Anda di halaman 1dari 35

1

PORTOFOLIO
KARSINOMA MAMAE DUCTAL INVASIVE POST MENOPAUSE

Oleh:
dr. Febrina Sertu Fani
Dokter Internship
Pembimbing:
dr. Prabudi, Sp.B, M.Kes, FICS

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BRIGJEN HASAN BASRY
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
2016

2
LEMBAR PENGESAHAN

dr. Febrina Sertu Fani


Judul Portofolio : Karsinoma Mamae Ductal Invasive Post Menopause

Telah Menyusun Portofolio Bedah sebagai Salah Satu Tugas dalam Rangka Program
Internship di Rumah Sakit Brigjen Hasan Basry
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Selatan, Januari 2016


Mengetahui,
Pembimbing,

dr. Prabudi, Sp.B, M.Kes, FICS


NIP. 19750330 200501 1 007

3
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang penting, karena mortalitas dan
morbiditasnya yang tinggi. Jumlah kasus kanker payudara di dunia menduduki peringkat
kedua setelah kanker servkis, di samping itu kanker payudara menjadi salah satu pembunuh
utama wanita di dunia dan adanya kecenderungan peningkatan kasus baik di dunia maupun di
Indonesia. Diperkirakan 7,4 juta orang meninggal di dunia pada tahun 2004 karena kanker,
1,3 juta kasus baru dan diperkirakan 458.000 dilaporkan meninggal pada tahun 2008 dan jika
hal ini berlanjut maka pada tahun 2015, 83,2 juta orang akan meninggal karena kanker.1,2
Insidensi kanker payudara di Asia meningkat dengan cepat jika dibandingkan dengan
daerah Barat. Berdasarkan International Agency on Research in Cancer, kanker payudara
lebih banyak ditemukan pada wanita di Indonesia dan Malaysia. Umur rata-rata pada kedua
negara tersebut hampir sama yakni 36,2 per 100.000 penduduk di Indonesia berbanding
dengan 37 per 100.000 penduduk di Malaysia dengan angka kematian 18,6 per 100.000 di
Indonesia berbanding 14,7 per 100.000 di Malaysia.3
Penyebab kanker payudara belum diketahui, diperkirakan mutifaktorial. Selain adanya
defek pada gen BRCA1 dan BRCA2, masih banyak kelainan yang pada prinsipnya
meningkatkan aktifitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan
regulasi kematian sel. Selain itu terdapat juga faktor usia, riwayat keluarga, hormon,
terekspose radiasi, penggunaan terapi pengganti hormon yang lama setelah menopause.1,4
Sekitar 40% pasien dengan kanker payudara akan berkembang dan bermetastase.
Kebanyakan metastase baru bermanifestasi pada lima tahun pertama setelah didiagnosis,
tetapi kekambuhan dapat terjadi pada 10-20 tahun setelah didiagnosis penyakit primernya.
Munculnya kekambuhan berkaitan dengan ukuran lesi primer dan nodul yang muncul. Untuk
itu diperlukan terapi yang optimal di mana dibutuhkan pendekatan multidispliner yang
meliputi, operasi, radiasi dan ahli bedah tumor, diagnostik radiologi dan patologi serta terapi
pendukung lainnya seperti terapi psikososial.5

4
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS (Autoanamnesis & Alloanamnesis, tanggal 14 September 2015)
Identitas :
Nama

: Ny. I

Umur

: 56 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Desa Telaga Baru, Kec. Telaga Bauntung, Banjar

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Suku

: Banjar

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: Tidak sekolah

Status Kawin

: Kawin

Masuk Rumah Sakit

: 27 September 2015

Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan yang dirasakan sejak 2
tahun belakangan in. Os mengaku awalnya benjolan berukuran kecil dan semakin lama
semakin membesar, awalnya tidak menyebabkan keluhan sehingga pasien tidak pernah
memeriksakannya. Dalam beberapa bulan terakhir lama kelamaan benjolan dirasakan
semakin membesar dengan permukaan yang berbenjol benjol juga disertai nyeri juga
mengeluarkan darah. Bentuk tidak teratur, os juga mengeluhkan mual sehingga tidak nafsu
makan dan mengalami penurunan berat badan, tidak ada demam, sesak nafas tidak dirasakan.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien selama ini hanya berobat kampung, 2 hari SMRS os berobat ke Puskesmas dan
dirujuk ke RSUD Hasan Basry.

5
Riwayat Penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi disangkal


Diabetes mellitus disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa

Riwayat Sosio Ekonomi :

Os dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah.

PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 14 September 2015)


Keadaan Umum
Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan sakit

: Tampak Lemah

Karnofsky score :

60-70 (Dapat melakukan aktifitas terbatas untuk diri sendiri, namun

tidak dapat untuk melakukan aktifitas normal seperti biasa).


