Anda di halaman 1dari 4

Penyusunan Standar Petayanan Kedokteran

bertujuan untuk:

d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi


dan

a. Memberikan jaminan kepada pasien untuk


memperole! pelayana.l kedgkteran

e. Prognosis terhadap tindakan yang akan


dilakukan.

yang berdasirkan pada hitai itinian sesuai dengan


kebutuhan medis pasien;

Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini,


maka semakin terbuka luas peluang bagi pasien
untuk mendapatkan informasi medis yang sejelasjelasnya tentang penyakitnya dan sekaligus
mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan
informasi medis yang benar, akurat dan berimbang
tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan
dilakukan, pengobatan mapun perawatan yang akan
di terima oleh pasien. Karena pasien yang paling
berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan
terhadap dirinya dengan segala resikonya,
maka Informed Consent merupakan syarat subjektif
terjadinya transaksi terapeutik dan merupakan hak
pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya
menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan
oleh dokter terhadap dirinya .

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu


pelayanan kedokteran yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi.

Informed Consent adalah sebuah istilah yang


sering dipakai untuk terjemahan dari persetujuan
tindakan medik. Informed Consentterdiri dari dua
kata yaitu Informed dan. Informed diartikan telah
di beritahukan, telah disampaikan atau telah di
informasikan danConsent yang berarti persetujuan
yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat
sesuatu. Dengan demikian pengertian bebas
dariinformed Consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat
sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau
informasi.
Pengertian Informed Consent oleh Komalawati (
1989 :86) disebutkan sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan informed Consent adalah
suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap
dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari
dokter mengenai upaya medis yang dapat
dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai
informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi.
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis
yang akan dilaksanakan oleh dokter pada pasien ,
lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29
Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang
menegaskan sebagai berikut :
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas


maka Informed Consent bukan hanya
sekedar mendapatkan formulir persetujuan
tindakan yang ditanda tangani oleh pasien atau
keluarganya tetapi persetujuan tindakan medik
adalah sebuah proses komunikasi intensif untuk
mencapai sebuah kesamaan persepsi tetang dapat
tidaknya dilakukan suatu tindakan, pengobatan,
perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif ini
telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara
dokter sebagai pemberi pelayanan dan pasien
sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal
tersebut dikukuhkan dalam bentuk pernyataan
tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah
proses komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien
menolak maka dokter wajib untuk menghargai
keputusan tersebut dan meminta pasien untuk
menandatangani surat pernyataan menolak tindakan
medik . jadi informed Consent adalah sebuah
proses bukan hanya sekedar mendapatkan
tandatangan lembar persetujuan tindakan.

a.

Diagnosis dan tatacara tindakan medis

b.

Tujuan tindakan medis dilakukan

Hal pokok yang harus di perhatikan dalam


proses mencapai kesamaan persepsi antara dokter
dan pasien agar terbangun suatu persetujuan
tindakan medik adalah bahasa komunikasi yang
digunakan. Jika terdapat kesenjangan penggunaan
bahasa atau istilahistilah yang sulit dimengerti oleh
pasien maka besar kemungkinan terjadinya
mispersepsi yang akan membuat gagalnya
persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut , Komalawati
( 2002: 111) mengungkapkan bahwa informed
conset dapat dilakukan ,antara lain :

c.

Alternatif tindakan lain dan resikonya

a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diberikan setelah pasien diberikan penjelasan
lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

b.

Dengan bahasa yang sempurna secara lisan

c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat


diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh
pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal
dipahami atau diterima oleh pihak lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan
oleh dokter pada pasien dan ternyata pasien gagal
memberikan consent sebagaimana yang di
harapkan , tidaklah berari bahwa upaya
memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal
total tetapi dokter harus tetap memberikan ruang
yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali
setiap keuntungan dan kerugian jika tindakan medis
tersebut dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu
dokter tetap berusaha melakukan pendekatanpendekatan yang lebih efektif dan efisien yang
memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas
tindakan yang akan dilakukan jika memang
tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk
menolong menyembuhkan atau meringankan sakit
pasien

Kaidah Dasar Etika/Bioetika (Kedokteran Barat)


Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah
aksioma yang mempermudah penalaran etik.
Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya,
satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip
yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena
kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting
dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan
prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan
prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan
mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia
mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering
disebut kaidah dasar etika kedokteran atau
bioetika), juga prima facie dalam penerapan
praktiknya secara skematis dalam gambar
berikut : [1] [2] [3]
Gambar. empat kaidah dasar etika dalam praktik
kedokteran, dengan prima facie sebagai judge;
penentu kaidah dasar mana yang dipilih ketika
berada dalam konteks tertentu (ilat) yang relevan.
a. Menghormati martabat manusia (respect for
person/autonomy). Menghormati martabat
manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus
diperlakukan sebagai manusia yang memiliki
otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri),
dan kedua, setiap manusia yang otonominya
berkurang atau hilang perlu mendapatkan
perlindungan.

Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi


moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan
(memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai
dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau
campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu
motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional
atau self-legislation dari manusia.
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi
tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan
(merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi
pandang pribadi.
Menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela, membiarkan pasien demi
dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk
bermartabat).
Didewa-dewakan di Anglo-American yang
individualismenya tinggi.
Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah
hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial,
mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila
ditanya, bantulah membuat keputusan penting.
Erat terkait dengan doktrin informed-consent,
kompetensi (termasuk untuk kepentingan
peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak
yang dimaksudkan(intended) atau dampak tak laikbayang (foreseen effects), letting die.
b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati
martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan
agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya (patient welfare). Pengertian berbuat
baik diartikan bersikap ramah atau menolong,
lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
Tindakan berbuat baik (beneficence)
General beneficence :
melindungi & mempertahankan hak yang lain
mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada
yang lain,
Specific beneficence :
menolong orang cacat,
menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak
lain

Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya >


akibat-buruk)

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan


penerima)

Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas


(elok) kita bersikap baik terhadapnya
(apalagi ada yg hidup).

b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan


membagikan sumber-sumber kenikmatan dan
beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai
keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmanirohani; secara material kepada :

c. Tidak berbuat yang merugikan (nonmaleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih


pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling
besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no
harm, tetap berlaku dan harus diikuti.

Setiap orang andil yang sama


Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya

Sisi komplementer beneficence dari sudut


pandang pasien, seperti :

Setiap orang sesuai upayanya.

Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat


derita (harm) pasien

Setiap orang sesuai jasanya

Minimalisasi akibat buruk


Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan
hal-hal :
- Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau
berisiko hilangnya sesuatu yang penting
- Dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut
- Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya
mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.
d. Keadilan (justice). Perbedaan kedudukan sosial,
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak
ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang
menjadi perhatian utama dokter.
Treat similar cases in a similar way = justice
within morality.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang
(keadilan sebagai fairness) yakni :
a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap
kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien
yang memerlukan/membahagiakannya)
b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur
dengan kemampuan mereka (kesamaan beban
sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap
pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat),
khususnya : yang-hak dan yang-baik
Jenis keadilan :

Setiap orang sesuai kontribusinya

Setiap orang sesuai bursa pasar bebas


c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
bersama :
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik
dengan strategi menekankan efisiensi social dan
memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social
ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil
substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas
tertentu
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat
dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap
individu rasional (sering menerapkan criteria
material kebutuhan dan kesamaan).
d. Hukum (umum) :
Tukar menukar : kebajikan memberikan /
mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan
untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum.
Prima Facie : dalam kondisi atau konteks tertentu,
seorang dokter harus melakukan pemilihan 1
kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya
berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah
(dalam bahasa fiqh ilat yang sesuai). Inilah yang
disebut pemilihan berdasarkan asas prima facie.[4]
Norma dalam etika kedokteran (EK) :
Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih
tinggi dari norma hukum dan norma sopan santun
(pergaulan)
Fakta fundamental hidup bersusila :

Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun


sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter tetap bebas,.
Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar :
insan kamil (kesadaran moral = suara hati)nya akan
menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal,
tidak tenang.
Sifat Etika Kedokteran :
Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika
umum)
Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain /
pasien).
Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri =
selfimposed, zelfoplegging)
Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban
ke arah norma-norma yang seringkali mendasar dan
mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni
diri sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien
& masyarakat khusus lainnya)
Etika profesi (biasa):
bagian etika sosial tentang kewajiban &
tanggungjawab profesi
bagian etika khusus yang mempertanyakan nilainilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban dan
keutamaan-keutamaan moral
Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak
kebebasan untuk menyimpan rahasia pasien/rahasia
jabatan (verschoningsrecht)

Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan


& pengalaman profesi kedokteran.
Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan
etika apriori); karena telah berabad-abad, yang-baik
& yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik
(sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi)
Isi : 2 norma pokok :
sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan
dampak praktek profesi bagi orang lain;
bersikap adil dan menghormati Hak Asasi
Manusia (HAM).
Etika profesi luhur/mulia :
Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :
Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter <
style="">
Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan
cita-cita luhur/etos profesi = lesprit de corpse pour
officium nobile
7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap
krisis moral akibat pengaruh teknologisasi dan
komersialisasi dunia kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai