Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: Perempuan
Umur
: 53 tahun
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Dikirim oleh
: keluarga
Jam
: 14.55
Jam :
Penderita Meninggal :
Jam :
sembuh/perbaikan/pulang paksa/lain-lain
Diagnosa/diagnosa kerja
Dokter
Co-Ass
: Lemah Badan
ANAMNESA KHUSUS
(Autoanamnesa)
Lemah badan dirasakan sejak 6 hari yang lalu. Keluhan lemah badan dirasakan timbul
mendadak setelah menempuh perjalanan jauh. Dan sepanjang perjalanan selama 9 jam pasien
tidak mengkonsumsi makan apapun kecuali air mineral. Keluhan lemah badan dirasakan
terus-menerus sepanjang hari dan semakin memberat.
Keluhan lemah badan disertai dengan kepala terasa pusing. Pusing dirasakan nyutnyutan. Pasien memiliki keluhan nafsu makan yang menurun sejak tahun 2009. Makan satu
sampai dua kali sehari dengan menu makanan biasanya nasi, tahu, tempe dan sayur. Pasien
sangat jarang memakan daging-dagingan merah karena pasien merasakan pusing setelah
memakan daging tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan , tetapi
pasien tidak tahu pasti kapan mulai terjadinya penurunan berat badan.
Pasien juga mengeluhkan adanya rambut rontok yang banyak ketika menyisir rambut,
dan kulit yang terasa kering, serta bibir pecah-pecah.
Keluhan tidak disertai dengan adanya demam, batuk-batuk lama, berkeringat pada
malam hari. Keluhan tidak disertai rasa lapar , rasa haus, banyak minum dan sering kencing.
Keluhan tidak disertai dengan adanya bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk,
mimisan dan perdarahan gusi yang sulit berhenti yang timbul baik spontan ataupun oleh
karena sikat gigi, keluhan juga tidak disertai dengan nyeri pada tulang-tulang terutama pada
dada dan sendi-sendi. Keluhan tidak disertai dengan mata kuning, buang air kecil seperti teh
pekat, buang air besar seperti dempul, perut membesar.
Pasien memiliki kebiasaan makan cuka dan suka makan makanan pedas. Pasien
mengeluh lemah badan pertama kali pada tahun 2009 dan dirawat di rumah sakit karena
perdarahan usus. Pasien telah dirawat sebanyak 5 kali dan telah menerima transfusi darah
sebanyak 7 kali dengan keluhan yang sama. Pada tahun 2009, dilakukan endoskopi pada
pasien dan ditemukan adanya perdarahan pada lambung pasien.
Pasien merasa BAB menjadi berwarna hitam sejak mengkonsumsi obat penambah
darah dari dokter.
a. Keluhan keadaaan umum
Panas badan
: Tidak ada
Tidur
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Ikterus
: Tidak ada
Haus
: Tidak ada
Nafsu makan
: ada
Berat badan
: ada
b. Keluhan organ kepala
Penglihatan
: Tidak ada
Hidung
: Tidak ada
Lidah
: Tidak ada
Gangguan menelan : Tidak ada
Pendengaran
: Tidak ada
Mulut
: ada
Gigi
: Tidak ada
Suara
: Tidak ada
c. Keluhan organ di leher
Rasa sesak di leher : Tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak ada
d. Keluhan organ di thorax
Sesak napas
: Tidak ada
Nyeri dada
: Tidak ada
Napas berbunyi
Batuk
Jantung berdebar
: Tidak ada
: Tidakada
: Tidak ada
Patah tulang
: Tidak ada
Nyeri belakang sendi lutut: Tidak ada
Nyeri tekan
: Tidak ada
Luka/bekas luka : tidak ada
Bengkak
: Tidak ada
ANAMNESA TAMBAHAN
a. Gizi : kualitas
: kurang
kwantitas
: Cukup
b. Penyakit menular : Tidak ada
c. Penyakit turunan : Tidak ada
d. Ketagihan
: Tidak ada
e. Penyakit venerik : Tidak ada
g. Keluhan-keluhan lain
Kulit
: ada
Ketiak
: Tidak ada
Keluhan kel. limfe : Tidak ada
Keluhan kel. Endokrin ;
Haid
: tidak ada
D.M
: tidak ada
Tiroid
: Tidak ada
lain-lain
: Tidak ada
B. STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesadarannya
Watak
Kesan sakitnya
Pergerakan
Tidur
Tinggi badan
Berat Badan
Bentuk badan
Keadaan gizi
Gizi kulit
Gizi otot
Umur yang ditaksir
Kulit
: Composmentis
: Kooperatif
: Sakit sedang
: Tidak Terbatas
: Telentang dengan satu bantal
: 155 cm
: 40 kg
: astenikus
: Cukup
: Cukup
: Cukup
: Sesuai
: Turgor kembali cepat,petekie(-) ekimosis (-) purpura(-)
kering
b. Keadaan sirkulasi
Tekanan darah kanan
Tekanan darah kiri
Nadi kanan
Nadi kiri
Suhu
Sianosis
Keringat dingin
: 110/70 mmHg
: 110/70 mmHg
: 88x/menit, regular, equal, isi cukup
: 88x/menit, regular, equal, isi cukup
: 36,8C
: Tidak ada
: Tidak ada
c. Keadaan pernafasan
Tipe
Frekwensi
Corak
Hawa/bau napas
Bunyi nafas
: torakoabdominal
: 22 x/ menit
: Normal
: Normal
: Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
1.
