Anda di halaman 1dari 7

PR EKONOMI KOPERASI

1. Jelaskan
secara
singkat
Meningkatkan skala usaha
bargaining position

peran/manfaat
koperasi
:1)
dan efisiency,2) Meningkatkan

2. Koperasi Baja Coklat ini , sebuah koperasi milik


pemerintah, yang mempunyai bisnis mencakup berbagai
kegiatan, namun para anggotanya belum pernah menerima SHU.
Pak Mr.X
selaku pengurus koperasi bekerja keras untuk
menggerakkan koperasi tersebut, dan oleh karena itu dia
berupaya
mempertahankan
kepengurusannya
tanpa
kesepakatan anggotanya. Dimasa mendatang Koperasi Baja
Coklat akan melanglang buana keberbagai daerah, meskipun
ijin usahanya masih terbatas kepada bidang kegiatan simpan
pinjam di wilayah Provinsi yang sekarang ini, inilah tulisan
seorang reporter sebuah media. Bagaimana komentar anda atas
paparan tersebut, telaah dengan pengetahuan anda tentang
Perkoperasian (dari aspek pengertian koperasi dan prinsipprinsip koperasi).
3. Sebutkan sejarah Perkoperasian singkat pada salah satu Negara
di Eropa dan sejarah Koperasi di Indonesia.?

Jawab Dengan Tulisan Tangan Anda.

Jawaban !!!

1. 1) meningkatkan skala usaha & efisiensi


Diharapkan perkembangan usaha ini koperasi akan dapat meningkatkan skala
usahanya, menigkatkan daya saing terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya dan
meningkatkan akses ke pasar, sehingga koperasi dapat memberikan manfaat yang
lebih besar kepada para anggotanya. Memperluas dan memanfaatkan peluang
usaha tersebut, berarti koperasi dituntut harus mampu melihat secara kritis dan
cermat berbagai keadaan dan kondisi lingkungan kegiatan usaha koperasi,
termasuk kecenderungan kebutuhan serta kepentingan masyarakat atau anggota

sebagai pengguna jasa koperasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan


volume usaha serta pendapatan melalui pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan.
2) meningkatkan bargaining position

2. Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang
demi kepentingan bersama.[1] Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk untuk
membangun koperasi yang efektif dan tahan lama.[3] Prinsip koperasi terbaru yang
dikembangkan International Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-pemerintah
internasional) adalah

Keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela


Pengelolaan yang demokratis,
Partisipasi anggota dalam ekonomi,
Kebebasan dan otonomi,
Pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi.[4]

Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Prinsip
koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing
anggota
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
Kerjasama antar koperasi

3. sejarah koperasi
SEJARAH KOPERASI
Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Dua alas an yang
mendasari pengaruh sosialisme itu adalah sebagai berikut: Pertama, terdapatnya
kesamaan motif antara gerakan Koperasi dengan gerakan sosialis. Kedua, sebagai suatu
bentuk organisasi ekonomi yang berbeda dengan bentuk organisasi ekonomi kapitalis.
A. Perkembangan Koperasi Di Eropa
a. Inggris

Penderitaan yang dialami oleh kaum buruh di berbagai Negara di Eropa pada awal abad
ke-19 dialami pula oleh para pendiri Koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris, pada tahun
1844.
Pada mulanya Koperasi Rochdale memang hanya bergerak dalam usaha kebutuhan
konsumsi. Tapi kemudian mereka mulai mengembangkan sayapnya dengan melakukan
usaha-usaha produktif. Dengan berpegang pada asas-asas Rochdale, para pelopor
Koperasi Rochdale mengembangkan toko kecil mereka itu menjadi usaha yang mampu
mendirikan pabrik, menyediakan perumahan bagi para anggotanya, serta
menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengururs
Koperasi.
Menyusul keberhasilan Koperasi Rochdale, pada tahun 1852 telah berdiri sekitar 100
Koperasi Konsumsi di Inggris. Sebagaimana Koperasi Rochdale, Koperasi-koperasi ini
pada umumnya didirikan oleh para konsumen.
Dalam rangka lebih memperkuat gerakan Koperasi, pada tahun 1862, Koperasi-koperasi
konsumsmi di Inggris menyatukan diri menjadi pusat Koperasi Pembelian dengan nama
The Cooperative Whole-sale Society, disingkat C. W. S. Pada tahun 1945, C. W. S. telah
memiliki sekkitar 200 buah pabrik dan tempat usaha dengan 9.000 pekerja, yang
perputaran modalnya mencapai 55.000.000 poundsterling. Sedangkan pada tahun 1950,
jumlah anggota Koperasi di seluruh wilayah Inggris telah berjumlah lebih dari
11.000.000 orang dari sekitar 50.000.000 orang penduduk Inggris.
b. Perancis
Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan kemiskkinan dan
penderitaan bagi rakyat Perancis. Berkat dorongan pelopor-pelopor merekaseperti
Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari perlunya perbaikan
nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil membangun Koperasi-koperasi
yang bergerak dibidang produksi.
Dewasa ini di Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis
(Federation Nationale Dess Cooperative de Consommation), dengan jumlah Koperasi
yang tergabung sebanyak 476 buah. Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan
toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal sebesar 3.600 milyar
franc/tahun.
c. Jerman
Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan, muncul seorang
pelopor yang bernama F. W. Raiffeisen, walikota di Flammersfield. Ia menganjurkan agar
kaum petani menyatukan diri dalam perkumpulan simpan-pinjam.
Setelah melalui beberapa rintangan, akhirnya Raiffesien dapat mendirikan Koperasi
dengan pedoman kerja sebagai berikut :
1. Anggota Koperasi wajib menyimpan sejumlah uang.
2. Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman dengan membayar bunga.
3. Usaha Koperasi mula-mula dibatasi pada desa setempat agar tercapai kerjasama yang
erat.
4. Pengurusan Koperasi diselenggarakan oleh anggota yang dipilih tanpa mendapatkan
upah.
5. Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat

Pelopor Koperasi lainnya dari Jerman ialah seorang hakim bernama H. Schulze yang
berasal dari kota Delitzcsh. Pada tahun 1849 ia mempelopori pendirian Koperasi simpanpinjam yang bergerak di daerah perkotaan. Pedoman kerja Koperasi simpan-pinjam
Schulze adalah :
1. Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota
2. Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.
3. Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.
4. Pinjaman bersifat jangka pendek.
5. Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.
d. Denmark
Jumlah anggota Koperasi di Denmark meliputi sekitar 30% dari seluruh peduduk
Denmark. Hampir sepertiga penduduk pedesaan Denmark yang berusia antara 18 s/d 30
tahun balajar di perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya, tidak hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui
Koperasi, melainkan meliputi pula barang-barang kebutuhan sector pertanian itu sendiri.
Selain itu, di Denmark juga berkembang Koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi
konsumsi ini kebanyak didirikan oleh serikat-serikat pekerja di daerah perkotaan.
e. Swedia
Salah seorang pelopor Koperasi yang cukup terkemuka dari Swedia bernama Albin
Johansen. Salah satu tindakannya yang cukup spektakuler adalah menasionalisasikan
perusahaan penyaringan minyak bumi yang menurut pendapatnya, dapat dikelola dengan
cara yang tidak kalah efisiennya oleh Koperasi. Pada tahun 1911 gerakan Koperasi di
Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar. Pada tahun 1926 Koperasi
berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimilikki perusahan
swasta.
Pada akhir tahun 1949, jumlah Koperasi di Swedia tercatat sebanyak 674 buah dengan
sekitar 7.500 cabang dan jumlah anggota hamper satu juta keluarga. Rahasia keberhasilan
Koperasi-koperasi Swedia adalah berkat program pendidikan yang disusun secara teratur
dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi Rakyat (Folk High School), serta
lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat Penjualan Swedia
(Cooperative Forbundet), mensponsori program-program pendidikan yang meliputi 400
jenis kursus teknis yang diberikan kepada karyawan dan pengurus Koperasi.
B. Perkembangan Koperasi Di Amerika Serikat
Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19 hampir sama
dengan Inggris. Menurut catatan, jumlah Koperasi yang tumbuh antara tahun 1863-1939,
berjumlah 2600 buah. Sekitar 57% dari Koperasi-koperai ini mengalami kegagalan.
Perkembangan yang menarik terjadi setelah tahun 1908. Sebuah komisi untuk kehidupan
pedesaan yang diangkat oleh Presiden Theodore Rosevelt pada tahun 1908
mengemukakan dalam laporannya bahwa salah satu kebutuhan utama masyarakat
pedesaan ialah kerjasama yang efektif diantara para petani untuk mempersatukan
usahanya pada tingkat yang sesuai kepentingan bersama.
Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari seluruh pekumpulan

Koperasi pertanian yang ada telah bekerja secara efektif. Dalam perkembangannya, ada
banyak jenis Koperasi yang berkembang di Amerika Serikat. Di daerah pedesaan antara
lain dikenal adanya Koperasi Asuransi Bersama, Koperasi Llistrik dan Telepon, Koperasi
Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan Koperasi Penyediaan Benih.
Sedangkan Koperasi-koperasi di perkotaan seringkali menyelenggarakan toko-toko
eceran. Koperasi kredit dan Koperasi Perumahan juga banyak ditemukan dikota-kota, di
Amerika Serikat juga berkembang Koperasi Rumah Sakit dan Koperasi Kesehatan.
C. Perkembangan Koperasi Di Asia
a. Jepang
Koperasi pertama kali berdiri di Negara ini pada tahun 1900 (33 tahun sesudah
pembaharuan oleh Kaisar Meiji), atau bersamaan waktunya dengan pelaksanaan Undangundang Koperasi Industri Kerajinan. Cikal bakal kelahiran Koperasi di Jepang mulai
muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal oleh masyarakat pedalaman.
Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak tahun 1930-an,
khususnya ketika penduduk Jepanng menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia
dalam periode 1933. Di Jepang ada dua bentuk Koperasi pertania. Yang pertama disebut
Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini bekerja atas dasar serba usaha, misalnya
menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian, menyediakan kredit untuk usaha
perasuransian, pemberian bimbingan dan penyuluhan pertanian bagi usaha tani. Bentuk
Koperasi yang lain disebut Koperasi Khusus. Koperasi ini hanya menyelenggarakan satu
jenis usaha seperti Koperasi buah, Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan
sebagainya. Pada umumnya Koperasi-koperasi pertanian di Jepang menyelenggarakan
bentuk usaha Koperasi yang pertama.
Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan kegiatan serba usaha
juga tergabung dalam sebuah Koperasi Induk yang bernama Gabungan Perkumpulan
Koperasi Pertanian Nasional (Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai). Titik berat
kegiatan Koperasi Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah penyaluran sarana produksi dan
pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk Koperasi Asuransi
Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk pertanian-kehutanan dan pusat asosiasi
penerbitan.
b. Korea
Perkembangan Koperasi di Korea, khususnya Koperasi pedesaan, dimulai pada awal abad
ke-20. Di Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit petani,
yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian.
Pada tahun 1961dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Koperasi pertanian yang
baru, Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian digabungkan menjadi satu dengan
nama Gabungan Koperasi Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative
Federation), disingkat NACF. Gabungan ini bekerja atas dasar prinsip-prinsip Koperasi
yang modern dan melakukan kerjanya atas dasar serba usaha (Multipurpose). NACF
bertugas mengembangkan sector pertanian, meningkatkan peran ekonomi dan sosial
petani, serta menyelenggarakan usaha-usaha peningkatan budaya rakyat.

Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya
merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang
yang sangat kaya.[7] Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam
lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin
memuncak.[7] Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan
ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara
spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya. [7]
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto
mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). [7] Ia terdorong oleh
keinginannya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh
lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi.[7] Maksud Patih
tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman.[7] Cita-cita semangat
tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten residen
Belanda.[8] De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan
menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.[7] Selain pegawai negeri juga para petani
perlu dibantu karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon.[7] Ia juga
menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi.[7] Di samping itu ia pun
mendirikan lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani menyimpan pada
pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik.[7]
Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi.[7]
Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan,
Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah
Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank bank Desa , rumah gadai dan
Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI).[7] Semua itu adalah
badan usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.[7]
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana karena:[9]
1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena
pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk
tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.
Mengantisipasi perkembangan koperasi yang sudah mulai memasyarakat, Pemerintah
Hindia Belanda mengeluarkan peraturan perundangan tentang perkoperasian. Pertama,
diterbitkan Peraturan Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915, lalu pada tahun 1927
dikeluarkan pula Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur PerkumpulanPerkumpulan Koperasi bagi golongan Bumiputra. Pada tahun 1933, Pemerintah HindiaBelanda menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi No. 21,
Tahun 1933. Peraturan tahun 1933 itu, hanya diberlakukan bagi golongan yang tunduk
kepada tatanan hukum Barat, sedangkan Peraturan tahun 1927, berlaku bagi golongan
Bumiputra. Diskriminasi pun diberlakukan pada tataran kehidupan berkoperasi [10]

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi
gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat.[8] Pada tahun 1915 dibuat
peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling
Inlandschhe Cooperatieve.[8]
Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi.[8] Kemudian pada tahun 1929, berdiri
Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.[8]
Namun, pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha
koperasi untuk yang kedua kalinya.[9] Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia.[9]
Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai.[9] Awalnya koperasi ini berjalan mulus.[9]
Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan,
dan menyengsarakan rakyat Indonesia.[9]
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia
mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya.[9] Hari ini kemudian
ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.[9] Sekaligus membentuk Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di Tasikmalaya (Bandung
sebagai ibukota provinsi sedang diduduki oleh tentara Belanda)[11]

Anda mungkin juga menyukai