Interna Terbaru-1
Interna Terbaru-1
PENDAHULUAN
BAB II
SINDROM NEFROTIK
A. DEFINISI
Sindrom Nefrotik bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan merupakan komplek
gejala klinik yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, dengan ciri-ciri sebagai
berikut2 :
Edema umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
Proteinuria, termasuk albuminuria ; sebagai batas biasanya ialah bila kadar protein
kuantitatif >3-3,5 gr/24 jam
Lipiduria dapat berupa lemak bebas, sel epitel bulat yang mengandung lemak
(oval fat bodies) dan torak lemak.
Kadang-kadang tidak semua gejala tersebut di atas ditemukan. Ada yang
B. INSIDENS
Sindrom Nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik disebut Sindrom
Nefrotik Primer. Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus-kasus ini adalah SN tipe
Finlandia, suatu penyakit yang diturunkan secara resesif autosom. Pada penelitian di
jakarta di antara 364 pasien SN yang dibiopsi 44,2% menunjukkan KM.4 Kelompok
tidak responsif steroid atau resisten steroid terdiri dari penderita dengan kelainan
2
glomerulus lain.5 Disebut Sindrom Nefrotik Sekunder apabila penyakit dasarnya adalah
penyakit sistemik karena, obat-obatan, alergen dan toksin, dll. Sindrom Nefrotik dapat
timbul dan bersifat sementara pada tiap penyakit glomerulus dengan keluarnya protein
dalam jumlah yang cukup banyak dan cukup lama.1
C. SINDROM NEFROTIK
ANAMNESIS
1.
Peningkatan berat badan, dan rasa penuh di perut hingga dapat menyebabkan
sesak
3.
GEJALA KLINIS
Pasien Sindrom Nefrotik biasanya datang dengan keluhan:(1,3)
a. Edema akibat nefrotik membuat jaringan bengkak, dan bila dilakukan
penekanan tidak cepat kembali ke keadaan semula. Rendahnya albumin
didalam darah menyebabkan mudahnya cairan tubuh keluar dari jaringan dan
mengakibatkan edema. Edema umumnya terjadi pada kaki dan pergelangan
kaki, terlebih bila berdiri dalam waktu yang lama.
b.
Pada stadium lanjut, edema bisa terjadi di perut atau abdomen disebut asites
dan dinding perut sangat tegang, episode pertama penyakit seperti influenza
serta edema di tangan, sekitar lingkar mata pada pagi hari (edema preorbital)
dan oliguria.
c.
Pada stadium keadaan yang lebih lanjut; dalam beberapa hari edema semakin
jelas dan terjadi pembengkakan jaringan seluruh tubuh (edema anasarka),
edema skrotum dan akan menimbulkan peningkatan berat badan,penurunan
nafsu makan, diare, nyeri abdomen, mual, muntah, sesak nafas (dispnoe)
akibat efusi pleura dan dapat terjadi syok.
Terdapat Ascites
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis antara lain hitung urinalisis,
kimia darah 1,3)
a) Urinalisis
Urinalisis adalah tes awal diagnosis Sindrom Nefrotik.
1.
Ditemukan proteinuria (3+ sampai 4+), glikosuria, sel-sel granular, sel hialin, dan selsel lemak. Positif (3+) menandakan kandungan protein urin sebesar > 3-3,5 gr/dL
yang masuk dalam nefrotik range.6
2. Biasanya sedimen urin normal
b) Kimia Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:6
1.
2. Pada
pemeriksaan
darah
didapatkan
hipoalbuminemia
(<3
g/dL).
Cardio heart failure ( CHF ): Edema tungkai terjadi dari gagal jantung kanan dan
selalu disertai peningkatan tekanan vena jugularis (TVJ). Sering ditemukan
hepatomegali sebagai tanda kelainan jantung yang mendasarinya. Jika edema
nampak sedikit ditungkai dan berat di abdomen, harus dipertimbangkan adanya
konstriksi perikardial.8
Sirosis hepatis:Edema tungkai disebabkan oleh rendahnya kadar albumin serum
(biasanya <2,5gr/dL). Bisa ditemukan tanda penyakit hati kronis seperti spider nevi,
ginekomastia, dilatasi vena abdomen yang menunjukkan adanya hipertensi portal,
dan memar (kerusakan fungsi sintesis hati). TVJ tidak meningkat.8
DIAGNOSA KERJA
Sindrom
Nefrotik:
Edema
palpebra
dan
pretibia,
proteinuria,
hematuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia.6
D. PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologis6:
Istirahat 6
Restriksi protein dengan diet protein 0,8 gram/kgBB ideal/hari + eksresi protein
dalam urin/24 jam. Bila fungsi ginjal sudah menurun, diet protein disesuaikan
hingga 0,6 gram/kgBB ideal/hari + eksresi protein dalam urin/24 jam 6. Dan Pasien
harus membatasi intake natrium pada kisaran 3 gr per hari, dan mungkin butuh
terapi albumin.9
Diet rendah kolesterol < 600 mg/hari
Berhenti merokok
Farmakologis6 :
Kortikosteroid
7
Respon utama dari pasien yang memiliki remisi lengkap ( < 0,2 mg/24 jam
proteinuria ) setelah mendapatkan monoterapi prednison. Prednison dosis penuh
inisial dimulai dengan pemberian prednison dosis penuh pada orang dewasa adalah
prednison 1-1,5 mg/kg bb/hari,dibagi 3 dosis diberikan selama 4 minggu. Setelah
pemberian steroid 2 minggu pertama, remisi telah terjadi pada 80% kasus, dan
remisi mencapai 94% setelah pengobatan steroid 4 minggu. Secara alternating
(selang sehari), bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi
remisi, pasien dinyatakan sebagai resisten steroid. Pasien relaps yang bergantung
dengan steroid, dosis steroid mereka harus diturunkan secara bertahap. Pada
dewasa tidak dianggap resisten steroid sampai setelah 4 minggu terapi. 80-85%
pada dewasa akan mencapai remisi lengkap dengan terapi setelah 20-24 minggu.
Ada peningkatan resiko kekambuhan berikutnya pada penurunan dosis steroid
secara cepat pada pada semua kelompok.5
Respon klinis terhadap kortikosteroid dapat dibagi menjadi remisi lengkap,
remisi parsial dan resisten. Dikatakan remisi lengkap jika proteinuria minimal (< 2
gr/24 jam), albumin serum >3 gr /dL, kolesterol < 200 mg/dl, diuresis lancar dan
edema hilang. Remisi parsial jika proteinuria<3,5 g/hari, albumin serum >2,5 g/dl,
kolesterol < 240 mg/dl, diuresis kurang lancar dan masih edema. Dikatakan
resisten jika klinis dan laboratoris tidak memperlihatkan perubahan atau perbaikan
setelah pengobatan 4 minggu dengan kortikosteroid.9
Pengobatan hipertensi dengan target tekanan darah < 125/75 mmHg. Penghambat
ACE dan antagonis reseptor Angiotensin II sebagai pilihan obat utama4
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Penderita SN sangat rentan terhadap infeksi, yang paling sering ialah selulitis
dan peritonitis. Pada orang dewasa, infeksi yang sering terjadi adalah infeksi gram
negatif.7
2. Hipertensi
Hipertensi pada SN dapat ditemukan sejak awal pada 10-15% kasus, atau terjadi
sebagai akibat efek samping steroid.7
8
3. Hipovolemia
Komplikasi hipovolemia dapat terjadi sebagai akibat pemakaian diuretik yang
tidak terkontrol, terutama pada kasus yang disertai dengan sepsis, diare, dan muntah.