Tengkorak
Inspeksi
Palpasi
2.
Muka
Inspeksi
Palpasi
3.
Mata
Letak
Kelopak Mata
: Simetris
: Tidak ada kelainan
: Simetris, ikterik tidak ada
: Tidak ada kelainan
: Simetris
: Tidak ada kelainan
4.
5.
6.
7.
Kornea
Refleks Kornea
Pupil
Reaksi Konvergensi
Lensa mata
Sklera
Konjungtiva
Iris
Pergerakan
Reaksi Cahaya
Visus
Funduskopi
Telinga
Inspeksi
Palpasi
Pendengaran
Hidung
Inspeksi
Sumbatan
Ingus
Bibir
Sianosis
Kheilitis
Stomatitis angularis
Rhagaden
Perleche
Gigi dan gusi
8 7 6 5 4 xxx |
8 7 6 5 4 3 2 1 |
X
O
: tanggal
: karies
-Inspeksi
Trachea
Kelenjar Tiroid
Pembesaran vena
Pulsasi vena leher
-Palpasi
Kel. Getah bening
Kelenjar Tiroid
Tumor
Otot leher
Kaku kuduk
3. Tekanan vena jugular
Hepato Jugular refluks
c. Ketiak
-Inspeksi
Rambut ketiak
Tumor
-Palpasi
Kel. Getah bening
Tumor
d. Pemeriksaan thorax
Thorax depan
1.
Inspeksi
- Bentuk umum
: Simetris
- Sela iga
: Tidak melebar ,tidak menyempit
- Sudut epigastrium
: <90
- Diameter frontal-sagital : diameter frontal< diameter sagital
- Pergerakan
: Simetris
- Muskulatur
: Tidak ada kelainan
- Kulit
: Kering
- Tumor
: Tidak ada
- Ictus cordis
: Tidak terlihat
- Pulsasi lain
: Tidak ada
- Pelebaran vena
: Tidak ada
2.
Palpasi
- Kulit
: Tidak ada kelainan
- Muskulatur
: Tidak ada kelainan
- Mammae
: Tidak ada kelainan
- Sela iga
: Tidak melebar, tidak menyempit
- Paru
Pergerakan
: Simetris, kanan = kiri
Vocal fremitus
: normal, kanan = kiri
- Ictus cordis
3.
Lokalisasi
Intensitas
Pelebaran
Thrill
Perkusi
Paru
Suara perkusi
: Sonor , kanan = kiri
Batas paru hepar : ICS VI linea midclavicularis dekstra
Peranjakan
: 1 sela iga
- Jantung
-
Batas atas
Batas kanan
Batas kiri
: ICS V Linea midclavicularis sinistra
4. Auskultasi
- Paru-paru
Kanan
Kiri
Suara pernafasan pokok
: Vesikuler , kanan = kiri
Suara tambahan
: Tidak ada ( Wheezing - / -, Ronkhi - / - )
Vocal resonansi
: normal , kanan = kiri
- Jantung
Irama
: Regular
bunyi jantung pokok
: M1 > M2
P1 < P2
T1 > T2
A1 < A2
A2 > P2
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada, murmur (-)
Bising jantung
: Tidak ada
Bising gesek jantung
: Tidak ada
Thorax belakang
1. Inspeksi
- Bentuk
: Simetris
- Pergerakan
: Simetris
- Kulit
: Tidak ada kelainan
- Muskulatur
: Tidak ada kelainan
2. Palpasi
- Muskulatur
: Tidak ada kelainan
- Sela iga
: Tidak melebar, tidak menyempit
- Vocal fremitus
: normal, kanan = kiri
3. Perkusi
kanan
kiri
- Batas bawah
: vertebra Th. X
vertebra Th. XI
- Peranjakan
: 1 sela iga
1 sela iga
4. Auskultasi
kanan kiri
- Suara pernapasan
: Vesikuler , kanan = kiri
- Suara tambahan
: Tidak ada (Wheezing - / -, Ronkhi - / -)
- Vocal resonansi
: normal, kanan = kiri
e. Abdomen
1.
