Laju metabolisme basal

Hiperventilasi
Stimulasi saraf simpatis

Diaphoresis

2. Apakah yang dilakukan perawat K sudah tepat ? Jelaskan dengan


lengkap alasan mengatakan tindakannya sudah tepat atau belum tepat!

A. Penggunaan OPA
Dalam kasus disebutkan bahwa pasien tiba tiba mengalami penurunan
kesadaran saat dikaji perawat. Terjadinya sumbatan jalan napas pasien oleh lidah
yang jatuh ke belakang ditandai dengan suara snoring. Karena nadi pasien masih
terdeteksi namun jalan napas pasien bermasalah, maka tindakan perawat
selanjutnya adalah dengan membuka jalan napas pasien.
Berikut ini merupakan rangkuman upaya pembukaan jalan napas pada pasien
darurat menurut AHA Guidelines tahun 2010 :
Airway Management (Jalan Napas)
Pastikan jalan napas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapat
bernapas.

Bersihkan jalan napas


1) Amati suara napas dan pergerakan dinding dada
2) Cek dan bersihkan dengan menyisir rongga mulut dengan jari, bisa dilapisi
dengan kasa untuk menyerap cairan.
3) Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger) untuk membuka jalan napas
Membuka jalan napas
Secara perlahan angkat dahi dan dagu pasien (Head tilt & Chin lift) untuk
buka jalan napas.

1. Head Tilt & Chin Lift


a.
b.
c.
d.

Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras.


Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien .
Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan.
Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya di
bawah bagian ujung tulang rahang pasien .
e. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi pasien secara
bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi
2. Jaw Trust
a. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras.
b. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, atau
c. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan
jari-jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot
penahan lidah teregang dan terangkat.
d. Mempertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka

Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya untuk


membuka jalan napas, karena bisa berakibat cedera leher. AHA Guideline 2010
merekomendasikan untuk :
1. Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas pada pasien tanpa ada
trauma kepala dan leher. Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan
risiko cedera spinal meningkat jika pasien mengalami cedera kraniofasial
dan/atau GCS <8;
2. Gunakan jaw thrust jika suspek cedera servikal.
Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan restriksi manual

(menempatkan 1 tangan di ditiap sisi kepala pasien) daripada menggunakan


spinal immobilization devices karena dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini
bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama transportasi.
Jalan Napas Tersumbat
1. Miringkan pasien ke salah satu sisi
2. Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut
Ambil gigi/palsu yang lepas

Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya

Jalan Napas Bersih


1. Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanya pernapasan normal
Jika dalam beberapa menit terdengar suara seperti gurgling, atau batuk
dengan pergerakan dada dan abdomen, perlakukan tetap seperti tidak
bernapas, karena pernapasan ini tidak efektif.
Pemasangan Oro-pharingeal Airway (OPA)

Ukuran umum yang tersedia :

o
o
o
o

Dewasa besar
Dewasa sedang
Dewasa kecil
Anak-anak

= 100 cm (Guedel no. 5)


= 90 cm (Guedel no. 4)
= 80 cm (Guedel no. 3)
= Guedel no. 1 dan no. 2

Cara pemasangan
1.

Menentukan ukuran OPA yang tepat bagi pasien dengan


meletakkan OPA disamping pipi pasien dan memilih OPA yang
panjangnya sesuai dari sudut mulut hingga ke sudut rahang bawah
(angulus mandibulae)

2.
a.

Memasang alat, terdapat 2 cara :


Cara pertama
-

Membuka mulut dan memasukkan OPA terbalik

b.

Memutar/merotasi OPA jika


mencapai palatum molle
Cara kedua
Membuka mulut dengan spatel
-

telah

Dengan hati-hati memasukkan OPA hingga ke


belakang.

3.

Pada anak-anak, sebaiknya memakai cara ini,


karena rotasi dapat menyebabkan patahnya gigi dan kerusakan
faring

Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan memberikan


ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan
dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi paru dengan stetoskop
selama ventilasi .

