Anda di halaman 1dari 25

HUKUM PAJAK

ANGGOTA KELOMPOK
1. Heri Hamzah

124704048

2. Ramadhan Adi Pradana

124704041

3. Fransisca Utami Masakke

124704212

4. Maharani Kesuma Dewi


5. Tiara Febriani

124704203
124704238

Tujuan
Pemutakhira
n

Upaya
Preventif

Sanksi

Upaya
Represif

TUJUAN PEMUTAKHIRAN DATA


Untuk melaporkan telah diadakannya perubahan - perubahan atas objek pajak
yang dimiliki oleh Wajib Pajak sehingga dapat terlihat sama dan terlihat adil
dalam pajak yang akan dikenakan sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak
namun pada kenyataannya banyak dari Wajib Pajak tidak melaporkan objek
pajak dengan jujur atau semestinya.
Dasar Hukum Pasal 21 Undang-Undang Nomer 12 Tahun 1985 Tentang PBB

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 18 ayat (3) :
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan
kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau
metode lainnya.

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Penjelasan Pasal 18 ayat (3) :
Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya
penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa.
Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadinya
pengahasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya
melebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian, Diretur Jendral pajak
berwenang untuk menentukan kembali jumlah penghasilan dan atau biaya
tersebut digunakan metode perbandingan harga antara pihak yang
independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau
metode lainnya.
Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 18 ayat (3b) :
Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan
melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special
purpose company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya
melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan
mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan
terdapat ketidakwajaran penetapan harga.

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Penjelasan Pasal 18 ayat (3b) :
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak oleh wajib
pajak yang melakukan pembelian saham/ penyertaan pada suatu
perusahaan wajib pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang
didirikan khusus untuk tujuan tersebut (special pupose company).

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 18 ayat (3c) :
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau
special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara
yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai
penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.

UPAYA PREVENTIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) huruf a Undang-undang
RI Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang berbunyi :
(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan kewajiban Retribusi
dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah dan Retribusi.
(2) Wajib Pajak atau Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajak
atau objek Retribusi yang terutang;

UPAYA REPRESIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 9 Ayat (1) huruf K :
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di
bidang perpajakan.

UPAYA REPRESIF DALAM UNDANG-UNDANG RI


NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 32 :
Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan
Undang-Undang ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Pasal 7 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berbunyi :
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp. 100.000,00 (seratus ribu
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp. 1.000.000,00
(satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan serta sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 28
Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang berbunyi :
Maksud pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana diatur
pada ayat ini adalah untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Pasal 13A Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berbunyi :
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh
Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Penjelasan Pasal 13A Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berbunyi :
Pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak. Namun, bagi Wajib Pajak yang melanggar pertama kali ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Oleh
karena itu, Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Pasal 13 ayat 3 Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
berbunyi :
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a) 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu
Tahun Pajak;
b) 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetor; atau
c) 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Penjelasan Pasal 13 ayat 3 Undang-undang RI Nomor 28
Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang berbunyi :
Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu ketetapan pajak karena melanggar
kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d.
Sanksi administrasi berupa kenaikan merupakan suatu jumlah proporsional yang harus
ditambahkan pada pokok pajak yang kurang dibayar. Besarnya sanksi administrasi berupa
kenaikan berbeda-beda menurut jenis pajaknya, yaitu untuk jenis Pajak Penghasilan yang
dibayar oleh Wajib Pajak sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
persen), untuk jenis Pajak Penghasilan yang dipotong oleh orang atau badan lain sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen), sedangkan untuk jenis Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen).

SANKSI BAGI WAJIB PAJAK


Pasal 38 Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A,
didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1
(satu) tahun.

SANKSI BAGI PEGAWAI PAJAK


Pasal 36A Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
(1) Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan
ketentuan undang-undang perpajakan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar kewenangannya yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang
berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan pengancaman kepada Wajib Pajak
untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
(4) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya.
(5) Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan tugasnya
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan .

SANKSI BAGI PEGAWAI PAJAK


Pasal 41 Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan
hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah).
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat(2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya
dilanggar

SANKSI BAGI PIHAK KETIGA


Pasal 41A Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi
keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

SANKSI BAGI PIHAK KETIGA


Pasal 41B Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah).

SANKSI BAGI PIHAK KETIGA


Pasal 41C Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35A ayat(1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan
pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidanadengan pidana kurungan
paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta oleh
Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi perpajakan
sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PERIHAL YANG DIMAKSUD PIHAK KETIGA


Pasal 35 Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi :
(1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris,
konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya, yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak,
penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas
permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib
memberikan keterangan atau bukti yang diminta.

Anda mungkin juga menyukai