Gejala dan tanda hipovolemia ialah hipotensi, takikardia, akral dingin dan perfusi
buruk, peningkatan kadar urea dan asam urat dalam plasma. Pada beberapa anak
memberi keluhan nyeri abdomen. Hipovolemia diterapi dengan pemberian cairan
fisiologis dan plasma sebanyak 15-20 ml/kg dengan cepat, atau albumin 1 g/kg berat
badan.7
4. Tromboemboli
Risiko untuk mengalami tromboemboli disebabkan oleh karena keadaan
hiperkoagulabilitas. Selain disebabkan oleh penurunan volume intravaskular,
keadaan hiperkoagulabilitas ini dikarenakan juga oleh peningkatan faktor
pembekuan darah antara lain faktor V, VII, VIII, X serta fibrinogen, dan dikarenakan
oleh penurunan konsentrasi antitrombin III yang keluar melalui urin. Risiko
terjadinya tromboemboli akan meningkat pada kadar albumin plasma < 2 gr/dL,
kadar fibrinogen > 6 gr/dL, atau kadar antitrombin III < 70%. Pada SN dengan risiko
tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat dilakukan dengan pemberian
asetosal dosis rendah dan dipiridamol. Heparin hanya diberikan bila telah terhadi
tromboemboli, dengan dosis 50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg
tiap 4 jam secara intravena.7
5. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia pada SN meliputi peningkatan kolesterol, trigliserida, fosfolipid
dan asam lemak. Kolesterol hampir selalu ditemukan meningkat, namun kadar
trigliserida, fosfolipid tidak selalu meningkat. Peningkatan kadar kolesterol
berbanding terbalik dengan kadar albumin serum dan derajat proteinuria. Keadaan
hiperlipidemia ini disebabkan oleh karena penurunan tekanan onkotik plasma
sebagai akibat dari proteinuria merangsang hepar untuk melakukan sintesis lipid dan
lipoprotein, di samping itu katabolisme lipid pada SN juga menurun. Hiperlipidemia
pada SN biasanya bersifat sementara, kadar lipid kembali normal pada keadaan
remisi, sehingga pada keadaan ini cukup dengan pengurangan diit lemak. Pengaruh
9
DAFTAR PUSTAKA
10
1.
2.
Prof. DR. Dr. A. Halim Mubin, SpPD, MSc, KPTI, Ilmu Penyakit Dalam,
Diagnosis dan Terapi. Hal 19 23
3.
4.
5.
6.
7.
Sudoyo Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2006. Hal 547549
8.
9.
10.
BAB III
11
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Nama
: Sri Gustini
Umur
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Kawin
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjan
: IRT
Alamat
Suku
: Jawa
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama
Telaah
: tidak ada
RPO
RPK
Anamnesa Umum
Merasa capek/lemas
: ya
: ya
Menggigil
Nafsu makan
: tidak ada
Tidur
: normal
Berat badan
Malas
Demam
Pening
: ya
: ya
: normal
: ya
Anamnesa Organ
1.Cor
13
- Cyanosis
: tidak
- Angina pectoris
: tidak
- Oedema
: tidak
- palpitasi cordis
: tidak
- Nycturia
: tidak
- Asma cardial
: tidak
2. Sirkulasi Perifer
- Claudicatio intermitten :tidak
- Gangguan tropis
: tidak
- kebas-kebas
: tidak