B. Pemberian oksigen flow tinggi


Pada pasien dengan penyakit jantung koroner (acute miocard infark)
terjadi penurunan perfusi ke aliran pembuluh darah koroner sehingga akan
menyebabkan jantung berkompensasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang
kurang dengan meningkatkan kerja jantung sehingga akan memperberat kerja
jantung itu sendiri. Maka diperlukan oksigen dengan flow tinggi agar

memperlancar kebutuhan oksigen sehingga dapat meringankan kerja jantung


untuk sementara.
Pemberian oksigen flow tinggi diberikan menggunakan masker
rebreathing mask dengan kecepatan aliran 8-11 L/menit. hal ini disebabkan karena
nilai analisis gas darah (AGD) belum diketahui sehingga penggunaan masker jenis
dapat mengompensasi kadar oksigen dan CO2 dalam darah (Kowalski dan
Rosdahl, 2008).

3. Saat pasien sudah di ruang intensive, apa saja yang harus dikaji ?
Beberapa hal yang harus dikaji pada pasien dengan sindrom koroner akut di ruang
intensive care adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Pemeriksaan enzim jantung ;


Monitoring EKG secara kontinyu ;
Cek saturasi oksigen ;
Cek tanda-tanda vital yang meliputi tekana darah nadi, suhu, serta laju
pernapasan.
Berikut ini merupakan format pengkajian di ruang intensif.

FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG INTENSIVE :


Tanggal pengkajian

Jam pengkajian

Tanggal masuk

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama

: Ny. M

Umur

: 66 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

Suku/bangsa

Agama

b. Identitas penanggung jawab


Nama

Umur

Jenis kelamin

Suku/bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Hubungan dengan pasien :


2. Keluhan utama : Sesak dan diaforesis.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien dipasang OPA dan oksigen.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sering nyeri dada yang hilang timbul dan dada terasa
berat saat bernapas, namun gejala berkurang setelah istirahat. Pasien juga
memiliki riwayat hipertensi, diabetes tipe 2, dan hiperlipidemia (LDL tinggi
dan HDL rendah).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan ayahnya meninggal akibat serangan jantung sebelum
umur 55 tahun.
4. Pola fungsional (biopsikososiospiritual)
a. Pola persepsi oksigenasi
b. Pola cairan dan elektrolit
c. Pola nutrisi

d. Pola eliminasi
e. Pola keamanan dan kenyamanan
f. Pola personal hygiene
g. Pola istirahat tidur
h. Pola aktivitas dan latihan
i. Konsep diri
1) Body image

2) Self ideal

3) Self esteem

4) Identity

5) Role

j. Pola seksual
k. Psikologis
l.

Sosial

m. Spiritual
n. Pengetahuan
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

b. Tingkat kesadaran

c. Tanda-tanda vital

TD

RR

d. Kepala :

e. Mata

f. Hidung :
g. Mulut

h. Telinga :
i. Leher

j. Dada

k. Ekstremitas

6. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium

b. Program terapi
4. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang didapat, masalah
keperawatan apa saja yang dapat timbul pada Ny. M ?
5.
6. DATA MENYIMPANG
7. ETIOLOGI
8. MASALAH
9. DO:
11. Adanya sumbatan pada 18. Penurunan
Perfusi
- SaO2 80%
pembuluh koroner
Jaringan
- Tampak pucat
12.
- TD 110/80 mmHg
13. Mengganggu distribusi
- EKG menunjukkan St
O2 dan nutrisi jantung
elevasi pda V1, V2, V3,
14.
15.
Penurunan
kardiak output
V4, V6
16.
- Penurunan kesadaran
17.
Perfusi
ke jaringan
- Riwayat
DM2
dan
berkurang
hiperlipidemia
10. DS:
- Mengeluh nyeri dada
hingga ke leher dan
lengan kiri.
- Sesak napas.
19.
20. Bagaimana intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
keperawatan prioritas dari Ny. M dan apa alasan/rasional membuat
intervensi tersebut ?
21.
22. Diagnosa
23. Tujuan dan
24. Intervensi
25. Rasional
Kriteria

Hasil
26. Penurunan
perfusi 29. Setelah
30. Oksigenasi
jaringan berhubungan
dilakukan
- Berikan
oksigen
dengan
penurunan
tindakan
tambahan dengan
kardiak output yang
keperawatan
nasal kanul hingga
ditandai dengan:
selama.
saturasi mencapai
27. DO:
. perfusi ke
95%.
- SaO2 80%
- Periksa dan pantau
jaringan
- Tampak pucat
AGD jika perlu.
pasien tidak
- TD
110/80
Pantau saturasi dan
terganggu
mmHg
tanda-tanda
dan
- EKG
hipoksemia.
terpenuhi
menunjukkan St
31. Sirkulasi/perfusi
yang
elevasi pda V1,
- Kolaborasi untuk
ditandai
V2, V3, V4, V6
pemberian
obatdengan:
- Penurunan
obatan vasodilator.
- Sesak
kesadaran
- Kolaborasi
napas
- Riwayat
DM2
pemasangan
berkurang
dan
PCTA.
dan
hiperlipidemia
- Pantau frekuensi
saturasi
28. DS:
jantung
dan
kembali
- Mengeluh nyeri
tekanan darah.
normal.
dada hingga ke
- Pantau EKG setiap
Nyeri
leher dan lengan
hari.
berkurang.
kiri.
- Kolaborasikan
- Tidak ada
- Sesak napas.
dengan
farmasi
tandauntuk penyuluhan
tanda
mengenai tujuan
pucat.
dan
efek
dari
- Hasil EKG
pengobatan serta
menujukka
dampingi apabila
n
pasien
atau
perubahan
keluarga
belum
ke
arah
mengerti.
normal
32. Pengendalian
(tidak ada
Nyeri
ST elevasi/
- Kolaborasi
ST elevasi
pemberian
obatberkurang)
obatan analgetik:
.
Morfin,
- Tidak ada
Nitrogliserin,
nyeri.
Aspirin.
- Pantau
kualitas

35.
- Untuk membantu
pemenuhan
oksigen
ke
jaringan terutama
otak
sehingga
menurunkan resiko
kerusakan
jaringan.
36.
- Pemberian
obat
dan pemasangan
PCTA
akan
membuat
pembuluh
darah
yang tertutup plak
akan terbuka dan
pada
akhirnya
meningkatkan
kardiak output.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
- Pemberian
analgetik
akan
menurunkan
tingkat nyeri dan
meningkatkan
kenyamanan.
48.
49.
50.
51.
52.
53.

nyeri, durasi dan


lokasi nyeri setelah
pemberian obat.
- Evaluasi respons
fisiologis terhdap
obat
setelh
pemberian.
- Kolaborasikan
dengan
farmasi
untuk penyuluhan
mengenai tujuan
dan
efek
dari
pengobatan serta
dampingi apabila
pasien
atau
keluarga
belum
mengerti.
33. Perencanaan
pulang
- Evaluasi
lagi
pasien
dan
keluarga mengenai
obat.
- Beritahu tanda dan
gejala yang dapat
kambuh dan harus
memerlukan
pertolongan medis.
- Kolaborasi dengan
dokter dan farmasi
mengenai
obat,
dosis,
waktu
pemberian, kerja
dan
efek
sampingnya.
- Beri tahu aktivitas
ringan yang dapat
dilakukan di rumah
agar tetap aktif.
- Beri tahu mengenai
perubahan
gaya
hidup mulai dari
makanan
dan

54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
- Perencanaan
pulang yang baik
akan
memandirikan
pasien
dan
keluarga
serta
mengurangi
kekambuhan
pasien.

aktivitas.
34.
68.
69. Pasien tidak sempat mendapat trombolitik, mengapa trombolitik tidak
dapat diberikan pada Ny. M ?
70.
71.
Tujuan pemberian trombolitik adalah untuk mempercepat
melarutkan trombus atau emboli yang terjadi pada arteri atau vena sehingga
jaringan nekrosis yang terjadi bisa minimal dan aliran darah bisa kembali
berfungsi dengan cepat. Pemberian trombolitik memberi manfaat maksimal pada
3 jam pertama setelah awitan gejala, manfaat sedang pada 12 jam pertama setelah
awitan gejala, dan manfaat minimal setelah lebih dari 12 jam (Morton et al, 2011).
72.
trombolitik.

