PENDAHULUAN
Setiap kehamilan bertujuan dengan lahirnya anak cukup bulan dan sehat,
tidak cacat.Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Bisa terjadi kegagalan kehamilan,
tergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. Kegagalan bisa berupa abortus,
kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pertumbuhan
terhambat dalam rahim atau cacat. Ada bentuk kegagalan kehamilan lain, yaitu
vili korialis yang sebagian atau seluruhnya berkembang tidak wajar, berbentuk
seperti anggur, bergelembung-gelembung. Kelainan ini disebut mola hidatidosa
yang merupakan penyakit trofoblastik berkaitan dengan vili korialis, terutama sel
trofoblas.1
Sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil, di luar kehamilan,
sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, oleh karena itu
penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut Gestational Trophoblastic
Disease dan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Trophoblastic
Disease.2 Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat
dilaporkan
mola
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola
hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak
berisi jaringan fetus, dimana 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10%
terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua kromosomnya berasal dari sisi paternal. Ovum
yang tidak bernukleus akan mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang
kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma (dispermi)
sehingga menjadi 46,XX atau 46,XY. Mola hidatidosa komplit yang ini
bersifat heterozigot, tetapi tetap semua kromosomnya berasal dari sisi
paternal.
Bisa terjadi hamil kembar dizigotik yang terdiri dari satu bayi
normal dan satu lagi mola hidatidosa komplit. Pada mola yang komplit, vili
khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat hiperplasia tropoblastik.1,6,7
Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial, masih ditemukan embrio atau
janin yang biasanya mati pada masa dini, biasanya terdiri dari kariotipe 69,XXX
atau 69,XXY atau 69,XYY dengan 1 komplemen haploid ibu dan 2 komplemen
haploid ayah. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis masih sering
didapatkan. Vilikhorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma
tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok. Degenerasi hidropik dari vili
bersifat setempat dan mengalami hiperplasia hanya pada sinsitiotrofoblas saja.
Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal
trophoblastic inclusions.1,6,7
MHK
46,XX atau 46,XY
MHP
46,XXX atau 46,XXY
atau 46XYY
Sebagian vili
Edema viliosa
Semua vili
Proliferasi trofoblas
Difus, sirkumferensial
Fokal, sedikit
Atipia
Sering ditemukan
Tidak terdapat
Serum hCG
Naik
Tidak begitu naik
hCG dalam jaringan
++++
+
Perilaku
2% koriokarsinoma
Jarang koriokarsinoma
Tabel 2.1.2 Perbedaan antara MHK dengan MHP
c. Etnik
Lebih banyak ditemukan pada ras mongoloid daripada kaukasia.
d. Genetik
Wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih tinggi.
e. Gizi
Mola hidatidosa banyak terjadi pada mereka yang kekurangan
protein.Protein merupakan zat pembangun jaringan-jaringan bagian
tubuh sehubung dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan
buah dada ibu. Ibu hamil dengan protein dalam darah yang rendah
(hipoproteinemia) sangat rentang dengan penyakit mola hidatidosa
karena sel telur kosong bisa terjadi karena rendahnya kadar protein
dalam tubuh ibu hamil, sehingga sel telur normal yang siap dibuahi
tidak pernah terbentuk. Terus berlangsungnya aliran atau sirkulasi darah
tanpa adanya bakal janin mengakibatkan penimbunan cairan dalam
jaringan masenkin dari villi sehingga terjadi peningkatan produksi
cairan sel trofoblas dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik mola hidatidosa dibagi dalam 3 bagian, yaitu:1,13,14
a. Keluhan utama: amenore dan perdarahan per vaginam.
b. Perubahan yang menyertai:
a) Uterus lebih besar dari usia kehamilan (sekitar 50%), bisa juga lebih
kecil dari usia kehamilan (sekitar 30%).
b) Kadar hCG yang jauh lebih tinggi dari dari kehamilan biasa. Pada
kehamilan biasa kadar hCG darah paling tinggi 100.000 IU/L,
sedangkan pada mola hidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.
c) Adanya kista lutein baik unilateral maupun bilateral.
c. Adanya penyulit berupa:
a) Preeklampsia sebelum usia kehamilan 24 minggu adalah tanda
diagnostik nyata.
b) Tirotoksikosis
c) Emboli paru (jarang)
Disamping hal-hal tersebut mola hidatidosa juga menunjukkan
gambaran klinik seperti kehamilan lain, misal mual, muntah, dan makan
kurang. Mola hidatidosa komplit mempunyai keluhan dan penyulit lebih
besar dibandingkan mola hidatidosa parsial. Pada mola hidatidosa komplit
tidak ada bagian janin yang dapat dipalpasi dan denyut jantung janin (DJJ)
tidak terdengar.