Tanda Vital
Tekanan Darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 88 x / menit

Pernafasan

: 20 x / menit

Suhu tubuh

: 36,2 C

Kepala dan leher: konjunctiva anemis (+), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-), pembesaran
kelenjar getah bening (-).
Thoraks :
Paru:
o Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
o Palpasi : tidak ada pelebaran ICS, fremitus vokal (dekstra = sinistra)
o Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
o Auskultasi: Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi: ictus cordis tidak teraba
o Perkusi: batas jantung kanan: para sternal line ICS III dekstra
batas jantung kiri: mid clavicula line ICS V sinistra
o Auskultasi: S1/S2 tunggal reguler, tidak ada gallop, tidak ada murmur
Abdomen:
o Inspeksi: Datar

o Auskultasi : bising usus (+) normal


o Palpasi: supel, hepar/ lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
o Perkusi: timpani di seluruh lapangan abdomen
Ekstremitas
o Edema: superior (-/-), inferior (-/-)
o Sensorik: superior (+/+), inferior (+/+)
o Motorik : superior (555/555), inferior (555/555)
Status lokalis:
Mamae Dextra
o Inspeksi : Asimetris, tampak tumor soliter pada mamae dextra kuadran lateral
atas sampai bawah, ukuran 20 cm x 10 cm, permukaan tumor berbenjolbenjol, mengeluarkan darah dan pus. Peau dorange (+), dimpling (-), nipple
discharge (-), ulkus (+)
o Palpasi : Massa berbatas tegas, mobile, permukaan tidak rata, konsistensi
padat keras, terfiksir ke dinding dada, perabaan sedikit hangat dan nyeri tekan
(+). Tidak terdapat benjolan lain.

Pembesaran kelenjar Lymfonody :


Axilla
: Tidak di temukan
Mamaria Interna : Tidak ditemukan
Supra Clavicula : Tidak ditemukan

Gambar 1. Penampakan klinis pasien

7
Karnofsky Skor : 60-70 (Dapat melakukan aktifitas terbatas untuk diri sendiri, namun tidak
dapat untuk melakukan aktifitas normal seperti biasa).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI

SATUAN

RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin

5,4

14.0 18.0

g/dl

Leukosit
Hematokrit
Tombosit
MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah
Sewaktu
HATI
SGOT
SGPT
GINJAL
Ureum
Creatinin
Hbsag
CT
BT

8,0
16,8
530

4.0 10.5
40-50
150 450

Ribu/ul
Vol%
Ribu/ul

58,2
18,8
32,4

80.0 97.0
27.0 32.0
32.0 38.0

Fl
Pg
%

67,0
24,5
8,5
5,4
1,9
0,7

50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.00
1.25-4.0

%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

138

<200

mg/dl

13
15

0-46
0-45

U/l
U/l

10-50
0.7-1.4

mg/dl
mg/dl

4-7
1-3

Menit
Menit

RADIOLOGIS

29
1,2
Non reaktif
620
20

8
Foto Thorax PA, Usg Abdomen

Kesimpulan :
Cardiomegali,Soft tissue mass extrathoracic kanan, tidak tampak tanda tanda metastase saat
ini.

USG Abdomen

9
Kesimpulan :
Liver/BG/Pancreas/Spleen/Ginjal Kanan Kiri/Buli/Uterus/Adnexa Kanan Kiri Saat Ini Tak
Tampak Kelainan.
PATOLOGI ANATOMI
Pembesaran 10x10
Necrotic disentral

Ket. Tumor dengan Gambaran DCIS, High Grade Comedo Type


Mitosis Patologis

Pembesaran 10x40
Gambaran solid, invasive carsinoma (tidak jelas gambaran tubular)

LAPORAN PEMERIKSAAN

10
MAKROSKOPIK:
Diterima 2 tempat sediaan :
1.

Potongan jaringan mamae, berat 900 gram, ukuran 20x13x8 cm, sebagian dilapisi
kulit, papila (+), tampak massa tumor menonjol kepermukaankulit, permukaan
berdungkul. Pada irisan massa tumor ukuran 13x9x7 cm, warna abu abu kecoklatan
padat kenyal sebagian rapuh. Jarak tumor dengan tepi superior 2 cm, tepi inferior 2,5
cm, lateral 5 cm, medial 4 cm, dasar 1 cm. Pada explorasi ditemukan 12 KGB, 0,6
2 cm.

2. Potongan potongan jaringan lemak, berat 10 gram. Pada explorasi ditemukan 4


KGB, 0,6 1,3 cm.
Diproses sebagian dalam 7 kaset.
MIKROSKOPIK:
Menunjukkan potongan jaringan tumor mamae, terdiri dari proliferasi sel
sel epithel duktuli, inti bulat-oval, pleiomorfik sedang-berat, kromatin kasar, sebagian
vesicular, anak inti prominent, tubular formation < 10%, ditemukan aktifitas mitosis 33/10
HPF, invasif diantara stroma, dengan infiltrat limfosit derajat sedang. Tumor tumbuh sampai
dermis, jarak tumor dengan tepi operasi terdekat (dasar) 8mm. Tampak vascular invasi dan
fokus-fokus DCIS high grade, comedo type. Tidak didapatkan metastasis pada 16 KGB yang
ditemukan.
KESIMPULAN: Mamae (D), Operasi MRM:
Invasive Carcinoma, No Special Type, Grade 3, Stage IIIB (pT4N0Mx), dengan DCIS
High Grade, Comedo Type.
EKG tidak dilakukan karena alat EKG sedang error
DIAGNOSIS
CA MAMAE (D) T4bN0M0
ANEMIA HPOKROM MIKROSITER

PENATALAKSANAAN

11
-

IVFD RL loading 500cc 30 tpm


Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam iv
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Pro transfusi PRC 2 kolf/hari Hb 10 gr/dl
Konsul dr. Sp. B
Masuk Rawat Inap RS Ruang Bedah

FOLLOW UP

12
Perawatan
27/09-2015

S
Benjolan pada payudara

O
TD:140/90 mmHg

A
Ca. Mamae

(HARI I)

kanan disertai darah,

Nadi :88 x / menit

(D),

nanah. Nyeri (+)

RR:20 x / menit

T4N0Mx

T:36,2 C
CA (+/+)
Inspeksi:Asimetris,tampak
tumor pada mamae dextra
kuadran lateral, ukuran 20
cm x 10 cm, tepi ireguler,
permukaan tumor berbenjolbenjol, mengeluarkan darah

P
IVFD RL
loading 500cc
30 tpm
Inj. Ranitidin 1
amp/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30 mg/8 jam
Pro transfusi
PRC 2 kolf/hari
Hb 10 gr/dl
Konsul dr. Sp.
B
Masuk Rawat
Inap RS Ruang
Bedah

dan pus. Peau dorange (+),


dimpling (-), nipple discharge
(-)
Palpasi:mamae
benjolan

kiri:

teraba

(-),

terdapat tarian kulit.


Mamae
kanan
berbatas

tidak

tidak
:Massa
tegas,

immobile, permukaan rata,


konsistensi

padat

keras,

terfiksir

dinding

dada,

ke

perabaan sedikit hangat dan


nyeri

tekan

(+).

Tidak

28/09/2015

Benjolan pada payudara

terdapat benjolan lain.


TD:130/90 mmHg

Ca. Mamae

Diet bebas

(HARI II)

kanan disertai darah,

Nadi :88 x / menit

(D)T4N0Mx

TRTP

nanah. Nyeri (+)

RR:20 x / menit

Anemia

IVFD RL 20

T:36,2 C

kronis ec

TPM

CA (+/+)

blood loss

Inj.ceftriaxone

Status lok: SDA

2x1 gr
Inj.ketoroloc
2x30 mg
Inj.ranitidin
2x1 amp
Usg abdomen
Transfusi PRC
II kolf/hari
Luka
rawat/tutup

13
dengan kasa

29/09/2015

Benjolan pada payudara

TD:130/90 mmHg

Ca. Mamae

basah Nacl
Diet bebas

(HARI III)

kanan disertai darah,

Nadi :88 x / menit

(D)T4N0Mx

TRTP

nanah. Nyeri berkurang

RR:20 x / menit

Anemia

IVFD RL 20

T:36,2 C

kronis ec

TPM

CA (+/+)

blood loss

Inj.ceftriaxone

Status lok: SDA

2x1 gr
Inj.ketoroloc
2x30 mg
Inj.ranitidin
2x1 amp
Transfusi PRC
II kolf/hari
Luka
rawat/tutup
dengan kasa
basah Nacl

14

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.I ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA1

Gambar 1. Anatomi Mammae6


Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral
atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masingmasing mempunyai saluran ke papilla mamma, yang disebut duktus laktiferus. Di
antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobules tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a. mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis.

15
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati
rasa pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang
mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi
aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di
daerah tersebut.
Saraf

n.pektoralis

yang

mengurus

m.pektoralis

mayor

dan

minor,

n.torakodorsalis yang mengurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang


mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila.1,6
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksilla, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penjalaran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar
dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepnjang arteri dan
vena brakialis. Saluran limf dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di
fossa supraklavikuler.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju
ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,
pleura, dan payudara kontralateral.1

16
Gambar 2. Anatomi Mamae.6

Fisiologi Mamae1
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen
dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu
itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna Karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru.1,2 Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus keputing susu.1
3.2 Definisi
Kanker payudara merupakan keadaan malignansi yang berasal dari sel-sel yang terdapat
pada payudara. Payudara wanita terdiri dari lobus-lobus, duktus-duktus , lemak dan jaringan
konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya karsinoma berasal dari sel-sel yang
terdapat diduktus, beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan jaringan lainnya.2
3.3 Etiologi
1. Etiologi Genetik ( Riwayat Keluarga)

Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan penderita kanker payudara dua


sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya
menderita kanker payudara. Dan besar kemungkinan akan menderita kanker
bilateral atau kanker pada saat premenopause.1 Pada kanker payudara ditemukan
dua gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga kasus kanker payudara familiar
atau 5% secara keseluruhan yaitu gen BRC1 yang berlokasi di kromosoM 17

17
(17Q21) dan gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya
mutasi dan delesi yang bersifat herediter menyebabkan terjadinya meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.2
2. Usia
Seperti pada kebanyakan jenis kanker yang lainnya, insidens menurut usia naik
sejalan dengan penambahan usia.1 Kanker payudara jarang terjadi pada usia
sebelum 25 tahun kecuali pada beberapa kasus yang berhubungan dengan faktor
familiar . secara keseluruhan dapat terjadi pada semua usia, 77%pada wanita di
atas usia 50 tahun.2
3. Hormon
Pertumbuhan

kanker

payudara

sering

dipengaruhi

oleh

perubahan

keseimbangan hormon. Hal ini terbukti pada hewan coba dan pada penderita
karsinoma mamma. Perubahan pertumbuhan tampak setelah penambahan atau
pengurangan hormon yang

