Chapter II 4
Chapter II 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mukosa rongga mulut normal dilapisi oleh lapisan epitel skuamosa dan
memiliki perbedaan topografi yang berhubungan dengan karateristik fisik. Mukosa
rongga mulut dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu mukosa pengunyahan, mukosa lining
dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdiri dari sel epitel yang berkeratinisasi
dan ditemukan pada bagian gingiva, dorsum lidah dan palatal keras. Mukosa lining
terdapat pada bagian dasar mulut, palatal lunak dan sisi ventral/lateral lidah yang
epitelnya adalah tidak berkeratin. Lidah mempunyai mukosa khusus dimana terdiri
dari papila-papila yang berfungsi dalam pengecapan. Mukosa rongga mulut akan
mengalami perubahan seperti hiperplasia atau hiperkeratosis apabila terpapar dengan
bahan-bahan iritan tertentu, dan bila perubahan ini bersifat irreversibel, akan
terjadinya karsinoma.1,20
penelitian, lebih dari 90% kanker mulut adalah karsinoma epidermoid atau karsinoma
sel skuamosa. Diseluruh dunia diperkirakan 378.000 kasus baru kanker mulut yang
didiagnosa pertahun. Dinegara tertentu, seperti Sri Lanka, India, Pakistan dan
Bangladesh kanker mulut merupakan kanker yang paling sering. Di India kanker
mulut dapat mencapai lebih dari 50% dari semua jenis kanker. Pria mempunyai
tingkatan kanker mulut yang lebih tinggi daripada wanita di dunia yaitu pada laki-laki
4% dan wanita 2%. Di Singapura, insiden kanker rongga mulut tertinggi pada wanita
sebesar 5.8 per 100.000 populasi, sedangkan pada laki-laki yang tertinggi berada di
Perancis yaitu 17.9 per 100.000 populasi.24
Kode
8070/3
Verrucous carcinoma
8051/3
8083/3
8052/3
8074/3
8075/3
Adenosquamous carcinoma
8560/3
Carcinoma cuniculatum
8051/3
Lymphoepiteal carcinoma
8082/3
Gambaran KSS untuk yang diferensiasi sedang, berbeda dari satu dengan yang
lainnya, dimana tersusun secara tipikal, sehingga epitel skuamosa juga kurang jelas.
Laju pertumbuhan sel individu lebih cepat dengan pembelahan mitosis yang lebih
meningkat dan bahkan ukuran bentuknya yang lebih bervariasi (Gambar 2).21,25
10
Tabel 2. Sistem penilaian derajat diferensiasi KSS rongga mulut dengan parameter
Bryne.21
Skor
Parameter
morfologi
Derajat
keratinisasi
>50%
20-50%
5-20%
0-5%
berkeratinisasi berkeratinisasi berkeratinisasi berkeratinisasi
Pleomorphisme
inti
Sedikit
Sedang
Banyak
Sangat
banyak
Kumpulan
sel-sel kecil
tersebar luas
dan
berinfiltrasi
Tidak ada
Bentuk invasi
Mendorong,
berbatas tegas
Berinfiltrasi,
bentuk
benang padat
Kumpulan
sel-sel kecil
yang
berinfiltrasi
Infiltrasi
limphoplasmasistik
Berat
Sedang
Ringan
2.1.2 Etiologi
Penyebab karsinoma sel skuamosa yang pasti belum diketahui. Penyebabnya
diduga berhubungan dengan bahan karsinogen dan faktor predisposisi. Kanker rongga
mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari
beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor.
Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja secara terpisah, kombinasi dari berbagai
faktor sering ditemukan bersama-sama. Secara garis besar, etiologi kanker rongga
mulut dapat dikelompokkan atas faktor lokal, faktor luar, dan faktor pejamu (host).2,5
Faktor lokal seperti iritasi kronis umumnya dapat menyebabkan kanker seperti
trauma mekanis dari gigitiruan yang tidak pas, restorasi yang tidak tepat, oral hygiene
yang buruk dan tepi-tepi gigi yang tajam. Faktor luar meliputi kebiasaan merokok
dan minum alkohol. Asap rokok mengandung bahan karsinogen (nitrosamine) dan
alkohol menyebabkan rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut.
