Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam campuran ini
adalah kawat tembaga campuran (copper alloy) dan kawat aluminium campuran
(alloy aluminium). Kawat tembaga campuran sedikit ringan dari kawat tembaga
murni, sehingga harganya lebih murah. Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini
lebih tinggi, sehingga dapat digunakan untuk gawang yang panjang. Sedangkan kawat
aluminium campuran mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat
aluminium murni, sehingga banyak dipakai pada gawang-gawang yang lebih lebar.
Juga kondiktivitasnya akan lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi
terhadap perubahan suhu. yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis
8,9 dan titik cair sampai 1083 C, lebih tinggi dari kawat aluminium.
4. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua atau
lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan konduktivitas
yang tinggi. Biasanya tujuan dari perpaduan antara logam-logam tersebut digunakan
untuk merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
kawat-kawat penghantar dari logam murninya.
Kawat logam paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat baja yang
berlapis dengan tembaga maupun aluminium. Karena kawat baja merupakan
penghantar yang memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat aluminium
maupun kawat tembaga, sehingga banyak digunakan untuk gawang-gawang yang
lebar. Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang rendah. Oleh karena itu
diperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai konduktivitas yang tinggi, antara
lain tembaga dan aluminium. Selain itu dapat digunakan untuk melindungi kulit kawat
logam paduan dari bahaya karat atau korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga (copper
clad steel) dan kawat baja berlapis aluminium (aluminium clad steel). Kawat baja
berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat dipakai untuk
gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis aluminium mempunyai
kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis tembaga, tetapi
konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan hanya untuk gawanggawang yang tidak terlalu lebar. logam liat berwarna kemerah-merahan, yang
mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083 C,
lebih tinggi dari kawat aluminium.
Tabel 1. Sifat-sifat logam penghantar jaringan
Macam
Logam
Aluminium
Tembaga
Baja
Perak
Kuningan
Emas
Tahanan
BD
Jenis
2,56
8,95
7,85
10,5
8,44
19,42
(m/cm)
0,03
0,0175
0,42
0,018
0,07
0,022
()
Suhu (K)
660
1083
1535
960
1000
1063
33,3
57,14
10
62,5
14,28
45,45
0,0038
0,0037
0,0052
0,0036
0,0015
0,0035
Kekuatan
Tarik
(kg/mm2)
15 23
30 48
46 90
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu jenis kawat.
Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini digunakan kawat yang terdiri dari
beberapa macam kawat. Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini disesuaikan
dengan penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang dipakai. Makin
tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan kombinasi kawat logam tersebut
tanpa meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat penghantar. Kawat berlilit yang
dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya untuk saluran transmisi tegangan
tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra tinggi (extra high voltage) dan saluran
tegangan ultra tinggi (ultra high voltage) untuk gawang-gawang yang lebar.
Jumlah serat (berkas) kawat dalam kawat penghantar tersebut ditentukan oleh
banyaknya lapisan, dan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N = 3n2 3n + 1
Dimana:
n = jumlah lapisan
N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71, dan 127
berkas/serat. Untuk jaringan distribusi pada umumnya dipakai 7 berkas/serat kawat
penghantar, dimana satu kawat sebagai kawat pusat yang berada ditengah sedangkan
6 berkas/serat kawat melilitinya.
Kawat berlilit ini selain menguntungkan dari segi penggunaannya juga sangat
baik dari segi keamanan dan pemeliharaannya dibandingkan dengan kawat padat.
Jenis kawat berlilit ini adalah kawat tembaga berlilit (standed copper conductor),
kawat aluminium berlilit (stranded aluminium conductor), kawat aluminium
campuran berlilit, dan kawat tembaga capuran berlilit, dan sebagainya. Sedangkan
kawat berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi adalah kawat
aluminium conductor steel reinforced (ACSR) dan kawat aluminium conductor alloy
reinforced (ACAR) yang merupakan kombinasi kawat aluminium dengan kawat baja
atau kawat campuran (alloy).
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat aluminium
berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit. Perbaikan mutu kawat aluminium ini
akan menghasilkan kawat tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan
beratnya lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat tembaga.
