Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah untuk memelihara sirkulasi darah (Grossman, 2009). Gagal jantung
merupakan sindrom dengan gejala unik yang terkadang kurang disadari
oleh penderita dan sering menyebabkan ketidakmampuan dan penurunan
kualitas hidup penderitanya dan juga merupakan masalah epidemik
kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit nomor satu yang memicu
terjadinya kematian (Dipiro, 2008).
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Insiden gagal jantung populasi berusia 45-55 tahun sebanyak 0.2
per 1000 orang pada populasi dengan usia 85 tahun keatas (Krum &
Abraham, 2009). Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat
kejadiannya terutama pada lansia. Studi Framingham memberikan
gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan
bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun
adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000
orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal
jantung (Sani, 2007).
Prevalensi yang terjadi di Amerika Serikat lebih dari 5 juta pasien
didiagnosa menderita penyakit jantung dan lebih 550.000 merupakan
kasus baru yang bekisar 5-8% untuk gagal jantung diastolik dan gagal
jantung sistolik bekisar 10-15%. Prevalensi terjadinya gagal jantung pada
pasien akan naik seiring dengan meningkatnya usia pasien khususnya
diatas usia 50 tahun. Pada penelitian yang sudah dilakukan di Olmsted
County USA, pada usia lebih dari 45 tahun akan meningkatkan resiko
gagal jantung sebanyak 2.2% dan akan meningkat sebanyak 8.4% pada
usia 75 tahun atau lebih (Dumitu, 2012; Salters, et al., 2010). Faktor
resiko penyebab gagal jantung diantaranya penyakit jantung koroner
dan
Jawa
Tengah
(0,18%).
Prevalensi
gagal
jantung
sebesar
0,5
persen.
Pada
wilayah
Kalimantan
Selatan
Pertama
terjadinya
oedema
yang
disebabkan
oleh
(RAAS),
yang
ke
empat
sindrom
rennin, bentuk aktif vitamin D serta eritropoetin, namun fungsi ini akan
menurun bahkan berhenti bila ginjal tidak mampu melakukannya.
Pasien dengan kadar ureum normal dikarenakan konsumsi protein
yang dikonsumsi pasien yang kemudian menjadi produk nitrogen tidak
melebihi dari kemampuan filtrasi glomerulus dan direabsorbsi sebagian
oleh tubulus dalam ginjal. Sedang menurut Effendi, 2006 menyatakan
bahwa ureum merupakan produk nitrogen terbesar yang dibentuk di
dalam hati dan dikeluarkan melalui ginjal. Pada penurunan fungsi ginjal,
kadar BUN meningkat sehingga pengukuran BUN dapat memberi
petunjuk mengenai keadaan ginjal. Pemeriksaan kadar ureum plasma
penting dan diperlukan pada pasien-pasien penyakit ginjal terutama untuk
mengevaluasi pengaruh diet restriksi protein. Konsentrasi ureum
umumnya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen
urea darah (blood urea nitrogen, BUN) (Effendi, 2006 & Riswanto, 2010).
Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani,
2007 dimana hasil penelitian yang dilakukan dari jumlah responden yang
termasuk usila hanya 9,83% sehingga sebagian besar nilai kreatinin
pasien normal. Hasil penelitian sebagian besar pasien gagal jantung
berusia diatas 51 tahun yaitu 78,6% dimana usia adalah salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi nilai kreatinin di Ruang Tulip IIC RSUD Ulin
Banjarmasin.
Kadar ureum justru berubah ubah melebihi kadar normal akibat
pasien melakukan diit tidak sesuai dengan kondisinya (Hudak dan Gallo,
1996;
Curley
and
Maloney-Harmon,
2001).
Karena
ginjal
yang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan ureum kreatinin pada klien
gagal jantung
2. Tujuan Khusus
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan
dilaksanakan adalah :
a. Mengetahui faktor usia dengan peningkatan kadar ureum
kreatinin pada pasien gagal jantung
b. Mengetahui faktor diit protein dengan peningkatan kadar ureum
kreatinin pada pasien gagal jantung
c. Mengetahui faktor lamanya perawatan pasien gagal jantung di
rumah sakit dengan peningkatan kadar ureum kreatinin pada
pasien gagal jantung
d. Mengetahui faktor penggunaan obat-obatan gagal jantung
dengan peningkatan kadar ureum kreatinin pada pasien gagal
jantung
e. Mengetahui
faktor
dominan
penyebab
perubahan
ureum
2. Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
untuk keperawatan, yaitu pencegahan terhadap peningkatan
kadar ureum kreatinin ginjal pada pasien gagal jantung
b. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi
bahan
dalam
pemberian
materi
tentang
pasien
dengan
wawasan
pengetahuan
tentang
faktor
yang
E. Keaslian Penelitian
1. Qiugen Zhou, dkk. 2012. Acute and Acute-on-chronic Kidney Injuri of
Patients with Decompensated Heart Failure : Impact on Outcomes.
Metode
penelitian
dengan
rancangan
Kohort,
dengan
teknik
inap. Faktor jelas lebih penting mungkin ada tetapi tetap tidak
teridentifikasi.
4. David E. Lanfear, MD., MS, dkk. 2011. Relation of Worsened Renal
Function during Hospitalization for Heart Failure to Long-Term
Outcomes and Rehospitalization. Metode penelitian Kohort retrospektif
dengan teknik pengambilan sampel Total Sampling. Hasil penelitian :
perburukan fungsi ginjal dilihat dari peningkatan kadar kreatinin ginjal
yaitu melebihi 0,3 mg/dl. Diantara pasien yang masih hidup rawat inap
untuk HF, perburukan fungsi ginjal dikaitkan dengan kematian
meningkat jangka panjang dan rawat inap ulang, terutama jika fungsi
5.
antagonis,
yang
akan
memperburuk
fungsi
ginjal.
6.
fungsi ginjal dapat dicegah, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut.
Saul Blecker, MD, dkk. 2011. High-Normal Albuminuria and Risk of
Heart Failure in the Community. Metode penelitian Kohort retrospektif
dengan teknik pengambilan sampel Total Sampling. Jumlah populasi
dan sampel sebanyak 15. 792 orang. Hasil penelitian : Albuminuria
berhubungan dengan gagal jantung bahkan pada individu dengan
beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara albuminuria dan gagal jantung
tidak dapat diidentifikasi sepenuhnya oleh penyakit jantung iskemik
penurunan
fungsi
kapasitas,
dan
dekompensasi
yang
mengalami
gejala
simtomatik
atau
asimtomatik
mengurangi
curah
jantung;
(3)
gangguan
neurohormonal,
sindrom
klinis
gagal
jantung.
Selain
itu,
miokard
Frank-Starling)
dan
penurunan
dinding
stres
dari
menyebabkan
otot-otot
kerusakan
jantung
myocytes
yang
pada
yang
akhirnya
mengganggu
garam
dan
retensi
air
dimana
jantung
akan
faktor
yang
signifikan
secara
statistik
seperti
fungsi
ginjal
dapat
di
ketahui
dengan
merupakan salah satu uji faal terbaik untuk menilai fungsi ekskresi
glomerulus ginjal pada manusia (Naga, 2013).
Tugas penting ginjal lainnya adalah mengonservasi cairan
atau mencegah terjadinya pengeluaran cairan yang berlebihan pada
tubuh, atau sebagai penyeimbang pengeluaran cairan pada tubuh
manausia. Setiap hari, glomelurus menyaring kira-kira 180 liter cairan
dan sekitar 179 liter cairan ini akan direabsorpsi oleh tubulus.
Pekerjaan ini sangat berat bagi tubulus, sehingga memerlukan
banyak glukosa agar hasilnya maksimal. Proses tersebut berlangsung
pada tubuli proksimal, walaupun pada tubulus distal juga terjadi
konservasi cairan tambahan (ekstra) yang biasa disebut regulasi baik
(Naga, 2013).
Seperti kita ketahui bersama, selain tugas pokok tersebut,
ginjal juga harus mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme, seperti
ureum, kreatinin, fosfat, klorida, natrium, dan kalium. Bahan-bahan ini
tentu akan menaikkkan tekanan osmotik yang besar. Jika tekanan
osmotik dari urine sama dengan tekanan osmotik dari darah, maka
ginjal tidak memerlukan pekerjaan tambahan , sebab ia tidak
membutuhkan energi atau oksigen. Namun, sudah dapat dipastikan
tubuh akan kehilangan cairan yang sangat banyak. Sebenarnya, pada
kondisi seperti ini, tubulus harus bekerja lebih banyak untuk
mereabsorbsi air. Hal inilah yang akan menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik urine di dalam tubus ginjal. Tekanan osmotik ini
dapat meningkatkan lebih dari 300m osmol, hingga menjadi 1.2001.400m osmol. Jelaslah bahwa dalam mereabsorpsi cairan, ginjal
harus melawan tekanan osmotik yang tinggi. Dalam hal ini, ginjal akan
karena
mencerminkan
rendahnya
protein
dalam
ureum
umumnya
dinyatakan
sebagai
katabolisme
protein
seperti
pada
perdarahan
K=
UV 1,73
x
P
L
badan,
dan
jenis
kelamin,
Cockroft
dan
Gault
( 140usia ) xBB
72 xkreat
Usia (tahun)
BB: berat badan (kilogram)
Kreat: kreatinin serum (mg/dL)
Pada wanita, hasil tersebut dikalikan 0,85.
x72
mg
dl
24 jam
mL /
24 jam
mL / x
Kreatinin urin
Bersihan kreatinin =
0,93-1,32 mL/detik/m2
Wanita
0,85-1,23 mL/detik/m2
Pengumpulan urin yang tidak tepat akan menghasilkan
bersihan kreatini yang kurang
melebihi
(Tjokronegoro, 2001)
perhitungan
dengan
bersihan
kreatinin.
b. Kreatinin
Kreatinin adalah metabolik yang paling cocok untuk
menghitung angka-angka bersihan dan telah menggantikan
metode-metode lain seperti bersihan urea. Kreatini adalah produk
penguraian kreatin, suatu senyawa yang mengandung nitrogen
yang terutama terdapat di otot. Kreatin mengalami fosforilasi oleh
enzim kreatin fosfokinase (CPK), yang juga disebut kreatin kinase
(CK), menjadi senyawa fosfat berenergi tinggi yang ikut serta
dalam reaksi-riaksi metabolik yang memerlukan energy. Pada
setiap orang, jumlah kreatinin yang dihasilkan dari perputaran
kreatin
cenderung
konstan.
Jumlah
yang
dihasilkan
dan
eksresi kreatinin
G. Kerangka Teori
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan rancangan cross
sectional yaitu variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersamaan) (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
kadar ureum kreatinin pada klien gagal jantung di Ruang Tulip IIC RSUD
Ulin Banjarmasin.
J. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2011). Berdasarkan definisi tersebut maka
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
gagal jantung di Ruang Tulip IIC RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013
berjumlah 350 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81 ). Dalam hal ini, yang menjadi
sampel adalah pasien gagal jantung di Ruang Tulip IIC RSUD
Banjarmasin.
Rumus penentuan besar sampel menurut Nursalam (2009:92).
n=
N
1 + N (d2)
n=
350
1+350 (0,052)
350
n=
n=
1+350 (0,0025)
350
1,875
= 186,67
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kesalahan yang dipilih (5% = 0,05)
Jika besar populasi < 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%. Sehingga
didapatkan hasil 55,99 jadi dibulatkan menjadi 56 sampel (Nursalam, 2009)