11
12
Siklus sel normal dikendalikan oleh suatu kelompok protein yang secara umum
disebut cyclin. Siklus berlangsung melalui fase mitosis (M), gap-1 (G1), sintesis DNA
(fase S), gap-2 (G2), mitosis (M) dan seterusnya. Sel anak hasil mitosis secara teratur
masuk ke siklus dalam fase G1, sebagian sel anak masuk ke fase istirahat (G0). Sel
pada fase G0 dapat aktif kembali masuk ke fase G1 siklus sel. Masuknya kelompok
sel ke fase istirahat, kemudian aktif kembali menyebabkan proses regenerasi tubuh
berlangsung cepat.27
Masing-masing fase memiliki fungsi untuk mengaktivasi dan melengkapi fase
sebelumnya, dan siklus sel akan berhenti jika fungsinya sudah terganggu. Diantara
G1/S terdapat checkpoint untuk memonitor DNA sebelum replikasi dan G2/M untuk
memonitor DNA setelah replikasi. Checkpoint dilakukan oleh Tumor supresor gen
(TSG) salah satunya gen p53 atau dikenal sebagai master guardian of the genome dan
merupakan unsur utama dalam memelihara keseimbangan genetik. Fungsi gen p53
mendeteksi sintesis DNA yang salah atau kerusakan DNA kemudian menginduksi gen
reparasi DNA serta menginduksi apoptosis.27
13
2.2 Onkogen
Onkogen merupakan gen pengatur pertumbuhan yang mengalami perubahan
dalam pengaturan jalur transduksi sinyal-sinyal sel. Mutasi gen ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan produksi atau fungsi protein dalam sel. Onkogen berperan
penting dalam proses karsinogenesis, tetapi tidak cukup untuk mengubah sel-sel
epitel.7
Beberapa onkogen mempunyai implikasi dalam karsinogenesis rongga mulut.
Penyimpangan reseptor faktor pertumbuhan epidermal proto-onkogen (EGFR / c-erb
1), gen anggota keluarga ras, c-myc, int-2, hst-1, PRAD -1, dan bcl-1 diyakini
berkontribusi terhadap perkembangan kanker.7
Deregulasi faktor pertumbuhan terjadi selama karsinogenesis rongga mulut,
melalui peningkatan produksi dan stimulasi autokrin. Penyimpangan ekspresi dari
Transforming growth factor (TGF-) dilaporkan terjadi pada awal karsinogenesis
rongga mulut. Penyimpangan ini terjadi pertama kali pada epitel hiperplastik dan
kemudian pada infiltrasi sel-sel radang karsinoma. TGF- merangsang proliferasi sel
dengan mengikat EGFR secara autokrin dan parakrin.7,26
14
2.2.1
Onkogen
saja
tidak
cukup
sebagai
inisiator
proses
karsinogenesis.
Transformasi sel premalignan menjadi sel ganas terjadi akibat inaktivasi gen penekan
tumor, dan dianggap sebagai penyebab utama dalam perkembangan keganasan. Gen
penekan tumor paling sering diinaktivasi melalui mutasi titik, penghapusan, dan
penyusunan ulang salinan gen.7,26
Salah satu gen penekan kanker adalah gen p53 yang merupakan pelindung
siklus sel. Gen p53 berperan dalam pengaturan siklus sel dengan mengontrol
sejumlah gen termasuk gen apoptosis jika kerusakannya berat. Rekonstitusi jalur
apoptosis oleh p53 dapat terjadi dengan mentransfer gen p53 wild type rekombinan
pada sel kanker yang mengekspresi p53 null atau mutan. Bila sel terluka, p53 dalam
inti memicu sel untuk melakukan arrest pada perbatasan G1/S dengan menginduksi
penghambat CDK (cyclin D kinase) dan sistem perbaikan DNA terlebih dahulu
menghilangkan luka tersebut sebelum sel memasuki fase S tanpa adanya DNA yang
rusak. Program arrest dan apoptosis ini tergantung pada lingkungan fisiologik
ataupun jenis sel. Oleh karena itu kehilangan fungsi gen p53 ini merupakan penyebab
munculnya malignansi. Inaktivasi gen p53 ini biasanya terjadi dalam dua tahap yakni
inaktivasi pada satu alel oleh mutasi titik atau delesi kecil dan berikutnya adalah
kehilangan alel normal oleh delesi segmen kromosom. Inaktivasi alel pertama dapat
terjadi pada sel somatik maupun sel germ. Gen ini juga disebut guardian of the cell.