Berikut

merupakan

kontraindikasi

pemberian

terapi

73.

76.

74.
Kontraindikasi
Riwayat
stroke
hemoragik
sebelumnya ;
Stroke atau kasus serebrovaskular
dalam jangka waktu 1 tahun ;
Neoplasma intrakranial ;
Perdarahan internal aktif (tidak
termasuk menstruasi) ;
Diseksi aorta yang dicurigai.

77.

75.
Kontraindikasi Relatif
Hipertensi tidak terkontrol yang
berat (lebih dari 180/1010 mmHg) ;
Riwayat cedera serebrovaskular
atau penyakit intraserebral ;
Penggunaan antikoagulan saat ini
dalam dosis terapeutik ; datesis
perdarahan ;
Trauma
baru-baru
ini
(2-4
minggu) :
trauma
kepala,
RJPtraumatik atau lama (lebih dari
10 menit), bedah mayor ( kurang
dari 3 minggu) ;
Pungsi vaskuler yang tidak bisa
dikompresi ;
Perdarahan internal 2-4 minggu ;
Kehamilan
Ulkus peptikum aktif

78.
79.
80. Pada pasien yang mendapatkan terapi trombolitik, hal apa saja yang
harus menjadi perhatian perawat , baik sebelum, selama dan sesudah
mendapat trombolitik ?
81. TERAPI TROMBOLITIK

82.

Dasar
digunakannya
terapi
trombolitik
karena
terjadinya
tromboembolisme yang mengakibatkan jaringan nekrosis di bagian distal dari
area obstruksi. Dibutuhkan kurang lebih 1-2 minggu untuk bekuan darah dapat
larut. Jika trombus atau emboli dapat dilarutkan lebih cepat maka jaringan
nekrosis yang terjadi hanya sedikit dan aliran darah dapat kembali berfungsi
lebih cepat (Gambar 1). Maka dari itu digunakan terapi trombolitik. Trombus
akan berdisintegrasi jika obat trombolitik diberikan dalam 6 jam setelah terjadi
serangan infark miokard akut (AMI). Empat trombolitik yang sering dipakai
adalah streptokinase, urokinase, jaringan plasminogen aktivaror (t-Pa,
Alteplase). Streptokinase dan urokinase merupakan enzim yang mempercepat
perubahan plasminogen menjadi plasmin. Perlu evaluasi menggunakan
angioplasti koronaria setelah diberikannya keempat obat diatas karena obatobat ini juga digunakan untuk emboli paru, trombosis vena dalam, dan
sumbatan arteri bukan koronaria karena tromboemboli akut.
83.
84.
85.
86.
87.
88. Gambar 1
89.

90. Farmakokinetik
91.

Baik streptokinase dan urokinase memiliki waktu paruh yang singkat (20
menit), tetapi dapat bertahan sampai 82 menit. Kedua obat enzim ini diberikan
secara intravena dan diabsorpsi dengan segera. Jenis obat, dosis, serta
pertimbangan pemakaian terdapat dalam gambar-2

92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99. Farmakodinamik
100.
Trombus didalam pembuluh darah dapat dirangsang dengan
menggunakan mekanisme fibrinolitik untuk melarutkan bekuan darah oleh
streptokinase dan orokinase. Onset kerja, puncak kerja, dan lama kerjanya
sama antara keduanya yaitu 24 jam setelah obat dihentikan, masih ada risiko
perdarahan. t-Pa merupakan trombolitik yang paling terbaru dan termahal,
obat ini mengubah plasminogen menjadi plasmin dalam pemecahan dan
perusakan fibrin didalam bekuan. Obat ini mempunyai keuntungan waktu
paruh yang singkat ( kurang lebih 5-7 menit) dan tidak menimbulkan reaksi
anafilaktik.
101.

Efek samping pengobatan

1. Perdarahan
: merupakan komplikasi utama jika penggunaan trombolitik
tidak dikontrol dan dievaluasi.
2. Reaksi alergi
: alergi setelah pengobatan terhadap salah satu jenis
trombolitik atau seluruhnya.

3. Anafilaksis (kolaps vaskular)


: sering terjadi pada streptokinase daripada
trombolitik lainnya.
4. Disritmia reperfusi atau infark hemoragik
: dapat terjadi jika obat-obat
diberikan melalui kateter intrakoroner setelah infark miokard.
102.
103.

104. PENATALAKSANAAN PRE, INTRA DAN POST TROMBOLISIS


105.
106. Pra prosedur
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
2. Evaluasi kontraindikasi terkait pemberian terapi trombolitik.
3. Kaji pengertian klien mengenai penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil
yang diinginkan, dan risiko yang berhubungan.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi.
6. Siapkan kembali alat-alat yang akan digunakan seperti EKG, pemberian oksigen,
serta terapi intravena.
7. Jelaskan kepada klien dan keluarga bahwa dibutuhkan tirah baring yang cukup
selama dan setelah diberikannya terapi.
8. Jelaskan kepada klien bahwa setelah diberikan terapi akan sering mengambil
sampel darah klien untuk memantau masa pembekuan.
9. Inform concernt kepada klien.
10. Ajarkan untuk imobilitas ekstremitas lokasi insersi kateter selama dan setelah
infus untuk mencegah perdarahan.
107.
108. Intra prosedur
1. Pantau tanda-tanda vital klien dan lokasi infus dari tanda-tanda perdarahan :

a. Setiap 15 menit untuk 1 jam pertama;


b. Setiap 30 menit untuk 2 jam selanjutnya;
c. Setiap 1 jam sampai kateter dilepas.
2. Instruksikan kepada klien bahwa harus segera memberi tahu perawat jika
terasa nyeri dada.
3. Kaji adanya kebiruan atau perdarahan.
4. Pantau status jantung EKG klien.
5. Periksa keamanan dan kenyamanan klien selama terapi.
109.
110. Post prosedur
1. Pantau adanya perdarahan mulai dari perdarahan di gusi hingga perdarahan
intrakranial.
2. Evaluasi respon terhadap terapi yang dapat dilihat dari :
a. Normalisasi segmen ST
b. Nyeri dada berkurang
c. Disritmia reperfusi sementara sebagai tanda bahwa bekuan sudah
mengalami lisis dan adanya reperfusi miokard.
d. Enzim CK dan CKMB.
3. Kaji adanya alergi terhadap pengobatan.
4. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada klien.
5. Posisikan klien tirah baring selama 6 jam. Jaga kepala lurus atau kurang dari
150. Lakukan imobilitas pada ekstremitas lokasi insersi kateter.
6. Tekan lokasi infus sampai darah berhenti.
7. Jika klien mengeluh nyeri di bagian abdomen, dapat diberikan antasid
8. Periksa hasil EKG klien
9. Ambil sample darah setelah kurang lebih 1 jam setelah dilakukannya
prosedur untuk memantau masa pembekuan
111.
112. Ny. M harus mendapat tindakan PTCA , hal apa saja yang harus
menjadi perhatian perawat , baik sebelum, selama dan sesudah tindakan
PTCA ?
113.
114. PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty)
yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki aliran darah arteri
koroner dengan cara menghancurkan plak atau trombus yang mengganggu
aliran darah ke jantung sehingga aliran darah menjadi lebih baik dan
lancar. Tindakan ini dilakukan dengan cara menempatkan balon kateter
pada daerah penyempitan dan mengembangkannya.
115.

Peran perawat pada tindakan PTCA, yaitu :

1) Sebelum tindakan
a. Puasakan pasien selama 8 jam
b. Mengingatkan dokter untuk memberikan informed consent kepada
pasien dan keluarga

