Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Krisis Tiroid)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

Definisi
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan
sistem saluran cerna. Awalnya, timbul hipertiroidisme yang merupakan kumpulan
gejala akibat peningkatan kadar hormon tiroid yang beredar dengan atau tanpa
kelainan fungsi kelenjar tiroid. Ketika jumlahnya menjadi sangat berlebihan,
terjadi kumpulan gejala yang lebih berat, yaitu tirotoksikosis. Krisis tiroid
merupakan keadaan dimana terjadi dekompensasi tubuh terhadap tirotoksikosis
tersebut. Tipikalnya terjadi pada pasien dengan tirotoksikosis yang tidak terobati
atau tidak tuntas terobati yang dicetuskan oleh tindakan , infeksi, atau trauma.
Krisis tiroid/thyrotoxic crisis/thyroid storm adalah kedaruratan medis
yang disebabkan oleh eksaserbasi akut dari gejala-gejala hipertiroid. Hal ini dapat
berakibat fatal dan mematikan. Namun jarang terjadi apabila deteksi dini
dilaksanakan dan pengobatan diberikan secepatnya (Hannafi,2011).
Etiologi Krisis Tiroid
Etiologi krisis tiroid sampai saat ini belum banyak diketahui. Namun
ada tiga mekanisme fisiologis yang diketahui dapat mengakibatkan krisis tiroid,
yaitu :
1. Pelepasan seketika hormone tiroid dalam jumlah yang besar.
Pelepasan tiba-tiba hormon tiroid diduga dapat menyebabkan
manifestasi hipermetabolik yang terjadi selama krisis tiroid, namun analisis
laboratorium T3 & T4 mungkin tidak nyata dalam fenomena ini.
2. Hiperaktivitas adrenegik.
Telah banyak diketahui bahwa hormon tiroid dan katekolamin saling
mempengaruhi satu sama lain. Walaupun masih belum pasti apakah efek
hipersekresi hormon tiroid atau peningkatan kadar katekolamin menyebabkan
peningkatan sensitivitas dan fungsi organ efektor. Namun interaksi tiroid
katekolamin dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan reaksi kimia,
meningkatkan konsumsi nutrien dan oksigen, meningkatkan produksi panas,
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan status katabolik.
3. Lipolisis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan.
Lipolisis berlebihan, peningkatan jumlah asam lemak mengoksidasi
dan menghasilkan energi panas yang berlebih yang sulit untuk dihilangkan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 2

melalui jalan vasodilatasi. Energi ini bukan berbentuk adenosin trifosfat pada
tingkat molekuler, dan juga tidak dapat digunakan oleh sel.
Walaupun etiologinya belum jelas, namun terdapat beberapa faktor
yang disinyalir memicu krisis tiroid, diantaranya : infeksi, trauma,
pembedahan non tiroid, tiroidectomi, reaksi insulin, kehamilan, pemberhentian
terapi anti tiroid mendadak, hipertiroid yang tidak terdiagnosa, factor
psikologis.
Etiologi krisis tiroid antara lain penyakit Graves, goiter multinodular
toksik. Etiologi yang paling banyak menyebabkan krisis tiroid adalah penyakit
Graves. Meskipun tidak biasa terjadi, krisis tiroid juga dapat merupakan
komplikasi dari operasi tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh manipulasi
kelenjar tiroid selama operasi pada pasien hipertiroidisme. Krisis tiroid dapat
terjadi sebelum, selama, atau sesudah operasi. Operasi umumnya hanya
direkomendasikan ketika pasien mengalami penyakit Graves dan strategi
terapi lain telah gagal atau ketika dicurigai adanya kanker tiroid. Krisis tiroid
berpotensi pada kasus-kasus seperti ini dapat menyebabkan kematian.
Patofisiologi Krisis Tiroid
Patogenesis krisis tiroid belum sepenuhnya diketahui. Yang jelas bahwa
kadar hormon tiroid di sirkulasi lebih tinggi daripada yang terlihat pada
tirotoksikosis tanpa komplikasi, yang memperburuk keadaan tirotoksik.
Tampaknya kecepatan peningkatan hormon tiroid di sirkulasi lebih penting
daripada kadar absolut. Perubahan yang mendadak dan kadar hormon tiroid akan
diikuti perubahan kadar protein pengikat. Hal ini terlihat pada pasca bedah atau
penyakit nontiroid sistemik. Pada penyakit nontiroid sistemik juga ditemukan
produksi penghambat ikatan hormon bebas akan meningkat. Kemungkinan lain
adalah pelepasan hormon tiroid yang cepat ke dalam aliran darah, seperti halnya
setelah pemberian yodium radioaktif, pembedahan tiroid, atau dosis berlebih
hormon tiroid. Meningkatnya hormon bebas menyebabkan peningkatan ambilan
selular hormon tiroid. Di pihak lain, kemungkinan juga terjadi intoleransi jaringan
terhadap T3 dan T4 sehingga berkembang menjadi krisis tiroid. Aktivasi sistem
saraf adrenergik tampaknya berperan juga, mengingat pemberian penghambat
adrenergik memberikan respons yang dramatik pada krisis tiroid.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 3