2.1.5. Patofisiologi
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur
patologik yaitu hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan
3-5minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi
penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim vili.2,3
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini.Kebanyakan mola
genetik,
sebagian
besar
mola
pembuahan pada suatu telur kosong (telur tanpa kromosom) oleh satu sperma
haploid (23X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen
kromosom diploid (46XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46XY.7,15,16
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat.7,15
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari
penyakit trofoblas:2
1. Teori missed abortion (Teori Hertig)
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5
minggu (missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran
darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi
dan
akhirnya
disebabkan
mudigah
itu
b.
Palpasi :
a) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
b) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
c.
d.
Pemeriksaan dalam :
a) Memastikan besarnya uterus
b) Uterus terasa lembek
c) Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
d) Pemeriksaan dengan sonde uterus, jika sonde masuk ke dalam kavum uteri
tanpa tahanan dan dapat diputar 360 dengan deviasi 10, bearti kehamilan
mola.
Pemeriksaan ultrasonografi
USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara
kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Namun, harus diingat bahwa
beberapa struktur lainnya dapat memperlihatkan gambaran yang serupa
dengan mola hidatidosa termasuk mioma uteri dengan kehamilan ini dan
kehamilan dengan janin lebih dari 1.
Pada MHK dengan pembengkakan vili korionik, pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan pola vesikular, hal ini dapat menegakkan diagnosis
10mIU/ml
- hCG kualitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 25-50mIU/ml
- hCG kuantitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5-2
c.
Amniografi
Pemeriksaan ini menggunakan bahan radio opaque yang dimasukkan ke
dalam uterus secara trans abdominal, akan memberikan gambaran radiografik
yang khas untuk mola hidatidosa. Kavum uterus ditembus dengan jarum
amniosintesis. Suntikan 20 ml hypague segera. Dibuat foto anteroposterior 510menit kemudian. Pola sinar X yang terjadi seperti sarang tawon, yang
ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelembung-gelembung
korion. Amniografi sekarang sudah jarang digunakan lagi semenjak adanya
USG yang lebih mudah.
d.
Diagnosis patologis
Diagnosis patologis yang akurat sangat difasilitasi melalui penggunaan flow
cytometry untuk menentukan diploid (pada MHK) atau triploid (pada MHP),
dan melalui penilaian biomarker paternal cetak dan maternal expressed gen
product. Keuntungan dari biomarker ini ialah dapat membedakan antara mola
hidatidosa dengan kehamilan lainnya. Pada MHK inti dari vili sel stroma
tidak mengekspresikan P57 dan PHLDA2, sedangkan pada MHP inti dari vili
sel stroma mengekspresikan P57 dan PHLDA2.18,19
2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu:1,3,7,,20
a. Perbaikan keadaan umum
Contohnya perbaikan keadaan umum ibu dapat dilakukan dengan
transfusi darah pada anemia berat dan syok hipovolemik karena
perdarahan.
Menghilangkan
penyulit
seperti
preeklampsia
dan
tirotoksikosis.
b. Pengeluaran jaringan mola
Bila diagnosis telah ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri.
Ada dua cara evakuasi yaitu:
Kuret hisap
Merupakan tindakan pilihan untuk mengevakuasi jaringan mola.
Sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes/menit. Oksitosin diberikan untuk menimbulkan kontraksi uterus
mengingat isinya akan dikeluarkan. Tindakan ini dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implantasi dan dengan terjadinya reaksi
miometrium, dinding uterus akan menebal dan resiko perforasi dapat
dikurangi.
