Anda di halaman 1dari 16

Amnesti dan Abolisi

Kasus Gerakan Aceh Merdeka

Rewina Ekadari Prasasti


P27834114012
D4 Analis Kesehatan

Pasal 14 ayat (2) UUD 1945


Presiden memberi amnesti dan abolisi
dengan
memperhatikan
pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat

Amnesti
Amnesti secara etimologis berasal dari kata latin
amnestia yang berarti lupa (forgetfulness) atau
amnestos yang berarti melupakan. Dalam
terminology hukum pidana, amnesti mengandung
makna suatu kekuasaan atau kewenangan untuk
melepaskan seseorang atau sekelompok orang
yang telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan,
dari pengenaan saksi hukum atas akibat suatu
tindak pidana tertentu. Jadi akibat dari tindak
pidana itu dihapuskan.

Abolisi
Abolisi secara etimologis berasal dari bahasa latin,
abolitio, merupakan suatu keputusan untuk
menghentikan pengusutan dan pemeriksaan suatu
perkara, dimana pengadilan belum menjatuhkan
keputusan terhadap perkara tersebut. Seorang
presiden
memberikan
abolisi
dengan
pertimbangan demi alasan umum mengingat
perkara yang menyangkut para tersangka tersebut
terkait dengan kepentingan negara yang tidak bisa
dikorbankan oleh keputusan pengadilan.

Perbedaan Amnesti & Abolisi


Jika dibandingkan antara amnesti dan
abolisi, pada amnesti perbuatan atau tindak
pidananya terbukti, dan yang bersangkutan
dinyatakan bersalah, tetapi dilepaskan dari
tanggung jawab hukum, sedangkan pada
abolisi hukumnya tidak diterapkan, sehingga
yang bersangkutan dilepaskan dari segala
tuntutan.

Amnesti dan abolisi tidak memerlukan


permohonan tersendiri, tetapi atas inisiatif
Presiden
beradasarkan
kewenangan
konstitusional yang dimilikinya. Dengan
pemberian amnesti maka semua akibat
pidana dihapuskan sementara dengan
pemberian
abolisi
maka
penuntutan
ditiadakan.

Latar Belakang
Gerakan Aceh
Merdeka

Aceh memiliki sejarah militansi untuk memerangi


orang-orang Portugis pada tahun 1520-an dan
menantang penjajah Belanda dari tahun 1873-1913,
dan melancarkan perlawanan Islam kepada Republik
Indonesia pada tahun 1953. perlawanan itu disebut
DARUL ISLAM. Dimana perlawanan ini bertujuan
untuk mendirikan sebuah Republik Islam atas seluruh
wilayah Indonesia. Pemberontakan ini berakhir tahun
1962, ketika pemerintahan Soekarno memberi jaminan
bahwa Aceh akan diberi status sebagai sebuah daerah
istimewa dengan otonomi luas di bidang agama,
hukum, adat dan pendidikan. Tetapi selama bertahuntahun janji ini secara umum tidak terpenuhi.

Dimulai 4 Desember 1976, ketika M. Hasan di Tiro


mendeklarasikan
kemerdekaan
Aceh.
Pemberontakan ini diberi nama Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) secara jelas berniat unutk
memisahkan diri dari Republik Indonesia.Tidak lama
setelah deklarasi kemerdekanaa tersebut, kekuatan
pasukan bersenjata GAM mulai menyerang pasukan
pemerintah RI, hal yang mengundang kembali
operasi
penumpasan
pemberontakan
oleh
pemerintah. Pada tahun 1983, kekuatan GAM telah
dikalahkan di lapangan dan di Tiro lari ke luar negeri
bersama beberapa pengikutnya dan akhirnya
menjadi warga negara Swedia.

Dalam sebagian besar dekade tahun 1980-an,


GAM menguat lagi, merasionalisasikan status
politiknya dan memperkuat sayap militer
Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM).
Dalam periode ini, sebagian dari 400 kader Aceh
dilaporkan kirim ke Libya untuk latihan militer.
Tahun 1989, GAM merasa cukup kuat untuk
sekali lagi menjajal pemerintah Indonesia,
menerang pasukan pemerintah, warga sipil dan
orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata.
Pemerintah membalas dengan operasi militer
dan tindak penumpasan berskala besar.

Pada tahun 1992, tampak bahwa pemerintah


mengendalikan situasi sepenuhnya. Tetapi operasi militer
yang ditandai dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) di Aceh menjadi sorotan publik tidak lama setelah
persiden Soeharto lengser dari kekuasaannya karena
kerusuhan politik Mei 1998. Ditekan oleh teriakan publik
di seluruh wilayah Indonesia atas pengniayaan dan
pelanggaran HAM di Aceh, Pengb. Jend. Wiranto minta
maaf atas ekses-ekses militer dari tahun 1998-1989 dan
mencabut status Aceh sebagai sebuah Daerah Operasi
Militer (DOM) dan menjanjikan sejumlah besar tentara
dari propinsi itu. Meski demikian, perdamaian tak kunjung
datang karena GAM memanfaatkan demoralisasi militer
dan melancarkan serangan besar-besaran. Maka
konfrontasi senjata dimulai lagi.

Syarat Syarat Pemberian Amnesti & Abolisi


Jose Zalaquett seorang mantan pengacara HAM Amnesti
Internasional dalam sebuah makalahnya yang diterbitkan
Aspen Institutemengajukan tiga syarat pemberian amnesti
pada pelaku kejahatan HAM berat, yakni:
Kebenaran harus terlebih dahulu ditegakkan.
Amnesti tidak diberikan untuk kejahatan terhadap
kemanusiaan (crime against humanity) dan genosida
(genocide).
Amnesti harus sesuai dengan ''keinginan'' rakyat.
Dengan demikian, amnesti-amnesti yang bersifat selfamnesty, yakni amnesti yang diberikan kepada aparat
negara itu sendiri

Alasan Presiden Memberi Amnesti dan


Abolisi Kepada Para Pelaku Gerakan
Aceh Merdeka
Alasan yang mendasari presiden untuk memberi
amnesti kepada para pelaku Gerakan Aceh
Merdeka adalah MoU Helsinki poin 3.1

MoU Helsinki poin 3.1


3.1 Amnesti
3.1.1. Pemerintah RI, sesuai dengan prosedur konstitusional, akan memberikan
amnesti kepada semua orang yang telah terlibat dalam kegiatan GAM sesegera
mungkin dan tidak lewat dari 15 hari sejak penandatanganan Nota Kesepahaman
ini.
3.1.2. Narapidana dan tahanan politik yang ditahan akibat konflik akan
dibebaskan tanpa syarat secepat mungkin dan selambat-lambatnya 15 hari sejak
penandatanganan Nota Kesepahaman ini.
3.1.3.Kepala
Misi
Monitoring
akan
memutuskan
kasus-kasus
yang
dipersengketakan sesuai dengan nasihat dari penasihat hukum Misi Monitoring.
3.1.4.Penggunaan senjata oleh personil GAM setelah penandatanganan Nota
Kesepahaman ini akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap Nota
Kesepahaman dan hal itu akan membatalkan yang bersangkutan memperoleh
amnesti.

Kesimpulan
Persatuan sebagai landasan untuk mencapai ketahanan
nasional.
Dari kesatuan pandangan akan didapat ketahanan
nasional yang kuat.
Dengan adanya kesamaan pandangan antara pemerintah
dengan masyarakat maka dengan mudah pemerintah
dapat menentukan politik dan strategi nasional.
Jika wawasan nasional, ketahanan nasional serta politik
dan strategi nasional suatu bangsa tercapai maka tujuan
nasional bangsa tersebut tidak hanya menjadi cita-cita
belaka tetapi dapat terwujud.

Saran
Setelah membaca makalah ini hendaknya
pembaca dapat mengetahui dan memahami
pentingnya persatuan dalam suatu negara
demi terciptanya ketahanan nasional yang
kokoh
dan
kuat.
Serta
dapat
melaksanakannya dalam kehidupan seharihari.

Anda mungkin juga menyukai