Faktor pencetus krisis tiroid yang sering ditemukan adalah: infeksi,


pembedahan (tiroid atau nontiroid), terapi radioaktif, pewarna kontras yang
mengandung yodium, penghentian obat antitiroid, amiodaron, minum hormon
tiroid, ketoasidosis diabetik, gagal jantung kongestif, hipoglikemia, toksemia
gravidarum, partus, stres emosi berat, emboli paru, cerebral vascular accident,
infark usus, trauma, ekstraksi gigi, palpasi kelenjar tiroid yang berlebihan.
Manifestasi Krisis Tiroid
Penderita umumnya menunjukkan semua gejala tirotoksikosis tetapi
biasanya jauh lebih berat.
1. Demam > 370 C
2. Takikardi > 130 x/menit
3. Gangguan sistem gastrointestinal seperti diare berat
4. Gangguan sistem neurologik seperti keringat yang berlebihan sampai
dehidrasi,gangguan kesadaran sampai koma
Penatalakasanaan Krisis Tiroid
1. Koreksi Hipertiroidisme
a.

Menghambat Sintesis Hormon Tirid


Obat yang dipilih adalah metimasol. Metimasol diberikan dengan dosis 20
mg tiap 4 jam (dosis total 120 mg/hari), bisa diberikan dengan atau tanpa
dosis awal 60-100 mg

b.

Menghambat Sekresi Hormon Yang telah Terbentuk


Obat pilihan adalah larutan kalium yodida pekat (SSKI) dengan dosis 5
tetes setiap 6 jam atau larutan Lugol 30 tetes perhari dengan dosis terbagi
4.

c.

Menghambat Konversi T4 menjadi T3 di perifer, termasuk: PTU, Ipodate


atau Ioponoat, penyekat (propanolol), kortikosteroid.

d.

Menurunkan Kadar Hormon Secara Langsung.


Dengan plasmaferesis, tukar plasma, dialisis peritoneal, transfusi tukar,
dan charcoal plasma perfusion. Hal ini dilakukan bila dengan pengobatan
konvensional tidak berhasil.

e.

Terapi Definitif.
Yodium radioaktif dan pembedahan (tiroidektomi subtotal atau total).