Inspeksi
Bentuk
: Datar
Kulit
: Tidak ada kelainan
Otot dinding perut
: Tidak ada kelainan
Pergerakan waktu nafas
: Normal
Pergerakan usus
: Tidak terlihat
Pulsasi
: Tidak ada
2.
Palpasi
- Dinding perut
: Lembut
- Nyeri tekan lokal : ada
X
- Nyeri tekan difus : Tidak ada
X
- Nyeri lepas
: Tidak ada
- Defance muskulair : Tidak ada
- Hepar
: Tidak teraba
Besar
: Konsistensi
: Permukaan
: Tepi
: Nyeri tekan
: NT (-)
- Lien
: Tidak teraba, Ruang Traube tidak terisi
Pembesaran
: Kosistensi
: Permukaan
: Insisura
: Nyeri tekan
: NT (-)
- Tumor/massa
: Tidak teraba
- Ginjal
: Tidak teraba,
Nyeri tekan : - / 3.
Perkusi
Suara perkusi
: Tympani
Ascites
Pekak samping
: Tidak ada
Pekak pindah
: Tidak ada
Fluid wave
: Tidak ada
4.
Auskultasi
- Bising usus
: (+) Normal
- Bruit
: Tidak ada
- Lain lain
: Tidak ada kelainan
f. CVA(Costo vertebral angel)
: Nyeri ketok - / g. Lipat paha
1. Inspeksi
- Tumor
: Tidak ada
- Kel. Getah bening
: Tidak terlihat pembesaran
- Hernia
: Tidak ada
2. Palpasi
- Tumor
: Tidak ada
- Kel. Getah bening
: Tidak teraba pembesaran
- Hernia
: Tidak ada
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. DARAH
- Hb
: 3,7 gr/dl
- Leukosit
: 2,3 juta/L
- Eritrosit
: 1,4 juta/L
- Hitung Jenis
Basofil
: Eosinofil
: Neutrofil Batang : Neutrofil Segmen : 25,9 %
Limfosit
: 69,1 %
Monosit
:5%
Plasma
:- MCV = 82,5% (N)
- MCH = 27,0 % (N)
- MCHC = 32,7 % (N)
Gula darah sewaktu =148 mg/dl
10
RESUME
Seorang perempuan berumur 53 tahun, ibu rumah tangga, sudah menikah, datang ke
RS Dustira dengan keluhan utama lemah badan.
Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan :
Keluhan lemah badan disertai dengan kepala terasa pusing. Pusing dirasakan
nyut-nyutan. Pasien memiliki keluhan nafsu makan yang menurun. Makan satu sampai
dua kali sehari dengan menu makanan biasanya nasi, tahu, tempe dan sayur. Pasien
sangat jarang memakan daging-dagingan merah karena pasien merasakan pusing setelah
memakan daging tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan,
tetapi pasien tidak tahu pasti kapan mulai terjadinya penurunan berat badan. Pasien
dirawat pertamaa kali dengankeluhan yang sama pada tahun 2009
ada pemeriksaan fisik lebih lanjut didapatkan:
Keadaan umum : Kesadaran
: Composmentis
Kesan sakit
: Tampak sakit sedang
Vital sign
: Tekanan darah
: 110 / 70 mmHg
Nadi
: 88 x / menit reguler, equal, isi cukup.
Pernapasan
: 22x / menit
Suhu
: 36,8 oC
Sianosis
: Tidak ada
Keringat dingin : Tidak ada
Mata : anemis +/+
Telinga ;tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada keainan
Gigi dan mulut :Tidak ada kelainan
Thorax : bentuk dan gerak simetris
Paru : VBS kanan=kiri
Jantung : BJ I BJ II MR
Abdomen :
nyeri tekan lokal ulu hati dan perut kiri atas
Hati dan limpa tidak teraba
Kulit :kering
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
Hb : 3,7 gr/dl
Eritrosit normokrom normositer
IV.
V.
VI.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
-Anemia e.c gastritis erosiva
-Anemia defisiensi besi
DIAGNOSIS KERJA
Anemia e.c gastritis erosiva
USUL PEMERIKSAAN
11
PENGOBATAN
Non farmakologis :
Tirah baring
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai
suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darah sendiri.
12
Komponen cair darah yang disebut plasma terdiri dari 91% sampai 92% air yang
berperan sebagai medium transport, dan 7% sampai 9% terdiri dari zat padat itu adalah
protein-protein seperti albumin, globulin, fibrinogen; unsure anorganik berupa natrium,
kalsium, kalium, fosfor, besi dan iodium; unsure organic berupa zat-zat nitrogen
nonprotein, urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid,
kolesterol, glukosa, dan berbagai enzim seperti amylase, protease, dan lipase. Setelah
fibrinogen dan factor-faktor pembekuan dihilangkan dari plasma, tinggal serum dibagian
atasnya. Walaupun semua unsure memainkan peranan penting dalam homeostatis, tetapi
protein plasma sering terlibat dalam discrasia darah. Dari tiga jenis utama protein serum,
albumin yang dibentuk dalam hati merupakan 53% dari seluruh protein serum. Peran
utama albumin adalah mempertahankan volume darah dengan menjadi tekanan osmotic
koloid, pH dan keseimbangan elektrolit, serta transport ion-ion logam, asam lemak,
steroid, hormone dan obat-obatan. Globulin merupakan 43 % dari protein serum yang
dibentuk didalam hati dan jaringan limfoid. Globulin bertanggung jawab atas
pembentukan antibody dan protrombin. Fibrinogen, yang jumlahnya hanya 4% penting
untuk pembekuan darah.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah ( eritrosit ), beberapa jenis sel
darah putih ( leukosit ), dan pecahan sel yang disebut trombosit. Fungsi sel darah merah
adalah mengangkut dan melakukan pertukaran O2 dan CO2, sedangkan sel darah putih
adalah untuk mengatasi infeksi dan trobosit untuk homeostatis.
mempunyai
umur
terbatas,
pembentukan
optimal
yang
13
Dalam keadaan normal eritropoiesis pada orang dewasa terutama terjadi didalam
sumsum tulang pipih, tulang vertebrae, dan pada bagian proximal tulang panjang. System
eritrosit menempati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel
darah. Apabila tidak ada gangguan 20% sel sumsum tulang yang aktif membentuk sel
darah seri eritrosit dan jumlah retikulosit sumsum tulang sama besarnya dengan sel
eristrosit yang berinti. Sel darah merah berinti dalam sumsum tulang terdapat dalam
stroma dalam sumsum tulang lainnya diluar jaringan sinusoid. Pada tingkat retikulosit
muda, eritrosit ini telah kehilangan sifat melekatnya pada massa sumsum tulang lainnya
sehingga mudah masuk dalam aliran darah dan masuk kedalam pembuluh darah.
ERITROPOIESIS EXTRAMEDULER
Apabila terjadi gangguan pada sumsum tulang, misalnya akibat adanya metastase
penyakit ganas atau penyakit fibrosis sumsum tulang, eritropoiesis akan terjadi pada
jaringa extrameduler seperti hati, limpa, dan jaringan lemek para spinal. Proses
eritropoiesis extrameduler hasilnya tidak seefektif eritropoiesis intra meduler terlihat dari
adanya anisositosis, poikilositosis, dan sel-sel eritrosit muda dalam darah tepi.
PERAN HORMON ERITROPOIETIN
Laju eritropoiesis diatur oleh hormone eritropoietin yang diproduksi di ginjal dan
ada yang berpendapat juga diproduksi di hati. Produksi eritropoietin sendiri dirangsang
oleh keadaan hipoksia. Kekurangan oksigen akan menyebabkan sensor oksigen pada sel
tertentu di ginjal meningkatkan produksi hormone eritropoietin yang akan bekerja pada
sel induk.
Hormone androgen akan meningkatkan aktivitas dan meningkatkan potensi
eritropoietin terhadap sel induk, sehingga hal ini dipakai sebagai salah satu alasan
mengapa pada pria kadar sel darah merah lebih banyakdari pada wanita.
14
selain memiliki morfologi khusus juga terbentuknya eritrosit yang dikenal sebagai target
sel.
Perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses differensiasi sel pronormoblas
sampai eritrosit matang dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok :
1. Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.
2. inti sel menjadi semakin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan
eritrroblass asidofilik
3. dalm sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari
dalam sitoplasma sel
Hemoglobin dibentuk dalam sitoplasma sel sampai dengan stadium retikulosit.
Setelah itu sel dikeluarkan, hilang juga RNA dari dalam sitoplasma , sehingga sel darah
merah tersebut tidak dapat dibentuk protein lagi, begitu juga enzim yang sebelumnya
terdapat dalam sel darah merah dan protein membrane sel.
Hemoglobin terdiri dari empat ikatan globin dan empat ikatan haem yang masingmasing memiliki satu atom Fe. Di dalam 1 ml packed red cells terdapat lebih kurang 1
mg Fe.
Zat besi terlibat dalam susunan luas reaksi biokimiawi, karena itu penting bagi
semua kehidupan. Jika digabungkan dengan porfirin, besi akan membentuk heme,
kelompok prostetik bagi banyak protein seperti hemoglobin, yang mengikat oksigen
secara reversible, dan sitokrom yang penting untuk reaksi oksidasi reduksi.
Absorpsi zat besi terutama terjadi di duodenum dan jejunum bagian atas. Garam
besi inoganik berada dalam dua status valensi yaiutu ferro dan ferri. Sebagian besar zat
besi dari makanan terdiri dari garam ferri yang membentuk komplekferri oksihidroksida
yang tidak larut yang muncul pada pH fisiologik. Absorpsi dibantu oleh keasaman
lambung, yang menjaga zat besi ferri dalam bentuk yang dapat larut. Biasanya sekitar
10% dari 10 sampai 20 mg zat besi yang dimakan setiap hari dari diet rata-rata diabsorsi
oleh mekanisme yang tidak dikenali secara baik.
TRANSPORT DAN PENYIMPANAN ZAT BESI.
Walaupun sudah dilakukan penyelidikan yang teliti secara terus menerus,
mekanisme yang tepat yang menyebabkan translokasi zat besi bias melewati sawar epitel
di usus halus tidak diketahui. Kelebihan zat besi disimpan dalam tubuh sebagai ferritin
15
atau hemosiderin. Zat besi dalam ferritin ditutupi dalam selubung protein, apoferitin,
yang dapat mengikat ferro dan mengoksidasinya menjadi ferri yang disimpan dalam inti
zat besi. Zat besi menstimulasi mensintesa apoferritin. Sejalan dengan waktu, ferritin
ditelan oleh lisosom dan dikatabolisasi menjadi hemosidein, campuran non spesifik dari
dari protein yang terdegradasi sebagian, lipid dan zat besi.
DEFINISI ANEMIA
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
Secara praktis anemia ditujukkan oleh penurunan kadar hemoglobin , kemudian
hemotokrit.Tapi, dalam keadaan tertentu ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan
massa eritrosit seperti pada keadaan dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan.
Anemia merupakan gejala dari suatu penyakit dasar. Dalam diagnosis harus
disertai oleh penyakit dasar yang terkadang tersembunyi.
KRITERIA ANEMIA
Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukkan penurunan massa
eritrosit adalah kadar hemoglobin, lalu disusuloleh hemotokrit dan hitumg eritrosit.
Ketiga parameter tersebut saling bersesuaian.
Angka normal dari hemoglobin sangat bervariasi tergantung pada umur, jenis
kelamin, ketinggian tempat tinggal, dan adanya kehamilan
Hemoglobin paling rendahuntuk laki-laki adalah 14 gr/dl dan 12 gr/dluntuk
perempuan
PREVALENSI ANEMIA
Anemia merupakan kelainan yang paling sering dijumpai di klinik maupun
lapangan. Sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia.
16
17
18
-sesak nafas
-dyspepsia
Pada pemeriksaan :
-pucat pada daerah konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, jaringan dibawah kuku
GEJALA KHUSUS ANEMIA
-Anemiadefisiensi besi :disfagia,atrofi papil lidah,stomatitis angularis,spoon nail
-anemia megaloblastik :glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12
-Anemia hemolitik :ikterus,splenomegali,hepatomegali
-Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
GEJALA PENYAKIT DASAR
-cacing tambang=sakit perut,pembengkakan, dan warna kuning pada telpak tangan.
PEMERIKSAAN UNTUK MENDIAGNOSIS ANEMIA
-Pemeriksaan Laboratorium
Screening Test
Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan sumsum tulang
-Pemeriksaan khusus
Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,protoporfirin
eritrosit,feritin serum
Anemia megaloblastik : folat serum vitamin B12 serum,tes supresi deoksiuridin
Anemia hemolitik
Aanemia aplastik
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Tahap-tahap dalam diagnosis anemia
-menentukan adanya anemia
-menentukan jenis anemia
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper ,et all.HARRISONS PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE, edisi 16.
New york : McGraw-Hill Companies Inc,2005
20
2. Sudoyo, Aru W.et all.BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM jilid III., edisi
IV.Jakarta : Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia,2006.
21