PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang
secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan
azotemia yang berkembang cepat, lalu filtrasi glomerlurus yang
menurun dengan cepat menyebabkan kadar krestin serum meningkat
sebanyak 0,5mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak
10mg/dl/hari dalam beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh
oliguria (keluaran urine < 400 ml/hari). Kriteria ologuria tidak
mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang
Amerika mengandung sekitar 600 mOssm zat terlarut. Jika
kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOssm/L air,
maka kehilangan air obligat dalam urune adalah 500ml. Oleh karena
itu, bila keluaran urine hingga kurang drai 400ml/hari penambahan
zat terlarut tidak bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin
meningkat. Namun oliguria bukan merupakan gambaran penting
pada ARF.
Penderita gagal ginjal akut di Indonesia jumlahnya tidak
terlalu besar jika di bandingkan dengan masyarakat Amerika
Serikat. Jumlahnya sekitar 1200 per 1 juta penduduk. Beberapa
laporan dunia menunjukkan insiden Gagal Ginjal Akut yang
bervariasi antara 0,5 0,9 % pada komunitas, 0,7 18 % pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit, hingga 20 % pada penderita
yang di rawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka
kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25 % hingga
80 %. ( Robert Sinto, 2010 )
Bukti penelitian terbaru mengesankan bahwa pada sepertiga
hingga separuh kasus ARF, keluaran urine melebihi 400/hari dan
dapat mencapai 2 liter/hari. Bentuk ARF ini di sebut keluaran tinggi
atau di sebut non oluliguri. ARF menyebabkan timbulnya gejala dan
tanda menyerupai sinrom uremik pada gagal ginjal kronik, yang
mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, ekresi, dan
endokrin ginjal, namun demikian osteodistropi ginjal dan anemia
1
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Definisi Gagal Ginjal Akut ?
2. Etiologi dari Gagal Ginjal Akut?
3. Patofisiolog i penyakit Gagal Ginjal Akut?
4. Manisfestasi dari penyakit Gagal Ginjal Akut ?
5. Penatalaksanaan penyakit gagal Ginjal akut
6. Komplikasi dari penyakit Gagal Ginjal Akut?
7. Pemeriksaan diagnostik Gagal Ginjal Akut ?
8. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan infeksi
Gagal Ginjal Akut?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini
diharapkan
mahasiswa
dapat
memahami
serta
mampu
Definisi
Gagal Ginjal Akut merupakan penurunan fungsi ginjal secara
tiba-tiba ( dalam 48 jam ) ditandai dengan peningkatan serum
kreatinin (SCr) > 0,3 mg/Dl (> 25 mol/L) atau meningkat sekitar
50 % dan adanya penurunan output urine < 0,5 Ml/kg/hr selama >6
jam (Molitoris et al, 2007)
Suatu kondisi fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme,
menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan (Eric Scott, 2008).
Secara konseptual Gagal Ginjal Akut adalah penurunan
cepat ( dalam jam hingga minggu ) laju filtrasi glomerulus ( LFG)
yang umumnya berlangsung reversible , diikuti kegagalan ginjal
untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan atau tanpa
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brady et al, 2005 )
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi
ginjal seccara mendadak akibat kegagalan sirkulasi renal, serta
gangguan fungsi tubulus dan glomerulus dengan manifestasi
penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar
nitrogen darah, peningkatan kreatiniin serum, dan retensi produk
metabolik yang harus diekresikan oleh ginjal)
2.2.
Etiologi
Brunner dan Suddarth (2002) menyatakan 3 kategori utama
penyebab gagal ginjal akut antara lain :
a. Gagal ginjal akut Prerenal.
Gagal ginjal akut prerenal adalah keadan yang paling
ringan yang dengan cepat dapat reversibel, jika perfusi ginjal
segera diperbaiki. Gagal ginjal akut prerenal merupakan
kelainan
fungsional,
tanpa
adanya
kelainan
3
postrenal
adalah
suatu
keadaan
dimana
Obstruksi
1. Saluran kencing: batu, pembekuan darah, tumor, krista,dll
2. Tubuli ginjal: kristal, pigmen, protein (miolema)
2.3.
Ekstravsasi
Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan
aliran darah renal dan ganggun fungsi ginjal : hipovelemia,
hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah atau ginjal, obstryksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika
kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara
permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
a. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan
terjadinya oliguria.
b. Stadium oliguria.
Volume urine 75% jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari
kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanyaringan
kecualibila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal
jntung/dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gejala
nokturia (akibat kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejalagejala mulai timbul sebagai respon terhadap stress dan
perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita
5
700ml
atau
penderita
terbangun
untuk
naik,
terjadi
kelebihan,
aktifitas
penderita
mulai
terganggu.
c. Stadium III
Semua gejala semua sudah jelas dan penderita masuk
dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari
sebagaimana mestinya. Gejala-gejal yang timbul antara lain
mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejangkejang dan akhrirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10% dari kadaaan normal dan kadar
kreatinin mungkin sebesar 5-10ml/menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sehingga penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang
cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
hemeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita
biasanya menjadi oliguria (pengeluaran kemih) kurang dari
500ml/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks
menyerang tubulus ginjal, kompleksperubahan biokimia dab
gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi
6
Pathway
Sekresi eritropoitin
Produksi
Hb
GGA
posrenal
Obstruksi
Ekstravasasi
GGA renal :
NTA
Infeksi bakteri
gr(-)
nefrotoksis
GGA prerenal:
Volume sirkulasi
berkurang
Penurunan curah
jantung
Kenaikan kapasitas
vaskuler
Hasil
metabolisme
kembali kedarah
Anemia
Retensi
cairan Na,
elektrolit
Penumpukan
urin dalam
darah
Pucat,
lemah
Intoleransi
aktivit
as
Ketidakef
ektifan
pola
napas
Nafas berbau
urine
Gangguan
citra diri
Hilang nafsu
makan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
reni
n
Beban
kerja
jantung
Hiperten
si
penurunan
Curah
jantung
Kesiapan untuk
meningkatkan
eliminasi urine
Gang suplai
darah
Suplai O2
Jaringan
Otak
Kerusakan
Integrasi kulit
Asidosis
metabolik
Napas
kusmaul
Oligu
ri
GFR
Penurunan faal
ginjal
Lethargi,
sakit kepala,
penurunan
fungsi
jaringan
Perubahan
ferfusi
jaringan
Penimbunan
garam dan air
dalam darah
Oedam
a
Kelebihan volume
cairan
2.4.
Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal
ginjal akut, yaitu periode awal, periode oliguria, periode diuresis, dan
periode perbaikan. Gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat
keluaran urine lebih dari 400 ml/24 jam.
a.
oliguria.
b. Stadium oliguria
Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai
dengan peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation
intraseluler-kalium dan magnesium). Jumlah
urine minimal
yang
Stadium diuresis
Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine
d. Stadium penyembuhan
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan labolatorium :
- Darah : ureum, kreatini, elektrolit, serta osmolaritis.
- Urin : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritis dan berat jenis.
- Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam
urat.
- Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
- Gangguan
keseimbangan
elektrolit
:
hiperkalemia,
hipernatremia,
atau
hiponatremia,
hipokalesemia,
dan
hiperfosfatemia.
- Volume urin biasnya kurang dari 400ml/24 jam yang terjadi
dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
9
10
protein
melalui
penurunan
pemasukan,
dan
urine,
perpindahan
penurunan
cairan,
sistensi,
karena
Komplikasi
1.
2.
3.
gangguan
kesadaran, kejang
4.
2.7.
5.
6.
Penatalaksanaan
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal
ginjal akut yang serius seperti hiperkalemia, perikarditis, dan
kejang.
Perikarditis
memperbaiki
abnormalitas
biokimia
b. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah
utama pada gagal ginjal akut, hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien
dipantau
akan
adanya
hiperkalemia
melalui
serangkaian
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas
12
dokumentasikan.
d.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
13
akibat
dari
penurunan
produksi
eritropoetin,
lesi
status
mental,
berkonsentrasi,
penurunan
kehilangan
lapang
perhatian,
memori,
kacau,
14
penurunan
tingkat
kesadaran
(azotemia,
ketidakseimbangan
pada
periode
diuresis
terjadi
peningkatan
yang
pemeriksaan
didapatkan
Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Urinalisis
didapatkan
warna
kotor,
sedimen
kecoklatan
Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak
mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein mengahasilkan
pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan
hiperkalemia berat. Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti
jantung.
d. Pemeriksan pH
Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan
metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses
metabolik normal. Selain itu, mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida
darah dan pH darah sehingga asidosis metabolik progresif menyertai
gagal ginjal.
5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah
komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui
retensi enema. Natrium polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion
kalium menjadi natrium di saluran intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialisis.
16
3.2
Diagnosis
a.
b.
3.3 Intervensi
Dx
1
Kriteria hasil :
a. Pengeluaran
haluaran
urine
3. Turgor
normal
b. Tidak ada edema
c. TTV dalam rentang
rentang
normal
135-145
mEq/L
dan
adanya
oedema
4. Distensi vena leher
5. Tekanan darah, denyut dan
normal
TD : 120/80 mmHg
N: 80X/menit
S:36.7C
d. Natrium
serum
dalam
kulit
irama nadi
R/ Pengkajian merupakan dasar
dan data dasar berkelanjutan
untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
b.
pada dewasa
c.
d. Kolaborasi
Pertahankan
17
pemberian
cairan
secara
intravena
R/ Jalur yang paten penting
untuk
pemberian
cairan
18
Tujuan
Mempertahankan
badan
Meningkatkan nafsu
makan
Membantu
dalam
Pola
diet
dahulu
dan
Menyediakan
informasi
makan
sedikit
tapi
sering
R/ Meminimalkan anoreksia dan
mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya peristaltik.
e. Berikan pasien / orang terdekat
daftar makanan / cairan yang
diizinkan dan dorong terlibat
dalam pilihan menu.
R/ Memberikan pasien tindakan
kontrol dalam pembatasan diet.
19
Makanan
dan
rumah
dapat
nilai
biologis
Untuk
membantu
status
Tujuan:
setelah
dilakukan
dalam
R/
injury
memberikan
melakukan
sebagai
gerak
dasar
untuk
alternativ
dan
Kriteria Hasil:
a. Pasien
mampu
mengidentifikasikan
faktor-faktor resiko dan
kemampuannya
b. Rencanakan tentang pemberian
progam
latihan
sesuai
kemampuan pasien
R/ latihan pergerakan dapat
mempengaruhi
meningkatkan
toleransi
terhadap
aktivita.
b. Berpartisipasi
progam
untuk
dalam
rehabilitasi
meningkatkan
otot
dan
tentang
20
kemampuan
untuk
beraktivitas
c. Mampu
memilih
sehari-hari
R/
untuk
beberapa
alternatif
pergerakan
untuk mempertahankan
tingkat aktivitas
melakukan
untuk
dalam
mengembangkan
latihan
progam
individual
mengidentifikasi
alat
untuk
spasme
dan
kebutuhan
menghilangkan
otot,
meningkatkan
fungsi motorik,
menurunkan
mencegah /
atrofi
kontraktur
dan
pada
sistem
muskular
sejauh
dalam
kecemasan
menghadapi
kecemasan
mana
klien
tingkat
sehingga
memu-dahkan
Kriteria hasil:
a.
b.
Pasien
penanganan/pemberian
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas
Pasien
mengidentifikasi
askep
se-lanjutnya
b. Berikan
kenyaman
dan
ketentraman hati
R/ Agar klien tidak terlalu
mampu
dan
memikirkan kondisinya.
c. Kaji intervensi yang dapat
mengontrol cemas
c. Ekspresi
menurunkan ansietas.
wajah
pasienmenunjukkan
berkurangnya kecemasan.
d. Vital sign dalam batas
normal:
TD: 120/80 mmHg
RR: 20 x/mnt
Nadi:86 x/mnt
Suhu : 36, 50 C
mengurangi
tingkkat kecemasan
d. Berikan aktivitas yang dapat
mengurangi
kecemasan/
ketegangan.
R/
Bertujuan
agar
pasien
dan
tidak
percakapan
mengetahui
tingkat
perasaan
kecemasan
untuk
dan
pasien
terhadap kondisinya
R/ mempermudah mengetahui
tingkat
cemas
menentukan
pasien
dan
intervensi
selanjutnya
f. Dorong pasien untuk mengakui
masalah dan mengekspresikan
perasaan.
R/ memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menerima
situasi nyata.
g. Identifikasi sumber / orang
yang dekat dengan klien.
R/
memberikan
keyakinan
sendiri
menghadapi
masalah
dalam
yang
22
dialaminya.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik
yang di tandai dengan pengurangan tiba-tiba Glomerular Filtration Rate
(GFR)
dan
perubahan
kemampuan
fungsional
ginjal
untuk
4.2
Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Akibat Gagal Ginjal Akut nantinya makalah ini dapat berguna
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih bnyak terdapat kekurangan
baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran
yng bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah di masa yang akan datang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif dan Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan,
Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.
Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
24