merangsang atau menghambat

pertumbuhan

karsinoma.1
Penggunaan hormon pengganti pada wanita postmenopausal menunjukkan
peningkatan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Pemberian estrogen dan
progesteron secara bersamaan meningkatkan terjadinya insiden kanker payudara
jika dibandingkan dengan pemberian estrogen saja. Keadaan ini dijumpai pada
karsinoma lobular invasif.2
4. Diet
Dari populasi yang dalam negara menunjukkan peningkatan insidens kanker
payudara cenderung mempunyai masukan lemak diet yang tinggi.1 Bukti langsung
dari observasi yang dibuat pada wanita jepang. Karena masukan lemak dietnya
meningkat, maka insidens kanker payudara meningkat.1,2
5. Virus
Pada air susu ibu ditemukan (partikel) virus yang sama dengan yang terdapat pada
air susu tikus yang menderita karsinoma mamma. Akan tetapi, peranannya sebagai
faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan1
6. Sinar ionisasi
Pada hewan coba terbukti adanya peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab
kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau
penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen, peranan sinar ionisasi sebagai
faktor penyebab pada manusia lebih jelas.1

18
3.3 Klasifikasi
Klasifikasi Pada awal kanker payudara dibagi menjadi dua kategori besar yakni in situ,
yang sebagian besar berbentuk ductal carcinoma in situ (DCIS), dan kanker yang telah
menginvasi. Keduanya berasal dari proses yang beragam dengan gambaran, biologi dan
gejala klinik yang bervariasi.4
Carcinoma in situ merupakan kanker stadium paling awal dan hanya terbatas pada duktus
atau lobulus di mana pertama kali muncul. Ini tidak menyebar ke jaringan lemak yang lain
pada payudara atau ke organ yang lain dalam tubuh. Terdapat dua tipe carcinoma in situ
yakni:4,7,8
1.

Lobular carcinoma in situ (LCIS): biasa disebut juga neoplasia lobular. Ini berawal
dari lobulus, tetapi tidak tumbuh langsung pada dinding lobus LCIS tidak akan
manjadi kanker yang invasif dengan sendirinya, tetapi perempuan dengan kondisi ini
memiliki resiko tinggi berkembang menjadi kanker yang bersifat invasif pada salah

2.

satu payudaranya.7,8
Ductal carcinoma in situ (DCIS): ini merupakan penyebab paling banyak pada kanker
payudara non-invasif. Pada DCIS, sel kanker yang terdapat di dalam duktus tidak
menyebar di dinding duktus tersebut tetapi masuk ke jaringan lemak di dalam
payudara. DCIS dapat diterapi dengan operasi atau radioterapi, yang biasanya
dijadikan terapi kuratif. Jika tidak diobati, DCIS dapat tumbuh dan berkembang
menjadi kanker yang invasif.7,8

19

Tabel 1. Klasifikasi kanker payudara berdasarkan WHO

3.4 Patogenesis
Karsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel dengan perkembangan sel sel atipik. Sel sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah.2
3.5 Stadium Kanker Payudara
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari UICC/AJCC
tahun 2002 adalah sebagai berikut :9

20
T = ukuran tumor primer
Tx
T0
Tis

Tumor primer tidak dapat dinilai


Tidak terdapat tumor primer
Karsinoma in situ
Tis(DCIS)
: Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS)
: Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget)
: Penyakit Paget pada puting tanpa adanya tumor
T1
Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang
T1mic Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a
: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b
: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c
: Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm
T2
Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm
T3
Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4
Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit
T4a
T4b

: Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)


: Edema ( termasuk peau d'orange ), ulserasi, nodul satelit

pada kulit yang terbatas pada 1 payudara


T4c
: Mencakup kedua hal diatas
T4d
: Mastitis karsinomatosa
N = Kelenjar getah bening regional.
Nx
N0
N1
N2

Kgb regional tidak bisa dinilai ( telah diangkat sebelumnya )


Tidak terdapat metastasis kgb.
Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil
Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya
pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral ( klinis* ) tanpa adanya
metastasis ke kgb aksila
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara

N3

klinis * dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila


Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb mamaria
interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila ; atau metastasis
pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb
aksila / mamaria interna
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula

21
M : metastasis jauh
Mx

Metastasis jauh belum dapat dinilai

M0

Tidak terdapat metastasis jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

Stadium 0
Stadium 1
Stadium IIA
Stadium IIB

Stadium IIIA

Stadium IIIB
Stadium IIIC
Stadium IV

Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Tiap T
Tiap T

N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Tiap N

M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

3.6 Diagnosis
Pada anamnesis Prosedur menegakkan diagnosis kanker payudara:5,9
1.

Anamnesis

Keluhan utama penderita dapat berupa massa tumor di payudara; rasa sakit; keluar
cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema sekitar aerola; keluhan
kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya peau dorange atau
keluhan berupa pembesaran kelenjar getah bening aksila Adanya tumor ditentukan
sejak berapa lama, cepat atau tidak membesar, disertai sakit atau tidak. Biasanya
tumor pada proses keganasan atau kanker payudara mempunyai ciri-ciri dengan
batas yang irregular umumnya tanpa ada rasa nyeri; tumbuh progresif cepat
membesar dan jika sudah lanjut akan ditemukan tanda-tanda dalam kriteria
operabilitas Haagansen. Serta faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker
payudara.5,9
2.

