Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Dasar Motivasi Belajar Siswa

2.1.1. Pengertian motivasi belajar


Menurut pendapat A.M. Sardiman (2004:75),
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan dari subjek belajar itu dapat dicapai. Dikatakan keseluruhan
karena pada umumnya ada beberapa motif yang sama-sama menggerakan
siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual. Perananya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar.

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikatakan dengan persoalan minat.


Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang memilih ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini menunjukan bahwa
minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang. Menurut A.M
Sadiman (2004:76) minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan melainkan
akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar. Oleh karena
Muhammad Hanif Luqman, 2012
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Jurusan Teknik Gambar Bangunan
di SMKN 2 Garut Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Dalam Kelas
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu
butuh dan ingin terus belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
siswa adalah suatu upaya atau dorongan yang mendorong siswa mengarah pada
perubahan tingkah laku terutama dalam proses belajar mengajar.
2.1.2. Hubungan Motivasi dengan Belajar
Pengertian motivasi menurut

Mc. Donald, yang dikutip oleh A.M

Sadirman (2004:73) bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri


seseorang yang ditandai dengan munculnya feling dan di dahului oleh
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen penting yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusi. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem yang ada pada organisme manusia,
karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi muncul
dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feling, efeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri seseorang, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan
akan menyangkut dengan kebutuhan.

10

Sedangkan devinisi belajar menurut Cronbach yang dikutip oleh A.M.


Sardiman (2004:20) belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri.
Pada dasarnya belajar merupakan kebutuhan dasi setiap individu. Dengan
belajar maka seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan
mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahui.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
dalam belajar akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Karena setiap
individu butuh akan belajar, dengan adanya motivasi sebagai pendorong, seorang
individu akan mampu mendapatkan apa yang menjadi kebutuhanya. Belajar tanpa
dorongan yang kuat pada diri individu tidak akan menghasilkan sesuatu yang
diharapkan.
2.1.3. Fungsi Motivasi
Dari pendapat yang dikemukakan oleh A.M Sadiman (2004:85), bahwa
motivasi sangat berguna bagi perbuatan manusia karena:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai.
Dengan demikian motivasi dapat menentukan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan.
Pendapat lain dikemukakan pula oleh Purwanto (2002 : 70) bahwa
motivasi sebagai suatu dorongan memiliki fungsi:

11

1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif untuk berfungsi


sebagai penggerak atau sebagai motor penggerak melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan yaitu petunjuk suatu tujuan yang hendak
dicapai
3. Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang akan dikerjakan ynag serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Disamping itu ada fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukan hasil yang baik, dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar
itu akan melahirhan prestasi yang baik.
2.1.4. Macam-macam Motivasi
Menurut A.M.Sardiman (2004:86) Jenis-jenis motivasi ini dapat di lihat
dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang
aktif itu sangat bervariasi.
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a. Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motif ini ada tanpa dipelajari. Sebagai conto misalnya:
dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual.
Motif-motif

ini

seringkali

disebut

dengan

motif-motif

yang

diisyaratkan secara biologis.


b. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh:
dorongan untuk belajar suatu cabang imu pengetahuan, dorongan

12

untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini


seringkali di sebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.
2. Jenis motivasi menurut pembagi dari Woodworth dan marquis
a. Motif atau kebutuhan organisasi
Motifasi atau kebutuhan organisasi meliputi: kebutuhan untuk minum,
makan, bernapas, seksual.
b. Motif-motif darurat
Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusah.
Jelasnya motif ini timbul karena dorongan dari luar.
c. Motif-motif objektif
Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
3. Motivasi jasmani dan rohani
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua
jenisyakni motivasi jasmani dan motivasi rohan. yang termasuk motivasi
jasmani seperti misalnya: refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang
termasuk motivasi rohani, yaitu kemauan.
4.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik


a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

13

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk


melakukan sesuatu. Sebagai contohseseorang yang senang membaca,
tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar,
karena tahu besok pagi ada ulangan.

2.2.

Tinjauan Mengenai Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Menurut pendapat Purwanto (2002:102) Motivasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal)
maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah
minat, bakat, kebiasaan belajar dan orientasi diri. Sedangkan faktor eksternal
diantaranya adalah faktor metode pembelajaran dan lingkungan baik berasal dari
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Selain faktor lingkungan
keluarga dan sekolah faktor eksternal melingkupi sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan belajar mengajar.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan proses belajar dan mengajar
adalah dengan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Dalam pendapat lain menurut Slameto (1997 :71), faktor lain yang dapat
mempengaruhi belajar yakni:

14

1. Faktor-faktor intern
a. Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan
2) Faktor cacat tubuh
b. Faktor fsikologis
1) Intelegensi
2) Minat dan motivasi
3) Perhatian dan bakat
4) Kematangan dan kesiapan
c. Faktor kelelahan
1) Kelelahan jasmani
2) Kelelahan rohani
2. Faktor ekstern
a. Faktor keluarga
1) Cara orang tua mendidik
2) Relasi antara anggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan gedung dan metode belajar
b. Faktor sekolah
1) Metode mengajar dan kurikulum
2) Relasi guru dan siswa
3) Disiplin sekolah

15

4) Alat pengajaran dan waktu sekolah


5) Keadaan gedung dan metode belajar
6) Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
c. Faktor masyarakat
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
2) Mass media dan teman bergaul
3) Bentuk kehidupan masyarakat

Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, penulis


dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan
tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru
harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada
siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar
harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis dan lingkungan dengan
kata lain faktor intern dan ekstren.
Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono
(1999:100) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Cita-cita / aspirasi siswa


Kemampuan siswa
Kondisi siswa dan lingkungan
Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

16

Adapun penjelasan faktor tersebut adalah:


1.

