Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Bangun Sasongko
P 10220206048
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel,
Stenosis pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.
1. Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel
kiri) dengan bilik kanan (ventrikel kanan)
2. Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik
kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan
3. Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan :,penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras
(karena jalan keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif , makin lama makin berat.
B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor factor
tersebut antara lain :
Faktor Endogen
1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin,
jamu)
2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3. Pajanan terhadap sinar X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap
faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
C. PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot merupakan kelainan Empat Sekawan yang terdiri dari defek
septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel
kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel
subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat
dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi
aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis
pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada
tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding
aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda
ventrikel kanan.
Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan
bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum
ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya,
tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum
infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum
antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi
infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah
didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel
kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi
fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang
berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi
tekanan sistemik
Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis
ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan
arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan
adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa
pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan.
Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini
menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi
ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping
itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan,
kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabangcabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya.
Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries )
D. PATWAY
Terpapar faktor endogen & eksogen
selama kehamilan trimester I-II
Kelainan jantung kongenital sianotik : Tetralogi fallot
Stenosis pulmonal
Obstruksi >>> berat
Overiding aorta
Aliran
darah paru
O2 dlm darah
Hipertrofi
vent kanan
Percampuran darah
kaya O2 dg CO2
Hipoksemia
Kongestif
vena
Oedema
perifer
Aliran darah
aorta
Kelemahan tubuh
Hipoksemia
Peningkatan
volume cairan
tubuh
Kompensasi
Bayi/ anak cepat lelah :
jika menetek,berjalan,
beraktifitas
Polisitemia
Trombosis
Perdarahan
PK : Embolisme paru
Intoleransi aktivitas
tubuh
I. PK : Syok Hipovolemik
II. Gangguan perfusi jaringan
Cemas
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Sianosis muncul setelah beberapa bulan : jarang tampak pada saat lahir dan
bertambah berat secara progresif
2. Serangan hipersianotik
a. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
b. Sianosis akut
c. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan
pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada
35 % kasus)
3. Jari tubuh ( Clubbing finger )
4. Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat setelah beberapa tahun
mengalami sianosis dan polisitemia berat
5. Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan
meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik
6. Gagal tumbuh
7. Anemia menyebabkan perburukan gejala
a. Penurunan toleransi terhadap latihan
b. Peningkatan dispneu
c. Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismal
d. Asidosis
e. Murmur ( sistolik dan continue )
f. Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihan
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia,
atau sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah
H. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam
spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan
curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik
membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
ASUHAN KEPERAWATAN
TETRALOGI FALLOT
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnese
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin,
jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar X
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali.
c. Riwayat psikososial/ perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
Tanda
2) Sirkulasi
Gejala
: Takikardi, disritmia
Tanda
3) Eliminasi
Tanda
4) Makanan/ cairan
Tanda
Gejala
5) Hiegiene
Tanda
6) Neurosensori
Tanda
Gejala
7) Nyeri/ keamanan
Tanda
Gejala
8) Pernafasan
Tanda
Gejala
9) Nyeri/ keamanan
Tanda
Gejala
2. Pemeriksaan penunjang
a.
b.
Radiologis
d.
e.
Katerisasi jantung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis, serangan
sianotik akut)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan
dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
5. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7. Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/ prognosis penyakit anak b.d
kurangnya paparan informasi
8. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi tentang
penyakit
C. INTERVENSI
1. Dx I
Tujuan
kembali lancar
NOC
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
b. Oksigen yang adekuat
c. Memelihara kebersihan paru
d. Bebas dari tanda distress pernafasan
e. TTV dalam rentang normal
Indicator skala :
1 = Selalu menunjukan
2 = Sering menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Jarang menunjukan
5 = tidak pernah menunjukan
NIC
: Respiratory Monitoring
Intervensi :
a. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b. Monitor suara napas
c. Auskultasi suara napas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
d. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas
e. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
f. Monitor TTV
2. Dx II : Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder
dengan adanya malformasi jantung
Tujuan
NOC
: Status Sirkulasi
Kriteria Hasil :
a. Sistolik dan diastolik dalam batas normal
b. Denyut jantung dalam batas normal
c. Oedem perifer tidak ada
: Regulasi Hemodinamik
Intervensi :
a. Pantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna
ekstremitas
b. Pantau dan dokumentasikan denyut jantung, irama dan nadi.