Pemeriksaan fisis

22
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain, esterogen
dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh
hormonal ini seminimal mungkin yakni setelah menstruasi kurang satu minggu dari
hari pertama menstruasi. Pemeriksaan meliputi keada tumor yakni : lokasi tumor,
ukuran tumor, konsistensi, batas tumor tegas atau tidak, mobilitas tumor terhadap
kulit. Memeriksa kelenjar getah bening regional. Memeriksa organ lain untuk
melihat adanya tanda metastasis jauh pada hepar, lien dan tulang-tulang.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
inoperabilitas Haagensen sebagai berikut .3,4,9
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Terdapat edema luas pada kulit payudara (>1/3 luas kulit payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinomatosa
Terdapat nodul parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastasis jauh
Terdapat dua dari tanda-tanda: Ulserasi kulit, Kulit terfiksir pada dinding
thorax, Kelenjar getah bening aksila diameternya >2,5 cm, Kelenjar getah

3.

bening aksila melekat satu sama lain.


Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dan marker
Pemeriksaan laboratorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkali
phospatase, SGOT, SGPT, dan tumor marker. Tumor marker pada kanker
payudara yang dianjurkan American Society of Clinical Oncology adalah
carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3

dan CA

27.29. Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan BRCA-2 dianjurkan pada


pasien dengan keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara atau
b.

ovarium.5,9
Mammografi
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor yang secara palpasi tidak teraba;
jadi sangat baik untuk daignosis dini dan screening. The NCI
merekomendasikan pemeriksaan mammografi pada usia lebih dari 40

c.

tahun. 3,8,10
Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan
kista dengan tumor solid. Sedangkan diagnosis kelainan payudaranya
dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan sitologi aspirasi jarum

d.

halus, core byopsi, biopsi terbuka atau sentinel node biopsy.3,7,9


Pemeriksaan histopatologi

23
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.
Needly biopsy merupakan alternatif biopsi pada payudara yang abnormal
yang kurang invasif. FNAB (Fine needle aspiration biopsy) merupakan
salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi massa di payudara.
Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi Core,
biopsi insisi, biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (advance breast biopsy
instrument). 3,9
3.7 Prinsip Penanganan
Penatalaksanaan Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan
kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat
bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode bebas
penyakit (disease free interval) dan peningkatan harapan hidup (overall survival),
dilakukan pada kanker payudara stadium I,II, dan III. Terapi paliatif bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode bebas penyakit , umumnya
dilakukan pada stadium IV.5
Secara garis besar terapi kanker payudara dapat dibedakan berdasarkan
bagaimana terapi tersebut bekerja dan kapan terapi tersebut digunakan. Bagaimana
terapi tersebut bekerja dibedakan berdasarkan dua yakni terapi lokal dan terapi
sistemik. Sedangkan kapan terapi tersebut digunakan dibedakan berdasarkan adjuvant
dan neoadjuvant.11
Terapi lokal merupakan terapi langsung pada tumor tanpa melibatkan organ
tubuh secara keseluruhan. Misalnya operasi dan radiaoterapi. Terapi sistemik
merupakan terapi yang diberikan langsung masuk ke dalam tubuh. Terapi sistemik
pada kanker payudara termasuk terapi anti hormonal, kemoterapi dan terapi target.
Terapi tersebut dapat dilakukan sebelum operasi, sebagai terapi neoadjuvant atau
setelah operasi sebagai terapi adjuvant. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
perempuan dengan kanker payudara memiliki keuntungan jika menggunakan terapi
sistemik.11
Beberapa pasien yang mendapatkan terapi seperti kemoterapi dan terapi
hormonal, sebelum operasi. Tujuan utama terapi tersebut adalah untuk mengecilkan
tumor yang nantinya diikuti dengan operasi. Ini yang dinamakan neoadjuvant therapy.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan neoadjuvant therapy tidak membutuhkan
adjuvant therapy.11

24
Tipe-tipe terapi utama pada kanker payudara terdiri dari :5,11
1.
2.
3.
4.
5.

Operasi
Terapi radiasi
Kemoterapi
Terapi hormonal
Terapi target (terapi biologi)

1. Operasi
Bila Operasi merupakan terapi utama yang dianjurkan pada pasien kanker payudara,
seperti pada kebanyakan pasien dengan stadium awal yang dapat sembuh dengan hanya
operasi. Operasi kanker payudara meliputi reseksi sempurna dari tumor primer dengan
batas yang lebih agar mengurangi resiko kekambuhan dan staging tumor serta
pembesaran kelenjar limfe untuk informasi prognosis selanjutnya.9,12
a. Mastektomi
Mastektomi merupakan suatu prosedur di mana dilakukan pengangkatan seluruh
payudara termasuk puting susu. Mastektomi dibutuhkan pada beberapa kasus dan
kebanyakan perempuan memilih mastectomy dibandingkan lumpectomy. Pada
pasien yang akan dilakukan mastektomi penting dievaluasi lokasi dari tumor. Saat
menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi empat kuadran: superolateral,
superomedial, inferolateral, inferomedial. Lokasi tumor menentukan insisi saat
dilakukan. Secara umum, dibuat insisi elliptical, bersamaan dengan seluruh puting
susu dan areola, dan diperpanjang ke axilla.9