3. Kawat Berongga
Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu lingkaran
dimana di tengah kawat ini tidak ditempatkan satu kawatpun, sehingga merupakan
rongga yang kemudian ditunjang oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah segmen
berbentuk cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan untuk jaringan
distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya digunakan pada gardu
induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh dan ukurannya besar, kawat ini
mempunyai kekuatan mekanis yang sangat besar. Bentuk kawat berongga ini
direncanakan untuk menghindarkan terjadinya pangaruh kulit (skin effect) pada kawat
penghantar.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1. Bentuk kawat penghantar jaringan, (a) kawat penghantar padat, (b) kawat
penghantar berlilit, (c) kawat penghantar berongga
3) Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk
mendapatkan garis tengah luar yang besar.
c. Menurut Bentuk Fisiknya
Klasifikasi konduktor menurut bentuk fisiknya:
1) Konduktor telanjang.
2) Konduktor berisolasi, yang merupakan konduktor telanjang dan pada bagian
luarnya diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja, contoh:
a) Kabel twisted;
b) Kabel NYY;
c) Kabel NYCY; dan
d) Kabel NYFGBY.
2. Karakteristik
a. Fisik
Ada 2 (dua) jenis karakteristik konduktor, yaitu:
1) Karakteristik Mekanis
Kemampuan maksimal dari konduktor untuk menghantar arus adalah
275 A. Berselubung AAAC-S pada suhu sekitar 301 C. Karakteristik
mekanik yang menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang menyatakan
kekuatan tarik dari pada konduktor (dari SPLN 41-8:1981, untuk konduktor 70
mm2.
2) Karakteristik Listrik
Menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus listrik yang
melewatinya (dari SPLN 41-10: 1991, untuk konduktor 70 mm 2 berselubung
AAAC-S pada suhu sekitar 30 C, maka kemampuan maksimum dari
konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A.
b. Resistansi Kawat Penghantar
Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis () yang tertentu besarnya.
Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity) suatu logam makin baik digunakan
sebagai kawat penghantar. Seperti halnya kawat tembaga mempunyai tahanan
jenis yang paling rendah (0,0175) merupakan logam yang sangat baik digunakan
sebagai kawat penghantar dibandingkan dengan kawat aluminium yang
mempunyai tahanan jenis 0,030.
Tahanan jenis inilah yang merupakan salah satu faktor untuk menentukan
besarnya tahanan (resistansi) R dalam suatu kawat penghantar, disamping faktorfaktor luas penampang kawat (A) dan panjang kawat (l) pada suatu penghantar
jaringan. Dimana besarnya tahanan dari suatu kawat penghantar sebanding dengan
Dimana:
R = besarnya tahanan kawat ()
konduktivitas
suatu
kawat
penghantar
dinyatakan
sebagai
1
R
Dimana:
C = besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)
R = besarnya tahanan kawat ()
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung pula pada
kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila kemurnian logam
bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya bertambah. Karena faktorfaktor tersebut di atas maka besarnya konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat
100 %. Apabila digunakan aluminium yang sebelumnya mempunyai konduktivitas
sedikit rendah dari tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60 %.
d. Kriteria Mutu Penghantar
Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
pemadu, impurity atau ketidaksempurnaan dalam kristal logam, yang ketiganya
banyak berperan dalam proses pembuatan pembuatan penghantar itu sendiri.
Unsur-unsur
pemandu
selain
mempengaruhi
konduktivitas
listrik,
akan
logam yang terpilih diantara jenis logam penghantar lainnya yang memenuhi nilai
kompromi teknis ekonomis termurah.
Dari jenis-jenis logam penghantar pada tabel 1 di atas, tembaga merupakan
penghantar yang paling lama digunakan dalam bidang kelistrikan. Pada tahun
1913, oleh International Electrochemical Comission (IEC) ditetapkan suatu
standar yang menunjukkan daya hantar kawat tembaga yang kemudian dikenal
sebagai International Annealed Copper Standard (IACS). Standar tersebut
menyebutkan bahwa untuk kawat tembaga yang telah dilunakkan dengan proses
anil (annealing), mempunyai panjang 1 m dan luas penampang 1 mm 2, serta
mempunyai tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 ohm pada suhu
20C, dinyatakan mempunyai konduktivitas listrik 100% IACS.
Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang
dicapai dewasa ini, dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat penghantar
jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 1913, maka konduktivitas listrik
kawat tembaga sekarang ini bisa mencapai diatas 100% IACS.
Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan
terhadap standar kawat tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk kawat
aluminium dari jenis EC grade atau seri AA 1350(*), konduktivitas listriknya
berkisar antara 61.0 61.8% IACS, tergantung pada kondisi kekerasan atau
temper. Sedangkan untuk kawat penghantar dari paduan aluminium seri AA 6201,
menurut standar ASTM B 3988 persaratan konduktivitas listriknya tidak boleh
kurang dari 52.5% IACS. Kawat penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk
bahan kabel dari jenis All Aluminium Alloy Conductor (AAAC).
Di samping persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik di atas,
kriteria mutu lainnya yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh atau sebagian dari
sifat-sifat atau kondisi berikut ini, yaitu:
1) Komposisi kimia;
2) Sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik
(elongation);
3) Sifat bending;
4) Diameter dan variasi yang diijinkan; dan
5) Kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain.
1. Kapasitas Arus
Jenis konduktor untuk SUTM dipakai AAAC (All Aluminium Alloy
Conductor), suatu campuran aluminium dengan silicium (0,4-0,7%), magnesium (0,30,35%) dan ferum (0,2-0,3%), mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada
aluminium murni, tetapi kapasitas arusnya lebih rendah. Untuk SUTR dipakai kabel
pilin udara (twisted cable) suatu kabel dengan inti AAC berisolasi XLPE (Cross
Linked polythylene), dilengkapi kawat netral AAAC sebagai penggantung, dan dipilin.
Kapasitas arus adalah kemampuan daya hantar arus pada ambient temperatur 35C,
kecepatan angin 0,5 m/dt, serta daya tahan termal XLPE pada suhu 450C. Sebagai
contoh kapasitas arus tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Daya hantar arus AAAC & XLPE kabel TR
Temperatur (C)
Daya Hantar Arus (Ampere)
AAAC
Kabel XLPE
2
2
2
2
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm2
70 mm2
90
156
244
402
129
210
75
129
199
323
106
171
60
92
138
214
74
116
2. Pemilihan Ukuran
Konduktor AAAC ukuran yang tersedia yaitu; 16, 25, 35, 50, 70, 110, 150 dan
240 mm2, sedangkan untuk Twisted Cable tersedia ukuran; 3x25, 1x25; 3x35 + 1x25;
3x50 +1x35; dan 3x70 + 1x50; 2x25 + 1x25; 2x35 + 1x25; 2x50 + 1x35; mm2.
3. Pemasangan Saluran Udara
Konduktor harus ditarik tidak terlalu kencang dan juga tidak boleh terlalu
kendor, agar konduktor tidak menderita kerusakan mekanis maupun kelelahan akibat
tarikan dan ayunan, dilain pihak dicapai penghematan pemakaian konduktor. Dalam
pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri, sambil menggelar kabel dari haspel
terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu (klem service), pengikat, pemegang dan
sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi, bagian yang diikat pada pemegang di
tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel (sistem satu fasa) maupun empat
kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai dari salah satu tiang ujung,
kemudian ditarik dengan alat penegang (hand tracker. Setelah tarikan dianggap cukup
kuat, maka pada setiap tiang kabel Nol diikat dengan pemegang yang telah disiapkan.
Dimana:
a = andongan (m)
Wc = berat konduktor
S = Jarak gawang (m)
Pt = Kuat tarik konduktor (kg)
b. Jarak Gawang
Penentuan jarak gawang dipengaruhi oleh:
1)
2)
3)
4)
Daerah permukiman: jarak gawang SUTM murni, sebesar 50-60 meter, jarak
gawang SUTR murni sebesar 40-50 meter.
Di luar permukiman: jarak gawang SUTM murni sebesar 60-80 meter.
Gambar 2. Andongan
Sesuai dengan gambar 2, panjang konduktor S dapat dihitung dengan
rumus:
S' S
8 a2
3 S
Dimana:
S = panjang konduktor (m)
a = andongan (m)
S = Jarak gawang (m)
Contoh perhitungan:
Bila diketahui jarak gawang S = 100 meter, konduktor AAAC 70 mm 2 dari data
konduktor diperoleh berat Wc = 0,208 kg/m dan UTS = 2150 kgf atau jika diambil
Pt = 15% UTS = 15% x 2150 = 322,5 kgf
Andongan:
a
Wc S 2
Pt
0,208 100 2
8 322,5
a 0,806 meter
Panjang konduktor:
S' S
8 a2
3 S
S ' 100
8 806 2
3 100
Kabel tanah tegangan menengah yang dipakai adalah kabel tanah dengan
pelindung mekanis bagian luar (pita baja), dengan berpelindung medan magnet dan
elektris. Kabel dapat berbentuk multicore belted cable atau single core full isolated cable.
Dipakai kabel aluminium berurat dipilin dengan bahan isolasi XLPE. Pada umumnya
kabel tegangan menengah ini terdiri atas 3 x 1 core atau 1 x 1 core dengan ukuran
penampang 300 mm2, 240 mm2, 185 mm2, 150 mm2, 70 mm2, dan 25 mm2. Pemilihan
pemakaian tergantung beban/kerapatan beban yang dilayani.
Kabel tanah diletakkan pada minimum:
1. 0,8 meter di bawah permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan;
2. 0,6 meter di bawah permukaan tanah pada jalan yang tidak dilewati kendaraan; dan
3. Lebar galian sekurang-kurangnya 0,4 meter.
Catatan:
Ketentuan ini sangat bergantung pada peraturan daerah setempat. Contoh di Jakarta kabel
digelar pada minimum 1,1 meter di bawah permukaan tanah.
Kabel harus dilapisi pasir halus setebal minimum 5 cm dari permukaan kulit kabel
dan bagian atas diberi pelindung mekanis untuk maksud keamanan terbuat dari beton,
batu atau bata. Kabel tegangan lebih tinggi berada di bawah yang bertegangan rendah.
1. Konstruksi Persilangan Kabel Telekomunikasi dan Kabel Listrik Non PLN
a. Kabel listrik harus di bawah kabel telekomunikasi kabel harus dilindungi dengan
pelindung (pipa beton belah, plat beton, pipa yang tahan api). Kedua sisi
persilangan pelindung di tambah 0,5 meter.
b. Jika jarak antara kabel tanah dengan kabel telekomunikasi kurang dari 0,5 meter
pelindung harus di dua kalikan (tambahan pelat beton).
c. Bila kabel telekom sejajar dengan kabel TM panjang selama sejajar harus
dimasukkan dalam pipa beton belah, pelat beton atau sejenis.
d. Jarak kabel tanah dengan instalasi telekom minimal 0,3 meter dan harus diberi
pelindung (termasuk tiang telekom).
2. Persilangan Kabel Tanah TM dengan Rel Kereta Api
a. Rel ka bel harus berjarak minimal 2 meter dari rel kereta api.
b. Jika terjadi persilangan, kabel harus dimasukkan dalam pipa gas dengan diameter
minimal 4 inchier (10 cm) dan diiebihkan 0,5 meter dari masing-masing garis
vertikal kid kanan rel kereta dengan kedalaman 2 meter dibawah rel kereta api.
c. Hal yang sama jika melintas dipekarangan atau bangunan PT. KAI.
Catatan:
a. Harus dilaksanakan pengaturan agar kabel dapat diambil kembali dengan tidak
usah menggali lagi bagian bawah jalan kereta api.
b. Pekerjaan yang dilaksanakan di atas tanah milik PJKA agar dilakukan oleh
kontraktor yang disetujui PJKA.
c. Sama halnya dengan perlintasan pada jalan raya, pada penyebrangan jalan kereta
api juga harus ditambahkan 2 pipa cadangan.
a. Kabel diletakkan minimal berjarak 2 x diameter kabel atau 20 cm dari kulit luar
kabel.
b. Perletakan kabel yang lebih dari 2 kabel baik vertikal atau horizontal mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Kondisi ini menurut KHA kabel faktor
perkalian ini disebut faktor perletakan.
c. Pada tiap jarak 5 meter jalur kabel harus diberi patok tanda kabel.
d. Pada tiap sambungan kabel harus diberi patok tanda sambungan kabel.