3. Tractus Respiratorius
- Batuk
: tidak
- Stridor : tidak
- Berdahak : tidak
- Hemaptoe : tidak
4. Tractus Digestivus
A. Lambung
- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan :ya
- Sendawa : ya
- Anoreksia : ya
14
- Mual
:ya
- Hematemesis :tidak
- Dysphagia: tidak
- Pyrosis : tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen : ya
- Melena
: tidak
- Borborygmi
- Tenesmi
: tidak
: tidak
tidak
- Obstipasi :
tidak
- Haemorrhoid
: tidak
: tidak
- memancar ke
: tidak
- Asites
: tidak
- Kolik
: tidak
- Oedema
: tidak
- Ikterus
: tidak
- Gatal-gatal di kulit
: tidak
- Muka sembab
- Kolik
: tidak
: tidak
- Polyuria
: tidak
- Oliguria
: ya
- Anuria
: tidak
- Polakisuria : tidak
6. Sendi
- Sakit
: tidak
- Sendi kaku
: tidak
- Bengkak
- Merah
: tidak
: tidak
7. Tulang
- Sakit
: tidak
- Bengkak : tidak
8. Otot
- Sakit
: tidak
- Kebas-kebas : ya
- Kejang-kejang : tidak
- Atrofi: tidak
16
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : tidak
-Muka pucat
: tidak
- Bengkak
: tidak
- Penyakit darah
: tidak
- Merah di kulit
: tidak
10.Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : tidak
- Pruritus
: tidak
- Polifagi
: tidak
- Pyorrhea
: tidak
- Poliuri
: tidak
B. Tiroid
- Nervositas
: tidak
- Struma
: tidak
- Exoftalmus
: tidak
- Miksodem
: tidak
C. Hipofisis
- Akromegali
: tidak
17
: 15 tahun
- Ereksi
: TDT
- Siklus haid
: tidak teratur
- Menopause
: belum
- Coitu s
-G/P/Ab
: -/ 3 /-
: TDT
: tidak
- Sakit kepala
: tidak
- Parastesia
: tidak
- Gerakan tics
: tidak
- Paralisis
: tidak
: normal
- Pengecapan : normal
- Pendengaran
: normal
- Perasaan
: normal
- Penciuman
: normal
: tidak
14. Psikis
- Mudah tersinggung
: tidak
- Pelupa
- Takut
: tidak
18
- Gelisah
: tidak
- Pyuria
: TDT
Nasi
Ikan: ya
- Sayur
- Daging
: ya
: ya
Anamnesa Family :
Status Present
Keadaan Umum
19
Sensorium
: Compos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Temperatur
: 36,5 C
Pernafasan
Nadi
Keadaan Penyakit
Anemia
Ikterik
Sianose
: tidak
Dispnoe
: tidak
Edema
: ya
- Eritema
: tidak
:tidak
- Turgor
:baik
: ya
Keadaan Gizi
BB : 58 kg
RBW
TB = 159 cm
= BB/(TB-100) x 100%
= 58/(159-100) x 100% = 98%
Kesan : Normoweight
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Pertumbuhan rambut
: normal
20
Perubahan lokal
a.
: tidak
Muka
Sembab
Pucat
Kuning
b.
: tidak
: ya
- Parese
: tidak
: tidak
- Gangguan lokal
: tidak
: tidak
Mata
- Ikterus
: tidak
Gerakan
- Anemia
: ya
Exoftalmos
: tidak
- Reaksi pupil
: isokor ka = ki
Ptosis
: tidak
- Gangguan lokal
: tidak
: tidak
-Bentuk
: normal
c.
Telinga
Sekret
Radang
d.
: tidak
-Atrofi
: tidak
Hidung
Sekret
Bentuk
e.
: normal
: tidak
- Benjolan-benjolan : tidak
: normal
Bibir
Sianosis
Pucat
: tidak
- Kering
: ya
: tidak
- Radang
: tidak
21
f.
Gigi
Karies
: normal
- Jumlah
Pertumbuhan
: normal
g.
: 32
Lidah
Kering
: tidak
- Beslag
: tidak
Pucat
: tidak
- Tremor
: tidak
: tidak
- Membran
h.