Sel yang tidak memiliki p53 menunjukkan ketidakstabilan genom dan memperbesar
karsinogenesis.7
2.3 Nukleus
Nukleus (Gambar 5) sering dikenal sebagai inti sel. Nukleus pertama kali
dikenalkan oleh Brown pada tahun 1831 yang mengamati sel-sel tumbuhan. Struktur
nukleus sel tumbuhan (eukariot) mempunyai inti sel yang jelas ketika diamati, karena
bahan-bahan
inti
yang
ada
di
dalam
nukleus
dibatasi
oleh membran
15
Nukleus memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sebuah sel.
Peranan nukleus dalam hal ini adalah untuk mengatur dan mengontrol segala aktifitas
kehidupan sel serta membawa informasi genetik yang diturunkan ke generasi
berikutnya. Informasi genetik ini disimpan dalam suatu molekul polinukleutida yang
disebut DNA (Deoxyribonucleic acid). DNA pada umumnya tersebar di dalam
nukleus sebagai matriks seperti benang yang disebut kromatin. Ketika sel akan
memulai membelah, kromatin akan berkondensasi membentuk struktur yang lebih
padat dan memendek yang selanjutnya disebut kromosom. Kromosom tersusun atas
molekul DNA dan protein histon. Struktur di dalam nukleus yang merupakan tempat
berkonsentrasinya molekul DNA adalah nukleolus (anak inti.). Nukleolus berperan
sebagai tempat terjadinya sintesis molekul RNA (Ribonucleic acid) dan ribosom. RNA
merupakan hasil salinan DNA yang akan ditransfer ke sitoplasma untuk
diterjemahkan menjadi rantai asam amino yang disebut protein.28
16
2.3.1 Nukleolus
Struktur nukleolus (anak inti) pada pengamatan mikroskop elektron terlihat
sebagai sebuah atau lebih bangunan basofil yang berukuran lebih besar dari ukuran
butir-butir kromatin.28
Nukleolus merupakan tempat berlangsungnya transkripsi gen, dimana molekul
rRNA diproses. rRNA adalah salah satu jenis RNA yang merupakan materi penyusun
ribosom. Molekul rRNA yang baru terbentuk, akan segera dikemas bersama protein
ribosom untuk dikeluarkan dari inti sel. Transkripsi molekul rRNA di dalam
nukleolus menjamin pembentukan molekul ribosom pada sitoplasm. Di dalam
nukleolus, terdapat sejumlah potongan-potongan DNA (rDNA) yang ditranskripsi
menjadi rRNA secara berulang-ulang, dan berlangsung cepat dengan bantuan
enzim RNA polymerase I. Potongan-potongan DNA tersebut dinamakan nucleolar
organizer. Kandungan RNA dalam nukleolus jika dibanding dengan bagian lain dari
inti sel adalah tidak tetap, yaitu diperkirakan 5%-20%.28,29
17
18
untuk
mencegah
produksi
ribosom
dan
tumorigenesis,
serta
19
Pewarnaan AgNOR (prosedurnya dirujuk pada muka surat 32) ini dengan
mudah dapat dilakukan pada jaringan yang difiksasi dengan formalin, dan digunakan
untuk mengevaluasi morfologi dan kinetika sel dalam biopsi dengan ukuran yang
kecil.16 Marker kanker AgNORs dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan
proliferasi melalui bercak AgNORs pada daerah inti atau Nucleolar Organizer
Regions (NORs) lengkung DNA ribosom yang ditranskripsikan menjadi RNA
ribosomal dengan bantuan RNA polymerase.31
Pengamatan sejumlah parameter AgNOR (jumlah, ukuran dan distibusi) dapat
digunakan dalam patologi sel kanker untuk kepentingan diagnostik maupun