Gambar: Insisi pada mastectomy radikal13

25

Classical radical mastecctomy (CRM): operasi pengangkatan seluruh jaringan


payudara beserta tumor, nipple areola kompleks, kulit di atas tumor, otot
pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini
dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral tanpa ada
metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena morbiditas tinggi

sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.12


Simple mastectomy merujuk hanya pada pengangkatan payudara, dengan tidak
memotong hingga axilla. Ini sering diikuti dengan rekonstruksi dari payudara.
Terdapat beberapa kemungkinan mengapa dilakukan simple mastectomy.
Simple mastectomy bilateral dilakukan sebagai pencegahan yang dilakukan
untuk mengurangi resiko perkembangan kanker payudara. Sebagai alternatif,
pasien dengan kekambuhan lokal setelah dilakukan breast conserving surgery
dengan kanker invasive dapat dilakukan simple mastectomy. Sebagai
tambahan, pasien dengan kanker yang diffuse, multicentric, ductal carcinoma

in situ dapat dilakukan simple mastectomy.9,13


Modified Radical Mastectomy (MRM): operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan fascia
pektoral serta diseksi level I-II. Merupakan jenis operasi yang banyak
dilakukan.9

Gambar: Modified radical mastectomy

26

Skin Sparing Mastectomy (SSM) : operasi pengangkatan seluruh jaringan


payudara beserta tumor dan nipple areola kompleks dengan mempertahankan
kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus
disertai rekonstruksi payudara secara langsung. Dilakukan pada tumor stadium
dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak
memenuhi syarat untuk BCT.9

Gambar: Insisi yang biasa digunakan pada skin sparing mastectomy14

Gambar: Skema dari skin sparing mastectomy 14

Nipple Sparing Mastectomy (NSM) : operasi pengangkatan seluruh jaringan


payudara beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan
kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini juga disertai rekonstruksi
payudara secara langsung. Dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran
2 cm atau kurang, lokasi perifer, secara klinis NAC tidak terlibat, kelenjar

27
getah bening N0, histopatologi baik, dan potongan beku sub areola:bebas
tumor.9
b. Breast conserving treatment (BCT)
Breast conserving treatment (BCT) bertujuan untuk membuang massa dan
jaringan payudara yang mungkin terkena tumor namun dengan semaksimal
mungkin menjaga tampilan kosmetik payudara. Breast conserving treatment
(BCT) merupakan terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau
segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Ada 3
syarat yang harus terpenuhi dalam pemilihan jenis terapi ini yakni tepi sayatan
bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku), radioterapi dapat dilakukan dan
kosmetik bisa diterima. Kontra indikasi dilakukannya Breast conserving
treatment (BCT):3,9
Kontraindikasi absolut:

Riwayat radiasi sebelumnya

Wanita hamil pada trimester pertama atau kedua

Dua atau lebih tumor pada kuadran payudara yang berbeda

Adanya mikrokalsifikasi yang difus pada lebih dari 1 kuadran di


payudara

Kontraindikasi relatif

Tumor yang besar sehingga nilai kosmetik tidak dapat dipenuhi

Riwayat penyakit kolagen dan penyakit paru

Ukuran tumor yang sangat besar

Terdapat tiga eksisi tumor primer pada breast conserving therapy (BCT)
yakni: quadrantectomy, segmental eksisi dan lumpectomy. Tumor yang
berlokasi di posterior dari nipple-areola complex dan memanjang ke inferior
maka dapat direseksi dengan quadrantectomy, dengan dilakukan reseksi pada
kuadran inferior dari payudara. Tumor pada daerah superior atau inferior dari
nipple-areola complex dapat direseksi dengan menggunakan reduksi teknik
mammoplasty. Tumor yang berlokasi pada daerah superior dari nipple-areola
complex, akan dibuat insisi pada sekitar tumor, dengan satu lengan diinsisi

28
memanjang ke medial dan yang satunya memanjang ke lateral. Kemudian
tumor direseksi dan tepi kulit dijahit. Untuk tumor yang berlokasi pada daerah
inferior dari nipple-areola complex, dibentuk daerah insisi seperti angka 8
pada sekitar daerah nipple-areola complex. Kemudian tumor direseksi, lalu
tepi kulit dijahit.13

Gambar: Quadrantectomy13
1. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada kanker
payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA
dengan gangguan proses replikasi. Radioterapi menurunkan resiko rekurensi lokal
dan berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara. Terapi radiasi dimulai pada 4-6 minggu setelah operasi atau setelah
kemoterapi komplit dilakukan. Untuk pasien yang sementara dilakukan breast
conserving surgery, target radioterapi pada payudara yang ipsilateral. Terapi
radiasi juga efektif dilakukan untuk pembesaran kelenjar limfe regional yang
terdapat kelainan mikroskopik, seperti pada pasien dengan kelenjar limfe yang
positif berisi sel kanker.15
Indikasi terapi radiasi dan treatment volume setelah dilakukan Breast Conserving
Surgery berdasarkan stadium penyakit
Stadium penyakit

Indikasi terapi radiasi dan treatment


volume

29
Non invasive kanker payudara
Lobular carcinoma in situ

Terapi radiasi tidak diindikasikan

Ductal carcinoma in situ

Radiasi

pada

payudara

diindikasikan
dengan

pada

breast

ipsilateral

semua

pasien

conserving

surgery

(lumpectomy)
Stadium awal (T1-T2)
Kelenjar limfe (invasive negatif)

Radiasi

pada

payudara

diindikasikan
dengan

pada

breast

ipsilateral

semua

pasien

conserving

surgery

dengan pengecualian pada pasien 70


tahun yang

juga menerima

hormonalbRadiasi

pada

terapi

payudara

ipsilateral diindikasikan
Kelenjar limfe (invasive positif)

pada semua pasien dengan breast


conserving

surgery

dengan

pembesaran kelenjar limfe atau 1-3


pembesaran kelenjar limfe pada pasien
tertentu.