Kuret kedua dilakukan 10-14 hari setelah kuret pertama. Sebelum
kuret siapkan persediaan darah untuk mengatasi perdarahan masif
jika terjadi saat kuret.
Histerektomi
Histerektomi sering dipakai untuk pasien dengan ukuran uterus di
luar 12-14 minggu. Namun, histerektomi tetap merupakan pilihan
pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.
Batasan yang dipakai adalah 35 tahun dengan anak hidup tiga.
lebih dini dan terapi yangtepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian
akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian
pada mola hodatidosa biasanya disebabkan olehkarena
eklamsia,
payah
jantung
dan
perdarahan,
infeksi,
pasien
mola
hidatidosa
trofoblastikgestasional.2,7
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasif, dimana
akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan
perdarahan dan komplikasiyang lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk
prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi koriokarsinoma,
suatu bentuk keganasan yang cepat menyebardan membesar.7
2.1.9. Komplikasi3,7
a. Perforasi uterus selam kuret hisap sering muncul karena uterus yang
membesar. Jika hal ini terjadi prosedur penanganannya harus dalam
bimbingan laparoskopi.
b. Perdarahan sering pada evakuasi mola, karenanya oksitosin IV harus
diberikan sebelum prosedur dimulai.
c. Penyakit trofoblastik ganas terjadi pada 20% kehamilan mola,
karenanya pemeriksaan kuantitatif
d. Disseminated
Intravascular
Coagulation,
karena
jaringan
mola
2.2. Hipertiroid
Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan
oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Dengan kata lain hipertiroid terjadi karena
adanya peningkatan hormon tiroid dalam darah dan biasanya berkaitan dengan
keadaan klinis tirotoksikosis.
2.2.1 Hubungan Hipertiroid dengan Mola Hidatidosa
Selama kehamilan, beberapa perubahan fisiologik yang terjadi pada fungsi
tiroid yaitu peningkatan 2-3 kali lipat konsentrasi Thyroxine Binding Globulin
( TBG ), Peningkatan 30-100 % konsentrasi T3 total dan T4, peningkatan serum
tiroglobulin, peningkatan kliren yodium pada ginjal dan stimulasi kalenjar tiroid
oleh Human Chorionic Gonadotropin (hCG) (tabel 2.3). Kehamilan umumnya
menghasilkan peningkatan aktivitas tiroid yang membuat individu untuk
mempertahankan diri pada kondisi eutyroid. Akan tetapi, baik hiper maupun hipo
bisa terjadi pada kehamilan. Penilaian fungsi tiroid pada kehamilan sangat penting
untuk mencegah komplikasi ibu dan bayi berupa peningkatan risiko abortus
spontan, kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dalam
kandungan, dan preeclampsia.4,21
karena
pengobatan
penyakit
dasar
akan
mengatasi
kondisi
hipertiroidnya.4,24
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) terdapat pada plasenta tersusun
dari sub unit alpha yang mirip dengan sub unit alpha hormon pituitary
stuktur 85 % yang hampir sama pada 114 asam amino dan 12 residual sistein
pada sub unit
dari TSH. Karena struktur yang hampir mirip tersebut dari hCG
Gambar 2.3.2 Kurva cermin kadar TSH dan hCG selama kehamilan
Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa setiap 10.000 mIU/L
peningkatan hCG akan diikuti dengan peningkatan 0,6 pmol/L ( 0,1 ng/dL kadar
FT4 dan menurunkan kadar TSH 0,1 mIU / L. Peningkatan FT4 pada trimester
pertama diduga dapat diketahui bila kadar hCG 50.000 75.000 mIU/L bertahan
sampai lebih dari 1 minggu.4,21
Pada pasien hipertiroid yang disebabkan oleh penyakit tropoblastik akan
terjadi peningkatan FT4 dan konsentrasi T3, penurunan TSH, dan peningkatan
hCG secara signifikan. Walaupun konsentrasi FT4 dan T3 dapat meningkat pada
