Anda di halaman 1dari 12

http://sumut.kemenag.go.

id/

KAJIAN TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN


KARAKTER BANGSA DI SATUAN PENDIDIKAN
Oleh: M. Halomoan,M.Pd.
Widyaiswara Madya BDK Medan

Abstract
Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran, karena itu tidak untuk diajarkan,
melainkan untuk dikembangkan. Pendidikan karakter dalam arti luas haruslah
secara simultan dilakukan oleh Masyarakat, Keluarga dan Dunia Pendidikan.
Dalam kajian ini membatasi diri hanya pada ruang lingkup dunia pendidikan,
khususnya satuan pendidikan. Mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter
(NPK) di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui tiga jalur: a) jalur
pengembangan diri, b) jalur mata pelajaran dan, c) jalur budaya sekolah.
Pendekatan yang diharapkan untuk mengembangkannya adalah pendekatan
holistik dengan
metode keteladanan. Pengembangan nilai-nilai
dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan
fasilitas sekolah.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 23 Thn
2003 tentang Sisdiknas, pasal 3).
Menurut Ali Ibrahim Akbar (2009), praktik pendidikan di Indonesia
cenderung lebih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan
teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun
kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional
intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ). Pembelajaran diberbagai
sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil
ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa
peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil
ulangan/ujian yang tinggi.
1

http://sumut.kemenag.go.id/

PERMASALAHAN
Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakater, apa tujuan dan
fungsinya di satuan pendidikan, apa saja yang menjadi prinsip pengembangannya,
bagaimana strategi pengembangannya di satuan pendidikan, inilah yang menjadi
permasalahan dalam kajian ini.
PEMBAHASAN
Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku
seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan,
menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya
sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008) adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Beberapa ciri orang yang memiliki karakter menurut Howard
Kirschenbaum (1995) antara lain: hormat, tanggungjawab, peduli, disiplin, loyal,
berani, dan toleran. Seseorang yang berkarakter mulia memiliki pengetahuan
tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat
dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, ramah, cinta keindahan (estetis),
sportif, dan tabah. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik
atau unggul, dan bertindak sesuai potensi dan kesadarannya. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Menurut T. Ramli (2001), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,
dan warga negara yang baik. Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial tertentu
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena
itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai
perilaku (akhlak, budi pekerti, karakter) kepada warga sekolah yang meliputi

http://sumut.kemenag.go.id/

aspek pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan


nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan dan semsesta sehingga menjadi insan kamil.
Insan Kamil mulai dari niat, lisan dan tindakan nyata yang berwujud adab dan
prilaku baik secara horizontal terhadap sesama dan makhluk Tuhan lainnya
maupun secara vertikal terhadap Sang Pencipta.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus melibatkan diri, mulai dari Kepala sekolah, pengawas, guru,
tukang kantin, tukang kebun, komite, satuan pengaman, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
Pembinaan karakter juga termasuk melingkupi materi yang harus
direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya,
pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilai-nilai (aspek pengetahuan), belum menyentuh pada
tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
genarasi yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik
akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk
melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta
memiliki tujuan hidup. Dalam dunia pendidikan kita tujuan pendidikan karakter
adalah:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia
dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui
aspek pedagogis
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik
menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar
yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

http://sumut.kemenag.go.id/

Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa


Secara umum fungsi pendidikan karakter bangsa adalah meningkatkan
kualitas prilaku, akhlak, budi pekerti dari setiap anak bangsa dalam menjalani
kehidupan sebagai anggota masyarakat dan makhluk Tuhan, sedangkan secara
akademik berfungsi sebagai:
1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan
perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
Sumber Pengembangan Dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa
Darimana kita mengambil sumber nilai-nilai karakter bangsa? Nilai-nilai
yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter menurut Balitbang Puskur
Kemendiknas (2010) diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:
1.

Agama:masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena


itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada
ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan
pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2.

Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai
yang
mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

3.

Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang


hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan

http://sumut.kemenag.go.id/

budaya dan karakter bangsa.


4.

Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki


setiap warga negara
Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional
memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara
Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang
paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk


pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu seperti dimuat dalam tabel 1.
Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Di
Satuan Penidikan
Menurut Lickona, Schaps dan Lewis dalam Ceps Eleven Principles
of Effective Character Education (2007) terdapat 11 prinsip agar pendidikan
karakter dapat berjalan efektif:
1) kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya
sebagai fondasi karakter yang baik
2) definisikan 'karakter' secara komprehensif yang mencakup pikiran,
perasaan, dan perilaku,
3) gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam
pengembangan karakter,
4) ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
5) beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral
6) buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan
membantu siswa untuk berhasil,
7) usahakan mendorong motivasi diri siswa,
8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang
berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk
mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa,
9) tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter,
10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya
pembangunan karakter
11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter,
dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta
didik. Sekolah atau guru harus mendefinisikannya dalam bentuk perilaku

http://sumut.kemenag.go.id/

yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan


nilai-nilai itu, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai
dasar dalam hubungan antarmanusia, dan mengapresiasi manifestasi nilainilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Yang terpenting, semua komponen
sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten
sesuai dengan nilai-nilai inti.
Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan
berdasarkan nilai-nilai etika inti. Karenanya, pendekatan holistik dalam
pendidikan karakter berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek
kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral. Siswa memahami
nilai-nilai inti dengan mempelajari dan mendiskusikannya, mengamati
perilaku model, dan mempraktekkan pemecahan masalah yang melibatkan
nilai-nilai. Siswa belajar peduli terhadap nilai-nilai inti dengan
mengembangkan keterampilan empati, membentuk hubungan yang penuh
perhatian, membantu menciptakan komunitas beradab, mendengar cerita
ilustratif dan inspiratif, dan merefleksikannya dalam kehidupan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan
menerima nilai-nilai karakter
bangsa
sebagai
milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir,
bersikap,
dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai
makhluk sosial.
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan nilainilai pendidikan budaya dan karakter bangsa menurut Balitbang Puskur
Kemdiknas:
1.

Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan


nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang,
dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun
pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir
SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah
kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun sebelumnya.

2.

Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya


sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan

http://sumut.kemenag.go.id/

dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Gambar 2 berikut ini


memperlihatkan pengintegrasian nilai-nilai melalui jalur-jalur itu.
3.

Pengembangan Diri
Nilai

Mata Pelajaran

Budaya Sekolah
GAMBAR 2. Jalur Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa di
Satuan Pendidikan

Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata


pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai
berikut ini.
MP 1
MP 2
MP 3

Nilai

MP 4
MP 5
MP6
MP . n

GAMBAR 3. Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Bangsa melalui Setiap Mata


Pelajaran (MP) di Sekolah
4.

Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa materi


nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilainilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya
ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti

http://sumut.kemenag.go.id/

dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,
pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan. Konsekuensi dari
prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan
dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu
mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan
pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan
tidak paham makna nilai itu.
5.

Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan


menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai
budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru.
Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses
pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa
senang dan tidak indoktrinatif.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan
maka guru menuntun peserta didik agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru
mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tapi guru
merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif
merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan
informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki,
merekonstruksi data,fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau
proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter
pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas,
sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa di Satuan Pendidikan


Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter bangsa dilakukan oleh
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan/konselor dan komite secara
bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam
kurikulum melalui program pengembangan diri, pengintegrasian dengan mata
pelajaran, dan budaya sekolah. Secara umum lihat pada skema strategi berikut.

http://sumut.kemenag.go.id/

1. Program Pengembangan Diri


Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke
dalam kegiatan sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal berikut.
a. Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah
upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku,
telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah bersama atau
shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai
dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga
kependidikan, atau teman.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga
kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik
dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru
mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat
itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan itu: membuang

http://sumut.kemenag.go.id/

sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak


lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak
senonoh.
Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik
yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya:
memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi
dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi perilaku
teman yang tidak terpuji.
c. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik
sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter
bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu.
Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah
ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat
belajar ditempatkan teratur.
2. Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater bangsa diintegrasikan
dalam setiap KD dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan
dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh
melalui cara-cara berikut ini:
1) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
2) menggunakan tabel 1 dan memperlihatkan keterkaitan antara SK dan
KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan
dikembangkan;
3) mencantumkankan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel 1 itu
ke dalam silabus;
4) mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
5) mengembangkan
proses pembelajaran pe serta didik secara aktif
yang memungkin kan peserta didik memiliki kesempatan
melakukan internalisasi nilai dan me nunjukkannya dalam perilaku yang
sesuai; dan
6) memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami
kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya
10

http://sumut.kemenag.go.id/

dalam perilaku
3. Budaya Sekolah
Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup
ritual, harapan, hubungan, demografi,
kegiatan
kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler,
proses mengambil
keputusan,
kebijakan maupun
interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru
dengan guru, konselor dengan sesamanya,pegawai administrasi dengan
sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah.Interaksi internal
kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta
etika
bersama
yang
berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan,
keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial,
kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan
nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi
dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.
Penutup
Menumbuhkembangkan pendidikan karakter di tengah-tengah masyarakat kita
sesungguhnya tanggung jawab kita semua, karena itu setiap kita harus mengambil
peran di dalam upaya ini dengan memulainya dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil
dan mulai saat ini.
Ditinjau dari tujuannya pendidikan karakter dan pendidikan akhlak memiliki
tujuan yang sama, yaitu sama-sama bertujuan untuk membentuk manusia atau insan
kamil.

11

http://sumut.kemenag.go.id/

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Panduan Pengembangan Silabus. Jakarta
---------,.2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta
--------.2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pengembangan Indikator . Jakarta .
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian;
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Tim penyusun. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk daya Saing Dan karakter
Bangsa : Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa. Jakarta :
Pusat kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2011. Pedoman Pelaksanaan pendidikan Karakter :berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan rintisan. Jakarta : Puskur Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2010. Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan
Nasional
20102014
(Online),
http://pendikar.dikti.go.id/gdp/wp-content/uploads/NASKAH-RANKEMENDIKNAS-REV-2.pdf, diakses 1 mei 2011

12

Anda mungkin juga menyukai