Radioterapi pada protokol PERABOI 2003 adalah:9


1. Setelah tindakan operasi breast conserving therapy (BCT)
2. Tepi sayatan dekat atau tidak bebas tumor (T> 5 cm)
3. Tumor letak sentral dan medial
4. Kelenjar getah bening positif dengan ekstensi ekstra kapsular.
2. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk menghilangkan
atau mengurangi esterogen dalam sel tumor (estrogen deprivation). Hal ini dapat
diperoleh dengan:9
1. Blokade reseptor dengan selektif estrogen reseptor modulator (SERM),
misalnya tamoxifen atau toremifen
2. Supresi sintesis estrogen pada wanita post menopause dengan aromatase
inhibitor, misal anastrozole, letrozole, exemestane atau dengan analoge LHRH
(luteinizing hormone-releasing hormone) pada wanita premenopause.
3. Ablasi ovarium dengan oophorectomy atau radiasi eksterna
premenopause.

pada

30
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti estrogen (tamoksifen, toremifen),
analog LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen androgen,
agen progestasional. Adjuvant hormonal terapi diindikasikan hanya pada
payudara yang menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dan atau
progesteron reseptor (PR).5,9
3. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker payudara dapat terdiri atas kemoterapi adjuvan atau
paliatif. Kemoterapi adjuvant adalah kemoterapi yang diberikan pasca mastectomi
untuk membunuh sel-sel tumor yang walaupun asimptomatik mungkin tertinggal
atau menyebar secara mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi
yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil ukuran tumor sehingga
dapat diangkat dengan lumpektomi atau mastektomi simpel.5,9
Obat-obat kemoterapi biasanya diberikan secara intravena pada lengan. Obatobat ini digunakan untuk membunuh sel-sel kanker yang beredar di sirkulasi yang
dapat berkembang di organ vital, yang disebabkan oleh metastase dari kanker.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang digunakan, bagaimana obat
tersebut diberikan dam berapa lama diberikan. Secara umum, efek samping dari
kemoterapi: pusing, rambut rontok, mual.5,9
Kemoterapi adjuvan paling baik dimulai dalam empat minggu pasca bedah.
Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan yaitu CMF (siklofosfammid,
metotreksat dan 5-fluorourasil), FAC (siklofosfamid, adriamisin, 5-fluorourasil),
AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF (siklofosfamid, epirubisin, 5fluorourasil). Regimen kemoterapi paliatif yang dapat diberikan antara lain CMF,
FAC (siklofosfamid, adriamisin, 5-fluorourasil) atau FEC (siklofosfamid,
epirubisin, 5-fluorourasil, sebaiknya dilakukan jika ER dan atau PR tumor (-),
terutama pada perempuan pramenopause, pertumbuhan tumor yang cepat dan
progresif, metastasis hati atau limfangitis karsinomatosa paru, kegagalan terapi
hormonal sebelumnya.9
Dosis dan jenis kemoterapi:9
1. Kemoterapi adjuvant : 6 siklus
2. Kemoterapi neoadjuvant: 3 siklus

31
3. Kemoterapi terapeutik: diberikan sampai metastasis hilang atau terjadi
intoksikasi
4. Kemoterapi paliatif: diberikan jangka panjang dengan tujuan paliatif
4. Terapi target biologik
Terapi ini bertujuan untuk mengganggu proses yang berperan dalam pertumbuhan
sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara adalah:15
1. Transtuzumab (Herceptin): merupakan antibodi monoklonal yang bekerja
langsung di reseptor HER2/neu, dan terbukti secara significant memiliki
aktifitas anti tumor pada metastatic breast cancer dengan overekspresi
HER2/neu (25% dari kanker payudara). Rata-rata respon 30-35% pada
metastatic breast cancer yang menerima single agent transtuzumab sebagai
first line therapy.
2. Bevacizumab merupakan monoklonal antibodi manusia yang didesain untuk
memblok aksi dari vascular endothelial growth factor (VEGF). VEGF
disekresi sel maligna dan sel nonmaligna hipoksik dan menstimulasi
pembentukan pembuluh darah baru dengan pengikatan reseptor spesifik.
3. Laptinib merupakan antibodi monoklonal yang mampu menghambat dua
reseptor dalam sel kanker (HER1/neu dan HER 2/neu). Diindikasikan pada
breast cancer yang overekspresi HER1/neu dan atau HER2.
3.8 Penanganan Berdasarkan Stadium
Beberapa Penatalaksanaan menurut stadium:9
1. Stadium nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)
Menurut protokol PERABOI 2003 penanganan karsinoma in situ adalah
mastectomy simple atau BCT. Pada lobular carsinoma in situ (LCIS), cukup
dilakukan observasi dengan pemeriksaan klinis tiap 6-12 bulan dan mammografi
tiap tahun. Penyakit Paget jika tidak disertai adanya tumor dilakukan
mastektomi simple dengan atau tanpa rekonstruksi. Jika disertai tumor
penatalaksanaannnya sesuai stadium menurut ukuran tumornya. Terapi definitif
pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin dan lokasi didasarkan
pemeriksaan radiologi.
2. Stadium dini (Stadium I dan II)