konsentrasi hCG > 50.000 IU/L tetapi pada pasien tumor trophoblastik, serum
hCG biasanya melebihi 300.000 IU/L dan selalu melebihi 100.000 IU/L. Pasien
tirotoksikosis juga mengalami rasio T4 menjadi T3 lebih tinggi dibandingkan
dengan Penyakit Graves. Kalenjar tiroid biasanya tidak membesar atau hanya
sedikit membesar, jarang melebihi ukuran 2 kali normal, dan opthalmopathy tidak
ditemukan pada kondisi ini.21
Selain MH menyebabkan hipertiroid, peningkatan kadar hCG juga
dihubungkan penyakit tropoblastik yang lain seperti koriokarsinoma, embrional
sel karsinoma, teratokarsinoma dan testicular karsinoma. hCG menginduksi
hipertiroid tanpa proses neoplasma secara terbatas pada trimester pertama dan jika
diperlukan dapat diberikan pengobatan standar antitiroid seperti PTU. Pada pasien
dengan hCG yang meningkat oleh karena proses neoplasma sering memerlukan
tindakan kemoterapi selain tindakan pembedahan.24
Pengobatan dengan obat antitiroid tidak membuat kondisi eutyhroid sehingga
pengangkatan
MH
secara
komplit
dengan
pembedahan
pada
penyakit
tahun
disebabkan
oleh
komplikasi
hipertensi
yang
3. Pre Eklampsia
Hipertensi yang di deteksi sesudah kehamilan 20 minggu disertai dengan
proteinuria > 0.3 gr/24 jam
4. Eklampsia
Pre eklampsia yang memburuk disertai kejang dan atau penurunan
kesadaran yang bukan disebabkan oleh faktor lain.
5. Hipertensi kronik dengan super impose pre eklampsia
Di dapatkan pada wanita dengan hipertensi kronik yang secara tiba-tiba
tekanan darah meningkat disertai proteinuria, trombositopenia dan
gangguan fungsi hati.
2.3.1 Faktor Resiko Hipertensi dalam Kehamilan
Faktor resiko yang meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan:7
1. Resiko yang berhubungan dengan ibu:
a. Primigravida
b. Primipaternity
c. Umur yang ekstrim
d. Inseminasi donor dan dono oocyte
2. Resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit keluarga:
a. Riwayat pre-eklampsia
b. Memiliki hipertensi kronis
c. Penyakit ginjal
d. Obesitas
e. Diabetes gestasional
f. Diabetes mellitus tipe 1 atau 2
g. Hiperhomosisteinemia dan antibody antifosfolipid
3. Resiko yang berhubungan dengan kehamilan
a. Mola hidatidosa
b. Kehamilan multipel
c. Infeksi saluran kemih pada kehamilan
d. Hydrops fetalis
2.3.2 Hubungan Mola Hidatidosa dan Hipertensi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan David Kanter dkk dari Howard
Hughes Medical Institute tahun 2010, ditemukan hubungan antara hipertensi pada
kehamilan dengan mola hidatidosa. Hal ini dikaitkan dengan mola hidatidosa
yang memproduksi protein anti angiogenik lebih dibandingkan plasenta normal
sejak ditemukan faktor anti angiogenik yang berlebihan di dalam sirkulasi darah
ibu. Penanda/marker anti angiogenik adalah fms-like tyrosine kinase receptor 1
(Flt1) dan dalam bentuk solubelnya sFlt. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
ditemukan perbedaan signifikan pada peningkatan Flt1/sFlt1 ketika plasenta mola
hidatidosa dibandingkan dengan kontrol, dan hal ini mendukung pernyataan
bahwa hipertensi pada kehamilan mola hidatidosa disebabkan oleh trofoblas yang
overproduksi setidaknya satu protein anti angiogenik.25
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama
Umur
: 45 tahun
Umur
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
: 47 tahun
Agama
Suku
Pekerjaan
: Islam
: Banjar
: Swasta
: Negara Kandangan RT 01
III. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda Vital
Tensi
:160/110 mmHg
Nadi
: 79 x/menit
Suhu
: 36oC
Pernapasan
: 20 x/menit
BB : 34 kg
: Bentuk normal
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, palpebrae
tidak edem, pupil isokor, refleks cahaya +/+.
