Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN BAKTERI NITROBACTER SP SEBAGAI UPAYA

BIODEGRADASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Posted November 9, 2011 by aguskrisno
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara.
Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba.
Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan
organism atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian
dari mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam
lingkungan adalah mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri
dari air, udara, dan tanah. Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang mempelajari
kehidupan dan peranan mikroorganisme di dalam lingkungan air. Peranan mikroba dalam
air dapat dipakai dalam bidang kesehatan, bidang pertanian, bidang peternakan, bidang
industri, bidang pengairan, bidang pengolahan air. Mikrobiologi tanah adalah bagian
disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan peranan
mikroorganisme di dalam tanah.
Perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad
yang secara langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga
baik jasad yang secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh
lingkungan.
NITROBACTER
Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah jumlahnya sangat
sedikit,namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen
bersenyawa membentuk urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik
seperti amoniak, nitrit dan nitrat.
Meskipun kebutuhan N2 sangat penting, namun hanya sedikit organisme yang dapat
mengikat N2 dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu yang bersimbiosis
dengan tmbuhan tingkat tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Sedangkan tumbuhan lainnya
memperoleh senyawa nitrogen melalui suplai N2 atau daur nitrogen. N2 diserap oleh
tumbuhan dalam bentuk nitrat melalui proses Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri
Nitrosomonas, Nitrococus dan Nitrobacter.
Bakteri yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut
bakteri nitrifikasi. Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah nitrit
menjadi gas nitrogen yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap
untuk memulai daur lagi.
Nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit
menjadi nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae. Spesies nitrobacter

meliputi Nitrobacter winogradskyi, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris,


Nitrobacter alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari
Proteobacteria.Tidak seperti pada tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis
menyedisakan energi untuk fiksasi karbon, Nitrobakter menggunakan energi dari oksidasi
ion nitrit ( NO2 ) menjadi ion nitrat ( NO3 ) untuk memenuhi kebutuhan karbonnya.
Nitrobacter memiliki pH optimum antara 7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120F
(49C) atau di bawah 32F (0C). Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada
suhu 38C dan pH 7,9. Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal
pada suhu 28C dan ph antara 5,8-8,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8
(Grundman et. al. 2000, Holt, 1993). Nitrobakter termasuk bakteri aerob, pada umumnya
berbentuk batang, seperti pir atau pleomorfhic dan berkembang biak dengan budding.
Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan senyawa beracun
bagi koi. Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan senyawa Nitrat.
Melihat keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu bersama dalam
kolam. Walaupun berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit dua kali
kadar ammonia.
Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses nitrifikasi. Koi melakukan
respirasi dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung ammonia. Begitu juga sisa
pakan, kotoran di dasar kolam, atau koti mati yang lama tidak diangkat. Semuanya
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar ammonia dalam kolam. Ammonia
diuraikan nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus berikutnya adalah nitrobacter yang
mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat diserap tumbuhan air atau
menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.
Karakteristik
Nitrosomonas dan nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka
membutuhkan oksigen dan makanan untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan
permukaan yang keras dan bersih. Kedua jenis bakteri tersebut termasuk lama dalam
replikasi dibanding bakteri lain yang ada. Pada kolam air tawar, bakteri membutuhkan
waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan untuk air laut lebih lama lagi, sekitar 24
jam.
Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan memanfaatkan
aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah,
menjadi zat norganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap
lingkungan. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang
tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah.Dalam kapasitas yang
terbatas alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang ada dalam air limbah.
Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara sangat terbatas,
walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Pemenuhan oksigen dapat dibantu
dengan peralatan mekanis (aerator), aliran udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia
itu sendiri (algae).

