HIPERTENSI
(HYPERTENSIVE CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp.PD, KGEH
Oleh :
APRILIA RAMANDANI JAMIN
1102008041
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016
LATAR BELAKANG
Penyakit ginjal kronik masalah utama
kesehatan masyarakat
Anggaran pemerintah Amerika untuk
pengobatan penyakit ginjal stadium akhir
(ESRD) dan penyakit ginjal kronis adalah
berkisar puluhan milyar dolar
Di Amerika Serikat, sekitar 30% dari insiden
kasus ESRD berkaitan dengan hipertensi.
Beberapa penelitian merekomendasikan
pengurangan target tekanan darah pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis akan ttpi
belum cukup bukti.
SUBJEK PENELITIAN
KRITERIA RESTRIKSI
KRITERIA INKLUSI
Semua pasien dalam penelitian ini
adalah berkulit hitam
berusia antara 18 dan 70 tahun,
telah dinyatakan memiliki penyakit
ginjal
kronis
hipertensif
(dengan
tekanan darah diastolik lebih dari 95
mm Hg dan GFR 20 hingga 65 ml per
menit)
SUBJEK PENELITIAN
KRITERIA RESTRIKSI
KRITERIA EKSKLUSI
Diabetes (GDP lebih dari 140 mg per
desiliter, atau GDS lebih dari 200 mg
per desiliter, atau kebutuhan untuk
terapi obat untuk diabetes)
rasio protein- kreatinin lebih dari 2,5
gagal jantung
kontraindikasi untuk pengobatan pada
penelitian ini.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki dua fase
1. fase percobaan awal
2. fase kohort
1. FASE PERCOBAAN
Fase percobaan dilakukan
AWAL
2. FASE
KOHORT
Fase kohort dimulai pada bulan April 2002.
Antara akhir tahap percobaan pada tanggal 30
September 2001, dan awal dari fase kohort, adalah masa
transisi singkat selama fase kohort dirancang. Pasien
dengan ESRD yang belum didiagnosis diundang untuk
mendaftarkan diri dalam fase kohort, mereka menerima
protokol manajemen berdasarkan fase percobaan.
Jika pasien tidak bisa mentolerir terapi ramipril beralih
ke Angiotensin receptor blocker (ARB).
Jika tekanan darah target tidak dicapai dengan toleransi
dosis ramipril, maka obat tambahan ditambahkan,
termasuk furosemid, beta blocker, Ca channel blocker,
alfa adrenergic blockers, dan vasodilator langsung.
Pada awal fase kohort, tekanan darah target kurang dari
140/90 mm Hg diturunkan menjadi kurang dari 130/80
mm Hg pada tahun 2004
SASARAN
Sasaran utama adalah perkembangan dari penyakit ginjal
kronis, yang didefinisikan sebagai peningkatan sebesar dua
kali lipat dari tingkat kreatinin serum, diagnosis ESRD, atau
kematian.
Serum kreatinin dinilai dua kali pada awal dan setiap 6 bulan.
ESRD didefinisikan oleh inisiasi dialisis ginjal atau
transplantasi ginjal.
ANALISIS STATISTIK
ANALISIS STATISTIK
menghitung probabilitas kumulatif dari studi hasil menggunakan
Kurva Kaplan-Meier.
Efek dari tekanan darah target pada fase percobaan dievaluasi
penggunaan
dengan
regresi
proporsional
Cox
dengan
penyesuaian selama lima faktor-faktor dasar tertentu (ekskresi
protein pada urin, usia, jenis kelamin, ada atau tidak adanya
riwayat penyakit jantung, dan tekanan arteri rata - rata).
Diteliti hubungan antara efek dari target tekanan darah dan
tingkat ekskresi protein. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara obat dan tekanan darah target.
HASIL
Pada awal, tekanan darah rata-rata adalah 152/96 mmHg pada kelompok
kontrol intensif dan 149/95 mmHg pada kelompok kontrol standar.
Selama tahap percobaan, tekanan darah secara signifikan lebih rendah pada
kelompok kontrol intensif dibandingkan pada kelompok kontrol standar
(130/78 mm Hg vs 141/86 mm Hg).
HASIL (Contd)
Selama fase kohort, perbedaan tekanan darah cukup kecil, karena semua
pasien memiliki tekanan darah umum target, berarti tekanan darah adalah
131/78 di kelompok kontrol intensif dan 134/78 mm Hg dalam kelompok
kontrol standar.
HASIL (Contd)
HASIL (Contd)
HASIL (Contd)
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dalam kedua fase, tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok dalam
risiko hasil primer (rasio hazard dalam kelompok kontrol intensif, 0,91; P =
0,27). Akan tetapi, efek berbeda sesuai dengan tingkat dasar proteinuria (P =
0,02 untuk interaksi), dengan manfaat penting pada pasien dengan rasio
protein- kreatinin lebih dari 0,22 (rasio hazard, 0,73; P = 0,01).
Beberapa analisis menyarankan agar kontrol tekanan darah intensif akan
bermanfaat dalam pasien dengan proteinuria awal. Secara khusus, terdapat
interaksi signifikan antara proteinuria dan tekanan darah target (P = 0,02
untuk antar tindakan). Meskipun demikian, karena efek dari kontrol tekanan
darah tidak mencapai signifikansi yang baik pada tingkatan proteinuria,
sehingga hasil kelompok dianggap tidak meyakinkan.
Terdapat
kesulitan
untuk
secara
tepat
mengidentifikasi
efek
yang
KESIMPULAN
TERIMAKASIH..