PENDAHULUAN
Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai
menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya.
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh
darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di
daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna
yang pembagiannya berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena
(Murbawani, 2006).
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah anus
sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau varises daerah anus dan
perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh bendungan darah dalam susunan
pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah anus sering disebut wasir,
ambeien atau hemorrhoid. Hemorrhoid dapat dibagi atas hemorrhoid interna dan
hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid dapat disebabkan karena bendungan sentral seperti
bendungan susunan portal pada sirosis hepatic, herediter atau penyakit jantung
koroner, serta pembesaran kelenjar prostate pada pria tua, atau tumor pada rectum
(Patologi F.K.UI, 1999).
Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior di atas
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan bantalan
vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Hemorrhoid
interna sering terletak di kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral. Hemorrhoid
eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoidalis inferior,
terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus
(Sjamsuhidajat, 1998).
Hemorrhoid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemorrhoid tidak
hanya terjadi pada pria usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorrhoid. Usia muda
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci
terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani
eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci).
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan
pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan
kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan
arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai
darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
FISIOLOGI
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi
sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan
inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif :(1) kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra;
dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon.
Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang
defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangang oleh reflek
gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan yang pertama kali dimakan pada
hari itu.
Tingkat I : perdarahan pasca defekasi dan pada anoskopi terlihat permukaan dari
benjolan hemorrhoid.
Tingkat II : perdarahan atau tanpa perdarahan, tetapi sesudah defekasi terjadi
hemorrhoid yang tidak dapat masuk sendiri, harus didorong dengan jari.
Tingkat IV : hemorrhoid yang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar lagi.
(Bagian Bedah F.K.U.I, 1994).
Hemorrhoid Eksterna
Pleksus hemorrhoid eksterna, apabila terjadi pembengkakan maka disebut
hemorrhoid eksterna (Isselbacher, 2000). Letaknya distal dari linea pectinea dan
diliputi oleh kulit biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan
karena dilatasi vena hemorrhoidalis. Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:
1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.
2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.
3. Bentuk skin tags.
Biasanya benjolan ini keluar dari anus kalau penderita disuruh mengedan, tapi
dapat dimasukkan kembali dengan cara menekan benjolan dengan jari. Rasa nyeri
pada perabaan menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti
infeksi, abses perianal atau koreng. Ini harus dibedakan dengan hemorrhoid eksterna
yang prolaps dan terjepit, terutama kalau ada edema besar menutupinya. Sedangkan
penderita skin tags tidak mempunyai keluhan, kecuali kalau ada infeksi.
Hemorrhoid eksterna trombotik disebabkan oleh pecahnya venula anal. Lebih
tepat disebut hematom perianal. Pembengkakan seperti buah cery yang telah masak,
yang dijumpai pada salah satu sisi muara anus. Tidak diragukan lagi bahwa, seperti
hematom, akan mengalami resolusi menurut waktu (Dudley, 1992 ).
8
Trombosis hemorrhoid adalah kejadian yang biasa terjadi dan dapat dijumpai
timbul pada pleksus analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam
pleksus hemorrhoidalis utama dalam tela submukosa kanalis analis atau keduanya.
Trombosis analis eksternus pada hemorrhoid biasa terjadi dan sering terlihat pada
pasien yang tak mempunyai stigmata hemorrhoid lain. Sebabnya tidak diketahui,
mungkin karena tekanan vena yang tinggi, yang timbul selama usaha mengejan
berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis di dalam vena. Pasien
memperlihatkan pembengkakan akuta pada pinggir anus yang sangat nyeri (David,
C, 1994).
Klasifikasi Derajat Hemoroid
Derajat I
dapat diobati dengan kompres duduk panas dan analgesik. Hemoroid eksterna
kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini
berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit
pembuluh darah. (Price, 2005)
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila
terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran
hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan
jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006)
10
11
12
Hemoroid Eksterna
13
Trombosis Hemorrhoid
Prolaps Hemorrhoid
Secara Mikroskopik
Hemorrhoid secara mikroskopik tampak dinding vena yang menipis terisi
thrombus yang kadang-kadang telah menunjukkan tanda-tanda organisasi seperti
rekanalisasi ( Patologi, F.K.UI, 1999).
Trombosis Hemorrhoid
II.8 DIAGNOSIS
14
ada
discharge.Kadang-kadang
hemorroid
ditemukan
secara
kebetulan
(asimptomatik).
Terhadap penderita dengan keluhan seperti diatas hendaknya dilakukan
pemeriksaan fisik yang cermat. Penderita hemorroid derajat 3 dan 4 dengan mudah
dapat dilihat pada saat pemeriksaan, pada hemorroid derajat 2 pasen perlu disuruh
mengejan beberapa saat. Harus dilakukan colok dubur,anoskopi bahkan bila dianggap
perlu
(pada
kasus
perdarahan
masip)
dapat
dilakukan
colon
inloop,
Grade II
Grade III
: Hemorroid
menonjol
keluar
dan
harus
dipotong
untuk
memasukkannya
Grade IV : Hemorroid menonjol dan tidak dapat masuk walaupun didorong.
Lokasi hemorrhoid interna yaitu lateral kiri, lateroventral kanan dan laterodorsal
kanan.
15
atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien
yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
b. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
1.) Skelroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5% dalam minyak nabati
sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi/mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar
terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang
hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus junction (1-2 ml bahan
diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan
bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi
hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat
merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
2.) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan bisa dilakukan
untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolapse. Tonjolan ditarik
dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat dengan cincin karet.
Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya lepas. Pada
bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi
hanya diikut satu kompleks hemoroid sedangkan ligase selanjutnya dilakukan
dalam jangka waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin
timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada ligase mucocutaneus junction
yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau
nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
3.) Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan C02 atau NO2 sehingga terjadi nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperable.
4.) IRC (Infra Red Cauter)
17
II.12 PROGNOSIS
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi
asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya
sangat baik, namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren
sekitar 2-5%. Terapi non operatif seperti ligase cincin karet (rubber band ligation)
menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahu
kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat ditangani dengan terapi
non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan keberhasilan
terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan
dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.
20
BAB III
KESIMPULAN
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena
hemorrhoidalis
interna.
Hemorrhoid
dibagi
atas
hemorrhoid
interna
bila
21
tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi, atau rektoskopi.
Terapi hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi lokal dan
himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi
sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung air. derajat III dan IV, terapi yang
dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga
dilakukan untuk pasien yang sering mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat
sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan
tersebut bertahun-tahun. Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup
sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, John Stuart, 1995, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.184-189.
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1994,Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta
hal. 266-271.
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1999 Kumpulan Kuliah Patologi, Jakarta, hal.263-279.
Dudley, Hugh A.F, 1992, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, hal.506-508.
David C, Sabiston, 1994, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal.56-59.
22
23