Cita-cita / aspirasi
Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Citacita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu,
dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu
kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga
diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang
akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau
kegiatan yang diinginkan.

2.

Kemampuan siswa
Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya
motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca,
memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin
tinggi.

3.

Kondisi siswa dan lingkungan


Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil
dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan
meningkat. Begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan
masyarakat) mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan
menghilang.

17

4.

Unsur dinamis dan pengajaran


Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh
pengalaman.

5.

Upaya guru dalam pengajaran siswa


Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yangt mempunyai
peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk
profesional dan memiliki keterampilan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Anshory (2011) mengenai faktor-faktor


yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Kematangan
Usaha yang bertujuan
Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Partisipasi
Penghargaan dan hukuman
Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar:
1.

Kematangan
Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis
haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi.
Seandainya

dalam

pemberian

motivasi

itu

tidak

memperhatikan

kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil


belajar tidak optimal.

18

2.

Usaha yang bertujuan

Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.


Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan
untuk belajar.

3.

Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi

Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar.
Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk
mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan
prestasi yang lebih baik di kemudian hari. Prestasi yang rendah
menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.

4.

Partisipasi

Dalam kegiatan mengajar perluh diberikan kesempatan pada siswa untuk


berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan
siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa
merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.

5.

Penghargaan dengan hukuman

Pemberian

penghargaan

itu

dapat

membangkitkan

siswa

untuk

mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan

19

berperan untuk membuat pendahuluan saja. Pengharagaan adalah alat,


bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi
tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah
seseorang menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan
belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar
kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas adanya
fungsi dan kegunaan. Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan
memiliki fungsi, menurut pendapat A.M. Sardiman (2004 : 83) fungsi dari
motivasi yaitu motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Jelaslah bahwa fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau itensitas
tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi
belajarnya.
2.2.2. Cara-Cara Menimbulkan Motivasi Ekstrinsik
Menurut Prayitno (1989:17), ada beberapa cara yang sering digunakan
guru untuk untuk merangsang minat siswa yang merupakan dorongan ekstrinsik,
diantaranya adalah:
a. Memberikan penghargaan dan celaan.
b. Mengadakan persaingan atau kompetisi.
c. Memberikan hadiah dan hukuman.
d. Pemberitahuan tentang kemajuan belajar yang telah dicapai siswa.

20

Pendapat lain dikemukakan oleh Uzer Usman (1995:29), bahwa terdapat


beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi
intrinsik, yaitu:
a. Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan
diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan
mengatasi prestasi orang lain.
b. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal
kegiatan belajar-mengajar guru , hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran khusus yang akan
dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
tujuan pembelajaran khusus tersebut.
c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu
perbuatan.
d. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa
puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,
guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk
maraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat
yang besar.
f. Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau
belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada
ulangan. Akan tetapi, bila mengatakan bahwa lusa akan diadakan
ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia
mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan
motivasi yang kuat bagi siswa.

21

2.3.

Teori Belajar

2.3.1. Pengertian Teori Belajar

Terdapat beberapa teori belajar seperti yang dikutip oleh Suryaman (2011),
adalah sebagai berikut,

1.

Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku


individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin (Homo Mechanicus). Ciri dari
teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,

22

menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,


menekankan

pentingnya

latihan,

mementingkan

mekanisme

hasil

belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh


adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

2.

Teori Humanistik

Pengertian

humanistik

yang

beragam

membuat

batasan-batasan

aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.


Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik
dala pendidikan. Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru
dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan
bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi


yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit seperti yang

23

dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah
sakit tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi


positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran
interpersonal,

dan

pengetahuan

interpersonal

lainnya.

Intinya

adalah

meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan


yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai
perilaku manusia.

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik,


tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan,
sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan
bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para

24

pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan,


mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi
terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat
keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari
pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

2.3.2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar

1.

Teori Behaviorisme

Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :

a.

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia


mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam


percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada
anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas
untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu
terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri
di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat

25

dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu
tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah
suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah
terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

b.

Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike
menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam
penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal
ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar
dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap
berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum


belajar :

26

1) Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk


memperoleh

stimulus

maka

pelaksanaan

tingkah

laku

akan

menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung


diperkuat.

2) Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah


hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau
digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya
tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice
makes perfect.

3) Hukum akibat ( Efek )

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat


menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu
tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk
dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat

27

menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan


serupa.

c.

Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting


dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal,
mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau
nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau
menghilang sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak


menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan
mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan
jika benar diberi penguat.

a) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi


pelajaran digunakan sebagai sistem modul.

28

b) Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak


digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.
c) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
d) dalam pembelajaran digunakan shapping

2. Teori Humanistik
a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak


perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar
yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba


memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau

29

belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.


Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

b.

Abraham Maslow (1950s)

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat
itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.


Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya

30

sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah
teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhankebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah
(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun
hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan fisiologis / dasar


b) Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
c) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
d) Kebutuhan untuk dihargai
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri

c.

Carl Rogers (1902-1987)

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan
wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak
memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan
ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia
pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada
tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia
University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis
pada tahun 1931.

31

Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society
for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada
perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masamasa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan
menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu
tulisan berjudul The Clinical Treatment of the Problem Child, yang
membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di
Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari
American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan


perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist)
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers
menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban
yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist
bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

a) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.


Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

32

b) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.


Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
c) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.

menurutnya sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting


diantaranya ialah :

a) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


b) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

33

g) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan


ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil
yang mendalam dan lestari.
i) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
j) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu.

2.3.3. Aplikasi Teori Belajar

Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar
dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.

1. Teori Behaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang
konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan
penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung

34

dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik
siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :

a.

Aplikasi Teori Pavlov

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam
kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan
memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan
dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

b.

Aplikasi Teori Thorndike

a) Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan


mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi,
tenang dan sebagainya.
b) Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang
ketat atau sistem drill.
c) Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila
perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.

c.

Aplikasi Teori Skinner

Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah


diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

35

2. Aplikasi Teori Humanistik

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat


eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan
melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa
dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi
yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan

pada

materi-materi

pembelajaran

yang

bersifat

pembentukan

kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan
mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa
dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.

36

3. Perbandingan

Teori

Behaviorisme

dengan

Teori

Humanisme

Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik yaitu :

a. Teori behaviorisme

Teori : proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi


antara stimulis dan respon.

Tujuan : adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.

Metode : dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan


dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan
hukuman.

Kekurangan :
sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah.
Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa.
Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan
yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.

Penerapan : pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan


pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.

37

Guru : guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat


yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi

Murid :melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya


berulang-ulang sampai hasilnya baik.

Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan
yang dilakukan.

b. Teori humanistik

Teori : belajar untuk memenusiakan manusia.

Tujuan : menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan.

Metode : mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar


yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.

Kekurangan : terlalu memberi kebebasan pada siswa.

Penerapan : materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.

Guru : memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam


kehidupan siswa.

38

Siswa : pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman


belajar sendiri

Evaluasi : diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

2.3.4. Manfaat Teori Belajar

Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masingmasing. Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri
mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang
menyebabkan

siswa

mempunyai

pengalaman

baru.

Aplikasinya

dalam

pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola


hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat optimal.

Menurut Suryaman (2011), manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,


2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajaran,
3. Memandu guru untuk mengelola kelas,

39

4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta


hasil belajar siswa yang telah dicapai,
5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,
6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada
siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

2.4.

Hasil Penelitian Yang Relevan


Berikut ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian skripsi ini untuk mendapatkan gambaran awal dan mengetahui


bagaimana variabel yang diungkapkan.
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Meisari Dwi
Arsiati (2005)

Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Motivasi Belajar
Pada Siswa Yang
Bermasalah Di
MAN 1 Malang

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Motivasi belajar
Siswa

Nur Huda
(2007)

Survei Faktorfaktor Yang


mempengaruhi
Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI
Dalam Mengikuti
Pelajaran Di
SMA
Muhamadiyah 1
Semarang Tahun
Pelajaran
2006/2007

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Motivasi belajar
Siswa

Hasil Penelitian
Faktor eksternal
menjadi faktor
utama dalam
mempengaruhi
motivasi siswa
yang bermasalah
di MAN 1
Malang
Pengaruh Faktor
ekstrinsik dan
intrinsik sangat
baik terhadap
motivasi belajar
siswa kelas XI
dalam mengikuti
pelajaran di SMA
Muhamadiyah 1
Semarang tahun
pelajaran
2006/2007

40

2.5.

Anggapan Dasar
Untuk mendapatkan pegangan yang bisa digunakan sebagai titik tolak

pemikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporannya, maka perlu


dibuat suatu anggapan dasar atau asumsi.
Anggapan dasar yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah:
Terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

2.6.

Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dibuat dengan maksud agar penelitian yang

dilakukan menjadi lebih terarah dan fokus dalam menjawab pertanyaan ini. Yang
menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran dari setiap faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi siswa jurusan teknik gambar bangunan di SMKN 2 Garut
dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas?
2. Faktor apa yang lebih dominan mempengaruhi motivasi siswa jurusan
teknik gambar bangunan di SMKN 2 Garut dalam mengikuti
pembelajaran di dalam kelas?

Anda mungkin juga menyukai