c. Menganjurkan pasien untuk bersikap rileks


d. Mengkaji TTV pasien
e. Melakukan pemfis terutama pada tempat yang akan dilakukan
penusukan
116.
2) Selama tindakan
a. Pemantauan TTV terutama TD secara intermitten
b. Mencari akses intravena yang adekuat untuk memasukkan cairan
dan obat-obatan yang dibutuhkan
117.
3) Setelah tindakan
d. Pemantauan TTV, observasi pasien di awal post tindakan.
e. Pantau status hemodinamik dan perdarahan.
f. Perhatikan tanda-tanda perdarahan di tempat penusukan
g. Setelah kateter dilepas, berikan tekanan pada tempat bekas
penusukan.
h. Perhatikan pulsasi nadi, khususnya sebelah distal tempat penusukan.
i. Anjurkan pasien untuk tirah baring selama 2-4 jam dengan elevasi
kepala 30 derajat.
j. Anjurkan pasien untuk mobilisasi setelah satu jam post tindakan
118.
119. Pasien mendapat terapi yang sangat banyak, pendidikan kesehatan
apa yang harus diberikan oleh perawat pada Ny M dan/atau keluarganya
untuk mengatasi efek samping dari obat-obat tersebut?
120.
121.
Sesuai indikasi penyakit, pasien mendapatkan berbagai terapi obat
yang dapat menimbulkan efek samping tersendiri bagi pasien.
122.
Berikut merupakan beberapa jenis obat beserta efek samping dan
implikasinya :
a. Morfin berperan sebagai obat analgesik atau pereda nyeri tingkat tinggi dan
dapat menurunkan efek diuretik pada pasien kondusif jantung.
123. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan mengenai efek
samping morfin antara lain :
1) Depresi pernapasan. Keluarga pasien dapat memanggil perawat jika suara
nafas pasien berubah dan saturasi oksigen kurang dari 95%.
2) Mengantuk;
3) Lemah. Keluarga diminta untuk membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi dan kebutuhan dasar pasien.
4) Mual dan muntah. Pasien dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
5) Mulut kering. Perawat dapat memberitahukan keluarga untuk memberikan
minum sedikit untuk melembabkan bibir pasien.
6) Berkeringat. Keluarga dianjurkan untuk mengganti pakaian pasien secrara
berkala agar pasien tetap dapat merasa nyaman.
124.

b. Nitrogliserin bekerja dengan cara merelaksasi otot polos, menghasilkan efek


vasodilator pada vna perifer dan arteri serta menurunkan kebutuhan oksigen
jantung dengan mengurangi preload dan afterload.
125.
126. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan terkait efek samping
nitrogliserin yaitu:
1) Sakit kepala. Pasien mendapat terapi morfin dan aspirin untuk mengurangi
nyeri.
2) Muntah dan mual. Pasien dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering
sehingga asupan nutrisi tetap terpenuhi.
3) Inkontenesia urin. Pasien mendapat terapi morfin untuk menurunkan efek
diuretik.
4) Lemah/letih. Keluarga dianjurkan untuk membantu aktivitas pasien.
5) Sulit tidur. Hal ini dapat diimbangi dari efek morfin dengan efek samping
mengantuk.
127.
c. Obat-obat beta blocker adalah obat- obat yang menghambat norepinephrine
dan epinephrine. Beta blocker juga dapat mencegah serangan jantung dan
memperlambat denyut jantung.
128.
129. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan terkait efek samping
obat-obat beta blocker adalah :
1) Muntah. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang berbau tajam
untuk megurangi stimulus mual.
2) Ruam. Anjurkan keluarga untuk mengoleskan lotion pada kulit pasien.
3) Sakit kepala.
d. ACE inhibitor adalah obat yang bekerja dengan menghambat kerja enzim
konversi angiotensin secara kompetitif. Obat ini akan mengurangi proses
aterosklerosis serta menurunkan agregasi trombosit.
130.
131. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan terkait efek samping
obat-obat ACE inhibitor adalah:
1) Batuk. Pasien dan keluarga untuk tidak khawatir karena ini efek dari
peningkatan bradikinin
2) Hipotensi. Diberitahukan pada keluarga obat ini sebagai anti hipertensi.
132.
e. Aspirin sebagai anti-nyeri dan anti-radang. Obat ini diindikasikan untuk
mengurangi nyeri kepala, nyeri otot, dan demam.
133.
134.
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan terkait efek samping
obat-obat aspirin adalah :
1) Sesak nafas. Keluarga pasien dapat memanggil perawat jika suara nafas
pasien berubah dan saturasi oksigen kurang dari 95%.
2) Mual dan muntah. Pasien diminta untuk makan sedikit tapi sering.
135.

