Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Marasmis WF, 2005).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik
(Stuart GW, Sundeen,2002).
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di
telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari D.
2001).
2. Tanda dan gejala halusinasi
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga,

bermusuhan,

merusak

(diri

sendiri,

orang

lain

dan

lingkungannya), takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang meenyebabkan
halusinasi adalah :
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak


bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
4. Akibat

Klien dengan Halusinasi dapat melakukan tindakan-tindakan


berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll
5. Penatalaksanaan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya
pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
b. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
c. Melaksanakan program terapi dokter
d. Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
e. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
f. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan
diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain
atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.
3

g. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
h. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan.
6. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri


7. Asuhan Keperawatan
a. Masalah Keperawatan
1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3) Isolasi sosial : menarik diri
b. Data yang perlu dikaji
1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a) Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b) Data objektif
Klien

mengamuk,

merusak

dan

melempar

barang-barang,

melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.


2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
a) Data Subjektif
4

Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan


dengan stimulus nyata.

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang


nyata.

Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.

Klien merasa makan sesuatu.

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.

Klien ingin memukul/melempar barang-barang.

b) Data Objektif

Klien berbicara dan tertawa sendiri.

Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan


sesuatu.

Disorientasi.

3) Isolasi sosial : menarik diri


a) Data Subjektif
Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi,
mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain, klien malu
bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
b) Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

c. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
2. Isolasi sosial: menarik diri
d. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Perubahan sensori perseptual : halusinasi.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan sensori

a.

persepsi : halusinasi.
b.

Tujuan khusus :
1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan :
Salam terapeutik perkenalan diri jelaskan tujuan ciptakan
lingkungan yang tenang buat kontrak yang jelas (waktu, tempat,
topik).
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Empati.
Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.

2)

Klien dapat mengenal halusinasinya.


Tindakan :

Kontak sering dan singkat.

Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan


non verbal).

Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada


suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu.
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi
perawat tidak. Katakan perawat akan membantu.

Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,


frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi.

Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi.

3)

Klien dapat mengontrol halusinasinya.


Tindakan :

Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi.

Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk
mengontrol halusinasinya.

Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara


dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan,
mengatakan pada suara tersebut saya tidak mau dengar.
6

Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.

Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian
jika berhasil.

Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.

4)

Klien dapat dukungan dari keluarga.


Tindakan:

Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala,


cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat bantuan.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 2: Isolasi sosial : menarik diri


a.

Tujuan Umum: Klien dapat berinteraksi


dengan orang lain

b.

Tujuan Khusus:
1)

Klien dapat membina hubungan saling percaya


Rasional: hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk
hubungan selanjutnya
Tindakan:

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip


komunikasi terapeutik dengan cara:
a)

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b)

Perkenalkan diri dengan sopan

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai


d)

Jelaskan tujuan pertemuan

e)

Jujur dan menepati janji

f)

Tunjukkan sikap empati dan menerima klian apa adanya

g) Berikan perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar


klien
2)

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Rasional: memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan menarik diri
7

Tindakan:

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan


penyebab menarik diri atau mau bergaul

Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul

Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan


perasaannya

3)

Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang


lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Rasional:
1. Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain
2. Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri
Tindakan:

Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan


berhubungan dengan orang lain

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan


tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan


orang lain

Beri

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan


dengan orang lain

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan


dengan orang lain

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian apabila tidak


berinteraksi dengan orang lain

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan


dengan orang lain

Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan


dengan orang lain
8

Beri

reinforcement

positif

terhadap

kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan


dengan orang lain
4)

Klien dapat melaksanakan interaksi social secara bertahap


Rasional:
1. Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang
biasa dilakukan
2. Untuk mengetahui perilaku menarik diri dilakukan dan dengan
bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan
destruktif
Tindakan:

Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

Bermain peran tentang cara berhubungan/ berinteraksi dengan


orang lain

Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain


melalui tahap:

1.

K-P

2.

K-P-P lain

3.

K-P-P lain- K lain

4.

K-Kel/Kelp/Masy

Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah


dicapai

Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam


mengisi waktu

Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan


ruangan

5)

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan


dengan orang lain
Rasional: dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat
menyelesaikan masalah
9

Tindakan:

Dorong

klien

untuk

mengungkapkan

perasaannya

bila

berhubungan dengan orang lain

Diskusikan

dengan

klien

tentang

perasaan

manfaat

berhubungan dengan orang lain

Beri

reinforcement

positif

atas

kemampuan

klien

mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang


lain
6)

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung/ keluarga


Rasional:

memberikan

penanganan

bantuan

terapi

melalui

pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik
pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya
Tindakan:

Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:

1.

Salam, perkenalan diri

2.

Jelaskan tujuan

3.

Buat kontrak

4.

Eksplorasi perasaan klien

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:


1.

Perilaku menarik diri

2.

Penyebab perilaku menarik diri

3.

Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak


ditanggapi

4.

Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada


klien untuk berkomunikasi dengan orang lain

Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk


klien minimal satu kali seminggu

Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh


keluarga

10

DAFTAR PUSTAKA
Maramis WF. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart GW, Sundeen.2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa (ed. Indonesia).
Jakarta: EGC.
Hawari D. 2003. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stuart, Laraia. 2001. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.
Keliat BA. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suseno D. Psikofarmaka. 2009. Diakses pada tanggal 21 agustus 2009 dari
http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obatobatan-untuk.html

11

Anda mungkin juga menyukai