Tonsil
Merah
Bengkak
Beslag
: tidak
- Angina lacunaris
: tidak
: tidak
: tidak
2. Leher
Inspeksi
Struma
Pulsasi vena
Palpasi
Posisi trachea
: medial
Sakit/nyeri tekan
: tidak
: tidak
3. Thorax Depan
22
Inspeksi
Bentuk
- Pembengkakan
: tidak
Bendungan vena
- Pulsasi verbal
: tidak
: Fusiformis
: tidak
- venektasi
- Mammae
: tidak
: normal
Palpasi
Nyeri tekan
Fremissement
: tidak
Iktus kordis
: Teraba
: tidak
: Tidak
d. Iktus negatif
: Tidak
Perkusi
o Relatif
o Absolut
o Gerakan bebas
:
: ICR V
: ICR VI
: 2 cm
23
o Batas jantung
Atas
Kanan
Kiri
Auskultasi
Paru-paru
o Suara pernafasan
o Suara tambahan:
Ronkhi basah
:(-)
Ronkhi keing
:(-)
o Suara katup
M1 > M2
A2 > A1
P2 > P1
A2 > P2
o Suara tambahan :
Gesek pericardial/pleurocardial
:-
4. Thorax Belakang
Inspeksi
24
Bentuk
Simetris/asimetris : simetris
: Fusiformis
- venektasi
: tidak
-Benjolan-benjolan
: tidak
Palpasi
Nyeri tekan
Fremitus suara
Fremissement
Penonjolan penonjolan
: tidak
: Stem fremitus dex = sin
kesan : normal
: tidak
: tidak
Perkusi
: ICR X
o Gerakan bebas
: 2 cm
Auskultasi
Suara pernafasan
Suara tambahan
Ronkhi basah
: (-)
Ronkhi kering
: (-)
25
5. Abdomen
Inspeksi
Bengkak
: tidak
Venektasi/pembentukan vena
: tidak
Gembung
: tidak
Sirkulasi kolateral
: tidak
Pulsasi
: tidak
Palpasi
-
Defens muskular
: tidak
Nyeri tekan
Lien
: tidak teraba
Ren
: tidak teraba
26
Hepar :tidak
teraba,
pinggir
(-)
Pekak hati
Pekak beralih
: ya
: tidak
Auskultasi
-
Peristaltik usus
: (+) Normal
6. Genitalia
Luka
: TDP
- Nanah
: TDP
Hernia
: TDP
- Sikatriks
: TDP
7. Extremitas
a. Atas
Bengkak
: tidak | tidak
Merah
: tidak | tidak
Stand abnormal
: tidak | tidak
Tes Rumpelit
Reflex :
: tidak | tidak
Biceps
: ++ | ++
Triceps
: ++ | ++
b. Bawah
27
Bengkak
Merah
Oedem
Pucat
Varises
Reflex
KPR
: ++ | ++
APR
: ++ | ++
Struple
: ++ | ++
: tidak | tidak
: tidak | tidak
: tidak | tidak
: tidak | tidak
: tidak | tidak
11,9gr/dl
Hitung
4,0x106 /L
Eritrosit
Leukosit
5,200/L
Hematokrit
33,8%
Trombosit
335000/L
Hitung Jenis
leukosit
Eosinofil
:
2%
28
Basofil
0%
N.Stab
0%
N.Seg
63%
Limfosit
31%
Monosit
4%
LED
25 mm/jam
Index Eritrosit
MCV
85,7 fl
MCH
30,1 pg
MCHC
35,2 %
Kimia Klinik
Fungsi Hati
Protein total
4,29 mg/dL
Albumin
2,21 g/dL
Globulin
2,08 g/dL
Elektrolit
Natrium (Na)
144 mEq/L
Kalium (K)
3.8 mEq/L
Chlorida (Cl)
105 mEq/L
Urin
29
Warna
Kuning muda
Glukosa
Negatif
Protein
Positif (++)
Bilirubin
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Sedimen
Negatif
Eritrosit
1-2 /lpb
Leukosit
1-2 /lpb
Silinder
-/lpb
Epitel
0-1 /lpb
Kejernihan
jernih
pH
Berat jenis
1,010
Glukosa
Negatif
Nitrit
Negatif
8. Resume
Anamneses
30
Keluhan utama
Telaah
RPT
: tidak ada
RPO
RPK
Kebiasaan
Status Present
Keadaan umum
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
Anemia : ya
TB = 159 cm
Tekanan
Darah
: Ikterus : tidak
BB = 58 kg
100/60mmHg
Sianosis : tidak
RBW =
31
Nadi : 82 x/menit
Dyspnoe : tidak
BB/(TB-100) x 100%
Nafas:22x/menit
Edema : tidak
58/
(159-100)
100% =98%
Suhu : 36,5C
Eritema : tidak
Kesan : Normoweight
Turgor : baik
Gerakan aktif : normal
Sikap paksa : tidak
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Leher
Thoraks
Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis
Makroskopis
Mikroskopis
Protein : (++)
32
Nitrit : (+)
33,8%
25%
Diagnosa Banding :
1. Sindrom Nefrotik
Fungsi Hati
Protein total
4,29 mg/dL
2. Sindrom Nefritis
Albumin
2,21 g/dL
3. Glomerulonefritis akut
Diagnosa Sementara
1.Sindrom Nefrotik
Terapi :
1. Aktifitas : Bed rest
2. Diet: Diet rendah garam (1-2 gram/hari) dan rendah protein 0,8 g/kgBB/hari
3. Medikamentosa :
33
Pemeriksaan Usul :
Darah rutin
Urine rutin
Usg abdomen
Proteinuria 24 jam
Endoscopy
34
BAB IV
DISKUSI KASUS
No
Teori
Kasus Pasien
mata
permukaan
kulit
muka,
mengenai
plika
nasolabialis
bulan
yang
bangun tidur
Ada rasa penuh diperut sehingga
pasien menyesak dan tidak ada
Sejak
menimbul
diatas
berbentuk
jaringan
parut
Fotosensitif : Ruam kulit timbul
Urin
tidak
pernah
berwarna
merah
Pasien Tidak memiliki riwayat
hipertensi dan penyakit ginjal
sinar
matahari,
biopsi ginjal
pemeriksaan
fisik
Artritis
Artritis
non erosif
seperti
antalgin,
cina
atau
terdengar
gesekan
pleura
pemeriksaan
atau
bunyi
pada
ada
efusi
pleura
Perikarditis dari EKG atau
didapatkannya bunyi gesekan
perikardium
atau
ada
efusi
perikardium
Kelainan neurologis
-Kejang spontan bukan karena
obat-obatatn atau gangguan
metabolisme seperti uremia,
ketoasidosis dan gangguan
keseimbangan elektrolit, atau
-Psikosis tanpa adanya sebab
lain seperti obat-obatan atau
gangguan metabolisme seperti
uremia,
gangguan
ketoasidosis
dan
keseimbangan
elektrolit
36
Terdapat Ascites
Penurunan tekanan darah postural
Pemeriksaan
Penunjang
1.Kelainan ginjal
Albumin: 2,21 g/dl
proteinuria menetap > 0.5 g/hari
atau pemeriksaan proteinuria
1.Kelainan hematologik
Nitrit : positif
pengukuran
c.Limfopenia kurang dari
1500/mm3 pada 2/ lebih
pengukuran
Sedimen urin normal
Trombositopenia kurang dari
100.000/mm3 tanpa obat-obatan
yang dapat menimbulkan
trombositopenia
Urinalisis:
2.Kelainan hematologik
a.Anemia hemolitik dengan
retikulositosis,atau
b.Leukopenia kurang dari
4000/mm3 pada 2/ lebih
pengukuran
c.Limfopenia kurang dari
1500/mm3 pada 2/ lebih
pengukuran
Trombositopenia kurang dari
100.000/mm3 tanpa obat-obatan
yang dapat menimbulkan
trombositopenia Mikroskopik :
sedimen urin normal
38
Tatalaksana Istirahat
Diet
Tirah baring
rendah
garam
1-2
Diet
rendah
garam
(1-2
g/kgBB/hari
Nutrisi cairan
Furosemid
(lasix)
80-120
mg/kgBB/hari
Terapi
dengan
golongan
mg /KgBB/hari )
Terapi
pencegahan
terjadinya
Hipertensi
39
perfusi buruk
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tromboemboli
Hiperlipidemia
5
Prognosis
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sindrom Nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang ditandai
oleh proteinuria kuantitatif >3-3,5 gr/24 jam, hipoalbuminemia, edema,
hiperkolesterolimia
>
240
mg/dL,
hiperkoagulabilitas,
hipertensi
dan
41
42