2. Menormalkan Dekompensasi Hemeostasis


a. Terapi Suportif

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 4

1. Dehidrasi dan keseimbangan elektrolit segera diobati dengan cairan


intravena
2. Glukosa untuk kalori dan cadangan glikogen
3. Multivitamin, terutama vitamin B
4. Obat aritmia, gagal jantung kongestif
5. Lakukan pantauan invasif bila diperlukan Suplemen Oksigen
6. Obati hipertermia (asetaminofen, kompres dingin).
7. Glukokortikoid (hidrokortison 100 mg setiap 8 jam atau deksametason
2 mg setiap 6 jam)
8. Sedasi jika perlu
b. Obat Antiadrenergik
Yang tergolong obat ini adalah: penyekat B, reserpin, dan guanetidin.
Reserpin dan guanetidin kini praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan
penyekat B. Penyekat B yang paling banyak dipakai adalah propanolol.
Dosis propanolol adalah 20-40 mg po atau 1-5 mg iv setiap 6 jam, bila
diperlukan dapat dinaikkan sampai 240-480 mg/ hari/po. Pada penderita
dengan kontraindikasi terhadap penyekat B, dapat diberikan guanetidin
dengan dosis 1-2 mg/kg/hari dosis terbagi atau reserpin 2.5-5 mg setiap 46 jam.
3. Terapi Untuk Faktor Pencetus
Obati secara agresif faktor pencetus yang diketahui. Terutama mencari
fokus infeksi, misalnya dilakukan kultur darah, urine dan sputum, juga foto
dada.Walaupun

telah

dilakukan

pengenalan

dan

pengobatan

dini

hipertiroidisme, krisis tiroid masih merupakan kegawatan medik yang dapat


mengancam jiwa. Pengenalan segera dan pengobatan agresif dengan
pendekatan

menyeluruh

akan

membantu

memperbaiki

dekompensasi

hemeostasis yang merupakan masalah besar pada krisis tiroid. Diperlukan


penelitian lanjutan untuk memahami kerja hormon tiroid pada tingkat sel,
yang mungkin menambah modalitas pengobatan yang lebih efektif di masa
mendatang.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Krisis Tiroid
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi
1) Nama
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Suku / bangsa
5) Alamat
b. Keluhan Utama: hipertermi, diare kronis
c. Riwayat Penyakit Sekarang: sudah mengalami hipertiroid sejak 3 tahun yang
lalu dan sudah mendapatkan pengobatan
d. Riwayat Penyakit Dahulu : e. Riwayat Penyakit Keluarga: 2.

Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath)

RR

meningkat

>24x/menit,

penggunaan

otot

bantu

pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.


b. B2 (blood)

: TD meningkat, HR meningkat > 100x/ menit (tachicardi),

aritmia, bisa berlanjut ke gagal jantung dan syok


c. B3(brain)

: gelisah, gangguan mental, kebingungan, gangguan kesadaran

sampai koma
d. B4 (bladder)

e. B5 (bowel)

: peningkatan motilitas GI, diare, peningkatan nafsu makan,

penurunan berat badan, dehidrasi


f. B6 (bone)
3.

: kelemahan

Pemeriksaan Diagnostik
a.

T4 dan T3 serum : meningkat

b.

T4 dan T3 bebas serum : meningkat

c.

TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)

d.

Tiroglobulin : meningkat

e.

Gula darah : meningkat

f.

Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

g.

Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal

h.

Elektrolit : hiponatremi, sebagai akibat dari respon adrenal atau efek delusi
dalam terapi cairan

i.

Katekolamin serum : menurun

j.

Kreatinin urine : meningkat

k.

EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

Analisis data
No
1.

Data
DS

pasien

terlihat

Etiologi

Masalah keperawatan

Hipermetabolisme

Pola napas tidak efektif

sesak.
DO : RR=35x/menit
Penggunaan otot bantu

Kebutuhan oksigen
meningkat

pernapasan
Napas pendek
2.

DS

Frekuensi napas meningkat

pasien

terlihat

Hipermetabolisme

lemas

curah

jantung

DO :
aritmia,

Penurunan

Pacu jantung meningkat


kulit

pucat,

perubahan status mental

Gagal jantung

CO menurun
3.

DS : pasien mengatakan

Hipermetabolisme

Diare

BAB sebanyak 5 kali


sehari

Peritaltik GI meningkat

DO :
konsentrasi BAB encer

Makanan dicerna dalam

Bising usus hiperaktif

tubuh secara singkat

diare
4.

DS : pasien mengatakan

Hipermetabolisme

lemas

Kekurangan

volume

cairan

DO : Penurunan turgor

Peritaltik GI meningkat

kulit

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

Frekuensi

nadi

Makanan dicerna dalam

meningkat > 100x/menit


Produksi

tubuh secara singkat

keringat

meningkat

diare

Input = 700 ml/hr


Output = 1000 ml/hr
5.

cairan banyak yang keluar

DS: pasien mengatakan

Hipermetabolisme

Hipertermi

tubuhnya panas
DO:

Mekanisme tubuh untuk

Suhu tubuh meningkat

meningkatkan suhu tubuh

>37,50C
Kulit memerah
Takikardi >100x/menit
RR

meningkat

>24x/menit
Diagnosa Keperawatan
1.

Pola nafas tidaseharik efektif berhubungan dengan hiperventilasi

2.

Penurunan curah jantung berhubungan dengan Hipermetabolisme.

3.

Diare berhubungan dengan meningkatnya peristaltik usus

4.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan akibat


hipermetabolisme

5.

Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolisme

3.1.6 Intervensi Keperawatan


1.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


Tujuan : pola napas kembali efektif dalam waktu 2x 24 jam
Kriteria hasil : RR normal 16-20x/ menit
Tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
Napas pendek tidak ada
Intervensi

Rasional

Mandiri
1.

Posisikan pasien untuk semi

1.

Memaksimalkan pernapasan

2.

Membantu pernapasan klien untuk

fowler
Kolaborasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

2.

Penggunaan alat bantu

memenuhi kebutuhan oksigen

pernapasan seperti nasal


kanul

3.

Meminimalkan kebutuhan oksigen

Anjurkan klien untuk bed rest

4.

Mengetahui

HE
3.

Evaluasi
4.

2.

keefektifan

tindakan

yang telah diberikan

Pantau pola napas pasien

Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipermetabolisme.


Tujuan: menunjukan curah jantung yang optimal
Kriteria Hasil: HR normal 60-100x/mennit
Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan dikitunjukkan dengan
CRT < 3 detik
Tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg
Intervensi

Rasional

Kolaborasi
1. Berikan cairan melalui IV sesuai 1. Untuk memperbaiki volume sirkulasi
indikasi
2. Berikan

obat

sesuai

indikasi 2. Pemberian propanolol menghambat konfersi


T4 menjadi T3 di perifer.

(digoksin, propanol)
3. Berikan oksigen sesuai indikasi

3. Mendukung

peningkatan

kebutuhan

metabolisme
4. Lakukan pemantauan terhadap EKG 4. Dapat

menunjukan

ketidakseimbangan

elektrolit atau iskemi

secara teratur
Mandiri
5. Pantau tekanan darah secara teratur

5. Mengetahui kerja jantung

6. Auskultasi bunyi jantung, perhatikan

6. S1 dan murmur yang menonjol berhubungan

adanya

bunyi

jantung

tambahan,

dengan

curah

jantung

meningkat

pada

adanya irama gallop dan murmur

keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai

sistolik

tanda kemungkinan adanya gagal jantung

7. Observasi tanda dan gejala haus yang

7. Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan

hebat, mukosa membran kering, nadi

menurunkan volume sirkulasi dan akan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

lemah,

pengisian

kapiler

lambat,

menurunkan curah jantung

penururnan produksi urine dan


HE
8. Sarankan klien untuk tirah baring dan 8. Aktivitas
batasi aktivitas yang tidak perlu

akan

metabolik/

meningkatkan

sirkulasi

yang

kebutuhan
berpotensi

menimbulkan gagal jantung


3. Diare berhubungan dengan meningkatnya peristaltik usus
Tujuan : diare dapat dikendalikan / dihilangkan dalam waktu 3x 24 jam
Kriteria hasil : Frekuensi defekasi normal 1-2 x sehari
Konsentrasi defekasi normal (tidak terlalu keras dan tidak cair)
Mempertahankan cairan dan elektrolit (tidak ada tanda mukosa kering,
turgor kulit baik)
Intervensi

Rasional

Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi :

1. Menurunkan
menurunkan

Antikolinergik.

motilitas/

peristaltik

Gidan

sekresi

digestif

untuk

menghilangkan kram dan diare


Mandiri
2. Tingkatkan tirah baring

2. Istirahat akan menurunkan motilitas usus

3. Berikan pemasukan cairan intravena 3. Mengistirahatkan kolon dan menghindari atau


menurunkan rangsangan makanan.

sesuai derajat dehidrasi.