32
Pembedahan dapat berupa NSP, SSM, BCT dan MRM. Pemilihan jenis
pembedahan ini tergantung pada ukuran, lokasi dan jenis tumor juga
rekosntruksinya.
3. Stadium lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB, IIIC)
Jika operable dilakukan MRM atau CRM kemudian dilanjutkan adjuvant
kemoterapi dan radioterapi. Jika inoperable diberikan neoadjuvant kemoterapi
3 siklus kemudian dievaluasi respon parsial atau respon komplit dilakukan
MRM atau CRM. Pasca pembedahan kemoterapi dilengkapi sampai 6 siklus, 1
bulan pasca kemoterapi diberikan radiasi lokoregional. Hormonal terapi
4.

diberikan jika ER dan atau PR positif.


Stadium lanjut (Stadium IV)
Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis. Terapi
utamaadalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeted terapi dan
biphosphonate), pada kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan)
juga diperlukan.
a. Kemoterapi
Tidak ada gold standard regimen kemoterapi untuk kanker payudara
dengan metastase jauh. Kemoterapi tunggal yang dianjurkan adalah
anthracycile,

taxane,

capecitabine,

vinorelbine,

gemcitabine

atau

vinblastine. Hormonal dan trastuzumab tidak dianjurkan.


b. Hormonal terapi
Untuk penderita yang non-life threatening dengan ER dan atau PR positif,
single agent hormonal terapi direkomendasikan. Kemoterapi ditambahkan
pada penderita dengan life threating metastases seperti lymphangitic
pulmonary metastases atau progressive liver metastases.
c. Bisphosponates
Direkomendasikan untuk penderita dengan metastasis ke tulang.
penelitian menyimpulkan bahwa umur, jenis kelamin, ukuran tumor, jenis histopatologis,
invasi lokal, keterlibatan KGB regional, metastase jauh dan kadar thyroglobulin (Tg)
merupakan faktor prognostik yang sangat penting untuk penderita tiroid.2,8
3.9 Prognosis
Prognosis tergantung jumlah kelenjar getah bening aksila yang terlibat. Di samping
kelenjar getah bening, faktor prognosis lain adalah ukuran tumor, status hormon reseptor
reseptor, grading histopatologi dan yang baru adalah ekspresi HER 2/neu.9

33

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Diagnosa pada pasien ini adalah

34
2. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan tambahan lengkap yang menunjang ke arah
diagnostik yaitu pemeriksaan USG Abdomen, FNA-B, Radiologi dan Laboratorium
lengkap.
3. Penatalaksanaan karsinoma
Saran
1. Anamnesa, pemeriksaan fisik dan terutama pemeriksaan penunjang yang dilakukan
terhadap pasien seharusnya dilakukan secara holistik dan optimal sehingga diagnosa
dapat lebih ditegakkan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
2. Penatalaksanaan

diberikan

sesuai

dengan

diagnosis

yang

didapatkan

dengan

memperhatikan keadaan umum dan pertimbangan pasien dan keluarga.


3. Bagi dokter agar memfollow-up pasien secara rutin serta menyeluruh sehingga dapat
membantu dalam proses kesembuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. De jong Wim, R Sjamsuhidayat . Buku Ajar Ilmu Bedah.2005.EGC.
2. RK Karmalis. Tampilan Imunositokimia Her2/Neu Pada Biopsi Aspirasi
Jarum Halus Penderita Kanker Payudara [internet].2008 [cited 2015 Des
10]. Available from:http://repository.usu.ac.id.

35
3. A Zelenivch, RE Shore. Epidemiology of breast cancer. In Roses DF.
Breast Cancer. United State of America: Elseiver. 2005;2: 3.
4. National collaborating center for cancer. Early locally and advanced
diagnosis and treatment. In Nasional institute for health and clinical
excellence. 2009.
5. Manuaba, Wibawa

Tjakra.Panduan

penatalaksanaan

kanker solid

PERABOI.2010.
6. Anatomi payudara.[internet].2008 [cited 2008 Des 20]. Available
from:http://creasoft.files.wordpress.com/.
7. AG James ,RJ Solove. Breast cancer, treatment guidelines for patients. In
National Comprehensive Cancer Network and American Cancer Society;
2006.
8. J Cassidy, D Bissett, RA J. Breast cancer. In Oxford handbook of
oncology. 2002: 295.
9. SB Suyatno, Emir T Pasaribu SB. Kanker Payudara. In Bedah onkologi
diagnostik dan terapi. 2010:35.
10. E Wamer. Breast cancer screening. The New England Journal of
Medicine. 2011 September: 1025.
11. American cancer society. Breast cancer. American cancer society. 2012.
12. Alison T Stopeck M, Jules E Harris M. reast Cancer Treatment &
Management. 2012 October.
13. I Jatoi, M Kaufmann , JT Petit. Anatomy. In Atlas of breast surgery.
Springer; 2006:7.
14. Brenin DR, Kinne DW. Matectomy. In Torosian MH. Breast cancer A
guide to detection and multidisciplinary therapy. 2001:103
15. Buchholz TA. Radiation therapy for early-stage breast cancer after breastconserving surgery. The new England Journal of medicine. 2009.

Anda mungkin juga menyukai