id/
Abstract
Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran, karena itu tidak untuk diajarkan,
melainkan untuk dikembangkan. Pendidikan karakter dalam arti luas haruslah
secara simultan dilakukan oleh Masyarakat, Keluarga dan Dunia Pendidikan.
Dalam kajian ini membatasi diri hanya pada ruang lingkup dunia pendidikan,
khususnya satuan pendidikan. Mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter
(NPK) di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui tiga jalur: a) jalur
pengembangan diri, b) jalur mata pelajaran dan, c) jalur budaya sekolah.
Pendekatan yang diharapkan untuk mengembangkannya adalah pendekatan
holistik dengan
metode keteladanan. Pengembangan nilai-nilai
dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan
fasilitas sekolah.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Nomor 23 Thn
2003 tentang Sisdiknas, pasal 3).
Menurut Ali Ibrahim Akbar (2009), praktik pendidikan di Indonesia
cenderung lebih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan
teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun
kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional
intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ). Pembelajaran diberbagai
sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil
ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa
peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil
ulangan/ujian yang tinggi.
1
http://sumut.kemenag.go.id/
PERMASALAHAN
Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakater, apa tujuan dan
fungsinya di satuan pendidikan, apa saja yang menjadi prinsip pengembangannya,
bagaimana strategi pengembangannya di satuan pendidikan, inilah yang menjadi
permasalahan dalam kajian ini.
PEMBAHASAN
Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku
seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan,
menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut. Orang yang perilakunya
sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter
menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008) adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Beberapa ciri orang yang memiliki karakter menurut Howard
Kirschenbaum (1995) antara lain: hormat, tanggungjawab, peduli, disiplin, loyal,
berani, dan toleran. Seseorang yang berkarakter mulia memiliki pengetahuan
tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat
dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, ramah, cinta keindahan (estetis),
sportif, dan tabah. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik
atau unggul, dan bertindak sesuai potensi dan kesadarannya. Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Menurut T. Ramli (2001), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,
dan warga negara yang baik. Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial tertentu
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena
itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai
perilaku (akhlak, budi pekerti, karakter) kepada warga sekolah yang meliputi
http://sumut.kemenag.go.id/
http://sumut.kemenag.go.id/
2.
Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai
yang
mengatur
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.
3.
http://sumut.kemenag.go.id/
http://sumut.kemenag.go.id/
2.
http://sumut.kemenag.go.id/
Pengembangan Diri
Nilai
Mata Pelajaran
Budaya Sekolah
GAMBAR 2. Jalur Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa di
Satuan Pendidikan
Nilai
MP 4
MP 5
MP6
MP . n
http://sumut.kemenag.go.id/
dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,
pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan. Konsekuensi dari
prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan
dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu
mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan
pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan
tidak paham makna nilai itu.
5.
http://sumut.kemenag.go.id/
http://sumut.kemenag.go.id/
http://sumut.kemenag.go.id/
dalam perilaku
3. Budaya Sekolah
Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup
ritual, harapan, hubungan, demografi,
kegiatan
kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler,
proses mengambil
keputusan,
kebijakan maupun
interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru
dengan guru, konselor dengan sesamanya,pegawai administrasi dengan
sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah.Interaksi internal
kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta
etika
bersama
yang
berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan,
keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial,
kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan
nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi
dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah.
Penutup
Menumbuhkembangkan pendidikan karakter di tengah-tengah masyarakat kita
sesungguhnya tanggung jawab kita semua, karena itu setiap kita harus mengambil
peran di dalam upaya ini dengan memulainya dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil
dan mulai saat ini.
Ditinjau dari tujuannya pendidikan karakter dan pendidikan akhlak memiliki
tujuan yang sama, yaitu sama-sama bertujuan untuk membentuk manusia atau insan
kamil.
11
http://sumut.kemenag.go.id/
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Panduan Pengembangan Silabus. Jakarta
---------,.2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta
--------.2008. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pengembangan Indikator . Jakarta .
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian;
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Tim penyusun. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk daya Saing Dan karakter
Bangsa : Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa. Jakarta :
Pusat kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2011. Pedoman Pelaksanaan pendidikan Karakter :berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan rintisan. Jakarta : Puskur Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2010. Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan
Nasional
20102014
(Online),
http://pendikar.dikti.go.id/gdp/wp-content/uploads/NASKAH-RANKEMENDIKNAS-REV-2.pdf, diakses 1 mei 2011
12