Pengolahan Limbah
Bakteri aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi.
Oleh karena itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbahlimbah cair yang dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri
aerob memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia
memerlukan temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang
diinginkan.
2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor
aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS).
Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi
tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.
3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan
60-90 persen.
4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun,
stabilitas proses terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai
tinggi.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur
srta membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya
dipergunakan pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang
dilaksanakan
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara
biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut.
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi
6 bagian antara lain:
Aerobik
Anaerobik
Fakultatif
Kimiawi lannya
Cara Aerobik
Air limbah + udara (O2) Air lebih aman + lumpur + bau + energy (sedikit)
Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga member hidup bagi bakteri untuk
penguraian.
2. Cara anaerobic
Air limbah Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau
sedikit udara.
Kelemahannya bau yang kuat.
Proses pengolahannya lebih lama.
Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.
Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak
bergerak.
Contohnya pada septic tank.
Cara fakultatif
organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob,
kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di
dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami,
difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air
secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan
aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray
aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser.
Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung
(bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau
kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
lumpur aktif yang terbentuk oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik,
dan polimer exoselular. Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel
bakteri dan flok kecil, menempel pada permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif
dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat agregasi bakteri dan mekanisme adesi.
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi flok tergantung pada
hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok, dan
tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor
lumpur anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu instalasi pengolah air limbah
industri tekstil dapat digolongkan ke dalam limbah berbahaya karena mengandung logam
berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri
yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap
oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida
dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi.
Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium,
Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium,
dan Acinetobacter,disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu
Sphaerotilusdan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian
besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies ComamonasPsudomonas. Caulobacter,bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin
bahan organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur
aktif .
Zoogloeaadalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi
khas seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan
organik . Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol,
pati, atau m-toluate sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap
pengolahan limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour
(Williams dan Unz, 1983).
yang dapat dideteksi pada konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau
ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik hanya sedikit
berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di
lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya
(senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logamlogam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti
pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang
bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai
bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis
mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi
melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk
mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.
Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien
dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama
kali dipatenkan adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat mengoksidasi
senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut
tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan
yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut
belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai
komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk
mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan
di lingkungan.
1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas
pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi
partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge.
Sedangkan air yang mengalir keluar disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki
karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan mengkoksidasi bahan organik yang
terdapat effluent.
2. Di dalam tangki ini, air disemprotkan di atas batu atau plastik yang ditutupi dengan
biofilm mikroba pendegradasi sampah yang secara aktif mendegradasi bahan organik
dalam air.
3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang
mengandung sejumlah besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada
lingkungan yang dikontrol
4. Effluentdidesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.
5. Sludgedialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob
yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan
tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu
menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil.
6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau
pupuk.
Groundwater clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut
mencemari air dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara
bioremidiasi ex situ (bagian atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam
tanah).
1. Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah
menggunakan bioreaktor dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm
bakteri ini mendegradasi polutan pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada
bioreaktor
2. Bioremidiasi in-situ.
Air bersih hasil dari
bioreaktor yang terdiri
atas pupuk, bakteri dan
oksigen dikembalikan
Teknik
bioremediasi
menciptakan lingkungan
yang terkontrol untuk
memproduksi enzim
yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan dasar dari proses biologis
yaitu :
1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan
karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa
target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban
dan pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme
pendegradasi.
Tanpa adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara
menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi.
Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung.
Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi,
suatu kondisi yang tidak akan pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau
rantai makanan akan terputus.
Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti
berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon,
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASI
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan
demikian mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi
hidrokarbon, perlu dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan
penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor
lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan, temperature, oksigen, dan nutrient yang
tersedia.
1. Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran
nutrient, enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan
terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif.
Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran
pasir ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung
dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi
nutrien dan substrat di dalam tanah.
2. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et. al.
(2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan
yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol
mikroorganisme pathogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan
meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun
dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat.
Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang
adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya
oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan
oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b)
tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya
oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
4. Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan
keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya
dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses
degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
5. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas
mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur
mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme.
Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga
tidak ada energy yang dihasilkan.
C. BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk
menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk
menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah.
Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi
yang berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam
dan bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah
phytoremediasi. Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan
diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa
dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme
eksogen (biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen
(bioaugmentasi). Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu
degradasi yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka
mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya
konsentrasi
kontaminan
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
indogenus.
BIO-TRENT juga dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.
Keunggulan
1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organik
Bakteri BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja sendirisendiri atau bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam keadaan
ekstrim, membuat bakteri BIO-TRENT lebih cepat mengurai dibanding bakteri
alami yang ada di air limbah. Setiap bakteri mengurai dengan bantuan zat (enzim)
yang dihasilkan. Bakteri BIO-TRENT yang beragam (kompleks) akan
menghasilkan enzim pengurai yang beragam pula, sehingga kemampuan
penguraiannya lebih tinggi dibanding bakteri lain.
2.
Mencegah bau
besar produk yang terdapat dalam urin). Penting sekali untuk menghilangkan amonium
dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau laut karena kadar ammonium yang
terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Tanah dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta
menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang terkontaminasi limbah minyak
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep.
MenLH 128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan
terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran dan penyerapan minyak kedalam tanah.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut
telah banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam
mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill),
menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) dan
memadatkan limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari
segi biaya (cost effective technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk).
DAFTAR PUSTAKA
Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc.
Brock. TD. Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed.
Prentice-
HallInternational, Inc.
Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology.
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB.