Anda di halaman 1dari 5

NETRALITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENGALAMAN MASA LALU:


Masa ORLA (1950-1965) jatuh bangunnya kabinet berdampak pd stabilitas kepegawaian
Masa ORBA (1966-1997), PNS dijadikan alat politik utk mempertahankan ke kuasaan
Masa Reformasi ditakutkan PNS dijadikan alat politik
DAMPAK KETIDAKNETRALAN PNS
Peran dan fungsi PNS sebagai alat pemersatu, pelayan, penyelenggara pemerintahan tidak ber-jalan
Diskriminasi pelayanan;
Pengkotak-kotakan PNS
Konflik kepentingan
Tidak Profesional lagi
PENGATURAN NETRALITAS PNS:
1. UU 43 Th. 1999 Ps. 3 (1-3) antara lain : (1) PNS harus Profesional, (2) PNS harus Netral dan tidak
diskriminatif, (3) PNS dilarang menjadi anggota atau pengurus Porpol;
2. UU 10 Th. 2008 Tentang Pemilu Anggota DPR,DPD, Pasal 84 (3,4 dan 5) yang berkaitan dengan
PNS dan Kampanye serta Pasal 273 yang mengatur tentang sanksi pidana terhadap pelanggaran
Pasal 84.
3. UU 32 Th 2004 Tentang Pemda dalam Ps. 59 (5) huruf g antara lain menyatakan pasangan calon
KEPDA & WAKEPDA yg berasal dari PNS harus mengundurkan diri dari jabatan negeri;
4. PP No. 30 Tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin PNS.
5. Peraturan Kepala BKN No. 10 Tahun 2005 Tentang PNS yang menjadi Calon Kepala Daerah/
Wakil Kepala Daerah
6. Surat Edaran MENPAN No. SE/08.A/M.PAN/5/2005 yang mengatur tentang Netralitas PNS
dalam Pemilihan Kepala Daerah
Netralitas atau neutrality (kenetralan) berasal dari kata neutral yang berarti murni (Echols dan Shadily,
1989). Murni dalam hal ini disamakan dengan tidak memihak.
Dalam konteks manajemen PNS, UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian kata netralitas dijumpai pada pasal 3 dan
berikut kutipannya selengkapnya.
1. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.
2. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pegawai Negeri harus netral
dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
3. Untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), Pegawai
Negeri dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai politik.

PENGERTIAN NETRAL
a. Sikap tdk memihak dan tdk berpihak thd salah satu kelompok/ golongan.
b. Tidak diskriminatif.
c. Steril dari kepentingan kelompok.
d. Tidak terpengaruh dari kepentingan partai politik.

NETRALITAS PNS DALAM PEMILIHAN UMUM


(DPR,DPRD,DPD,PRESIDEN/WAPRES,KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH)
SE MENPAN NO 07TAHUN 2009
1. PNS yang mencalonkan secara perorangan menjadi anggota DPD, Presiden/Wakil Presiden atau
Kepala Daerah/ wakil Kepala Daerah
a. PNS yang mencalonkan scr perseorangan menjadi anggota DPD harus mengundurkan
diri sebagai PNS
b. PNS yang mencalonkan scr perseorangan menjadi Presiden/ Wakil Presiden harus
mengundurkan diri dari jabatan negeri
c. PNS yang mencalonkan scr perseorangan menjadi Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
harus mengundurkan diri dari jabatan negeri
2. PNS yang menjadi calon Presiden/ Wakil Presiden, atau Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
dilarang :
a. Menggunakan anggaran Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya
c. Mengikutsertakan dalam kegiatan kampanye PNS lainnya, Kepala Desa, Perangkat Desa,
atau Anggota Badan Permusyawaratan Desa dalam kegiatan kampanye.

PNS DILARANG :
1. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/ Wakil Presiden dengan cara :
Ikut serta sebagai pelaksana kampanye
Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai/ PNS
Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS di lingkungan kerjanya
Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara
Membuat keputusan dan/ atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu calon
pasangan selama masa kampanye
Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap calon pasangan yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan dan pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan kerjanya, anggota
keluarga dan masyarakat.
2. Memberikan dukungan kepada calon Kepala daerah/ Wakil Kepala Daerah, dg cara :
Terlibat dalamkegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala daerah

Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye


Membuat keputusan dan/ atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye
Menjadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam kegiatan Pemilu tanpa izin dari
atasan langsung
3. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPR/ DPD/ DPRD dengan cara :
Sebagai pelaksana kampanye
Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS
Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS di lingkungan kerjanya
Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara
Memberikan surat dukungan disertai photo copy KTP atau Surat Keterangan Tanda Penduduk
sesuai praturan UU

