T 24512
T 24512
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB), merupakan indikator kesehatan yang
peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah
kesehatan di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian bayi, yaitu 34
perseribu kelahiran hidup (SDKI, 2007). Tingginya angka kematian bayi di
Indonesia merupakan salah satu penghambat untuk terwujudnya pembangunan
bangsa. Peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu
sejak bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Siregar
cit Wulandari, 2004).
Setiap orang tua mengharapkan anaknya kelak tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang cerdas, bahagia dan memiliki kepribadian
yang baik (Sujiono, 2004). Mengingat masih banyak gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak yang terjadi di Indonesia maka perlu upaya
optimalisasi
tumbuh
kembang
untuk
mengurangi
jumlah
gangguan
ini
merupakan
dasar
bagi
masa
perkembangan
selanjutnya
awal
menyusui yang baik adalah 30 menit setelah anak lahir karena dapat
merangsang pengeluaran ASI selanjutnya, selain itu akan terjadi interaksi atau
hubungan timbal balik yang cepat antara ibu dan anak. Rekomendasi
WHO/UNICEF (2009) di atas sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang kesehatan, antara lain
dengan memberikan prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi bayi dan
anak (Depkes RI, 2006).
World Health Organization dan 8QLWHG 1DWLRQ &KLOGUHQV )XQG
(UNICEF, 2009) merekomendasikan untuk pemberian ASI bermanfaat bagi
anak yaitu untuk melindungi dan mencegah terkena penyakit dengan cara
meningkatkan imun tubuh. ASI mengurangi risiko terkena penyakit infeksi
seperti diare, pneumonia, influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih,
serta berbagai penyakit kronis, seperti alergi, diabetes tipe I,Uulserative
Coilitis dan &KURQV'isease
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
pada tahun 2006 sebesar 36%, sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi
33% dibanding tahun 2006. Angka ini belum mencapai target SPM (Standar
Pelayanan Minimal) yaitu sebesar 50%. Presentase anak yang mendapat ASI
hanya sebesar 34%, lebih rendah dari target nasional 2010 yaitu 80%. Oleh
karena itu perlu sosialisasi ASI pada ibu yang baru melahirkan untuk
memberikan ASI-nya secara eksklusif selama 6 bulan penuh dan dilanjutkan
sampai anak berusia 24 bulan (Dinkes DIY, 2010).
Prevalensi anak yang mendapatkan ASI di DIY masih sangat kecil.
Total anak yang terdapat di DIY yaitu sebesar 23.453 yang tersebar dalam 5
kabupaten, yaitu Kota, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Sleman.
Prevalensi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di DIY kurang dari 50%
sehingga sangat perlu ditingkatkan lagi (Dinkes DIY, 2010).
Tumbuh kembang anak berkaitan erat dengan status gizi, salah satu
asupan zat gizi adalah pemberian ASI. Faktor nutrisi yang terdapat dalam ASI
berperan penting dalam perkembangan otak anak. Nutrisi yang penting dalam
proses ini antara lain asam folat, arachidonic acid (AA), deconsahexaenionic
acid (DHA), zat besi dan kolin (Hendryastuti, 2004).
B. Rumusan Masalah
Prevalensi anak yang mendapatkan ASI di Daerah Istimewa
Yogyakarta masih kurang dari 50% (Dinkes DIY, 2010). ASI adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga dalam
penelitian ini peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh lama pemberian ASI terhadap perkembangan anak usia
6-12 bulan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama
pemberian ASI terhadap perkembangan anak usia 6-12 bulan di Posyandu
Kusuma Wijaya dan Posyandu Anyelir Tegalwangi Kasihan Bantul. Alasan
peneliti memilih Posyandu sebagai tempat pengambilan sampel adalah karena
Posyandu merupakan sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang pengaruh lama pemberian ASI terhadap
perkembangan anak usia 6-12 bulan.
2. Bagi Masyarakat
2.