4. Buang feses secara cepat. Berikan 4. Menghilangkan

tak

sedap

untuk

mengurangi rasa malu pasien

pengharum ruangan
5. Pantau tanda tanda dehidrasi.

bau

5. Sebagai indikasi timbulnya dehidrasi

6. Pantau frekuensi dan konsentrasi feses 6. Mengetahui keefektifan intervensi yang telah
setelah diberikan intervensi
4.

diberikan

Hipertermi berhubungan dengan hipermetabolisme


Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam
Kriteria hasil : suhu normal 36,50 37,5 0C
Nadi dan pernapasan dalam rentan normal
(N= 60-100x/menit, RR= 16-20x/menit)
Perubahan warna kulit tidak ada

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

Keletihan tidak tampak

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Berikan kompres air biasa pada aksila, 1. Dapat

membantu

Penggunaan

kening, leher dan lipatan paha.

mengurangi

alkohol

akan

demam.

menyebabkan

kedinginan, peningkatan suhu secara aktual.


Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.
2. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan 2. Mempermudah pengeluaran panas
tutupi pasien dengan pakaian yang
tipis
3. Untuk menyeimbangkan antara pemasukan

3. Berikan asupan cairan intravena.

cairan dengan pengeluarannya


Kolaborasi
4. Berikan

obat

anti

piretik

sesuai 4. Digunakan untuk mengurangi demam dengan


aksi sentralnya pada hipotalamus.

kebutuhan

5. Digunakan untuk mengurangi demam yang

5. Berikan selimut dingin

umumnya lebih besar dari 39,50-400C


Evaluasi
6. Pantau suhu minimal setiap 2 jam 6. Mengetahui kemungkinan adanya kenaikan
sekali, sesuai kebutuhan

suhu secara mendadak

7. Pantau adanya aktivitas kejang

7. Kenaikan

suhu

yang

tinggi

dapat

menimbulkan kejang
8. Pantau hidrasi secara teratur (turgor 8. Hipertermi akan meningkatkan kebutuhan
kulit

dan

kelembapan

membran

cairan dalam tubuh

mukosa)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 11

PENUTUP
KESIMPULAN
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang
yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya
produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu
kelenjar endokrin.
Diperlukan penatalksanaan sesegera mungkin agar tidak berlanjut ke keadaan
yang lebih fatal yaitu penurunan kesadaran bahkan sampai dengan kematian.
Sebagai perawat kita harus mengetahui konsep dan penanganan krisis tiroid secara
cepat dan tepat agar pasien tidak berlanjut ke keadaan yang lebih buruk.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 12

DAFTAR PUSTAKA

(Anonim)
http://vitriexbont.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-pasiendengan.html disitasi pada tanggal 20 September 2011pukul 19.05 WIB
(Anonim) http://kerenz-kerenz.blogspot.com/p/askep-hipotiroid.html disitasi pada tanggal
20 September 2011 pukul 19.16
(Anonim) http://ismar71.files.wordpress.com/2008/03/4-askep-klien-hipertiroidisme.pdf
disitasi tanggal 21 September 2011 pukul 05.22
Bakta, Made. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : ECG
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 1. Jakarta : EGC
Brunner & Suddent. Textbook of Medical-Surgical Nursing 3th Edition
Juall, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 13

WOC KRISIS TIROID


-Infeksi
-Pembedahan
-Terapi radioaktif
-Amiodaron

Hipertiroid

KRISIS TIROID

Hipermetabolisme

Kebutuhan
oksigen
meningkat
RR meningkat

Pola nafas tidak


efektif

Pacu jantung
meningkat

Peristaltik usus
meningkat

Gagal jantung

Diare

Penurunan
curah jantung

Kehilangan
cairan dan
elektrolit

Penurunan perfusi cerebral

Kebutuhan cairan
meningkat

Kekurangan
volume cairan

Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Koma

Demam

hipertermi

Penurunan
kesadaran

Anda mungkin juga menyukai