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
5. Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Auskultasi
Jantung
6. Abdomen
: Status Obstetri
Bawah
B. Pemeriksaan Obstetri :
1. Inspeksi : Perut tampak datar
2. Palpasi
inspekulo
3. Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Touche : portio tidak teraba, arah mendatar, ketuban (-),
pembukaan lengkap, bagian kepala terbawah di
Hodge III dengan penunjuk ubun-ubun kecil
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 10 Februari 2014
-hCG : 17.906 mIU/mL
Hasil Laboratorium tanggal 12 Februari 2014
Free T4: 85,88 pmol/L
TSH: 0,075 IU/mL
Hasil Laboratorium tanggal 13 Februari 2014
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hb
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
RDW-CV
MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Gran %
Limfosit %
MID%
Gran #
Limfosit #
MID #
PROTHROMBINE
TIME
Hasil PT
INR
Control Normal PT
Hasil APTT
Control Normal APTT
KIMIA DARAH
GDS
HATI
SGOT
SGPT
Hasil
Nilai Normal
11,8
3,91
7,7
34,5
343.000
14,5
12-16 g/dl
3,90-5,50 juta/ul
4.000-10.500 rb/ ul
37,00-47,00 vol%
150.000-450.000/ul
11,5-14,7 %
88,4
30,1
34,2
80-97 fl
27-32 pg
32-38 %
59,6
34,9
5,5
4,6
2,7
0,4
50,0-70,0 %
25,0-40,0 %
4.00-11.0 %
2.50-7.00 ribu/ul
1.25-4.0 ribu/ul
Ribu/ul
10,4
0,91
11,4
25,9
26,1
9,9 -13,5
22,2-37,0
-
118
<200 mg/dL
131
104
16-40 U/I
8-45 U/I
IVFD RL 20 tpm
14
15
16
17
18
19
Mual/muntah
(-/-)
(-/-)
(-)
(-)
(-/-)
(-/-)
Pusing
(+)
(<)
(-)
(-)
(+/+)
3x
(<)
(<)
Berkeringat
(-)
(-)
(-)
(-)
Gemetar
(-)
(-)
(-)
Nyeri tengkuk
(+)
(-)
(-)
(-)
(<)
180/100
Subjektif
(<)
(<)
(-)
(-)
(+)
(<)
Jantung
berdebar
(<)
Objektif
TD (mmHg)
160/90
190/110
200/90
N (kali/mnt)
80
76
92
RR (kali/mnt)
16
16
22
T (C)
36,6
37
36,8
Perx fisik
TFU
2jari
U
2jari
2jari
U
200/10
0
180/10
0
170/10
0
94
88
80
21
22
20
36,6
36,7
36,5
2jari
U
2jari
U
2jari
U
89
22
36,5
2jari
U
Assesment
Mola Hidatidosa
Hipertiroid
Hipertensi grade II
Planning
IVFD RL
20tpm
Pro evakuasi
di OK
+
+
Po.
Candesartan
1x8mg
Po. Betanol
1x5mg
Po. Tensivask
1x10mg
PO. Tanapres
1x10mg
+
+
BAB IV
PEMBAHASAN
faktor-faktor
resiko terjadinya
kehamilan mola, antara lain adalah usia ibu saat hamil diatas 35 tahun, yaitu 45
tahun dan paritas ibu yang tinggi, yaitu kehamilan keenam dengan jumlah anak
lahir hidup sebanyak lima anak. Selain itu, pasien juga merupakan orang banjar
yang merupakan ras mongoloid yang memiliki resiko menderita kehamilan mola.
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan, darah yang
keluar bercampur dengan cairan berwarna kekuningan yang dikatakan pasien
sebagai nanah. Keluhan tersebut merupakan salah satu keluhan yang biasanya
terjadi pada kehamilan anggur. Keluhan pasien lainnya berupa penurunan berat
badan, jantung berdebar dan terasa gemetar sering terdapat pada pasien kehamilan
mola, karena kadar -hCG yang tinggi pada pasien dengan kehamilan mola
akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, dengan tanda vital tekanan darah 160/100mmHg, nadi 120x/menit,
abdomen teraba uterus setinggi 2 jari di bawah umbilikus. Dari hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan -hCG : 17.906 mIU/mL, Free T4: 85,88 pmol/L, TSH:
0,075 IU/mL (Normal 0,40,6 IU/mL), Hb: 11,8g/dl, SGOT/SGPT:
131/104U/I, USG: honey comb appereance, tebal, struktur utuh, di fundus tipis 5
mm.
Tekanan darah dan nadi yang meningkat ini berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan David Kanter dkk dari Howard Hughes Medical
Institute tahun 2010, ditemukan hubungan antara hipertensi pada kehamilan
dengan mola hidatidosa. Hal ini dikaitkan dengan mola hidatidosa yang
memproduksi protein anti angiogenik lebih dibandingkan plasenta normal sejak
ditemukan faktor anti angiogenik yang berlebihan di dalam sirkulasi darah ibu.
Penanda/marker anti angiogenik adalah fms-like tyrosine kinase receptor 1 (Flt1)
dan dalam bentuk solubelnya sFlt.
Tekanan darah yang tinggi dapat juga dikaitkan dengan tingginya kadar
hormon tiroid yang merupakan akibat dari meningkatnya -hCG pada kehamilan
mola. Pada kehamilan mola, jaringan trofoblas pada vilus berproliferasi dan
mengeluarkan hormon
yang lebih besar daripada kehamilan biasa. Karena hormon -hCG ini memiliki
struktur yang mirip dengan TSH, maka hormon -hCG juga dapat menstimulasi
reseptor TSH di kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Pada pasien ini didapatkan fundus uteri setinggi 2 jari di bawah umbilicus,
padahal usia kehamilan pasien hanya xxxxxxxxx minggu, hal ini tidak sesuai
dengan tinggi fundus uteri pada kehamilan normal yang seharusnya hanya
setinggi xxxxxxxxxxxxxx, sementara dengan tinggi di 2 jari di bawah umbilicus
seharusnya sudah lebih 16 minggu.
Pada pasien ini didapatkan kadar fT4 sebesar 85,88 pmol/L, sedangkan
nilai normal dari fT4 adalah 15.67 - 30.66 pmol/l. Peningkatan ini terjadi karena
struktur yang hampir mirip dari hCG dengan TSH menyebabkan hCG dapat
merangsang stimulasi reseptor TSH (TSHr) dalam menghasilkan hormon tiroid
seperti hormon TSH pada umumnya. Sebaliknya, kadar fT4 yang tinggi membuat
umpan balik negative pada hipotalamus, yang mengakibatkan penekanan produksi
TSH seperti yang terlihat pada pasien ini, kadar TSH sebesar 0,075 IU/mL,
orang normal, memiliki kadar TSH sebesar 0,4 0,6 IU/mL.
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Ny. M umur 45 tahun dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didiagnosis Mola Hidatidosa +
Hipertiroid + HT grade II. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien datang
sendiri ke RSUD ULIN dengan keluhan tidak haid mulai dari 3hari yang lalu.
Pasien mengaku ada keluar darah bercampur nanah dari kemaluan. Pasien juga
mengaku ada nyeri pada suprasimpfisis. Pasien juga mengaku mengalami
penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan. Pasien kadang merasakan
kalau jantungnya bisa berdebar lebih cepat dan terasa gemetar. Pasien pernah
melakukan pemeriksaan USG di RS Kandangan dan dikatakan bahwa pasien
menderita hamil anggur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, dengan tanda vital tekanan darah 160/100mmHg, nadi
120x/menit, abdomen teraba uterus setinggi 2 jari di bawah umbilikus. Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan -hCG : 17.906 mIU/mL, Free T4: 85,88
pmol/L, TSH: 0,075 IU/mL (Normal 0,40,6 IU/mL), Hb: 11,8g/dl,
SGOT/SGPT: 131/104U/I, USG: honey comb appereance, tebal, struktur utuh, di
fundus tipis 5 mm. Selama perawatan pasien mendapat terapi IVFD RL 20 tpm,
po.candesartan 1x8mg dan betaone 1x5mg kemudian diganti dengan tensivask
10mg 1x1 (pagi), tanapres 10mg 1x1 (sore), R/ kuretase bila TD 160/100. Pada
hari perawatan ke-6 pasien diijinkan pulang sementara untuk menstabilkan TD
yang tinggi dan kontrol ulang ke poli onkologi 3hari lagi.