prognostik. Jumlah, ukuran dan distribusi AgNOR dalam nukleus dapat digunakan
untuk memdeteksi dan memprediksi prognosis sejumlah neoplasia, seperti kandung
kemih, karsinoma faring, dan lesi pada kulit.16,31 AgNOR diamati dengan mikroskop
cahaya sebagai titik-titik hitam. Pengamatan AgNOR secara kuantifikasi dan
kualitatif lebih tepat dengan menggunakan metode morfometrik, dimana AgNORnya
diperbesarkan dengan skala geometrik tertentu sehingga gambarannya kelihatan lebih
jelas.19
Penelitian menunjukkan AgNOR dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
aktifitas biologis pada karsinoma sel skuamosa. AgNOR juga digunakan pada oral
submukus fibrosis untuk memperkirakan perilaku biologis oral submukus fibrosis,
yang dapat dihubungkan dengan gradasi histologi klinis. Ketertarikan para ahli pada
protein AgNOR meningkat sekitar tahun 1980-an diikuti dengan observasi bahwa sel
ganas memiliki jumlah AgNOR yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel yang jinak
atau sel normal.34 Pada penelitian Salehinejad, dkk. (2007), sel ganas menunjukkan
jumlah AgNOR yang lebih banyak dan bentuk tidak beraturan, sedangkan sel jinak
memiliki AgNOR yang lebih sedikit dengan bentuk yang teratur.35 Pada sel normal,
hanya satu atau dua titik AgNOR yang dilihat sebagai titik-titik yang padat. Bagi selsel normal (Gambar 6) yang semakin bergerak menuju ke sel displastik dan sel-sel
ganas, jumlah DNA semakin meningkat berserta dengan peningkatan jumlah titik
AgNOR. Sel-sel ganas mempunyai derajat diferensiasi yang berlainan yang dimana
mempunyai nilai AgNOR yang berbeda. AgNOR yang ditemukan pada sel ganas
20
diferensiasi baik (Gambar 7) mempunyai nilai AgNOR yang rendah dibanding dengan
sel ganas yang diferensiasinya sedang (Gambar 8), buruk (Gambar 9) atau
undifferentiated (Gambar 10). Ini karena derajat diferensiasi secara umum
berhubungan dengan tingkat keganasan dan proliferasi sel, sehingga tumor yang
derajat diferensiasinya buruk akan mempunyai tingkat proliferasi yang lebih tinggi
yang tercermin dari nilai AgNOR yang lebih tinggi.36,37,38 Saat ini, berbagai studi
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan menemukan penanda keganasan dari titiktitik AgNOR. Hal ini dilakukan karena teknik ini mudah dilakukan, murah, cepat dan
menghasilkan informasi yang akurat tentang perkembangan keganasan.35
21
Gambar
22
23
Nukleus
Nukleolus
Nucleolus Organizer Region (NOR)
NOR associated protein (NORAPs) yang bersifat
asam berhubungan dengan transkripsi RNA
ARF normal dan Nucleophosmin
dalam keadaan terkontrol
Sel Normal
Perbaikan
DNA
berhasil
(reversible)
Bahan iritan /
karsinogenik
Faktor lokal
Faktor luar
Proliferasi
Apoptosis (-)
Displasia
Perbaikan DNA yang terhambat semakin banyak
24
Nukleus
Nukleolus
Nucleolus Organizer Region (NOR)
NOR associated protein (NORAPs) yang
bersifat asam berhubungan dengan
transkripsi RNA
ARF normal dan Nucleophosmin
dalam keadaan terkontrol
Bahan iritan /
karsinogenik
Faktor lokal
Faktor luar
Sel Normal
Perbaikan
DNA
berhasil
(reversible)
Proliferasi
Apoptosis (-)
Displasia