f. Heparin akan meningkatkan tiroksin, prothrombin, dan activated partial


thromboplastin (aPPT).
136.
137. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan terkait efek samping
obat-obat aspirin adalah :
138.
1) Sakit dada.
2) Demam. Pasien mendapat terapi aspirin untuk menurunkan demam.
3) Sakit kepala.
4) Mual dan muntah.
139.
140. Apa saja yang harus disiapkan oleh perawat untuk mempersiapkan
pasien pulang (discharge planning) agar pasien tidak mengalami serangan
ulang ?
141.
142. Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai p
roses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
Jackson
(1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa disc
harge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu
pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto
(2008) mendefnisikan discharge planning
sebagai
merencanakan
kepulangan pasien dan memberikan informasikepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah.
143.
144.

Tujuan Discharge Planning


145. Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebut
uhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal
setelah pulang (Capernito,1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan
terbaik untuk menjamin keberlanjutanasuhan berkualitas antara rumah
sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif
(Discharge Planning Association, 2008).
146. The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa
tujuan dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan
pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah
atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui, menyediakan
informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanankesehatan untuk

mempertemukan kebutuhan
mereka
dalam
proses
pemulangan,memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian
yang tertinggi kepada pasien, teman- teman, dan keluarga dengan
menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri.
147.
148.

Proses Pelaksanaan Discharge Planning


149. Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik
pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006)
membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional,
dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis
berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase transisional,
kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin
berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan
kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan,
pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai
berikut :

a) Pengkajian
150.
1. Sejak
pasien
masuk,
kaji
kebutuhan
pemulangan
pasien
denganmenggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan
care giver ; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik
pasien, statusfungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber
finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat
pendidikan, sertarintangan terhadap perawatan.
2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan
alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih
diminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan
petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi
tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda
dapatmengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.
3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam
perawatandiri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar
jalan,fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang

4.

5.

6.
7.

151.

perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam


pengkajian).
Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada
pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang
lebih luas.
Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan
perawatankesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap
kemampuankeluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan,
mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk
mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara
keduanya.
Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasan.
Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhansetelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan
kebutuhanrujukan pada waktu yang berbeda.
b) Diagnosa Keperawatan

152. Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual


berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien.
153.

c) Perencanaan

154. Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan
adalahsebagai berikut :
1) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana
keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),
penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari
pengobatan akibat masalah yang timbul.
2) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota
keluarga mampu melakukan aturan perawatan).
3) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah
dalamsetting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat
kondisikesehatannya telah diubah.
155.

d) Penatalaksanaan

156. Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan


yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaanyang dilakukan
pada hari pemulangan.

1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien


Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi
memenuhikebutuhan pasien.
Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan
informasitentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas.
Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah
Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan
untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan
keluargasecepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda
dan gejalaterjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan,
kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan
yangdisebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku,
ataurekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga
dapatdiberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet.
Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan
danusulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain
yangterlibat dalam perawatan pasien.
2) Penatalaksanaan pada hari pemulanganJika beberapa aktivitas berikut ini
dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan
akan lebih efektif. Adapunaktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan
antara lain :
Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang
berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk
mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.
Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi,
ataukebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus
dituliskansedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan
sediakanalat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah
(sepertitempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ).
Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan
dalamkebutuhan transportasi menuju ke rumah.
Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak
semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang
pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang
telahditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau
administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang
berharga kepada pasien
Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan
pasiensesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan
pemeriksaanterakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas
pengobatan yang amanuntuk administrasi diri.

157.

Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor


dokter.
Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah
pasienmembutuhkan
daftar
pengeluaran
untuk
kebutuhan
pembayaran.Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi
rodauntuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang
pulangdengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan
ambulans.
Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap
tubuhdan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki
unitdimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci
roda darikursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau
kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barangbarang pribadi pasienke dalam kendaraan.
Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada
departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk
membersihkan ruangan pasien.

e) Evaluasi
1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,
pengobatanyang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus
dilaporkan kepadadokter.
2.
Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatanyang akan dilanjutkan di rumah.
3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan
rumah,mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien,
danmenganjurkan perbaikan.