SANKSI
1. Pelanggaran sebagaimana ketentuan di atas diketegorikan sebagai pelanggaran disiplin PNS
menurut PP 30 Tahun 1980
2. Terhadap pelanggaran tersebut, PNS dapat dijatuhi hukuman disiplin dari tingkat paling ringan
sampai berat tergantung latar belakang, pelanggaran dan jml kerugian negara serta dampak
sosial yang ditimbulkan
3. Hukuman disiplin tingkat berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk paling
lama 1 (satu) tahun bagi :
4. PNS yang melibatkan PNS lainnya untuk memberikan dukungan dalam kampanye
5. PNS yang duduk sebagai panitia Pengawasan Pemilihan tanpa ijin dari Pejabat Pembina
Kepegawaian
6. Hukuman disiplin tingkat berat Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS bagi :
7. PNS yang terlibat dalam kegiatan kampanye dengan menggunakan atribut partai/ seragam dinas
untuk mendukung salah satu partai/ calon peserta pemilu
8. PNS yang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan kampanye
9. PNS yang menjadi anggota PPK, PPS, KPPS tanpa ijin dari Pejabat Pembina Kepegawaian atau
Atasan Langsung
10. Hukuman disiplin Tingkat Berat Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi :
11. PNS yang menggunakan Anggaran Pemerintah /Pemerintah Daerah dalam proses pemilihan
Anggota Legeslatif, Presiden/ Wakil Presiden dan Kepala/Wakil Kepala Daerah
12. PNS yang menggunakan fasilitas terkait dengan jabatannya dalam proses pemilihan Anggota
Legeslatif, Presiden/ Wakil Presiden dan Kepala daerah/ Wakil Kepala Daerah
13. PNS yang membuat keputusan dan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon atau partai selama masa kampanye

PNS YANG MENJADI


CALON KEPALA/ WAKIL KEPALA DAERAH
1. Wajib mengajukan surat pernyataan pengunduran diri dari jabatan negeri yang disampaikan
kepada atasan langsung
2. Atasan langsung meneruskan kepada Pejabat yang berwenang (PYB)
3. Setelah menerima SP pengunduran diri PNS, PYB menetapkan keputusan pemberhentian dari
jabatan negeri, dan berlaku TMT ybs ditetapkan sebagai Calon KD/WKD oleh KPUD
4. Bila usia PNS tsb telah 56 th atau lebih, setelah diberhentikan dari jabatan negeri, ybs
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS mulai akhir bulan diberhentikan dari jabatan negeri
Penghasilan
1. PNS yang diberhentikan dari jabatan negeri menerima penghasilan berupa gaji pokok, tunjangan
keluarga dan tunjangan pangan.
2. Dibayarkan mulai bulan berikutnya sejak diberhentikan dari jabatan negeri
3. Penghasilan tsb, dihentikan bila :
4. Mencapai usia 56 tahun saat proses pemilihan
5. Dilantik menjadi Kepala/ Wakil Kepala Daerah
6. PNS yang terpilih dilantik menjadi Kepala/ Wakil Kepala Daerah dan berlaku ketentuan ttg PNS
yang diangkat menjadi Pejabat Negara
7. PNS yang tidak teripilih, dipekerjakan pada instansi semula.
8. PNS tsb dipekerjakan kembali setelah mengajukan permohonan untuk bekerja kembali kepada
PPK.
9. Pengajuan tsb, selambat-lambatnya 21 hari sejak dinyatakan tidak terpilih berdasar hasil Pilkada
yang ditetapkan oleh KPU
10. Bila dalam waktu 21 hari tidak mengajukan permohonan untuk dipekerjakan kembali tanpa
alasan yang sah, PNS tsb dipekerjakan kembali dan dijatuhi hukuman disiplin berdasar
perundangan yang berlaku
11. Masa selama diberhentikan dari jabatan negeri tidak dihitung sebagai masa kenaikan pangkat
PNS
12. Selama diberhentikan dari jabatan negeri PNS tsb tidak bisa diberikan kenaikan pangkat
PP NO 6 TAHUN 2005 TENTANG
PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL
KEPALA DAERAH
Pasal 60
Dalam pelaksanaan kampanye pasangan Calon atau Tim Kampanye dilarang :
a. . dst
h. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pasal 61
(1) Dalam Kampanye, Pasangan Calon dan Tim Kampanye dilarang melibatkan
Hakim pada semua peradilan

Pejabat BUMN/BUMD
Pejabat Struktural dan Fungsional dalam jabatan Negrei
Kepala Desa
(3) PNS, Pejabat Struktural dan Fungsional dan Kepala Desa dilarang membuat keputusan
dan/ atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama
kampanye
Pasal 62
Pasangan calon dilarang melibatkan PNS, Anggota TNI, POLRI sebagai peserta kampanye dan juru
kampanye dalam pemilihan
PNS HARUS NETRAL
1. Netral, untuk menghindari pengkotakkan, konflik kepentingan dan diskriminasi pelayanan.
2. Menjamin PNS sebagai perekat persatuan bangsa dalam kerangka NKRI.
3. Netralitas PNS sebagai salah satu prakondisi untuk meningkatkan profesionalisme PNS.

Anda mungkin juga menyukai