c. Pantau asupan/ haluaran urin, dan berat badan pasien dengan tepat
d. Minimalkan/ hilangkan stressor lingkungan
e. Pasang kateter jika diperlukan
3. Dx III : Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi ( anoxia kronis,
serangan sianotik akut)
Tujuan
Noc
Kriteria Hasil
: Perawatan sirkulasi
Intervensi :
a. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif
Tujuan
NOC
Kriteria Hasil
a. Asupan nutrisi.
b. Asupan makanan dan cairan.
c. BB meningkat.
d. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
e. Stamina
Indicator Skala :
1 = Tidak pernah menujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan
NIC
Intervensi :
NIC I
: Nutrition Management
a. Kaji BB
b. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
c. Berikan makanan tinggi Na.
d. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi
apabila dianjurkan.
NIC II : Nutrition terapi
: Penigkatanvolumecairantubuhb.dkongestifvena
: Fluid Balance
Kriteria Hasil
: Fluid/Electrolyte management.
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien.
b. Kaji tanda-tanda vital.
c. Monitor tanda dan gejala peningkatan retensi urine.
d. Pantau masukan dan keluaran urine serta hitung keseimbangan cairan.
e. Berikan/batasi ciaran tergantung pada status volume cairan.
f. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan ( Diuretik)
6. Dx VI
: Intoleransi
oksigen
Tujuan
: Activity Therapy
Intervensi :
a. Tentukan kesedian pasien untuk meningkatkan aktivitas sesuai kondisi
fisik
b. Bantu pasien untuk memilih aktivitas yang sesuai kondisinya
c. Bantu pasien untuk fokus dalam melakukan aktivitasnya
d. Monitor emosiaonal, fisik dan spiritual terhadap aktivitas
e. Bantu keluarga memonitor peningkatan aktivitas ke arah tujuan
7. Dx VII
Tujuan
NOC
Kriteria Hasil :
a. Mendeskripsikan proses penyakit
b. Mendeskripsikan factor penyebab
c. Mendeskripsikan factor resiko
NIC
Intervensi :
a. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan
untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)
b. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol
proses penyakit.
e. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.
8. Dx VIII
Tujuan
5 = Selalu dilakukan
NIC
: Anciety Reduction
Intervensi
a. Tenangkan pasien dan keluarga
b. Berikan informasi pada pasien dan kelurga tentang diagnosa, prognosis
dan tindakan
c. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
d. Berusaha memahami keadaan pasien dan keluarga
e. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
f. Tentukan kemampuan pasien dan kelurga untuk mengambil keputusan
D. EVALUASI
No
Kriteria hasil
Indikator skala
1 = Selalu menunjukan
2 = Sering menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Jarang menunjukan
5 = Tidak pernah
menunjukan
1 = Ekstrem
2 = Kuat
3 = Ringan
4 = Sedang
5 = Tidak ada gangguan
1 = Ekstrem
2 = Berat
4 = Ringan
5 = Tidak terganggu
a. Asupan nutrisi.
b. Asupan makanan dan cairan.
1 = Tidak pernah
menujukkan
c. BB meningkat.
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
e. Stamina
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan
5
1 = Tidak pernah
menujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan
1 = Selalu menunjukan
2 = Sering menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Jarang menunjukan
5 = Tidak pernah
menunjukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
e. Mendeskripsikan komplikasi
5 = Selalu dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
kecemasan
d. Menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan kecemasan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1, Jakarta: Fakultas kedokteran UI
Carpenito J.Lynda,2001, Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta: EGC
Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincotto
Philladelphia: New York
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan Anak,Jakarta: EGC
Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta: EGC
Samik Wahab, 1996. Kardiologi Anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,
Indonesia
Sudigdo & Bambang. 1994, Buku Ajar Kardiologi Anak, Jakarta: IDAI
Sharon,Ennis Axton .1993, Pediatric Care Plans,Cumming Publishig Company,California
Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing, Toronto : Cv.Mosby Company