Pengolahan Limbah
Bakteri aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi.
Oleh karena itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbahlimbah cair yang dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri
aerob memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia
memerlukan temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang
diinginkan.
2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor
aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS).
Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi
tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.
3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan
60-90 persen.
4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun,
stabilitas proses terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai
tinggi.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur
srta membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya
dipergunakan pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang
dilaksanakan
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara
biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut.
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi
6 bagian antara lain:

1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)


2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)
Cara Pengolahaan Limbah Air
Bahan padat yang mudah mengenda adalah bahan yang kurang begitu penting pada
pengolahan ini pengurangan kebutuhan akan oksigen dapat dilaksanakan dangan baik
memulai pengendapan. Pengendapan pada tangki pertama menyebabkan pertama
menyebabkan perubahan loktasa menjadi laktat secara cepat dan menyulitkan pengolahan
terhadap keduanya.
Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam tangki aerasi.
2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna makanan selama proses
asimilasi dan memerluukan oksigen dalam waktu yang lama

Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah


Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya menjadi air yang sudah
dikurangi pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya lumpur, bau, serta
sedikit panas(energy).
Air Limbah Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :

Aerobik
Anaerobik
Fakultatif
Kimiawi lannya
Cara Aerobik

Air limbah + udara (O2) Air lebih aman + lumpur + bau + energy (sedikit)

Bakteri aerob yang menguraikan air limbah.


Bakteri aerob dapat hidup karena ada udara.

Sehingga diperlukan unit tambahan aerator, atau kolam aerob.


Prosesnya lebih cepat.
Biaya lebih mahal karena harus mengoperasikan aerator.
Contohnya pada terjunan/bending air sungai yang tercemar.

Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga member hidup bagi bakteri untuk
penguraian.
2. Cara anaerobic
Air limbah Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau
sedikit udara.
Kelemahannya bau yang kuat.
Proses pengolahannya lebih lama.
Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.
Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak
bergerak.
Contohnya pada septic tank.

Cara fakultatif

Air limbah air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas


Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob dan sebagian waktu lain
menggunakan cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara aerob diperlukan waktu 10
jam untuk mengperasikan aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup dioperasikan
4jam/hari(aerator tidak hidup terus-menerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara
anaerob. Sehingga dicapai hasil yang optimum. Contohnya adalah IPAL (Instalasi
pengolahan air limbah)
Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak
antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen
di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang
mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya
oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat
bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat

organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob,
kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di
dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami,
difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air
secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan
aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray
aerator.

Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser.
Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung
(bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau
kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.

Aerasi secara mekanikatau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation


menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya
kontak antara air dengan udara.

Metode Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah

Merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah


massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai
oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain
berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan
untuk memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi
lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu.
Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan
baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga
dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan
sistem sebelumnya operasi sistem ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri
dengan karakteristik khusus.
Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :
Membutuhkan energi yang besar
Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa
mikroba dalam reaktor
Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.
Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah tergantung pada pembentukan flok

lumpur aktif yang terbentuk oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik,
dan polimer exoselular. Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel
bakteri dan flok kecil, menempel pada permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif
dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat agregasi bakteri dan mekanisme adesi.
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi flok tergantung pada
hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok, dan
tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor
lumpur anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu instalasi pengolah air limbah
industri tekstil dapat digolongkan ke dalam limbah berbahaya karena mengandung logam
berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri
yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap
oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida
dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi.
Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium,
Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium,
dan Acinetobacter,disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu
Sphaerotilusdan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian
besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies ComamonasPsudomonas. Caulobacter,bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin
bahan organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur
aktif .
Zoogloeaadalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi
khas seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan
organik . Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol,
pati, atau m-toluate sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap
pengolahan limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour
(Williams dan Unz, 1983).

Flok lumpur aktif juga


merupakan
tempat
berkumpulnya
bakteri
autotrofik seperti bakteri
nitrit
(Nitrosomonas,
Nitrobacter), yang dapat
merubah amonia menjadi
nitrat dan bakteri fototrofik
seperti bakteri ungu non
sulfur (Rhodospilrillaceae),

yang dapat dideteksi pada konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau
ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik hanya sedikit
berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di
lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya
(senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logamlogam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti
pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang
bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai
bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis
mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi
melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk
mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.
Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien
dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama
kali dipatenkan adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat mengoksidasi
senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut
tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan
yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut
belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai
komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk
mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan
di lingkungan.

Cara bioremediasi air


Wastewater treatment (Pengolahan limbah cair)

1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas
pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi
partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge.
Sedangkan air yang mengalir keluar disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki
karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan mengkoksidasi bahan organik yang
terdapat effluent.
2. Di dalam tangki ini, air disemprotkan di atas batu atau plastik yang ditutupi dengan
biofilm mikroba pendegradasi sampah yang secara aktif mendegradasi bahan organik
dalam air.
3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang
mengandung sejumlah besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada
lingkungan yang dikontrol
4. Effluentdidesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.
5. Sludgedialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob
yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan
tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu
menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil.
6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau
pupuk.
Groundwater clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut
mencemari air dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara
bioremidiasi ex situ (bagian atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam
tanah).
1. Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah
menggunakan bioreaktor dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm
bakteri ini mendegradasi polutan pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada
bioreaktor

2. Bioremidiasi in-situ.
Air bersih hasil dari
bioreaktor yang terdiri
atas pupuk, bakteri dan
oksigen dikembalikan

lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).

Turning wastes into


energy
Pada waktu
proses bioremidiasi,
bakteri anaerobik
menghasilkan soil
nutrients dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan
sebagai bahan bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk.
Contoh. Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri
anerobik laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk
mengoksidasi molekul organik dalam endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena
bakteri ini menggunakan reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan
sedimen elektron ditangkap oleh elektroda elektroda ini berfungsi mentransfer
elektron ke generator arus listrik.

Teknik
bioremediasi
menciptakan lingkungan
yang terkontrol untuk
memproduksi enzim
yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan dasar dari proses biologis
yaitu :
1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan
karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa

target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban
dan pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme
pendegradasi.
Tanpa adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara
menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi.
Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung.
Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi,
suatu kondisi yang tidak akan pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau
rantai makanan akan terputus.
Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti
berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon,
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir
metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama.
B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASI
Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan
demikian mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi
hidrokarbon, perlu dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan
penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor
lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan, temperature, oksigen, dan nutrient yang
tersedia.
1. Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran
nutrient, enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan

terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif.
Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran
pasir ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung
dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi
nutrien dan substrat di dalam tanah.
2. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et. al.
(2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan
yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol
mikroorganisme pathogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan
meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun
dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat.
Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang
adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya
oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan
oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b)
tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya
oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.
4. Nutrien
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan
keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya
dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses
degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.
5. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas
mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur
mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme.
Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga
tidak ada energy yang dihasilkan.

C. BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk
menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk
menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah.
Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi
yang berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam
dan bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah
phytoremediasi. Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan
diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa
dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme
eksogen (biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen
(bioaugmentasi). Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu
degradasi yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka
mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya
konsentrasi

kontaminan

menghambat

pertumbuhan

mikroorganisme

indogenus.

Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan keragaman jalur degradasi hidrokarbon


terutama untuk mempercepat proses degradasi hidrokarbon poliaromatik. Keberhasilan
aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan jumlah mikroorganisme yang berperan
dalam proses degradasi serta daya tahan mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang
tercemar. Walter (1997) menyatakan bahwa untuk memperoleh strain mikroorganisme
ataupun konsorsium mikroorganisme yang tepat bagi aplikasi bioaugmentasi ada tiga
pilihan metode yang bisa dilakukan, yaitu : pengkayaan selektif, penggunaan produk
mikroorganisme komersial atau rekayasa genetika.

BIO TRENT LIMBAH


Adalah kultur campuran berbagai mikroorganisme yang mampu mengurai
berbagai senyawa organik di dalam air limbah. Kandungan BIO-TRENT adalah :
Mikroorganisme seperti Lactobacillus, Actinomycetes, Bakteri Nitrifikasi, Bakteri Pelarut
Fosfat, Bakteri Fotosintetik, Zat Penghilang Bau dan Jamur Fermentasi. Di samping itu,

BIO-TRENT juga dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.
Keunggulan
1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organik
Bakteri BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja sendirisendiri atau bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam keadaan
ekstrim, membuat bakteri BIO-TRENT lebih cepat mengurai dibanding bakteri
alami yang ada di air limbah. Setiap bakteri mengurai dengan bantuan zat (enzim)
yang dihasilkan. Bakteri BIO-TRENT yang beragam (kompleks) akan
menghasilkan enzim pengurai yang beragam pula, sehingga kemampuan
penguraiannya lebih tinggi dibanding bakteri lain.
2.

Mencegah bau

Actinomycetes adalah bakteri yang mampu menghasilkan zat penghilang


bau tak sedap. Dengan tumbuhnya bakteri ini di dalam sistem sudah dipastikan
bau tak sedap dapat dicegah. Instalasi air limbah banyak menggunakan bahan
terbuat dari logam. Seperti pompa dan blower. Logam bersifat mudah terkorosi,
apalagi terkena H2S dan CO2 agresif. H2S dalam bentuk tak terionisasi bersifat
sangat toksik dan korosif. H2S dan CO2 dapat berasal dari dekomposisi bahan
organik oleh bakteri tertentu. Kerugian yang diderita perusahaan/instansi dengan
kerusakan tersebut sangatlah besar. Untuk mencegah korosi atau karat pada
instalasi pengolahan air limbah, dibutuhkan bakteri yang mampu mencegah
terjadinya proses penguraian yang menghasilkan H2S dan CO2 agresif. Bakteri
tersebut ada di dalam produk BIO- TRENT.
3.

Menghambat pertumbuhan bakteri patogen


Bakteri patogen (penyebab penyakit) diantaranya E. coil (penyebab
penyakit diare), Legionella pneumophilla (penyebab penyakit pernapasan akut),
Leptospira (penyebab penyakit leptospirosis), Shigella (penyebab penyakit

disentri) Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera). Dan bakteri penyebab


penyakit lainnya. Untuk menghambat tumbuhnya bakteri-bakteri tersebut di
dalam air limbah, maka perlu kita hidupkan bakteri BIO-TRENT di dalam system.
Bakteri Lactobacillus di dalam BIO-TRENT mampu menghasilkan antibiotik
alami (zat) pembunuh bakteri patogen.
PERKEMBANGAN TECHNOLOGI BIOREMEDIASI
Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau
bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari
aspek komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif
lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan
bioremediasi umumnya menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri)
sebagai agen bioremediator. Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan
kecepatan biotransformasi ataupun biodegradasi adalah dengan cara:
a. Seeding, atau mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi instrinsik) dan/atau penambahan mikroorganisme exogenous
(bioaugmentasi) dan
b. Feeding, atau dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Langkah-langkahnya Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air
dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah
dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur
yang disebut sludge.Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang
mengandung bakteri anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan
gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah
dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge,
juga membantu menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil. Sludge ini
kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk. Ilmuwan
telah menemukan bakteri yang disebut Candidatus Brocadia Anammoxidans yang
memiliki kemampuan untuk mendegradasi ammonium pada suasana anaerob (sebagian

besar produk yang terdapat dalam urin). Penting sekali untuk menghilangkan amonium
dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau laut karena kadar ammonium yang
terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi lingkungan.

Tanah dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta
menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang terkontaminasi limbah minyak
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep.
MenLH 128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan
terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran dan penyerapan minyak kedalam tanah.
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut
telah banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam
mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill),
menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) dan
memadatkan limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari
segi biaya (cost effective technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk).

DAFTAR PUSTAKA
Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc.
Brock. TD. Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed.

Prentice-

HallInternational, Inc.
Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology.
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB.

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common Teksbook).Biologi FPMIPA UPI, IMSTEP.


Moat, A.G. & Foster, J.W. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons
Nicklin. J.K. Graeme-Cook. T. Paget & R. Killington. 1999. Instans Notes in
Microbiology. Springer Verlag. Singapore Pte, Ltd.
Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The Benjamin
Cummings Publishing Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai