FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714, Telp :
(0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730, Kalimantan Selatan, Indonesia
Dosen Pembimbing:
Prof Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp,ST.,M.Kes
NIP. 19780420 200501 2 002
H1E114004
FATIMAH
H1E114007
H1E114012
LISDA PRONAWATI
H1E114014
ii
Aulia Rahmah
H1E114004
Fatimah
H1E114007
Lisda Pronawati
H1E114014
`
Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas Karang Intan :
Dwi Rezeki, S.Sii
NIP. 19721206 199202 2 002
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya. Atas ridho-Nya jualah
kami dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari kami adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah ikut
berpartisipasi dalam terlaksananya makalah ini, kepada :
1) Prof Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp.ST.,MKes. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Epidemiologi.
2) Ida Mahdalena selaku pembimbing dalam observasi lapangan.
3) Dwi Rezeki, S.Sii selaku kepala sub bagian Tata usaha UPT puskesmas Karang
Intan.
4) Pembakal Desa Penyambaran, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar dan
beserta staf dan jajarannya.
5) Ketua RT.01, RT.02, RT.03 Desa Penyambaran yang telah memberikan izin untuk
observasi di Desa Peyambaran.
6) Masyarakat RT.01, RT.02, RT.03 Desa Penyambaran yang telah bersedia menjadi
korespondensi dalam pengisian kusioner.
7) Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan
dukungan dan semangat hingga terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran, bimbingan, serta nasehat
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam
meningkatkan prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia seutuhnya.
Penyusun
iv
Ringkasan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang masih merupakan masalah
kesehatan terbesar di Indonesia. Penyakit diare bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor lingkungan dan sanitasi Oleh karena itu, keadaan lingkungan dan sanitasi yang baik
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas
air yang digunakan di desa penyambaran dan mengetahui hubungan sanitasi dengan
timbulnya penyakit diare. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional
dengan pendekatan
Coliform dari tiga sumber mata air di desa Penyambaran diantaranya air sungai dan mata air
terdapat bakteri coliform yang melebihi ambang batas. Total bakteri coliform yang
diperbolehkan hanya sekitar 50/100 ml. Apabila melebihi dari ketentuan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa air yang ada di desa penyambaran dikategorikan sebagai tercemar. Total
coliform yang melebihi ambang batas tersebut bisa disebabkan oleh sanitasi di desa tersebut
belum dijaga dengan baik, dan ada beberapa faktor lainnya yang juga terlibat.
DAFTAR ISI
Ringkasan................................................................................................................................................ v
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ viii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................. x
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................................ 3
2.1 Epidemiologi ................................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Epidemiologi ........................................................................................................ 3
2.1.2 Metode Penelitian Epidemiologi............................................................................................ 5
2.1.3
Sanitasi ............................................................................................................................ 9
2.1.4
Air .................................................................................................................................. 10
HASIL ..................................................................................................................................... 28
vi
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 30
Kesimpulan............................................................................................................................ 33
5.2
Saran ..................................................................................................................................... 33
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
viii
DAFTAR SINGKATAN
KLB
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin melakukan observasi di Puskesmas Karang Intan
2. Kuisioner observasi hubungan kualitas air dengan sanitasi di Desa Penyambaran
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
3. Hasil Laboratorium Pemeriksaan Uji Kualitas Air
4. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai kualitas air dan sanitasi di desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan karena
masih banyaknya kasus diare yang terjadi di sejumlah Desa.
Coliform.
4. Untuk mengetahui kualitas air yang digunakan di desa penyambaran ditinjau dari
parameter Coli Tinja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
2.1.1 Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang
memiliki arti pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan logos yang
memiliki arti ilmu pengetahuan, jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penduduk. Sedangkan pada saat ini, epidemiologi adalah salah satu cabang dari
ilmu kesehatan untuk menganalisa distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan berbagai masalah kesehatan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangannya.
Pengertian epidemiologi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Hirsch (1883) epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran
dari jenisjenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi
dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal (Kristiani, 2012).
2. Menurut Greenwood (1970) mengatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang
penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk.
Dalam kutipan ini adanya penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah
kepada distribusi suatu penyakit (Kristiani, 2012).
3. Menurut Brian Mac Mahon (1970) epidemiologi adalah studi tentang penyebaran
dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan penyebab terjadi distribusi
semacam itu. Dalam kutipan ini sudah mulai menentukan distribusi penyakit dan
mencari penyebab terjadinya distribusi dari suatu penyakit (Kristiani, 2012).
4. Menurut ahli lainnya Wade Hampton Frost (1972) mendefinisikan Epidemiologi
sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit
infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. Dalam
kutipan ini bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada
masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa (Kristiani, 2012).
3
Metode penelitian Epidemiologi dapat di lakukan dengan dua cara, diantaranya adalah :
1. Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan
observasi, tanpa memberikan penjelasan pada variabel yang akan diteliti. Penelitian
observasional terdiri atas :
a. Penelitian Deskriptif
Studi deskriptif digunakan untuk menggambarkan pola penyakit serta untuk
mengukur kejadian dari faktor risiko penyakit pada suatu populasi. Digunakan untuk
menggambarkan besarnya masalah (variabel orang, tempat, waktu).
Studi deskriptif disebut juga studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat
dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Studi ini ditunjukan kepada
sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebut
studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebut
dengan surveilens serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko
maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan
penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data
tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk
penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena
dengan fenomena yang lain.
Tujuan Epidemiologi deskriptif adalah :
1) Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang penyakit.
2) Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3) Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan.
Adapun ciri-ciri studi epidemiologi deskriptif sebagai berikut :
1) Bertujuan untuk menggambarkan
2) Tidak terdapat kelompok pembanding
3) Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi.
4) Hasil penelitian berupa hipotesis
5
mudah
memungkinkan
dipahami
meneliti
oleh
kalangan
paparan-paparan
non-ahli
yang
epidemiologi,
relatif
jarang
2.
2.1.3
Sanitasi
2.1.4
Air
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang
terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini
10
air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu
diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya
air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan
penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan
transmisi atau
distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran
sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004).
Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.Sekitar tiga
perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup
lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga digunakan untuk memasak,
mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Ditinjau dari sudut
kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit
di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu perhari sekitar antara 150200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada
keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan air (Pansimas, 2011).
a. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan sumber
penularan penyakit.
b. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga berasal dari
air sungai atau mata air yang tidak di lindungi.
c. Sarana penampungan air hujan yang sudah retak, yang tidak dapat melindungi air
hujan yang disimpan di dalamnya agar tetap bersih, karena dinding yang retak
menjadi tempat perkembangbiakan lumut yang dapat mengotori air.
d. Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air menjadi sumur tersebut
tidak sehat, karena air bekas pakai dapat meresap air dalam sumur.
Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa
kimia lain, karakter tersebut antara lain :
1) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) 100o C, air
berwujud cair.
11
2) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan
panas yang sangat baik.
3) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses
perubahan air menjadi uap air.
4) Air merupakan pelarut yang baik.
5) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
(Effendi, 2003).
Air bukanlah merupakan hal yang baru bagi kehidupan, karena tidak satupun
kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai
benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung
60%-70% air dari seluruh berat badan, air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90%
(Soemirat, 2001).
Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan seharihari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian,
mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air
tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di
Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk
air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk
jamban (Wardhana, 2001).
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat
air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang
mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air
tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan
(bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi
air tetap dalam kondisi alamiahnya (Acehpedia, 2010).
12
2.1.4.3.1
komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis, yaitu:
1. Parameter Fisika
a) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan dan begitu pula
sebaliknya (Erik Arianto,2008).
b) Suhu
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian- pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan hanya
untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya
kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian
meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktorfaktor metereologi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban
udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari (Nontji, 1987).
2. Parameter Kimia
a) pH
pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen
menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak ion OH+ dalam cairan
makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis.
Sebaliknya, makin banyak H+ makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam.
Ph antara 7 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan
tertentu, dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun
hingga mencapai 4 (Andayani, 2005).
b) Oksigan Terlarut / DO
Konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu,
makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses
fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini
13
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC 3oC.
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan
sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
14
1) Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti berikut jernih atau
tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran dari bahan tanah
liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
2) Tidak Berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3) Rasanya Tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik.
4) Tidak Berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
penguraian oleh mikroorganisme air.
5) Temperaturnya Normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (2026oC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau dibawah
temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan energi
dalam air.
6) Tidak Mengandung Zat Padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-105Oc. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri
kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik
air adalah sebagai berikut:
15
Parameter
Satuan
Kadar
Maksimum
Keterangan
Bau
Tidak berbau
TDS
Mg/L
1500
Kekeruhan
NTU
25
Rasa
Tidak berasa
Suhu
Warna
TCU
50
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut:
a. pH netral
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan
pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH air dibawah 7
berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (rasanya pahit)
(Kusnaedi, 2004).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida, sulfida, dan fenolik (Kusnaedi, 2004).
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004).
d. Kesadahan rendah
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan
dengan garam-garam yang terlarut didalam air terutama garam Calsium (Ca) dan
Magnesium (Mg) (Kusnaedi, 2004).
16
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan
bakteriologi air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan
kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml air.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut
SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK pedoman kualitas air
tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam lima kategori sebagai berikut:
Tabel 2.2 kandungan bakteri
NO
KELAS
TOTAL COLIFORM (mL)
KATEGORI
1
A
<50
BAIK
2
B
51-100
KURANG BAIK
3
C
101-1000
JELEK
4
D
1001-2400
AMAT JELEK
5
E
>2400
SANGAT AMAT JELEK
Sumber : SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK
Air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan dari
(b).
17
(d).
18
E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba
normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu
mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan
hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya
dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).
Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk
menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air
ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik
seperti Giardia dan Cryptosporidium didalamnya (Soemirat, 2001).
Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram
negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan
memproduksi gas dan asam pada suhu 370C dalam waktu kurang dari 48 jam.
Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada
umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang
mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon.
Tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik (enterotoxigenic E.coli
(ETEC)). Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari strainstrain yang ada hubungannya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya
menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang
bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai
toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin stabil (stable toxin, ST).
Akhir-akhir ini kelompok E.coli dari serotipe yang berbeda (umumnya O78,
O13, O6) yang memproduksi enterotoksin telah ditemukan sebagai etiologi penting
diare akut, termasuk diare epidemik, pada neonatus (Sack,1977). Smith dan Gyles
(1970) mengemukakan adanya .coli patogen pada babi yang mempunyai plasmid
(suatu massa DNA yang mempunyai kromosom) yang mudah dipindahkan dan
dikenal sebagai plasmid Ent+ yang mempunyai kemampuan membentuk berbagai
macam enterotoksin. Pada manusia, E.coli patogen juga mempunyai plasmid Ent +
yang membentuk toksin tahan panas (stable toxin, ST) dan toksin tidak tahan panas
19
(labile toxin, LT) atau kombinasi(ST/LT). Seperti toksin kolera, toksin LTETEC
dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usus halus
(Evans, 1972; Sujudi, 1983).
E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat
menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari
sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan
E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme
lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan
leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008).
Menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain
E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus
faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi
biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air,
streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih
sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam
suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli,
ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel
tersebut telah tercemar kotoran atau faeces.
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari
permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan.
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan
hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air
limbahnya yang tidak kedap air.
Penggunaan sumur gali pada segi kesehatan kurang baik bila cara pembuatannya
tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan
20
memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan
dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10
meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya
dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10
meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur
minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat
konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):
A) Jarak
Jarak sumur dengan jamban harus diperhatikan agar terhindar dari pencemaran,
lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran
lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur
pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari
sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya
(Chandra, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Gotaas dalam sumber kontaminasi yang berupa
tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus permukaan air tanah.
Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 sampai 6 m dari sumber
kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar ke luar sampai kira-kira 2 m pada titik yang
berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak
bergerak melawan arah aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban
akan mengalami penyumbatan (clogging), dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya
pada jarak 2-3 m dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah
menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran
bakteriologis, hanya jarak jangkaunya lebih jauh (Soeparman, 2002).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 1992 tentang Spesifikasi Sumur
Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air
tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter.
21
2. 1.4.8 Sungai
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau
sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah
pegunungan) biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir.
Aliran sungai seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan
pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju
Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain.
Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan,misalnya untuk
mencuci, memasak, mandi, irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum. Hewan dan
tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Selain itu, sungai-sungai besar
digunakan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah satu dengan
wilayah lainnya. Air sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air
(PLTA).
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Maka air yang berasal dari dalam tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
2.1 .5 Diare
2.1 .5.1 Pengertian Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan tanpa
darah atau lendir (Suraatmaja, 2007). Menurut WHO (2008), diare didefinisikan sebagai
berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya
22
terbagi menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (2 minggu)
(Widoyono, 2008).
Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
a. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare yang
disebabkan sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp., Campilobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Rotavirus, Adenovirus.
- Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis,
protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
b. Faktor Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor lingkungan dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan
air tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat kesehatan.
23
e. Faktor perilaku kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang
air,tidak membuang kotoran anak di WC, tidak menggunakan jamban yag sehat,
makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang
telah dimasak.
f. Faktor individu, Kurang gizi, buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami
tubuh.
Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
a. Gejala Umum
- Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
- Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
- Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
- Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah.
b. Gejala Spesifik
- Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
- Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri.
Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi karena:
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama
perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah.
Pencemaran ini terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi, mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian
binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke
orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Sedangkan menurut (Depkes RI, 2005)
kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
24
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita.
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling penting,
sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan
(Zubir, 2006).
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Penyambaran, Kecamtan Karang Intan,
Kabupaten Banjar. Uji laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Air
Kabupaten Banjar. Penelitian dilaksanakan bertahap sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 9
Oktober 2015, 16 Oktober 2015, dan 21 Oktober 2015.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Konsultasi
Persiapan observasi
Perizinan observasi
Observasi lapangan
Pengumpulan data
Penyusunan laporan
sementara
7. Penyusunan laporan
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
RT 01
15 orang
Air sungai
RT 02
4 orang
Sumur Gali
RT 03
17 orang
Mata Air
Total
36 Orang
satu rumah yang berada di RT setempat. Kemudian dilakukan pengujian parameter kualitasair yang digunakan berdasarkan parameter bakteriologis di UPT Laboratorium Kesehatan Air
Kabupaten Banjar. Berikut adalah hasil Laboratorium mengenai Kualitas Air yang digunakan
di Desa Penyambaran:
A. Air sungai
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Sampel Air Sungai
Parameter
EC Broth
Bakteriologis yang
Perkiraan
Terdekat/100 ml
Diperbolehkan *)
diperiksa
Total Coliform (37
3/3
3/3 3/3
1898
50
3/3
3/3 3/3
1898
50
C)
Total E.Coli (44 C)
Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar tanggal
21 Oktober 2015.
B. Sumur Gali
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Sampel Sumur Gali
Parameter
EC Broth
Bakteriologis yang
Perkiraan
Terdekat/100 ml
Diperbolehkan *)
diperiksa
Total Coliform (37 C)
0/3
0/3
50
50
0/3
Total E.Coli (44 C)
0/3
0/3
0/3
Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar tanggal
21 Oktober 2015.
C. Mata Air
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Sampel Mata Air
Parameter
Bakteriologis yang
EC Broth
Perkiraan Terdekat/100
ml
Diperbolehkan *)
diperiksa
29
3/3
3/3
1898
50
1898
50
3/3
Total E.Coli (44 C)
3/3
3/3
3/3
Sumber : Hasil Uji laboratorium di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar
tanggal 21 Oktober 2015.
4.2
PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa penderita penyakit diare di RT 01 Desa
Penyambaran sebanyak 15 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan seharihari adalah air sungai. Di RT 02 penderita penyakit diare sebanyak 4 orang dimana sumber
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari adalah sumur gali. Dan di RT 03 penderita
penyakit diare sebanyak 17 orang dimana sumber air yang digunakan untuk keperluan seharihari adalah Mata Air. Dalam aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Penyambaran
menggunakan air sumur, tetapi dalam rentang waktu 3 bulan terakhir dari bulan juliseptember terjadi kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan sehingga
masyarakat menggunakan air sungai dan mata air untuk digunakan sehari-hari.
4.2.1 Kualitas air yang digunakan di Desa Penyambaran
Di desa Penyambaran masyarakat desa tersebut menggunakan tiga sumber air yaitu,
sumber Air sungai, sumber sumur gali, dan sumber Mata Air. Berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologi hanya menggunakan data primer yaitu data yang di dapatkan dari pengujian
sampel di UPT Laboratorium Kesehatan Air Kab. Banjar. Dilakukannya analisis
laboratorium ini untuk mengetahui hubungan antar mikrobiologi dari sumber air dengan
kemungkinan penyakit diare yang ditimbulkan. Dalam uji mikrobiologi ini digunakan dua
parameter yaitu :
4.2.1.1 Total Coliform
Hasil pemeriksaan total Coliform menunjukkan banyaknya bakteri Coliform pada air
sungai yaitu sekitar 1898, pada sumur gali 0, pada mata air 1898. Hasil tersebut
menunjukkan hasil sebenarnya (hanya menunjukkan perkiraan terdekat/ 100ml) dikarenakan
kurang memadainya peralatan laboratorium dalam mendeteksi Coliform dengan jumlah yang
lebih besar. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :416/MENKES/PER/IX/1990
30
tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih jumlah Coliform yang
diperbolehkan untuk kualitas air bersih yaitu air bersih yang digunakan sebesar 50/100ml.
Dari peraturan tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Coliform yang diperbolehkan
sebanyak 50/100ml.
Berdasarkan keterangan pihak laboratorium, hasil pemeriksaan air sungai dan mata
air (1898) bisa saja mencapai beberapa ribu keatas, namun karena kurang memadainya alat
laboratorium menyebabkan jumlah mikroba sesungguhnya tidak dapat diketahui dengan
pasti. Karena alat laboratorium yang tersedia tidak mampu untuk menangkap lebih banyak
jumlah mikroba dalam air sungai, sumur gali, dan mata air.
4.2.1 .2 Total E.Coli
Hasil pemeriksaan total Coliform menunjukkan banyaknya bakteri E.Coli pada air
sungai yaitu 1898, pada sumur gali 0, pada mata air 1898. Hasil tersebut menunjukkan
hasil sebenarnya (hanya menunjukkan perkiraan terdekat 100ml) dikarenakan kurang
memadainya peralatan laboratorium dalam mendeteksi E.Coli dengan jumlah yang lebih
besar. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih jumlah E.Coli yang diperbolehkan untuk
kualitas air bersih yaitu air bersih yang digunakan sebesar 50/100ml.
4.2 .1.3 Hubungan sanitasi dan Penyakit diare
Berdasarkan observasi lapangan yang kami lakukan dari 60 korespondesi masyarakat
sekitar Desa penyambaran, sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang penyakit
diare yang lebih spesifiknya. Sebagian besar dari mereka hanya mengetahui tentang penyakit
diare secara umum.
Penyakit diare tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, tetapi penyakit
diare juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan tempat tinggal, beserta perilaku
masyarakatnya sendiri, seperti perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan,
salah satunya untuk kebersihan air minum. Berdasarkan korespondensi masyarakat sekitar
Desa Penyambaran banyak yang menyatakan bahwa sebagian dari warga menggunakan air
untuk diminum tanpa harus direbus terlebih dahulu. Berdasarkan ketentuan peraturan
kesehatan air minum bahwa air yang layak untuk diminum total E Coli atau total coliformnya
adalah 0/100 ml. Sedangkan hasil lab menunjukkan total coliform dan E coli melebihi
ketentuan dan melebihi ambang batas serta air tersebut termasuk kategori 4 karena
31
mengandung total coliform 1001-2400 dalam syarat kualitas air bersih apabila ditinjau
berdasarkan kandungan bakterinya.
Ditinjau dari lingkungan di Desa Penyambaran, salah satu sumber air di Desa
Penyambaran yaitu sungai yang terletak didekat pemukiman warga yang menjadi sumber
sehari-hari masyarakat sekitar. Disungai tersebut terdapat jamban yang digunakan sebagian
warga, dimana jamban tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan air sungai. Jamban tersebut
dapat mengkontaminasi air sungai dengan tinja atau feses yang menyebabkan air sungai
mengandung E.Coli yang tinggi. Jarak jamban dengan sumber air yang diambil seharusnya
berjarak 10. Disekitar sungai juga terdapat tambak ikan milik masyarakat sekitar yang
letaknya dekat dengan jamban.
32
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Kualitas air yang digunakan di desa Penyambaran belum memenuhi standar kualitas
menurut peninjauan total coliform dan E.Coli.
2. Berdasarkan hasil uji laboratorium dari tiga sampel sumber air di Desa Penyambaran,
penelitian total coliform dan E.Coli pada kualitas air sungai dan mata air sebesar 1898
tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
karena melebihi ambang batas yang persyaratan bakteriologi air bersih yang
diperbolehkan 50 MPN/100 mL air dan total coliform dan E.Coli pada air sumur hasilnya
0.
3. Timbulnya penyakit diare di Desa Penyambaran berhubungan erat dengan keadaan
sanitasi. Pertama, jamban yang jaraknya berdekatan dengan sumber mata air. Kedua,
perilaku masyarakat setempat yang sebagian besar menggunakan air yang tidak direbus.
5.2
Saran
Hendaknya masyarakat merebus air terlebih dahulu sebelum diminum agar bakteri E.coli
mati.
33
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan. Malang : Universitas
Brawijaya.
Aswitha, Budiarso. 1987. Clinical Management of Acute in Children. New York : Mc millan
Publishing Company.
Azwar, Azrul.1995. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Depkes RI. 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan. Jakarta : Direktorat
Jenderal P2M & PLP.
Depkes RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI.
Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC.
Effendi.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta : Kanisius.
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti.
Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius.
Ghufron dan Kordi. 2009. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta : Rineka Cipta.
Kordi, K Ghufron dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.
Machfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Maulana, Heri.2007. Promosi kesehatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Peraturan Pemerintah No 82. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Jakarta : Peraturan Pemerintah.
Seomirat, Slamet.2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
34
35
INDEKS
Absolute risk
Calsium
16
Cesspool
21
Chance
Clogging
21
Cohort
Coliform
2, 17, 19, 21
Cross sectional
5, 18, 26
Cryptosporidium
19
Disenttry
17
Dissolved Oxygen
13
Dracontiasis
18
Enterotoxigenic
19
Epidemiologi
Fenolik
16
Follow up
Giardia
19
Herd
Historical cohort
Karbondioksida
14
Kohort
6, 8
Malabsorsi
23
36
Mass phenomen
Natural history
Non-causal
Outcome
Patogenik
19
Poliomyelitis
17
Potret
Prospektif
Recall
Relative risk
Sanitasi
Schistosomiasis
18
Seepage pit
21
Septic tank
21
Sianida
16
Streptococcus faecalis
20
Sulfida
16
Thypus abdominalis
17
18
17
18
37
Lampiran 1
Surat Izin Observasi
38
Lampiran 2
Kuisioner
39
9. Jika menggunakan kedua sumber dari air sungai dan air sumur, Bapak/Ibu lebih sering
menggunakan sumber air yang mana?
a. Air Sungai
b. Air Sumur
10. Jika air sungai apakah Bapak/Ibu sering menggunakan untuk keperluan sehari-hari?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah Bapak/Ibu menggunakan air sungai untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK)?
a. Ya
b. Tidak
12. Selain digunakan untuk MCK, apakah air sungai tersebut digunakan untuk kegiatan lainnya?
a. Ya
b. Tidak
c. Jika ya, sebutkan
13. Apakah Bapak/Ibu menggunakan air sumur?
a. Iya
b. Tidak
14. Apakah air sumur digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, mencuci
peralatan makan, dan kakus?
a. Ya
b. Tidak
40
Lampiran 3
Hasil Laboratorium Uji Kualitas Air
41
42
43
Lampiran 4
Dokumentasi
Keterangan Foto 1 : Di Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar bersama Pembimbing Ibu Ida
Mahdalena dan Ibu Dwi Rezeki, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Puskesmas
Karang Intan. Oktober 2015
Keterangan Foto 2 : Permohonan izin observasi ke Ketua RT Desa Penyambaran, Kecamatan Karang
Intan, Kabupaten Banjar. Oktober 2015.
Keterangan Foto 3 : Observasi lapangan di Desa Penyambaran, RT.01 RT.02 RT.03, Kecamatan Karang
Intan, Kabupaten Banjar. Oktober 2015.
44
Keterangan Foto 4 : Pengambilan sampel air sungai di RT.01 Desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar. Oktober 2015.
Keterangan Foto 6 : Mata Air di RT.03 Desa Penyambaran Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Oktober 2015.
45
Keterangan Foto 7 : Pengambilan air sumber mata air di RT.03 Desa Penyambaran Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar. Oktober 2015.
Keterangan Foto 9 : Pengambilan hasil sampel di Laboratorium Kesehatan Air Kabupaten Banjar
46
Soal Epidemiologi
47