158.
159.

Unsur-Unsur Discharge Planning


160.
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa
unsur- unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan
antara lain :

1) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat


dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek
samping yangumum terjadi.
3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain,dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akandiadakannya.

4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,


latihan,diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin,dan lain-lain).
6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapisetelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janjiuntuk control .
7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisadihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul,
oksigen, dan lain-lain) besertadengan nama dan nomor telepon setiap
institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.
161.
162. Secara umum, berikut merupakan pendidikan kesehatan
yang masuk dalam discharge planning pada pasien yang telah dilakukan
PTCA :
1. Informasi umum tentang PTCA
a. Tanda dan gejala yang harus dilaporkan ke pelayanan kesehatan :
Nyeri dada yang berlanjut walaupun telah diberikan nitrogliserin 3
kali dengan interval tiap 15 menit dan berakhir lebih dari 15
menit;
Pusing, pulsasi ireguler;
BB naik 1-2 kg/hari atau 3-5 kg/minggu;
Penurunan energy/fatigue
Nafas pendek saat kondisi istirahat
Perubahan di lokasi bedah : perdarahan, kemerahan, bengkak,
adanya discharge, hangat, kebas.
163.
b. Peringatan khusus
Sebaiknya ditemani pendamping saat pulang dari RS;
Balutan dapat dilepas 1 hari kemudian;
Mandi (bila dibolehkan) dengan tidak menggosok di area bedah;
Hindari sementara penggunaan pakaian ketat;
Hindari aktivitas berat dalam 1 minggu pertama setelah bedah.
Lindungi area bedah dari trauma. Hindari menyetir dalam 1
minggu pertama.
Minum obat sesuai anjuran.
Modifikasi factor resiko penyakit jantung seperti diet (kurangi
kolesterol, jaga BB tetap ideal sesuai BMI), hindari merokok dan

konsumsi alkohol, control diabetes, menjalani olahraga secara


rutin, check up kesehatan secara berkala.
164.
2. Pengkajian keperawatan meliputi status kesehatan umum dan tanda-tanda
vital.
165.

166.

DAFTAR PUSTAKA
167.

168. Adiantoro, H.2010.Makalah Discharge Planning dan Rehabilitasi PAda


PAsien Kardiovaskuler. http://www.scribd.com/doc/34548046/MakalahDischarge-Planning-Dan-Rehabilitasi#scribd , diakses tanggal 16 Maret
2015.
169. American Heart Association.2010. Highlights of the 2010 : American
Heart Assoc iation Guidelines for CPR and
ECC.http://www.heart.org/idc/groups/heartpublic/@wcm/@ecc/documents/downloadable/ucm_317350.pdf, diakses
tanggal 16 Maret 2015.
170. Anonym.2015. Informasi obat beta blocker, ACE inhibitor, heparin,
nitrogliserin, aspirin.www.informasiobat.com, diakses tanggal 12 Maret 2015.
171. Hayes, Joyce, and Mc Cuistion.2014.Pharmacology : A Patient-Centered
Nursing Care Approach 8th Edition.Missouri : Elsevier.
172. Kowalski,M.T dan Rosdahl, C.B.2008. Textbook of Basic Nursing 9th
Edition. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins.
173. Morton, P, et al.2011.Keperawatan Kritis Volume 1 Edisi 8. Alih bahasa
Nike Budhi Sabekti et al. Jakarta: EGC.
174. Turkey Society of Cardiology. Nursing Care Gudelines in Percutaneous
Coronary
and
Valvular
Intervention.http://www.tkd.org.tr/~/media/files/tkd/calismagruplari/kardiyovaskuler-hemsirelik/tkd_nursingguidelines_percutaneous.pdf,
diakses tanggal 13 Maret 2015.
175. WPS Prenhall.2015.Trombolytic Therapy.
http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/737/755395/thrombolytic_therapy.
pdf, diakses tanggal 13 Maret 2015.
176.

Anda mungkin juga menyukai